Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas


kehidupan sendiri. Didalam tubuh terdapat berbagai jenis sel dengan fungsinya masing-
masing. Mereka mempunyai keperluan yang sejajar akan zat-zat seperti oksigen dan
suplai zat makanan, suhu, suplai air dan sarana pembuangan sampah yang konstan. Sel
secara harafiah adalah unit kehidupan, kesatuan lahiriah yang terkecil yang menunjukkan
bermacam-macam fenomena yang berhubungan dengan hidup.Karena itu, sel juga
merupakan unit dasar penyakit.
Mekanisme adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan, kesatuan
lahiriah yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena yang berhubungan
dengan hidup.dan selalu berbuhungan dengan karakteristik makhluk hidup yaitu :
bereproduksi, tumbuh, melakukan metabolisme dan beradaptasi terhadap perubahan
internal dan eksternal.
Jejas sel dapat menyebabkan trauma bahkan kematian sel, terbagi 2 yaitu jejas
reversible dan jejas irreversible (nekrosis yaitu dengan hilangnya integritas membran dan
bocornya isi sel sehingga terjadi kerusakan sel dan apoptosis yaitu jalur kematian sel
dengan mengaktifkan enzim yang merusak DNA inti sel itu sendiri dan protein pada inti
dan sitoplasma).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sel?
2. Bagaimana siklus sel terjadi?
3. Apa yang dimaksud dengan artrofi, hipertrofi, hiperplasia, metaplasia, dan displasia?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya adaptasi pada sel?
5. Apa penyebab terjadinya jejas sel?
6. Apa saja jenis-jenis pada kematian sel?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu sel, komponen pada sel, struktur pada sel
2. Untuk mengetahui bagaimana terjadi siklus pada sel seperti fase M,G1,G2,G0 dan S
3. Untuk mengetahui apa itu artrofi, hipertrofi, hiperplasia, metaplasia dan displasia
4. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya adaptasi pada suatu sel
5. Untuk mengetahui apa saja penyebab sampai bisa terjadinya jejas pada sel
6. Untuk mengetahui jenis pada kematian sel seperti nekrosis dan apoptosis
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sel

Sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan
unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan
dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam
sel. seluruh tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya,
tubuh bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara
tubuh tikus berasal dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi. Sel yang
sama dikelompokkan menjadi jaringan, yang membangun organ dan kemudian sistem
organ yang membentuk tubuh organisme tersebut. Contohnya, sel otot jantung
membentuk jaringan otot jantung pada organ jantung yang merupakan bagian dari sistem
organ peredaran darah pada tubuh manusia. Sementara itu, sel sendiri tersusun atas
komponen-komponen yang disebut organel.

2.1.1 Struktur sel

Semua sel dibatasi oleh suatu membran yaitu membran plasma, sementara daerah
di dalam sel disebut sitoplasma.

1. Sel Prokariota
Tidak memiliki membran inti. Kebanyakan prokariota merupakan organisme
uniseluler dan hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran
selnya.
Misalnya, pada bakteri

2. Sel Eukariota
Memiliki membran inti. Sitoplasma eukariota terletak di antara nukleus dan membran
sel. di dalamnya terdapat organel-organel dengan bentuk dan fungsi terspesialisasi
serta sebagian besar tidak dimiliki prokariota.
Misalnya, pada hewan dan tumbuhan.

2.1.2 Komponen Sel

1. Membran Sel
Membran yang membatasi sel yaitu sebagai membran plasma dan berfungsi untuk
memungkinkan aliran oksigen, nutrien, dan limbah yang cukup untuk melayani
seluruh volume sel. Membran sel juga berperan dalam sintesis ATP,pensinyalan sel,
dan adhesi sel.

2. Nukleus
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota. Nukleus
mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma dengan cara mengirim molekul
3

pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis berdasarkan


pesan gen pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma melalui pori nukleus
dan melekat pada ribosom, tempat pesan genetik tersebut diterjemahkan menjadi
urutan asam amino protein yang disintesis.

3. Ribosom
Merupakan tempat sel membuat protein. Ribosom eukariota lebih besar daripada
ribosom prokariota, namun keduanya sangat mirip dalam hal struktur dan fungsi. Pada
eukariota, ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau terikat pada bagian
luar retikulum endoplasma.

4. Retikulum Endoplasma
a. Retikulum Endoplasma Kasar
karena permukaannya ditempeli banyak ribosom, berfungsi dalam sintesis protein.
Protein yang terbentuk akan terdorong ke bagian dalam retikulum endoplasma
yang disebut lumen.
b. Retikulum Endoplasma Halus
tidak memiliki ribosom pada permukaannya, berfungsi dalam sintesis lipid.
mengandung enzim yang mengubah obat-obatan, racun, dan produk sampingan
beracun dari metabolisme sel menjadi senyawa-senyawa yang kurang beracun
atau lebih mudah dikeluarkan tubuh.

5. Badan Golgi
tersusun atas setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut sisterna. Badan
Golgi mengatur pergerakan berbagai jenis protein; ada yang disekresikan ke luar sel,
ada yang digabungkan ke membran plasma sebagai protein transmembran, dan ada
pula yang ditempatkan di dalam lisosom.

6. Lisosom
berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk
mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom menguraikan
molekul makanan yang masuk ke dalam sel melalui endositosis ketika suatu vesikel
endositosis bergabung dengan lisosom.

7. Vakuola
merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan yang berupa rongga yang diselaputi
membran (tonoplas). Tonoplas adalah membran tunggal yang menyelimuti vakuola
dan memisahkan sitosol dari getah tumbuhan. Cairan berisi zat seperti enzim, lipid,
alkaloid, garam mineral, asam, dan basa. Selain itu, Vakuola juga berisi asam organik,
asam amino, glukosa, dan gas.

8. Mitokondria
Tempat repirasi seluler makhluk hidup yaitu suatu proses kimiawi yang memberi
energi pada sel, Karbohidrat dan lemak merupakan contoh molekul makanan
berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dan karbondioksida.

9. Kloroplas
Kloroplas mengandung klorofil, pigmen hijau yang menangkap energi cahaya untuk
fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang mengubah energi cahaya menjadi energi
kimiawi yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan senyawa organik lain.
4

10. Peroksisom
Organel yang terbungkus membrane tunggal dari lipid. biasanya mengandung satu
atau lebih enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi menghasilkan hidrogen
peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida merupakan bahan kimia beracun, namun di
dalam peroksisom senyawa ini digunakan untuk reaksi oksidasi lain atau diuraikan
menjadi air dan oksigen.

11. Sitoskleton (kerangka sel)


Jarring berkas-berkas protein yang menyusun sitoplasma dalam sel.

2.1.3 Siklus Sel

Fungsi sel berupa duplikasi akurat sejumlah besar DNA di dalam kromosom, dan
kemudian memisahkan hasil duplikasi tersebut hingga terjadi dua sel baru yang identik.

a. Fasa S (sintesis)
Merupakan tahap terjadinya replikasi DNA. Pada umumnya, sel
tubuh manusia membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk menyelesaikan tahap ini.
Hasil replikasi kromosom yang telah utuh, segera dipilah bersama dengan
dua nukelus masing-masing guna proses mitosis pada fase M.

b. Fasa M (mitosis)
Interval waktu fase M kurang lebih 1 jam. Tahap terjadi pembelahan sel (baik
pembelahan biner atau pembentukan tunas). Pada mitosis, sel membelah dirinya
membentuk dua sel anak yang terpisah. Dalam fase M terjadi beberapa jenjang
fase, yaitu
Pembelahan secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang bersifat
sama dengan induknya, artinya sel anak ini pun dapat membelah lagi. Pada
manusia, pembelahan ini terjadi di sel meristem somatik (sel tubuh muda). Proses
ini berlangsung melalui tahapan-tahapan yang terstruktur dan teratur, tidak seperti
Amitosis yang berlangsung secara spontan.

Pembelahan secara mitosis ini melalui dua tahapan, yaitu Kariokinesis


dan Sitokinesis

a) Kariokinesis
Proses ini menunjukkan perbedaan pada tiap fasenya dan bertujuan untuk
pembagian materi inti.

1) Interfase
Pada tahap ini sel tidak membelah. Nukleus terdiri dari RNA ribosom dan
merupakan tempat sintesis protein serta materi yang berwarna gelap
dikenal sebagai kromatin atau bentuk benang-benang kromosom sehingga
bentuk kromosom tidak dapat dilihat secara jelas. Pada salah satu ujung
sel, terdapat 2 pasang protein yang disebut sentrioles, tetapi pada
tumbuhan, sentriosol tidak muncul.
5

1) Profase
Pada tahap ini DNA mulai menjadi kromosom. Kromosom
mulai memendek dan menebal. Pada sel hewan sentriol membelah dan
masing-masing bergerak ke kutub yang berlawanan dan terbentuk
benang-benang spindle yang terhubung ke kutub-kutub. Pada akhirnya
kromosom terlihat terdiri dari dua kromatid yang terikat pada
sentromer. Nucleolus hilang dan membran nucleus hancur.

2) Metafase

Pada fase ini, kromosom berpindah menjadi satu garis


yang disebut the equator. Selain itu, muncul benang-benang
yang disebut spindel dan melekat pada sentromer setiap
kromosom. Spindel ini menghubungkan kromosom ke 2 kutub
sentrisol yang berlawanan.

3) Anafase

Masing-masing sentromer yang mengikat kromatid membelah


bersamaan dan kromatid bergerak menuju kutub pembelahan,
menghasilkan salinan kromosom berpasangan.

4) Telofase

Kromosom mulai mengatur membentuk nukleus yang


terpisah dan dikelilingin memberan nukleus. Cleavage Burrow/
pembelahan alur menyempit dan lama kelamaan membelah sel.
Berbeda dengan itu, pada tumbuhan, pembelahan terjadi dengan cell
plate daripada cleavage burrow.

a. Sitokinesis
Selama sitokinesis berlangsung, sitoplasma sel hewan dibagi
menjadi dua melalui terbentuknya cincin kontraktil yang terbentuk
oleh aktin dan miosin pada bagian tengah sel. Cincin kontraktil ini
menyebabkan terbentuknya alur pembelahan yang akhirnya akan
menghasilkan dua sel anak. Masing-masing sel anak yang
terbentuk ini mengandung inti sel, beserta organel-organel selnya.
6

Pada tumbuhan, sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah ditengah-tengah


sel. Tahap sitokinesis ini biasanya dimasukkan dalam tahap telofase.

b. Fasa G (gap)
Fasa G yang terdiri dari G1 dan G2 adalah fase sintesis zat yang diperlukan pada fase
berikutnya. Pada sel mamalia, interval fase G2 sekitar 2 jam, sedangkan interval fase
G1 sangat bervariasi antara 6 jam hingga beberapa hari. dikatakan berada pada fase
G0 atau “quiescent”. Pada fase ini, sel tetap menjalankan fungsi metabolisnya dengan
aktif, tetapi tidak lagi melakukan proliferasi secara aktif. Sebuah sel yang berada pada
fase G0 dapat memasuki siklus sel kembali, atau tetap pada fase tersebut hingga
terjadi apoptosis.

2.2 Adaptasi Sel

Adaptasi adalah perubahan reversibel dalam ukuran sel, jumlah, fenotipe,


aktivitas metabolik, atau fungsi sel. Sel beradaptasi dengan lingkungannya untuk
menghindari diri dan melindungi diri dari cedera. Penyesuaian sel atau jaringan yang
bersifat reversible akibat adanya suatu jejas (injury), adaptasi sel meliputi perubahan
fungsi anatomi sel atau jaringan. Perubahan adaptif yang paling signifikan dalam
penurunan ukuran sel, hipertrofi (peningkatan ukuran sel), hiperplasia (peningkatan
jumlah sel), dan metaplasia (penggantian reversibel dari satu jenis sel matang oleh jenis
sel yang kurang dewasa lainnya atau perubahan dalam fenotipe). Displasia (pertumbuhan
sel yang terganggu) tidak dianggap sebagai adaptasi seluler yang nyata melainkan
dianggap sebagai hiperplasia atipikal.

2.2.1 Macam Adaptasi Sel

1. Artrofi

Artrofi adalah pengerutan ukuran sel dengan hilangnya substansi sel. Hal ini bisa
disebabkan karena berkurangnya beban kerja, hilangnya persarafan, berkurangnya
suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, penuaan, konsumsi gen dan asam amino
berkurang. Harus ditegaskan walaupun menurun fungsinya, sel atrofi tidak mati. Sel
otot atrofi mengandung lebih sedikit retikulum endoplasma (RE) dan lebih sedikit
mitokondria dan miofilamen (bagian dari serat otot yang mengontrol kontraksi)
daripada yang ditemukan di sel normal. Mekanisme atrofi termasuk penurunan sintesis
protein, peningkatan katabolisme protein, atau keduanya.

Ditandai: menurunya ukuran masing-masing sel atau menurunnya jumlah sel


dalam jaringan setelah sel mencapai ukuran atau jumlah normal, misal immobilisasi
tungkai untuk memungkinkan penyembuhan fraktur), hilangnya persarafan,
berkurangnya suplai darah, nutrisi yang tidak adekuat, hilangnya stimulasi endokrin,
dan penuaan (artrofia sinilis).
7

Artrofi diiringi dengan peningkatan autofagia (memakan diri sendiri) merupakan


proses yaitu sel yang kelaparan akan memakan komponennya sendiri dalam usaha
untuk bertahan hidup.

2. Hipertrofi

Hipertrofi adalah penambahan ukuran sel dan menyebabkan penambahan ukuran


organ, dapat fisiologik ataupun patologik. Penyebabnya antara lain peningkatan
kebutuhan fungsional ataupun rangsangan hormonal spesifik, bukan karena
bertambahnya cairan dalam sel. Pada hipertrofia tidak dibentuk sel baru, hanya sel
bertambah besar mengandung protein dan organel structural yang meningkat. Hipertrofi
terjadi pada sel yang mempunyai kemampuan pertambahan yang terbatas. Sel-sel hati
dan ginjal sangat rentan terhadap pembesaran. Hipertrofi, sebagai respon adaptif
(pembesaran otot), terjadi di sel otot lurik baik jantung dan tulang otot-otot.
Pembesaran jantung disebabkan oleh pelebaran ruang jantung, yang berumur pendek,
dan diikuti oleh peningkatan sintesis ruang pembesaran.

Hipertrofi patologis di jantung adalah sekunder akibat hipertensi, penyakit


jantung koroner, atau katup masalah dan mungkin merupakan faktor risiko utama untuk
gagal jantung. Selain itu, hal ini terkait dengan peningkatan kematian sel fibrosis
interstisial, dan fungsi jantung yang abnormal.

Sering terjadi pada:

a. otot skelet
b. otot jantung

Kedua otot tersebut tidak mampu meningkatkan metabolisme untuk melakukan


mitosis dan pembentukan lebih banyak sel untuk menghadapi suatu aktivitas.

3. Hiperplasia

Hiperplasia adalah meningkatnya jumlah sel dalam organ atau jaringan, bisa
patologik maupun fisiologik, yang terjadi karena proliferasi sel yang telah mengalami
diferensiasi dan penggantian sel oleh sel punca (stem cell). Hyperplasia merupakan
respons adaptasi pada sel yang dapat melakukan replikasi. Hyperplasia juga respons
penting sel jaringan ikat pada penyembuhan luka, faktor pertumbuhan dihasilkan oleh
leukosit dalam respon terhadap jejas dan matriks ekstrasel. Jika terjadi sel cedera sudah
parah dan cukup lama, bisa menyebabkan kematian

Proses hiperplasia tetap terkendali apabila sinyal yang memulai kejadian itu
menghilang, maka hyperplasia juga akan berhenti.

a. Mekanisme
Hiperplasi dapat terjadi dan ditemui pada sel yang dirangsang dengan peningkatan
beban kerja, pensinyalan oleh hormon, atau sinyal yang dihasilkan secara lokal
sebagai respon terhadap penurunan kepadatan jaringan. Hiperplasi hanya dapat terjadi
8

pada sel-sel yang mengalami proses mitosis, seperti sel hati, ginjal, dan jaringan
ikat. Hiperplasi adalah respon normal dari jaringan tubuh.
b. Jenis
Berdasar penyebab terjadinya

1) Hiperplasi fisiologis
Adalah hiperplasi yang terjadi setiap bulan pada sel-sel
jaringan endometrium uterus (rahim) selama stadium folikular pada siklus menstruasi.
a. Hyperplasia Hormonal
Contohnya pada proliferasi kelenjar payudara wanita selama pubertas, kehamilan
dan laktasi, meningkatnya kadar steroid ovarium dalam darah.
b. Hyperplasia Kompensatorik
Jaringan sisa akan bertambah setelah pengeluaran atau hilangnya bagian dari suatu
organ.
Contohnya apabila sebagian organ hepar

2) Hiperplasi patologis
Adalah hiperplasi yang dapat terjadi karena perangsangan hormon yang berlebihan.
Contoh peristiwa ini terjadi pada kasus akromegali, suatu penyakit yang terjadi pada
jaringan ikat yang ditandai oleh meningkatnya hormon pertumbuhan.
Bisa juga pada setelah siklus haid normal akan terjadi pertambahan proliferasi epitel
uterus yang biasanya dipengaruhi ketat oleh hormone hipofisis dan hormon esterogen
ovarium dan dihambat oleh progesterone. Kalau terjadi gangguan keseimbangan
esterogen dan progesteron akan terjadi hyperplasia endometrium. Hyperplasia
endometrium merupakan penyebab tersering dari gangguan siklus haid.

3) Hiperplasi kompensasi
Adalah hiperplasi yang terjadi karena sel jaringan berproliferasi untuk menggantikan
jumlah sel yang telah mengalami penurunan pada jaringan tertentu. Hiperplasia ini
ditemui pada sel-sel hati setelah pengangkatan sebagian jaringan hati
melalui pembedahan. Hiperplasia ini terjadi dengan kecepatan yang signifikan.
4. Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan reversibel pada perubahan tersebut satu jenis sel
dewasa digantikan oleh jenis sel dewasa lain. Suatu sel yang sensitif tehadap suatu
stress tertentu diganti oleh sel lain yang lebih mampu bertahan terhadap lingkungan
yang tidak menopang. Metaplasia diperkirakan dapat terjadi karena sel punca (stem)
deprogram kembali agar mengikuti jalur baru dan bukan perubahan fenotipe
(perubahan diferensiasi) daripada sel yang telah mengalami diferensiasi. Pertumbuhan
abnormal sel yang terkendali
9

a. Metaplasia epitel

Terjadi pada: jaringan mesebkimal/penyangga (otot, lemak, tulang); jaringan


epitel penutup; jaringan epitel kelenjar.

5. Displasia

Hilangnya keseragaman sel secara individu dan juga hilangnya orientasi susunan
sel-sel tersebut

1. Perubahan sifat sel sehingga bervariasi dalam ukuran, bentuk dan susunannya

2. Mempunyai inti sel berwarna gelap, ukurannya lebih besar dan abnormal

3. Mitosis lebih banyak dijumpai pada tempat abnormal diantara sel-sel epitel

Displasia ditemukan pada serviks, saluran pernapasan, rongga mulut, kantung empedu

2.2.2 Mekanisme Adaptasi Sel

1. Cedera Subletal

Cedera subletal terjadi bila sel yang mengalami perubahan morfologis tetapi sel
tidak mati. Perubahan seperti ini bersifat reversible jika penyebab cidera ini dihentikan
dan sel akan kembali pulih seperti sebelumnya. Bentuk perubahan yang terjadi dalam
sel pada cidera subletal adalah sebagai berikut:

a. Pembengkakan sel
Pembengkakan sel yaitu perubahan yang sering terjadi akibat gangguan
mekanisme pengaturan cairan. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar dan akan
terjadi gangguan metabolisme pembentukkan energi

b. Penimbunan lipid
Di dalam sel terjadi gangguan yang lebih berat yaitu degenerasi lemak, yaitu
penumpukkan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke pinggir. Jaringan akan bengkak
10

dan terlihat kekuning-kuningan. Contohnya pada proses perlemakan hati (fatty liver)
yang terjadi pada malnutrisi dan alkoholik. Hati yang terserang hebat akan berwarna
kuning cerah, jika disentuh terasa berlemak. Jenis perubahan ini disebut degenerasi sel.

2. Cedera Letal

Cedera letal cukup berat dan berlangsung lama serta melebihi kemampuan sel
untuk beradaptasi sehingga dapat menyebabkan kematian pada sel. Contohnya sel
parenkim paru perokok yang mengalami cidera letal akibat asap rokok yang terus
menerus.

Disimpulkan bahwa sel yang mengalami cedera ada yang dapat beradaptasi
sehingga tetap normal tetapi ada juga yang tidak dapat beradaptas, sehingga
mengakibatkan sel mati.

2.3 Jejas Sel

Jejas sel (cedera sel) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap
rangsangan atau tidak dapat mempertahankan keadaan homeostasis. Hal ini dapat
terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari
cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta jenis cedera. Jika pulih
kembali (normal) akan disebut reversible, tetapi jika mengakibatkan kematian sel akan
bersifat irreversible penyebabnya biasanya berupa kekurangan oksigen, radikal bebas,
bahan-bahan kimia yang bersofat racun (toxic), infeksi. Apabila suatu sel mengalami
cedera, maka sel tersebut dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis
protein, susunan genetik, dan sifat transportasinya.

2.3.1 Penyebab Jejas Sel

1. Penyebab fisik
Bisa berupa trauma karena suhu yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah yang
kemudian menyebabkan cidera pada sel manusia. Penyebab fisik ini lebih tepatnya
adalah segala sesuatu yang berhubugan dengan fisik yang dapat menyebabkan cidera
atau bahkan kematian sel seperti terkena peluru, trauma listrik dan sebagainya. Semua
kejadian fisik ini dapat menyebabkan perubahan atau pergeseran struktur sel yang
mengakibatkan terganggunya fungsi sel yang akhirnya menyebabkan kematian sel.

2. Penyebab Kimiawi
Bahan kimia dan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan terhadap berbagai
fungsi sel yang dapat menyebabkan sel menjadi rusak bahkan mati. Misalnya, pada
11

ulkus lambung dapat terjadi karena penderita sering mengkonsumsi obat analgetik atau
kortikosteroid. Oba-obat itu membuat atau dapat menyebabkan sel mukosa lambung
cidera, rusak dan akhirnya menjadi ulkus.

3. Penyebab Mikrobiologi
Berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan jamur yang merupakan organisme
infeksi bila masuk dalam tubuh akan mengeluarkan toksi yang dapat merusak dinding
sel sehingga fungsi sel terganggu dan akhirnya menyebabkan kematian pada sel
tersebut.

4. Penyebab Reaksi Imun


Reaksi imun sering menjadi penyebab dari kerusakan sel. Contohnya pada saat
alergi yang sering dialami pasien lanjut usia berupa gatal-gatal dan penyakit dermatitis
kontak yang juga memiliki gejala gatal-gatal akan menyebabkan kerusakan pada sel
kulit.

5. Kekuatan Mekanik
Kekuatan mekanik yang langsung mengenai sel dapat berakibat fatal seperti kulit
yang terkena iris sehingga membran sel daerah yang teriris robek. Hal ini
mengakibatkan sitoplasma keluar dari tubuh.

6. Kegagalan Kebutuhan Membran


Perubahan biokimiawi pada sel dapat menyebabkan kerusakan membran. Hal
tersebut medapat diamati seperti pada sel yang terinfeksi virus dengan mediator
sitoksitas yaitu perforin menyebabkan sitolik. Selain itu radikal bebas juga dapat
menyebabkan kerusakan membran sel.

7. Hambatan Metabolisme
Cidera sel dapat terjadi akibat adanya hambatan metabolisme sel baik bersifat
relatif maupun total dari alur mekanisme metabolisme yang ada. Salah satunya adalah
halangan respirasi seluler karena terhalangnya pemakaian oksigen sebagai sumber
energi utama. Misalnya, sel otot jantung yang sangat peka terhadap kebutuhan oksigen
dalam metabolisme sel nya. Bila kebutuhan berkurang, maka terjadi cidera sel yang
berakibat infark pada otot jantung. Selain itu hambatan metabolisme sintesa protein
dalam sel juga akan berakibat terjadinya cidera sel.

8. Kerusakan DNA
12

Kerusakan DNA yang mudah terjadi adalah kerusakan pada sel yang aktif
membelah diri seperti sel epitel yang terkena radiasi.

9. Defisiensi Metabolit
Beberapa metabolit esensial seperti glukosa, hormon dan oksigen bila mengalami
defsiensi maka akan terjadi cidera pada sel. Sebagai contoh pada sel neuron serebral
yang sangat tergantung dan sangat membutuhkan oksigen dan glukosa. Bila terjadi
defisiensi oksigen dan glukosa maka sel neuron akan mengalami cedera.

Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu

1. Jejas reversible (degenerasi sel)


Suatu keadaan ketika sel dapat kembali ke fungsi dan morfologi semula, cedera yang
ringan kelainan fungsi dan morfologi masih reversible apabila stimulus yang merusak
dihilangkan.

2. Jejas irreversible (kematian sel)


Suatu keadaan saat kerusakan berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak
dapat kembali ke keadaan semula dan sel itu akan mati. Cedera menyebabkan
hilangnya pengaturan volume pada bagian-bagian sel.

Patofisiologi Kerusakan dan Kematian Sel

Proses kerusakan sel diawali dengan terjadinya gangguan pada sistem di dalam sel.
Empat sistem dalam sel yang paling mudah terpengaruhi akibat adanya cidera yaitu:
1. Membran sel
Ketika keutuhan membran sel terganggu, akibatnya tugas membran sel untuk
mempertahankan tekanan osmotik seluler menurun.
2. Mitokondria
Mitokondria berfungsi untuk pembentukan energi berupa ATP melalui
mekanisme respirasi aerob terganggu.
3. Retikulum endoplasma
Fungsi retikulum endoplasma adalah mensintesa protein mengalami gangguan.
4. Nukleus
Sebagai inti dari sel, tentu nucleus terganggu ketika sel mengalami kerusakan.

2.3.2 Jenis Jejas Irreversible (Kematian Sel)


a) Nekrosis
Merupakan jenis kematian sel yang dihubungkan dengan hilangnya integritas
membran dan bocornya isi sel sehingga terjadi kerusakan sel, terutama akibat
13

pengaruh enzim yang merusak sel yang mengalami jejas fatal seolah-olah
terjadinya secara terprogram. Terjadinya kerusakan membran yang amat parah,
enzim akan keluar dari lisosom, memasuki sitplasma dan mencerna sel. Isi sel
akan keluar dari membran plasma yang rusak dan akan memasuki rongga
ekstrasel dan memicu reaksi pejamu (peradangan). Nekrosis itu sebagai jalur
utama kematian sel pada berbagai cedera yang sering ditemui seperti akibat
ischemia, toksin, berbagai infeksi dan trauma. Nekrosis berfungsi untuk
menggantikan bagian-bagian tubuh, sel atau jaringan yang mati.

Ditandai dengan adanya perubahan :


1. Perubahan sitoplasma
Sel nekrotik akan menunjukkan peningkatan warna eosin (warna merah
jambu) terjadi sebagian karena peningkatan ikatan eosin dengan protein
sitoplasma yang mengalami denaturasi dan akibat hilangnya warna basofil
yang biasanya terdapat pada RNA.
2. Perubahan inti
Berbentuk 1 dari 3 pola yang semua disebabkan oleh kerusakan DNA dan
kromatin. Warna basofil dari kromatin akan memudar (kariolosis),
kemungkinan terjadi sekunder akibat aktifitas deoksiribonukleasme
(DNase) . piknosis beruba inti yang mengecil dan warna basofil meningkat;
DNA berubah menjadi suatu masa padat melisut. Karioreksis inti dari
piknotik mengalami fragementasi.
3. Nasib sel nekrotik
Sel nekrotik dapatbertahan beberapa saat atau kemudian dicerna oleh
enzim dan menghilang. Sel mati akan diganti oleh benda mielin yang akan
di fagositosis oleh sel lain atau mengalami degradasi menjadi asam lemak.
Asam lemak akan mengikat garam kalsium, mengakibatkan sel mati
mengalami proses kalsifikasi.

2.3.3 Penyebab terjadinya nekrosis

1. Ischemia
Terjadi akibat suplai O2 dan nutrien terhenti. Misanya, pada penyumbatan
pembuluh darah, selanjutnya terbentuk thrombus dan seterusnya. Timbul
anoksia. Jaringan otak yang rentan terhadap nekrosis.
2. Toksin bakteri
Merusak dinding kapiler dan bentuk trombosis
3. Agen kimia
Bisa eksogen/endogen. Bahkan natrium dan glukosa yang normal ada di
dalam tubuh, tapi jika kadarnya berlebih dapat menimbulkan nekrosis,
karena adanya gangguan keseimbangan osmotic pada sel.
4. Trauma
oleh suhu ekstrim, arus listrik, sinar matahari dan radiasi. Terjadi gangguan
biokimia dalam protoplasma dan inti sel.
5. Hipersensitif (alergi)
Misal obat sulfa pada orang tertentu mengakibatkan nekrosis tubuh ginjal
14

2.3.4 Jenis Nekrosis

1. Nekrosis koagulatifa
Arsitektur jaringannya tetap dipertahankan untuk beberapa hari. Jejas merusak tidak
hanya protein tetapi juga enzim, sehingga tidak terjadi proteolisis sel mati. Akibatnya
sel menjadi eosinofilik tanpa nukleus dan bisa bertahan beberapa hari hingga
beberapa minggu. Leukosit menuju tempat nekrosis dan sel mati akan dicerna oleh
enzim lisosom dari leukosit. Nekrosis koagulatif adalah karakteristan enzim leukosit
infark (daerah nekrosis iskemik) dan terjadi pada semua organ padat kecuali otak.

2. Nekrosis liquefaktifa
Terdapat pada infeksi bakteri setempat, terkadang infeksi jamur, karena mikroba akan
mengakibatkan akumulasi sel radang dan enzim leukosit yang mencerna (liquefy)
jaringan.
3. Nekrosis gangrenosa
Terjadi pada tungkai terutama tungkai bawah yang mengalami kekurangan aliran
darah dan terjadi nekrosis koagulatifa meliputi berbagai lapisan jaringan
4. Nekrosis kaseosa
Menyatakan gambaran putih kekuning-kuningan pada daerah nekrosis yang rapuh.
kaseosa biasanya dikelilingi oleh jaringan radang.
5. Nekrosis lemak
Daerah setempat yang mengalami destruksi lemak, suatu kelainan khas akibat
pelepasan enzim lipase pankreas. Pada kelainan ini enzim pancreas yang keluar dari
sel asinus dan duktus akan mencairkan sel lemak peritoneum dan lipase akan
memecah ester trigliserida pada sel lemak.
6. Nekrosis fibrinoid
Hanya tampak dengan mikroskop cahaya biasanya terjadi pada reaksi imun yang
kompleks antigen dan antibodi mengendap pada dinding arteri.

b) Apoptosis
Merupakan bentuk lain dari nekrosis, pola morfologinya juga berbeda dengan
nekrosis dan lebih cepat terjadinya proses kematian sel, terjadi pengurangan
ATP yang mencolok serta merupakan jalur kematian sel dengan mengaktifkan
enzim yang merusak DNA inti sel itu sendiri dan protein pada inti dan
sitoplasma. Suatu sel yang kehilangan faktor pertumbuhan atau DNA sel atau
protein rusak tanpa bisa diperbaiki, lalu sel tersebut akan bunuh diri. Ditandai
dengan hilangnya inti tanpa kerusakan membran dengan karakterisasi berupa
disolusi inti tanpa kehilangan total integritas membran.
1. Penyebab apoptosis
- Situasi fisiologis
 Dektruksi sel terprogram saat embrio genesis

a. Penyebab
Dapat terjadi karena trauma fisis pada kecelakaan kendaraan bermotor,
mengakibatkan enzim tidak berfungsi pada suatu penyakit metabolit. Umumnya
stimulus yang merusak dapat dikelompokkan seperti:

a) Kekurangan Oksigen
Hipoksia (defisiensi oksigen), mengganggu respirasi oksidatif
15

b) Agen kimia
Peningkatan jumlah beberapa zat kimia yang bisa mengakibatkan jejas sel
yang mulai dikenal, misalnya glukosa, garam, maupun air apabila diserap atau
diberikan secara berlebihan akan mengganggu lingkungan osmotic sehingga
mengakibatkan jejas sel bahkan kematian sel. Agen yang biasanya dikenal
sebagai racun akan mengakibatkan kerusakan sel dengan mengganggu
permeabilitas membran, homeostasis osmotic, dan integritas dari enzim.

c) Agen penyebab infeksi


Sangat bervariasi ukurannya, dari yang submikroskopik hingga cacing pita
yang panjangnya sampai beberapa meter, diantaranya riketsia, bakteri jamur,
dan protozoa.

d) Reaksi imunologi
Reaksi imun yang merugikan yaitu reaksi autoimun terhadap jaringannya
sendiri dan reaksi alergi terhadap substansi lingkungan pada penderita dengan
gangguan genetik.

e) Faktor genetik
Dapat mengakibatkan kelainan patologis yang mencolok seperti malformasi
kongenital, berhubungan dengan sindrom down atau kelainan ringan seperti
pergantian asam amino pada hemoglobin S yang mengakibatkan anemia
selsabit (sictle). Defek genetik dapat mengakibatkan jejas sel karena
defiseiensi protein fungsional yang menyebabkan gangguan metabolisme
bawaan, atau penimbunan beberapa kerusakan DNA atau kesalahan kelipatan
protein, yang keduanya bisa mengakibatkan kematian sel apabila terjadi dalam
proses perbaikan. Fariasi genetik (polimorfisme) menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit yang dapat mengakibatkan kerentangan sel terhadap jejas
akibat zat kimia atau pengaruh lingkungan lain.

f) Imbalans Nutrisi
Ganggauan nutrisi merupakan penyebab penting pada morbilitas dan
mortalitas contohnya obesitas akan meningkatkan diabetes melitus tipe 2 dan
diet yang mengandung lemak hewan diduga kuat akan mengakibatkan ateros
klerosis dan kerentanan yang meningkat terhadap kelainan lain termasuk
kanker.

g) Agen fisis
Trauma, suhu yang ekstrim , radiasi, syok listrik dan perubahan yang tiba-tiba
pada tekanan atmosfir mengakibatkan efek yang luas pada sel.

h) Penuaan
Penuaan pada sel akan mengakibatkan gangguan replikasi dan kemampuan
perbaikan pada sel dan jaringan, seluruh perubahan ini bisa mengakibatkan
menurunnya kemampuan untuk berespon terhadap kerusakan sel dan
kemudian bisa berakhir dengan kematian sel dan organisme.

b. Ciri-ciri Morfologi dan Biokimiawi


16

a) Sel mengeriput
b) Kromatin terkondensasi yaitu mengumpul ke tepi sel
c) Sel mengalami fragmentasi (berkeping-keping)
d) Sel mengalami fagositosis (oleh sel/jaringan sehat di sekitarnya) bisa oleh sel
parenkim ataupun sel makrofag

c. Gejala Utama

a) Algor Mortis
Suhu badan menurun menjadi sama dengan suhu sekitar.

b) Rigor Mortis (kaku mayat)


Kaku setelah 2-3 jam. Kekakuan yang terjadi pada otot, kadang disertai
dengan pemendekan serabut otot karena terjadinta penipisan ATP pada otot.
c) Livor Mortis
mengendapnya darah ke bagian bawah tubuh, menyebabkan warna merah-
ungu di kulit. Karena jantung tidak lagi memompa darah, sel darah
merah yang berat mengendap di bawah serumkarena gravitasi bumi. Warna ini
tidak muncul di daerah-daerah yang berhubungan dengan benda lain karena
kapilari tertekan.

d) Pembekuan darah (terjadi setelah kematian)


Bahkan bisa terjadi saat agoni (kondisi sekarat). Warna nya merah, elastis.

e) Pembusukan
Mukosa lambung, kandung empedu cepat terjadi autolysis. Makin tinggi
tingkat diferensiasi jaringan maka makin cepat hal ini terjadi. Seperti kuman
saprofit dari usus yang menyebabkan pembusukan.
17

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Sel adalah unit terkecil yang dapat hidup dan merupakan penyusun semua makhluk
hidup, yang mampu mengatur seluruh aktivitas makhluk hidup. Struk sel terbagi dua
yaitu eukariotik (memiliki membran inti sel) pada hewan dan tumbuhan dan prokariotik
(tidak memmiliki membran inti sel) pada bakteri. Bagian internal pada sel yaitu terdapat
nucleus, mitokondria, badan golgi, retikum endoplasma kasar&halus, ribosom, lisosom,
sitoplasma, sitoskleton, kloroplas, vakuola, dan peroksisom. Siklus sel terdapat fase S
(sintesis), M (mitosis) interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase. G (gap)
terdapat G1, G2, G0.
Adaptasi sel yaitu perubahan reversibel dalam ukuran sel, jumlah, fenotipe, aktivitas
metabolik, atau fungsi sel. Macam-macam adaptasi sel yairu artofi, hipertrofi,
hyperplasia, metaplasia, dan displasia. Mekanisme adaptasi sel yaitu cedera subletal, dan
cedera letal.
Jejas sel yaitu terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi terhadap rangsangan
atau tidak dapat mempertahankan keadaan homeostasis. Penyebab jejaj sel terdapat
penyebab fisik, penyebab kimia, penyebab mikrobiologi, reaksi imun, kekuatan mekanik,
kegagalan kebutuhan membrane, hambatan metabolisme, kerusakan DNA, defisiensi
metabolit. Jejas terbagi dua yaitu reversible (degenerasi sel) dan irreversible (kematian
sel) yaitu nekrosis dan apoptosis. Macam nekrosis yaitu nekrosis koagulatifa, nekrosis
liquefaktifa, nekrosis kaseosa, dan nekrosis gangrenosa.
18

DAFTAR PUSTAKA

Robbins. 2015. Buku Ajar Patologi. Singapore: Elsivier

Huether, Sue dan Kathryn, McCance. 2017. Understanding Pathophisiologi. USA: Elsivier

Barrid, Barrarah dan Ni Putu, Indri. 2016. Dasar-dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta: Bumi
Medika.

Tamher, Sayuti dan Heryati. 2013. Patologi. Jakarta: CV. Trans Info Media

Hadi, Abdul. 2014. Proses Pembelahan Sel. http://www.softilmu.com/2014/01/tahap-


pembelahan-sel.html (diakses pada tanggal 18 Maret 2018)

Wikipedia. 2017. Siklus Sel. https://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_sel (diakses pada tanggal 18


Maret 2018)

Wikipedia. 2018. Sel (Biologi). https://id.wikipedia.org/wiki/Sel_(biologi) (diakses pada


tanggal 3 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai