Anda di halaman 1dari 31

KOMPILASI

RESUME TUTORIAL
SKENARIO 4
PENUAAN DAN GERIATRI
SKENARIO 4

PENUAAN DAN GERIATRI

Seorang laki-laki usia 75 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri lutut.Nyeri dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu,kumat-kumatan.Pasien juga mengeluhkan pandangannya kabur dan
pendengarannya berkurang.Istrinya yang mengantar juga menyampaikan kalau beliau juga
lupa,pikun,sering marah-marah dan menurun kemampuan seksnya.Istrinya juga menanyakan
olahraga dan makanan yang tepat untuk pasien
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Penuaan
- Suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat memperbaiki kekurangan yang diderita
- Akumulasi perubahan seseorang dari waktu ke waktu meliputi penurunan kondisi
fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi secara alamiah dimana kematian sel lebih
dominan daripada pembentukan sel yang tidak dapat dihindari karena faktor usia
dan bukan merupakan suatu penyakit.
- Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994)
- Menurut Depkes 2003, penuaan adalah suatu proses penurunan fisik, fungsional
sel, dan peningkatan kerentanan seseorang dikarenakan factor usia.
2. Pikun
- Kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan fungsi otak yang bersifat
progresif (berkembang semakin memburuk) seperti gangguan daya ingat,
perilaku, sikap dan berkomunikasi yang akhirnya dapat mengganggu kehidupan
sehari-hari.
- Suatu penurunan fungsi memori atau daya ingat dan daya pikir lainnya yang
makin hari makin buruk. Meliputi terganggunya ingatan jangka pendek, keliru
mengenali orang, waktu dan tempat. (Martina Wiwies, 2001)
- Demensia (Pikun) adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan
sekelompok gejala yang terdiri dari kehilangan ingatan, gangguan penilaian,
disorientasi dan perubahan tingkah laku, yang cukup akut untuk mengakibatkan
kehilangan fungsi.
3. Geriatri
- Berasal dari bahasa Yunani “geron” berarti orang tua dan “iatros” berarti
penyembuh. Cabang daril ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit pada usia
lanjut.
- Cabang ilmu kedokteran yang menangani masalah penuaan dan penyakit pada
usia lanjut mulai dari pencegahan, diagnosis, pengobatan, serta pelayanan
kesehatan pada usia lanjut
- Geriatri adalah cabang kedokteran yang berkenaan dengan diagnosa dan
pengobatan – atau kadang-kadang hanya pengelolaan – dari kondisi dan gangguan
yang terjadi pada usia tua.(KBBI)

- Geriatri mengacu pada cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyediaan
layanan kesehatan bagi manula (Ignas Leo Vascher, 1909).
4. Kumat
- Keadaan yang kadang muncul kadang tidak dengan kondisi tidak menentu dan
silih berganti
5. Olahraga
- Suatu aktivitas tubuh yangg bertujuan untuk membugarkan tubuh agar dalam
keadaan optimal
LO

1. PENUAAN:

A. DEFINISI
Proses penuaan merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan dimana pada
seseorang terjadi perubahan dari waktu ke waktu meliputi penurunan kondisi fisik,
psikolog, dan fungsi normal nya tubuh yang terjadi secara alamiah dan tidak dapat
dihindari karena faktor usia. Penuaan bukan merupakan suatu penyakit, dan masa
penuaan ini akan dialami oleh semua manusia kecuali pada seseorang yang meninggal
pada usia dini.
Aging atau penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Penuaan adalah apa yang
membuat “tua tidak sebaik baru” dan ketika laju kegagalan meningkat bersamaan dengan
peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang sekarat (Gavrilov, 2004).Aging
tidak dapat dihindarkan danberjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan
genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup, sehingga aging dapat terjadi lebih dini
atau lambat tergantung kesehatan masing-masing individu (Fowler, 2003).

B. CIRI-CIRI
Perubahan-perubahan Fisik
1. Sel.
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%.
b. Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d. Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun.
b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa/stres.
4. Sistem Penglihatan.
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari
duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan
pusing mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme
yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya
aktivitas otot menurun.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
10. Sistem Perkemihan.
a. Ginjal
b. Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin,
darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi
atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat
dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11. Sistem Endokrin.
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.
12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
13. Sistem Muskuloskletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi
tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

PERUBAHAN Psikologi :
Psikoseksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti:
 Gangguan jantung
 Gangguan metabolism
 Vaginitis
 Baru selesai operasi, misalnya prostatektomi
 Kekurangan gizi, karena percernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
berkurang
 Penggunaan obat-obat tertentu seperti antihipertensi

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:


 Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
 Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
budaya
 Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
 Pasangan hidup telah meninggal
 Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
C. PROSES
Proses penuaan dibagi menjadi 2, yaitu:
Penuaan primer: perubahan pada tingkat sel.
Penuaan sekunder: proses penuaan akibat faktor-faktor lingkungan fisik dan sosial,
stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat penuaan
 Fase Lansia
a. Fase 1 (Sub Clinical)
 Terjadi pada saat mencapai usia 25-35 tahun
 Pada fase ini produksi hormon mulai berkurang dan mulai terjadi
kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan.
 Masih belum ada gejala dari proses penuaan sehingga tubuh masih
bugar
b. Fase 2 (Transisi)
 Terjadi pada usia 35-45 tahun,
 Produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%.
 Sudah mulai terlihat gejala dari proses penuaan sehingga tubuh mulai
mengalami tanda-tanda penuaan seperti mata mulai mengalami rabun
dekat sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut
mulai beruban dan stamina tubuh berkurang.
 Bila pada masa ini dan sebelumnya , melakukan gaya hidup yang tidak
sehat bisa berisiko terkena kanker.
c. Fase 3 (Clinical)
 Terjadi pada usia 45 tahun ke atas.
 Produksi hormon sudah berkurang sampai akhirnya berhenti sama
sekali.
 Pada fase ini kaum perempuan mengalami masa yang disebut
menopause sedangkan kaum pria mengalami masa andropause.
Ketika seseorang memasuki fase klinis, tanda-tanda lanjutan dari proses penuaan semakin
terlihat. Tanda-tanda yang paling jelas di antaranya gangguan penyerapan nutrisi dan
mineral, menurunnya kepadatan tulang, mulai munculnya gejala penyakit kronis, dan
penurunan fungsi seksual.

D. PERBEDAAN WANITA DAN LAKI-LAKI

Laki-Laki Perempuan
1. Mengalami Andropause 1. Mengalami Menopause
2. Lebih sedikit peluang mengalami 2. Cenderung lebih beresiko
depresi mengalami depresi (karena
semakin besar sistem limbik
(struktur neural di otak terkait
emosi) semakin besar peluang
depresi)

3. Lebih sedikit peluang menderita 3. Cenderung lebih


dementia beresiko menderita dementia
(kehilangan kemampuan kognitif
yang lebih cepat daripada
penuaan umumnya)
4. Kulit lebih lambat menunjukkan 4. Kulit lebih cepat menunjukkan
keriput keriput
5. Lebih cepat mengalami 5. Lebih lambat mengalami
penurunan jaringan otak penurunan jaringan otak karena
aliran darah ke otak pada wanita
lebih cepat
6. Cenderung mengalami kebotakan 6. Lebih sedikit peluang mengalami
lebih tinggi kebotakan. Hal ini terkait atas
kromosom X.
7. Lebih sedikit berpeluang 7. Cenderung lebih beresiko
menderita osteoporosis menderita osteoporosis karena
penyusutan tulang sangat banyak
dipengaruhi hormon esterogen

E. TEORI-TEORI

A. Teori Penuaan Biologis


1. Teori Telomere
Pada ujung setiap kromosom, terdapat sekuen pendek DNA nontranskripsi yang
dapat diulang berkali-kali yang dikenal sebagai telomere. Sekuen telomere ini
tidak seluruhnya terkopi sepanjang sintesis DNA menuju ke mitosis. Sebagai
hasilnya, ekor untaian tunggal DNA ditinggal di ujung setiap kromosom akan
dibuang dan pada setiap pembelahan sel, telomere menjadi pendek.

2. Teori Wear and Tear


Hilangnya sel secara normal akibat dari perubahan dalam kehidupan sehari-
hari dan penumpukan rangsang subletal dalam sel yang berakhir dengan
kegagalan sistem yang cukup besar sehingga keseluruhan organisme akan mati.

3. Teori Radikal Bebas


Radikal bebas adalah molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan diorbit luarnya. Oksigen yang kita hirup akan diubah oleh sel
tubuh secara konstan menjadi senyawa yang sangat reaktif , dikenal sebagai
senyawa reaktif oksigen / reactive oxygen species (ROS). Peristiwa ini terjadi saat
proses sintesa energi oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang melibatkan
enzim sitokrom P-450 di hati.

4. Teori Genetika
Anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada umur yang sama dan
umurnya mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikut sertakan
meninggal akibat kecelakaan dan penyakit. Beberapa gen yang mempengaruhi
penuaan terdapat pada kromosom 1, tetapi bagaimana cara mereka mempengaruhi
penuaan masih belum jelas.

5. Teori DNA Repair


Dikemukakan oleh Hart & Setlow. Ada perbedaan pola laju repair kerusakan
DNA yang diinduksi sinar UV. Spesies yang mempunyai umur terpanjang
memiliki laju DNA repair terbesar (mamalia & primata).

6. Teori Genetic Clock


Aging terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Nukleus memiliki jam
genetik yang telah diputar menurut replika tertentu. Jika jam berhenti, maka akan
terjadi kematian sel. Bukti pendukungnya antara lain perbedaan usia hidup tiap
spesies.

7. Teori Mutasi Somatik


Radiasi, zat kimia, dan infeksi menyebabkan mutasi. Mutasi progresif DNA
menyebabkan penurunan kemampuan fungsional sel. Kesalahan transkripsi dan
translasi menyebabkan terbentuk enzim yang salah, sehingga timbul gangguan
fungsi sel.

8. Breakdown Theory
Penuaan terjadi akibat adanya penurunan system kekebalan tubuh secara
bertahap, sehingga tubuh tidak dapat lagi memeprtahankan diri terhadap luka,
infeksi, penyakit, dan sebagainya.

9. Teori Autoimmunity
Tubuh lansia yang mengalami penuaan sudah tidak dapat lagi membedakan
antara sel normal dan sel tidak normal. Ketika ada sel yang terinfeksi, antibody
tidak hanya menyerang sel yang terinfeksi tersebut, tapi juga sel normal
disekitarnya.

10. Teori Hasil Sisa


Adanya penumpukan pigmen lipofuchsin pada sel tua. Merupakan sisa
pembakaran asam lemak dan asam amino yang tidak dicerna enzim lisosom.
Fungsi sel terganggu, akhirnya mati.

F. FAKTOR-FAKTOR
 Faktor penuaan yang tidak dapat kendalikan/dihindari
Genetik
 Faktor penuaan yang bisa dikendalikan/dihindari
 Faktor lingkungan, yang melibatkan:
1. Pemasukan kalori
2. Penyakit-penyakit
3. Stress dari luar (misalnya : radiasi, bahan-bahan kimia)
 Faktor lingkungan di luar tubuh:
1. Peningkatan pencemaran lingkungan
2. Lingkungan yang tidak bersih
3. Paparan sinar matahari yang berlebihan
 Faktor lingkungan di dalam tubuh:
1. Pemakaian obat / jamu
2. Makanan berbahan kimia (pewarna / perasa buatan, pengawet,
penyedap)
3. Stress (fisik & psikis)
 Pola makan tidak sehat:
1. Diet tinggi lemak
2. Alkohol
3. Kurangnya asupan buah dan sayur
 Kebugaran tubuh yang tidak terjaga.
Kedua faktor tersebut akan mempengarui aktifitas metabolisme sel yang
akan menyebabkan terjadinya stress oksidasi sehinga terjadi kerusakan pada sel
yang menyebabkan terjadinya proses penuaan.

G. PENUAAN YANG SUKSES

A. (R.J HVIGHURST)
“Adding life to the yeaars” yaitu memperoleh kepuasan dalam hidup
B. (Palmore,1995)
Survival (umur panjang), kesehatan (tanpa kecacatan), dan kepuasan hidup
(kebahagiaan)

C. Teori-Teori Penuaan yang sukses

1. teori keterlepasan : lepas dari peran sosial (pengunduran diri), ia puas berada
dirumah untuk mengucilkan diri (beraktifitas pasif) dan siap menghadapi kematian
(Bearon)
2. teori aktifitas : menyibukkan diri sesuai kemampuan di usianya (Powel,2001)
3. teori Kesinambungan : mereka yang memindahkan kebiasaan, pilihan, gaya hidup
dan hubungan dari paruh baya ke akhir hidup
a. subjektif : memiliki makna dalam hidup saat muda
b. objektif : panjang usia, kesehatan mental, dan produktif sosial

H. KARAKTERISTIK PENUAAN
Menurut Vincent J. Cristofalo (1990) dalam Hardywinoto (2005), beberapa karakteristik
tentang proses penuaan yang terjadi pada hewan menyusui dan manusia adalah sebagai
berikut :

a. Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia.

b. Terjadinya perubahan kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh mengakibatkan massa tubuh
berkurang, peningkatan lemak dan lipofuscin yang dikenal sebagai age pigment, serta
perubahan di serat kolagen yang dikenal dengan cross-linking.

c. Terjadinya perubahan progresif dan merusak.

d. Menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungannya.

e. Meningkatnya kerentanan terhadap bebagai penyakit tertentu.

2. GERONTOLOGI

A. DEFINISI
Berasal dari 2 kata. Geron (orang tua), Logi (Ilmu) jadi artinya ilmu yang mempelajari
proses penuaan dan masalah yang terjadi pasa lansia. Dari berbagai aspek biologis,
psikis.

B. RUANG LINGKUP
 Gerontologi Sosial
Gerontologi sosial menggunakan pendekatan ilmu sosiologi, antropologi,
ekonomi, psikologi dan beberapa ilmu humaniora lainnya untuk memahami
proses penuaan beserta dampak dan solusinya dalam sebuah komunitas
masyarakat.
 Biogerontologi
Biogerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses biologis yang terjadi dalam
proses penuaan. Fokus kajian biogerontologi adalah perubahan-perubahan fisik
(badaniah) yang dialami para lansia sesuai dengan perkembangan biologisnya.
Ciri fisik atau biologis memperlihatkan berjalannya fungsi tubuh seseorang.
Dalam siklus atau tahapan hidup mahluk hidup perubahan fungsi fisik pasti terjadi
seiring dengna umur yang makin bertambah; pada tahapan usia muda fungsi
tubuh berkembang dengan baik sehingga sampai tahap dewasa; memasuki usia
dewasa, seorang mengalami puncak dari seluruh fungsi biologisnya; sedangkan
pada tahap akhir, masa tua, fungsi organ-organ tubuh akan menalami penurunan.
Biogerontologi berusaha memetakan perubahan-perubahan tersebut dan
mempelajari mengapa perubahan itu terjadi sesuai dengan hukum biologi.

 Gerontologi Medis (Geriatri)


Gerontologi medis mempelajari kesehatan lansia. Fokus kajian yang dibicarakan
pada gerontologi medis adalah kesehatan lansia sesuai denganperkembangan
biologisnya.Geriatri berasal dari kata gerios, yang berarti usia lanjut dan lateria,
yang berarti merawat. Salah satu fokus pembelajaran dalam geriatri adalah
mengenai penyebab penyakit, yang dinamakan etiologi. Para lansia pada
umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh yang disebabkan oleh faktor
endogen (dari dalam tubuh) dan faktor eksogen (luar tubuh). Dengan menurunnya
fungsi tubuh seperti enzim, sel, dan daya tahan tubuh (imunitas), maka faktor
eksogen dengan mudah memunculkan penyakit pada para lansia. Dua hubungan
tersebut dipelajari dalam etiologi.
 Geroteknologi
Geroteknologi mempelajari kaum lansia dan hubungannya dengan perkembangan
teknologi. Pendekatan ini merupakan ilmu terbaru yang menguraikan sejauh mana
perkembangan teknologi bagi kaum lansia. Kemajuan teknologi yang semakin
mutakhir memberikan peluang atau kesempatan bagi kaum lansia untuk
mengembangkan dirinya.Geroteknologi sebenarnya ilmu praktis untuk
memudahkan para lansia dalam menggunakan sarana dan prasarana yang sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Misalkan, kemudahan pelayanan
administrasi pemerintahan bagi kaum lansia dapat menggunakan sarana dan
prasarana teknologi seperti handphone atau merancang tempat tinggal yang layak
huni bagi para lansia dan penggunaan alat-alat khusus lainnya.Penerapan
teknologi yang mutakhir terhadap para lansia akan menyokong mereka sekaligus
menempatkan mereka secara mandiri dalam menjalankan masa tuanya.

3. NUTRISI YANG COCOK UNTUK LANSIA

 Kalori
 Lemak 9,4 (35%)
 Protein 4 kalori (sangat dibutuhkan)
 Kalsium (membantu pembentukan sel pada tulang)

*Perhitungan :

 40 tahun – 49 tahun → Kalori 0,95 BB x 40 kalori x indeks aktifitas


 50 tahun – 59 tahun → Kalori 0,9 BB x 40 kalori
 60 tahun → 0,8 BB x 40 kalori

*IMT Lansia :

 < 18,5 → Gizi kurang


 18 – 25 → Normal
 > 25 → Obesitas

*Prinsip Dasar :

 Akan Ada Fungsi Yang Berkurang


 Efek Utilisasi Nutrien
 Metabolisme Tidak Efektif
 Kegagalan Organ
a. Kebutuhan energi (kalori)
Dapat dihitung dengan metode kilokalori per kilogram. Berat badan yang dijadikan acuan
perhitungan kebutuhan kalori adalah:
- Berat badan aktual untuk pasien dengan indeks massa tubuh kurang atau normal
- Berat badan ideal untuk pasien dengan indeks massa tubuh lebih atau obesitas.
b. Kebutuhan protein
Pada usia lanjut yang sehat kebutuhan protein 0.8 gram/kg berat badan/hari. Protein yang
diberikan berupa protein hewani dan nabati. Protein hewani lebih dipilih karena memiliki
komposisi asam amino yang mempunyai nilai biologis yang lebih tinggi.
c. Kebutuhan karbohidrat
Berkisar antara 45-65% dari total kalori, dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi
karbohidrat kompleks.

d. Kebutuhan lemak
Berkisar antara 20-35% dari total kalori. Dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak jenuh <
10% kalori dan kolesterol < 300 mg/hari
e. Kebutuhan cairan
Untuk memelihara status hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit. Kebutuhan
cairan usia lanjut yaitu 25-30 mL/kg berat badan.

f. Kebutuhan vitamin dan mineral


Sesuai dengan angka kebutuhan gizi yang dianjurkan untuk usia lanjut Indonesia.

(Sumber : Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

4. GANGGUAN PADA LANSIA

a) Degeneratif :
 Diabetes Milletus : Kadar Gula Tinggi , Kekurangan Insulin
 Osteoraktritis : Rusaknya Tulang Rawan Pada Sendi
 Osteoporosis : Masa Tulang Menurun
 Kanker
 Parkinson
 Alzheimer
 Jantung Koroner
b) Non Degeneratif :
 Polifarmasi
 Gangguan Kognitif
 Progeria (Kulit Keriput,Rambut Rontok,Tulang Rapuh)
 Kepikunan (Penurunan Fungsi Saraf Otak)
c) Menjelaskan penyakit pada lansia
a. Penyakit pada lansia
- Penyakit kulit
- Penyakit pda rongga mulut

Kandidiasis rongga mulut, glossitis, leukoplakia

- Penyakit saluran cerna pada usia lanjut


Pendarahan saluran cerna, diare, konstipasi, nyeri perut
- Penyakit pada sistem kardiovaskuler

Serangan jantung, kegagalan jantung, kegagalan saluran napas, stroke

- Penyakit pada saluran napas


- Penyakit ginjal
- Penyakit diabetes
- Anemia
- Sindrom otak organik

Penyakit Al zheimer

(Sumber : buku Gizi untuk Meningkatkan Manula )

Penyakit pada lansia

Tujuh penyakit kronik degenaratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu:

a) Osteo Artritis (OA)

OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang
mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran.

Faktor risiko:
1. Wanita berusia lebih dari 45 tahun
2. Kelebihan berat badan
3. Aktivitas fisik yang berlebihan, seperti para olahragawan dan pekerja kasar
4. Menderita kelemahan otot paha
5. Pernah mengalami patah tulang disekitar sendi yang tidak mendapatkan perawatan
yang tepat

b) Osteoporosis

Osteoporosis merupakan salah satu gangguan bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang.
 Osteoporosis primer
Sering menyerang wanita paskamenopause dan juga pada pria usia lanjut dengan
penyebab yang belum diketahui.
 Osteoporosis sekunder
Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan:
Cushing's disease, hyperthyroidism, hyperparathyroidism, hypogonadism, kelainan
hepar, kegagalan ginjal kronis, kurang gerak, kebiasaan minum alcohol, pemakai obat-
obatan/corticosteroid, kelebihan kafein, dan merokok
-Definisi
Pada lansia di sebut silent killer. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai
sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang yang akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang
-Gejala
 Tinggi badan menurun
 Bentuk badan berubah, membungkuk
 Tulang rapuh dan patah
-Proses terjadinya
Tulang tersusun dari jaringan-jaringan yang secara terus-menerus mengalami kerusakan
dan selalu memperbarui pada tingkat sel. Pengobatan konvensional hanya memperhatikan
pada sebab diet kekurangan kalsium dan kemunduran estrogen setelah menopause.
Tetapi metabolisme tulang sangatlah kompleks, melibatkan berbagai nutrisi termasuk
vitamin D, K, B6, B12, asam folat, dan mineral-mineral ( Boron, Magnesium, dan Fosfor
serta Kalsium.
Estrogen sering mengalihkan betapa pentingnya progesteron pada perlakuan dan
pencegahan osteoporosis. Meskipun estrogen mengatur “osteoclast” (sel-sel tulang
khusus yang menghilangkan bagian tulang mati dikarenakan kekurangan mineral),
progesteron mempengaruhi pembentukan sel-sel tulang, yang disebut “osteoblast” yang
melibatkan kalsium, magnesium, dan fosfor dari darah untuk mengganti massa tulang
yang hilang. Kombinasi dari nutrisi dan hormon inilah yang membentuk sistem
penanggulangan dan pencegahan osteoporosis.
Osteoporosis dapat terjadi di mana saja pada susunan tengkorak kita, tetapi paling
sering pada tulang belakang, pinggul, dan rusuk. Bagian inilah yang paling berat
menanggung berat badan, oleh karena itiu seiring dengan bertambahnya usia (lanjut)
timbul rasa sakit, berubah bentuk, dan kemungkinan terjadi keretakan.

-Penyebab

 Usia
 Konsumsi obat. Kortikosterois, obat asma. Obat untuk artitis, rematik, diabetes,
hipertiroidisme, dan lain-lain.
 Gaya hidup yang tidak sehat
 Asupan gizi tidak seimbang
 Kurang nya aktifitas fisik, termasuk olahraga rutin
 Haid tidak teratur
 Kurang paparan sinar matahari (vitamin D)
 Konsumsi kafein alkohol
 Faktor genetik
 Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko, karena produksi hormon estrogen memengaruhi
memacunya terjadi osteoporosis. Produksi hormon estrogen yang
rendah,meningkatkankalsium yang terbuang
-Pencegahan
 Konsumsi kalsium yang cukup
 Asupan gizi yang seimbang
 Hati-hati dalam menggunakan obat
 Batasi pemakaian garam
 Cukup vitamin D
 Aktif olahraga
 Bantu obat untuk meningkatkan estrogen
-Test Kepadatan Tulang untuk mengetahui osteoporosis
 Metode DEXA (Dual energy X-ray Absorptiometry. Lebih aman karena rendah radiasi
 Osreomark-NXT test. Mengukur kadar cross-linked n-telopeptide of tipe I, dalam
kolagen, yaitu senyawa dalam tulang yang terpecah dalam urine

c) Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas
arteri pada proses menua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut dibagi atas :


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Keturunan (genetik)
b. Faktor risiko yang dapat dikontrol:
1. Obesitas
2. Kurang Olahraga
3. Kebiasaan merokok
4. Mengkonsumsi garam berlebih
5. Minum Alkohol
6. Minum Kopi
7. Stres

d) Diabetes Melitus

Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih
tetao normal meskipun dalam kondisi puasa.
e) Dimensia

Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya
ingan secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari.
f) Penyakit Jantung Koroner
Penempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu.
g) Kanker

Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat.
h) Alzheimer

Awitan dari perubahan mental penderita alzheimer sangat perlahanlahan, sehingga pasien
dan keluarganya tidak mengetahui secara pasti kapan penyakit ini mulai muncul. Terdapat
beberapa stadium perkembangan penyakit alzheimer yaitu:
1. Stadium Awal
Pada penderita penyakit Alzheimer stadium awal ini dapat ditemukan cirri-ciri
sebagai berikut:
a. Kesulitan berbahasa
b. Kemunduran daya ingat secara bermakna
c. Disorientasi waktu
d. Tersesat ditempat yang dikenal
e. Kesulitan membuat keputusan
f. Kehilangan inisiatif dan motivasi
g. Gejala depresi dan agitasi
h. Hilang minat dalam hobi dan aktivitas
2. Stadium Menengah
Sedangkan pada penderita penyakit Alzheimer stadium menengah ini, ditemukan
karakteristis sebagai berikut:
a. Mudah lupa terutama terhadap peristiwa baru dan nama orang
b. Tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa masalah
c. Tidak dapat melakukan aktivitas rumah tangga secara mandiri
d. Sangat bergantung pada orang lain
e. Perlu bantuan untuk urusan kebersihan diri
f. Sulit berbicara
g. Sesat di rumah sendiri
h. Munculnya halusinasi
3. Stadium Lanjutan
Pada penderita penyakit Alzheimer tingkat lanjut ini, ditemukan cirri-ciri, yaitu:
a. Ketidakmandirian dan inaktif total
b. Tidak mengenali anggota keluarga sendiri
c. Sukar memahami dan memulai peristiwa
d. Sulit berjalan
e. Perilaku tidak wajar di masyarakat
f. Bergantung pada kursi roda dan tempat tidur.
Factor resiko seseorang untuk terkena penyakit Alzheimer ini adalah:
1. Factor usia
Biasanya penyakit Alzheimer ini diderita oleh seseorang yang berusia lebih dari 65
tahun. Tetapi tak menutup kemungkinan juga dapat menyerang seseorang yang
berusia di bawah 40 tahun. Sedikitnya 5% orang berusia antara 65 tahun sampai 74
tahun memiliki Alzheimer. Sedangkan pada seseorang yang berumur 85 tahun ke atas
jumlahnya meningkat hingga 50% penderita.
2. Keturunan
Risiko terkena Alzheimer akan tinggi jika di keluarga tersebut sudah mempunyai
riwayat penyakit Alzheimer sebelumnya.
3. Jenis kelamin
Wanita lebih mudah terkena penyakit Alzheimer daripada laki-laki. Hal ini terjadi
karena wanita lebih panjang umur dari pada laki-laki.
4. Penurunan kognitif ringan
Orang yang mempunyai penurunan kognitif ringan mempunyai masalah ingatan yang
memburuk daripada apa yang mungkin diekspektasikan pada usianya dan belum
cukup buruk untuk mengklasifikasikan sebagai dementia. Banyak dari mereka yang
berada pada kondisi ini berlanjut memiliki penyakit Alzheimer.
5. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat juga bisa memiliki risiko terkena penyakit Alzheimer.
6. Tingkat pendidikan
Studi menemukan hubungan antara rendahnya pendidikan dan risiko Alzheimer.
Tetapi alasan tepat yang mendasarinya tidak diketahui. Beberapa ilmuwan berteori,
makin sering anda menggunakan otak akan lebih banyak sinapsis yang anda buat
dimana akan tersedia banyak cadangan di hari tua. Akan sulit untuk menemukan
Alzheimer pada orang yang melatih otaknya secara rutin, atau mereka yang memiliki
tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
i) Delirium
Sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan
kognitif, disorientasi, gangguan persepsi, termasuk halusinasi dan ilusi serta
gangguan perilaku, seperti agitasi, gangguan ini berlangsung pendek dan berjam-jam
hingga berhari-hari, tingkat keparahannya berfluktuasi di malam hari, kegelapan bisa
mengakibatkan halusinasi visual dan gangguan perilaku meningkat biasanya
reversibel. Penyebabnya adalah usia dan kebiasaan kurang tidur.
j) Katarak

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan
tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor
ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara
tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin,
tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan
myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada yang dapat dihindari masyarakat
untuk mencegah percepatan terjadinya katarak, misalnya merokok.
Berdasarkan penyebab terjadinya katarak dibagi menjadi :
 Katarak senile ( 95 %) :
- Katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun)
- Menurut catatan The Framinghan Eye Study, katarak terjadi 18 % pada usia 65
– 74 tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat katarak diduga
terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun.
 Katarak congenital :
- Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir (bayi kurang dari 3
bulan).
 Katarak traumatic :
- Terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma tumpul, adanya
benda asing pada intra okuler, X Rays yang berlebihan atau bahan radio aktif.
Waktu untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi dari jam sampai
tahun.
 Katarak toksik :
- Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu (korticostiroit,
Klorpromasin/torasin, miotik, agen untuk pengobatan glaucoma)
 Katarak asosiasi :
- Penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid, Down Syndrom dan dermatitis
atopic dapat menjadi faktor resiko bagi individu untuk perkembangan katarak
 Katarak komplikata :
- Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan okuler).
- Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan
retina detachement. Katarak ini biasanya mengenai satu sisi mata saja.

b. Sindrom Geriatri
Adanya sindrom geriatric, yaitu kumpulan gejala yang sering dikeluhkan oleh para usia
lanjut dan/atau keluarganya bergantung pada peneliti dan tempat pembagian atas sindrom
geriatric tersebut.

Solomon et al, California, UCLA, ada 13 gangguan yang umumnya diderita oleh
lansia:
1) Immobility
2) Instability
3) Intellectual
4) Incontinence
5) Inanition
6) Isolation
7) Impotence
8) Impairment
9) Infection
10) Hearing etc.
11) Impaction
12) Iatrogenic
13) Immune-defficiency, insomnia
14) Impairment of vision and smell

(Sumber : penyakit degeneratif )

5. PELAYANAN KESEHATAN PADA LANSIA :

*Jenis :

1. Posyandu Lansia : -Menjaga Kondisi Lansia


-Deteksi Dini ( Terdapat KMS)
-Pengobatan

Kategori :

A: Tidak Mandiri

B : kadang mandiri dan Kadang Membutuhkan Bantuan

C : Bisa Mandiri

2. Panti Jompo : Meningkatkan Taraf Hidup Lansia Baik Jasmani Dan Rohani

*Mekanisme :
 Meja 1 : Registrasi
 Meja 2 : Pengukuran (BB,TB)
 Meja 3 : Pengecekan Tekanan Darah Dan Kadar Gula
 Meja 4 : Tekanan Urine
 Meja 5 : Penyuluhan

*Prinsip Pelayanan Kesehatan :


a. Rumah Sakit ( Dasar Rujukan Pertama )
b. Masyarakat
c. Rumah Sakit + Masyarakat (Pusat Konseling)
Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut.
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut
merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut
yang antara lain adalah : Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini
penurunan
 kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
 Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
 Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi
seimbang.
 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
 Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau
hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
 Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok
sosial.
 Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,
alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan mental. Penanggulangan masalah
kesehatannya sendiri secara benar
b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit
maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan. Upaya preventif
dapat berupa kegiatan :
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan
secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
 Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
 Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata,
alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan
tetap merasa berguna
 Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan pada usia lanjut.
 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
 Pelayanan kesehatan dasar
 Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
d. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Yang
dapat berupa kegiatan :
 Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan
berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia
lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan
dan kemampuan.
 Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita
 Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam
maupun diluar rumah.
 Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
 Perawatan fisio terapi.

(Sumber : Jurnal USU 2003)

PSIKOGERIATRI

1. DEFINISI
Psikososial adalah Gambaran yang menghubungkan kondisi sosial seseorang dengan
kesehatan mental atau emosionalnya.
Psikososial Lansia adalah Suatu kondisi yang menggambarkan keadaan/kondisi sosial
sesorang pada usia lanjut dengan kesehatan mental atau emosional yang terjadi pada usia
lanjut, karena pada usia lanjut terjadi beberapa perubahan-perubahan baik kondisi fisik,
sosial, dan mental.
2. Psikososial Lansia dan Psikogeriatri
 Psikogeriatri
Psikogeriatri atau psikiatri geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan
pencegahan, diagnosis,dan terapi gangguan fisik dan psikologik atau psikiatrik pada lanjut
usia . Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatri, analog dengan
psikiatri anak (Brocklehurst, Allen, 1987). Diagnosis dan terapi gangguan mental pada
lanjut usia memerlukan pengetahuan khusus, karena kemungkinan perbedaan dalam
manifestasi klinis, patogenesis dan patofisiologi gangguan mental antara patogenesis
dewasa muda dan lanjut usia (Weinberg, 1995; Kolb-Brodie ,1982). Faktor penyulit pada
pasien lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering adanya penyakit dan
kecacatan medis kronis penyerta,pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan peningkatan
kerentanan terhadap gangguan kognitif ( Weinberg, 1995; Gunadi, 1984).
 Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia
Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.
Ada beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan
jiwa mereka yaitu, sebagai berikut:
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai muncul kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi
menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara
umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan
secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi
fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga
kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk
mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu
mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja
secara seimbang.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi
dan budaya
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
d. Pasangan hidup telah meninggal
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3. Perubahan Aspek Psikososial


Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia.
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan
yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan Pada umumnya perubahan ini
diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia
dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering
diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya (Kuntjoro, 2007)
Akibat-akibat perubahan :
a. Sumber finansial berkurang
b. Kehilangan kedudukan
c. Kehilangan jabatan
d. Kehilangan peran, kegiatan, status dan harga diri

5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat


Perubahan dalam peran sosial di masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera
pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan
fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka
melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa
terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi
seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna
serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil. (Kuntjoro, 2007)
 Penyebab Depresi pada Lanjut Usia
Penyebab dan faktor risiko yang menyebabkan depresi pada orang tua dan lansia
meliputi :
a. Masalah kesehatan - Penyakit dan kecacatan, sakit kronis atau berat; penurunan
kognitif; kerusakan pada citra tubuh karena operasi atau penyakit.
b. Kesepian dan isolasi - Hidup sendiri, berkurangnya lingkaran sosial karena kematian
atau relokasi, turunnya mobilitas karena sakit atau kehilangan kendali atas hak
istimewa.
c. Berkurangnya perasaan berguna - Perasaan tak berguna atau kehilangan identitas karena
pensiun atau terbatasnya kegiatan fisik.
d. Ketakutan - Takut mati atau sekarat; kecemasan atas masalah keuangan atau masalah
kesehatan.
e. Kehilangan- Kematian teman, anggota keluarga, dan hewan peliharaan; hilangnya
pasangan atau mitra.

Penyebab suatu kondisi psikososial


1. Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama
serotonin
2. Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap
suatu situasi sosial
3. Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan
pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya
Untuk pencegahan masalah psikososial pada lansia dapat dikumpulkan dengan komunitas
lansia yang lainnya, karena banyak keluarga yang menelantarkan para lansia karena kesibukan
sendiri maka diperkenalkan seperti panti werda yang mendapatkan kesenangan dan perkumpulan
pada lansia lainnya.
Perubahan Psikoseksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti:
 Gangguan jantung
 Gangguan metabolism
 Vaginitis
 Baru selesai operasi, misalnya prostatektomi
 Kekurangan gizi, karena percernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat berkurang
 Penggunaan obat-obat tertentu seperti antihipertensi

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:


1) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia. Hal ini
meningkatkan depresi terhadap lansia karena terjadi penurunan fungsi seksual
2) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya. Keluarga sangat berpengaruh terhadap semangat hidup dari lansia itu sendiri,
sehingga dengan dukungan keluarga pula dapat menurunkan tingkat depresi dan
meningkatkan mental dari lansia itu sendiri.
3) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya. Hal ini terjadi
karena pada usia lansia merupakan masa pensiun dan semua pekerjaan berakhir,
sehingga timbul kebosanan atau kelelahan. Namun tergantung cara mensiasati
bagaimana kebosanan atau kelelahan itu pada usia lanjut.
4) Pasangan hidup telah meninggal. Hal tersebut membuat pasangan yang ditinggalkan
membuat tingkat depresi semakin meningkat, karena si lansia beranggapan bahwa tiada
yang menemaninya lagi selama hidup.
5) Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb. Dampaknya lansia itu sendiri apabila penurunan
fungsi seksual adalah depresi. Apabila pola pikirnya tidak terasah setiap hari,
kecenderungan pada lansia mengalami pikun. Dan juga berpengaruh terhadap tingkat
emosional lansia itu sendiri, karena pada usia lanjut rentan terhadap emosi cemas, sedih,
senang, depresi, dan lain sebagainya.
3. Perubahan mental pada lansia :
Perubahan-perubahan mental: perubahan- perubahan mental pada lansia berkaitan
dengan 2 hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat kenangan masa
terdahulu namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak
berubah namun terjadi perubahan dalam gaya membayangkan (Nugroho, 2000).
Salah satu contoh perubahan mental pada lansia adalah terjadinya depresi.Depresi
pada lanjut usia terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius. Depresi adalah
gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa bersalah,
putus asa, dan perasaan kosong (keliat,1996).

Anda mungkin juga menyukai