Anda di halaman 1dari 16

Disseminated and Congenital

Toxoplasmosis in a Mother and Child


With Activated PI3-Kinase d
Syndrome Type 2 (APDS2): Case
Report and a Literature Review of
Toxoplasma Infections in Primary
Immunodeficiencies
Pengantar
• Phosphoinositide 3-kinase (PI3K) memainkan peran
integral dalam fungsi limfosit.
• Phosphoinositide 3-kinases (PI3Ks) mengontrol fungsi-
fungsi penting dalam aktivasi, pengembangan sel dan
diferensiasi melalui generasi phosphatidylinositol (3,4,5)
-trisphosphate (PIP3) (1).
• Mutasi dalam PIK3CD and PIK3R1, yang masing-masing
mengkodekan PI3K p110δ dan p85α, menyebabkan
peningkatan aktivitas PI3K dan menghasilkan defisiensi
imun dengan disregulasi imun.
• Mutasi fungsi heterozigot di PIK3CD
• mengarah ke aktivasi konstitutif dari jalur PI3K menyebabkan
diaktifkan PI3K delta syndrome tipe 1 (APDS1)
• Begitu pula, mutasi PIK3R1 heterozigot
• mempengaruhi interaksi p85a dengan p110d juga mengarah pada
aktivasi konstitutif dari PI3K dan menyebabkan APDS2 (2-7).
• Presentasi klinis dari primary immunodeficiencies
(PIDs) ini, yaitu:
• infeksi saluran pernapasan atas berulang yang sering
menyebabkan bronkiektasis
• defisiensi imun humoral dengan peningkatan IgM,
• difus limfadenopati
• virus Epstein Barr, dan / atau sitomegalovirus viremia
• peningkatan risiko limfoma
• Selain itu, mutations in the donor splice site in intron 11
of PIK3R1
• Menyebabkan APDS2, short stature-hyperextensibility of joints-
ocular depression-Rieger anomaly-teething delay (SHORT)
syndrome, or a combination of the two
Case report

Pasien lahir dari orang tua yang sehat. Pernah mengalami infeksi berulang
dan limfadenopati berulang, malignansi negatif. Pada usia 40 tahun pasien
mengeluhkan limfadenopati cervical dan positif toxoplasmosis. Pasien
memiliki anak perempuan yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu dengan
craniosyntosis dan episode kejang berulang. Pada pemeriksaan CT scan saat
bayi berusia 3 bulan an didapatkan hidrosephalus, pembesaran ventrikel
ketiga, cerebral atrophy, dan terdapat kalsifikasi pada gray-white matter
basal ganglia. Tes serologis dan PCR menunjukkan bayi positif toksoplasma.
Pada saat yang sama pasien (ibu dari bayi) juga mengalami limfadenopati
kronis, biopsi menunjukkan hasil mengarah pada positif toxoplasmosis.
pasien dan anaknya kemudian dirawat namun karena perkembangan yang
lambat pasien dan anaknya pasien di berikan terapi supresif dengan
trimetoprim sulfamethoxazole. Pemeriksaan imunologi lebih lanjut
menunjukkan hiperaktivitas pada PI3K yang mengakibatkan
imunodefisiensi. Pasien dan anaknya didiagnosis dengan PI3K delta
syndrome type 2 (APDS 2)
DISCUSSION
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii merupakan parasit intraseluler
yang biasanya hanya menimbulkan gejala pada
pasien imunocompremise, toksoplasma gondii
dapat masuk ke tubuh melalui kista pada daging
yang termakan atau oocyst pada air yang ikut
terminum.
RESPON IMUN PADA PASIEN TANPA
NORMAL
Pada toxoplasmosis berapa limfosit yang berbeda akan
terlibat pada fase akut dan fase kronik. Pada
toxoplasmosis berapa limfosit yang berbeda akan terlibat
pada fase akut dan fase kronik.
Pada fase akut infeksi terutama dimediasi oleh makrofag, sel dendritik, NK sel
dan CD4+ sel. Setelah pengikatan kemokin reseptor 5 (CCR5), toll like receptor
(TLR) 2 dan 11, dan inflammasome sensor NLRP 1 dan NLRP 3 oleh molekul
toxoplasma maka diproduksi IL-12 dan IL-18 yang mentrigger produksi IFN-
gamma oleh sel CD4+ dan NK sel. Kemudian IFN-gamma meningkatkan
produksi Reactive Oxygen Species (ROS) pada makrofag untuk menghambat
replikasi parasit.

Di sisi lain respon imun memori pada infeksi kronis dikendalikan oleh IFN-
gamma yang diproduksi oleh CD8+ T cells. Selain itu, penulis juga
menyebutkan bahwa TNF alfa juga berperan dalam kontrol parasit
RESPON IMUNPADA PASIEN DENGAN APDS

Pada APDS, Toksoplasma gondii menginvasi pertahanan tubuh host


dengan cara menginduksi aktivasi PI3K/AKT signaling pathway yang
kemudian mengurangi reactive ROS lewat supressi NOX4. Berkurangnya
reactive oxygen species pada makrofag mengakibatkan terjadinya
penurunan pada mediator lain termasuk Makrofag Migration Inhibitory
Factor (MIF) yang merupakan sitokin proinflamasi yang memegang
peranan penting pada respon imun terhadap toksoplasma.

Selain itu fosforilasi AKT menyebabkan glikolisis dan aktivasi dari amino
acid tertentu yang menciptakan lingkungan intraseluler yang ideal untuk
kehidupan toksoplasma.
Selain APDS, kelainan sistem imun lain yang dapat mengakibatkan
toxoplasmosis parah yaitu defek pada IL-12/IFN-gamma loop,
good syndrome dan imunodefisiensi sel-T.
CONCLUSION
pada jurnal ini dibahas seorang ibu dan anaknya yang memiliki
kelainan genetik yang mengakibatkan APDS, sistemik toksoplasma
dan congenital toxoplasmosis. APDS meningkatkan kesempatan
Toksoplasma gondii untuk bereplikasi pada tubuh host.

Identifikasi toksoplasmosis parah pada pasien dengan kelainan


imunitas bawaan sangat membantu dalam mengidentifikasi
mekanisme seluler dan molekuler yang terlibat dalam respon imun
terhadap Toksoplasma gondii.

Anda mungkin juga menyukai