Anda di halaman 1dari 62

PEMBAHASAN

Pengertian sel

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan. Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel, karena itulah sel dapat berfungsi atau bahkan hidup sendiri asalkan kebutuhannya
terpenuhi.

Sel juga merupakan salah satu dari beberapa struktur yang mempunyai fungsi khusus terapung-apung di dalam
sitoplasma sel eukariot. Suatu sel baik tumbuhan ataupun hewan mempunyai berbagai macam organel sel
dengan fungsi-fungsi yang berbeda atau memiliki perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan.

1. Struktur, Gambar, dan Fungsi Organel Sel

1. Membran Sel (Plasmalemma atau Selaput Plasma)

Merupakan membran sel atau selaput yang letaknya paling luar yang terbentuk dari senyawa kimia Lipoprotein
(gabungan protein dan lemak) dengan perbandingan 50:50. Lipid penyusun membran yaitu pospolid.

Protein yang ada di permukaan luar dan dalam disebut protein instkimiak yang mempunyai sifat hidrofilik (larut
dalam air) dan yang ada dan menembus kedua lapis lipid disebut protein instriksi yang mempunyai sifat
hidrofobik (tidak larut dalam air). Oleh karenanya membran sel bersifat Selektif Permeabel (Semi Permeabel)
yang artinya hanya bisa dilewati oleh molekul tertentu saja.

Fungsi dari Membran Sel:

Melindungi sel
Mengatur keluar masuk (pertukaran) zat dari sel satu ke sel lainnya
Penerima rangsang dari luar sel
Tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia

2. Sitoplasma
adalah bagian sel yang terbungkus membran sel. Pada sel
eukariota, sitoplasma adalah bagian non-nukleus dari
protoplasma. Pada sitoplasma terdapat sitoskeleton,
berbagai organel dan vesikuli, serta sitosol yang berupa
cairan tempat organel melayang-layang di dalamnya.
Sitosol mengisi ruang sel yang tidak ditempati organel dan
vesikula dan menjadi tempat banyak reaksi biokimiawi
serta perantara transfer bahan dari luar sel ke organel atau inti sel.

Walaupun semua sel memiliki sitoplasma, setiap jaringan maupun spesies memiliki ciri-ciri yang jauh berbeda
antara satu dengan yang lain.
Di dalam sitoplasma terdapat oraganel-organel sel berikut ini:
 Mitokondria, berfungsi dalam proses oksidasi dan mualisasi.
 Plastida, di dalamnya terkandung klorofil, berfungsi dalam fotosintesis.
 Vakuola, berfungsi menyimpan zat makanan.
 Ribosom, sebagai tempat berlagsungnya sintesis protein.
 Retikulum endoplasma, dibedakan menjadi dua :
 Retikulum Endoplasma Kasar, sebagai tempat melekatnya ribosom.
 Retikulum Endoplasma Halus.
 Badan Golgi, berfungsi secara aktif dalam sekresi dan sintesis polisakarida.
 Lisosom, berperan dalam proses matinya sel-sel.
3. Organel sel

A. Ribosom

Struktur ini berbentuk bulat terdiri dari dua partikel besar dan kecil, ada yang melekat sepanjang R.E. dan ada
pula yang soliter. Ribosom merupakan organel sel terkecil yang tersuspensi di dalam sel.

Ribosom berfungsi sebagai tempat sintesis protein dan merupakan contoh organel yang tidak bermembran.
Organel ini terutama disusun oleh asam ribonukleat, dan terdapat bebas dalam sitoplasma maupun melekat pada
RE.

Struktur Ribosom
Ribosom memiliki dua komponen utama yang disebut subunit besar dan subunit kecil. Kedua unit datang
bersama-sama ketika ribosom siap untuk membuat protein baru. Kedua subunit terdiri dari untai RNA dan
protein yang beragam.

Subunit besar

subunit besar berisi lokasi di mana ikatan baru yang dibuat saat membuat protein. Hal ini disebut “60S” dalam
sel eukariotik dan “50S” dalam sel prokariotik.

Subunit Kecil

Subunit kecil sebenarnya tidak terlalu kecil, hanya sedikit lebih kecil dari subunit besar. Hal ini bertanggung
jawab untuk aliran informasi selama sintesis protein. Hal ini disebut “40S” dalam sel eukariotik dan “50S”
dalam sel prokariotik.

Huruf “S” dalam nama subunit adalah satuan ukuran dan singkatan unit Svedberg.
B. Mitokondria (The Power House)

Mitokondria adalah organel yang berfungsi sebagai tempat respirasi aerob untuk pembentukan ATP sebagai
sumber energi sel, karena itu mitokondria diberi julukan "The Power House". Organel yang hanya dimiliki oleh
sel aerob ini memiliki dua lapis membran. Membran bagian dalam berlipat-lipat dan disebut krista, berfungsi
memperluas permukaan sehingga proses pengikatan oksigen dalam respirasi sel berlangsung lebih efektif.
Bagian yang terletak diantara membran krista berisi cairan yang disebut matriks banyak mengandung enzim
pernafasan atau sitokrom.

C. Nukleus atau inti sel

merupakan salah satu bagian utama sel yang paling


penting, karena nukleus merupakan sel yang
mengendalikan seluruh aktivitas sel. Nukleus
merupakan salah satu organel terbesar yang dilindungi oleh membran plasma.

Berdasarkan jumlah inti sel, sel dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

 Sel Multinukleat”

Merupakan sel yang mempunyai nukleus lebih dari satu. Sel yang mempunyai dua inti sel disebut sel binukleat.
 Sel Mononukleat

Merupakan sel yang mempunyai satub inti sel didalam setiap selnya.

-Struktur Nukleus

-Membran nukleus

Membran nukleus merupakan selaput terluar dari nukleus yang membungkus inti. Setiap membran terdiri dari
dua lapis selaput. Membran inti berfungsi untuk melindungi inti sel dari bagian luar. Selaput inilah yang
berperan penting dalam pertukaran zat diantara sitoplasma dengan nukleoplasma.

-Nukleolus

Pengertian dan Fungsi Nukleus

Nukleolus merupakan bagian dari inti sel yang terletak didalam. Anak inti terdiri dari DNA, ortoposfat,
posfoprotein, dan berbagai jenis enzim. Anak inti dilindungi oleh membran. Nukleoulus berperan penting dalam
sintesis RNA .

-Nukleoplasma

merupakan cairan sitoplasma, cairan yang bersifat kental dan transparan. Nukleoplasma mengandung kromatin,
granula, senyawa kompleks, dan protein inti.

Fungsi inti sel atau nukleus

 Mengendalikan seluruh aktivitas sel.


Sebagai tempat penyimpanan protein dan RNA.
Sebagai tempat penyimpanan materi herediter, dan kromatin.
Berperan penting dalam proses transkripsi dalam sintesis protein.
Nukleus mengatur pertukaran molekul antara inti dan bagian sel lainnya.
Nukleus sebagai penghasil protein pada nukleoulus.”
Transportasi selektif melalui pori-pori inti.
Nukleus Melindungi DNA

DNA diatur menjadi sekitar 20.000n gen. Tanpa adanya semua gen ini, maka tubuh tidak akan mampu
membuat protein. Protein mutlak sangat diperlukan untuk segala sesuatu yang ada dalam tubuh. Inti sel
membatu melindungi DNA yang sangat penting.

-Nukleus Mengelola Banyak Aktivitas Sel

Otak merupakan pusat kendali tubuh. Nukleus merupakan pusat kendali sel. Nukleus akan mengawasi banyak
proses yang terjadi didalam sel.

Beberapa fungsi penting yang dikelola oleh Nukleus :

Replikasi DNA merupakan proses duplikasi materi genetik sel.


Pembelahan sel merupakan ketika sel mereproduksi atau terbagi menjadi dua sel baru. Setiap sel baru
mendapatkan satu salinan DNA duplikasi.
Ekspresi gen merupakan proses menggunakan DNA dalam gen untuk membuat suatu produk, seperti protein.
Transkripsi merupakan proses menciptakan molekul RNA menggunakan intruksi DNA. Tiga jenis RNA :
mRNA merupakan RNA messenger. Ini membawa instruksi untuk membuat protein.
tRNA merupakan RNA transfer, membantu dengan menghasilkan protein.
rRNA merupakan ribosom, membantu dengan pembangunan protein. Namun, ini merupakan satu-satunya jenis
RNA untuk di buat dalam nukleolus.
PROSES KEHAMILAN

Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma laki laki ( Fertilisasi ). Hasil
pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang ( dengan cara pembelahan sel secara besar besaran
) menjadi embrio. Pembuahan itu sendiri berlangsung setelah terjadinya hubungan seksual ( persetubuhan )
antar lawan jenis, meskipun tidak semua hubungan seksual akan menghasilkan pembuahan.

Pembuahan hanya dapat terjadi ketika wanita sedang dalam masa subur. Pada masa itu, seorang wanita akan
melepaskan sel telur yang sudah matang dan siap dibuahi.

Dalam keadaan normal, seorang pria akan mengeluarkan jutaan sperma saat melakukan persetubuhan. Dari
berjuta juta sel sperma tersebut hanya satu yang akan berhasil membenamkan diri ke dalam dinding sel telur
yang sudah masak, dan menyatukan dua inti sel.

Sel yang telah dibuahi akan membelah diri. Mula mula menjadi 2 lalu 4, 8, 16 dan seterusnya. Seminggu setelah
pembuahan, kelompok sel yang terus tumbuh itu telah sampai di dalam rongga rahim dan melekat diri di
dinding rahim ( Nidasi ).

Bila berlangsung normal, proses kehamilan akan berjalan terus sampai janin siap untuk dilahirkan ke dunia.
Tahap tahap kehamilan bisa kita bagi menjadi 3 trimester, yaitu trimester pertama, kedua dan ketiga. Trimester
pertama adlah trimester yang sangat menentukan karena pada saat inilah pembentukan organ fital telah dimulai,
termasuk pembentukan dan perkembangan otak. Tetapi tentu saja trimester lain pun punya peranan penting dan
hrus dijaga dengan baik

A. FERTILISASI

Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus) dengan ejakulasi, sperma dari saluran reproduksi pria didalam
vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani berisi sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika
senggama terjadi pada masa ovulasi (masa subur wanita), maka kemungkinan sperma akan bertemu dengan
ovum yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. Proses pembuahan ini terjadi didalam tuba fallopi,
umumnya didaerah ampula/infundibulum. Ovum yang dilepaskan saat ovulasi dikelilingi oleh zona pelusida
yang diluarnya ada sel yang membentuk corona radiata. Setelah terjadi pembuahan, zona pelusida mengalami
perubahan sehingga tidak dapat ditembus oleh sperma yang lain.

Setelah sperma mencapai oosit terjadi :

1. reaksi zona atau reaksi kortikal pada selaput zona pelusida

2. oosit menyelesaikan pembelahan keduanya sehingga menghasilkan oosit definitive

yang kemudian menjadi pronukleus wanita

3. inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria

4. ekor sperma lepas dan bergenerasi

5. pronukleus pria dan wanita yang haploid membentuk zygote yang diploid

B. Pembelahan / Perkembangan Awal Embrio

Setelah terbentuk zigot, maka beberapa jam kemudian terjadi pembelahan zigot sehingga terbentuk dua
blastomer. Dalam tiga hari selama perjalanan ke tuba, akan terbentuk sekelompok blastomer yang sama besar
sehingga, hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Setelah sampai di stadium Morula, terjadi akumulasi
cairan sehingga terjadi blastula yang akhirnya terbentuk blastokista. Sekumpulan sel yang ada didalam
blastokista disebut massa sel dalam (Inter cell mass). Blastokista diluarnya dikelilingi oleh sel-sel yang lebih
kecil yang disebut trofoblas (Trophoblast) yang mempunyai kemampuan menerobos kedalam endometrium.

C. Implantasi / Nidasi

Kontak antara zigot stadium Blastokista dengan dinding rahim akan menimbulkan berbagai reasi seluler
sehingga sel trofoblas tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium
uterus. Tahap ini disebut sebagai implantasi / nidasi yang terjadi kurang lebih enam hari setelah konsepsi.
Apabila sudah terjadi implantasi / nidasi maka baru dikatakan terjadi kehamilan (Gravid). Pada hari ke empat,
inti blastokista telah sampai pada permukaan stoma endometrium. Pada hari ke enam, blastokista mulai masuk
kedalam stoma endometrium dan pada hari ke sepuluh, blastokista telah terbenam seluruhnya ke dalam stroma
endometrium, sehingga tahap implantasi / nidasi berakhir. Selaput janin terdiri atas korion, amnion, kantung
kuning telur, alantois. Bagian korion fili tetap berkembang yang kelak akan menjadi plasenta. Plasenta, selain
terdiri dari komponen janin juga tyerdiri dari komponen maternal yang disebut desidua (desidua basalis).

Desidua dibagi menjadi dua daerah, yaitu:

1. desidua basalis, terletak diantara hasil konsepsi dengan dinding uterus

2. desidua capsularis, terletak diantara hasil konsepsi dengan cavum uteri


3. desidua parietalis/Vera, terletak meliputi/mengelilingi dinding uterus yang lain.

TUMBUH KEMBANG FETUS

Seorang wanita di sebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi leh sel sperma laki – laki (fertilisai). Hasil
pembuhan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang menjadi embrio. Pembuhan itu sendiri berlangsung
setelah terjadinya hubungan seksual (persetubuhan) antar lawan jenis,meskipun tidak semua hubungan seksual
akan menghasilkan pembuhan.pembuhan hanya dapat terjadi ketika wanita sedang dalam masa subur. Pada saat
itu,seorang wanita akan melepaskan sel telur yang sudah matang.
1.PROSES PERTUMBUHAN EMBRIOGENESIS

Perkembangan bayi dalam kandungan akan menjadi salah satu hal yang sangat menyenangkan dalam
proses kehamilan ini karena hampir semua apa yang kita lakukan berefek tehadap bayi dalam kandungan ,kita
melihat apa saja perkembangan dan perubahan yang terjadi pada bayi pada periode awal kehidupannya.

0-4 Minggu

Pada minggu-minggu awal ini, janin Anda memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm. Perkembangannya juga
ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang belakang yang masih sederhana, dan tanda-tanda
wajah yang akan terbentuk.
4-8 Minggu

Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai berdetak, dan semua organ tubuh
lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan. Panjang 2.1 – 2.5 gram,berat
1 gram.
8-12 Minggu
Saat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk. Kepalanya berukuran lebih
besar daripada badannya, sehingga dapat menampung otak yang terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah
memiliki dagu, hidung, dan kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan
dapat melakukan aktifitas seperti menendang dengan lembut. Organ-organ tubuh utama janin kini telah
terbentuk. Panjang 7 – 9 cm, berat 12 – 15 gram.
12-16 Minggu

Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat ultrasonografi (USG).
Wajahnya mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan mulai tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat
memutar kepalanya dan membuka mulut. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna. Panjang 14 – 17 cm,
berat 100 gram.
16-20 Minggu

Ia mulai dapat bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah muncul di belakang gigi susu.
Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si kecil kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa
mengisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indera pengecap mulai berkembang dan bisa
membedakan rasa manis dan pahit dan sidik jarinya mulai nampak. Berat 300 gram.

20-24 Minggu
Pada saat ini, ternyata besar tubuh si kecil sudah sebanding dengan badannya. Alat kelaminnya mulai
terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan gerakan pernapasan. Pusat-pusat tulangnya pun
mulai mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki waktu-waktu tertentu untuk tidur.berat 600 gram
24-28 Minggu

Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di kulit kepalanya rambut mulai bertumbuhan,
kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai

aktif. Ia dapat mendengar sekarang, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat mengenali
suara ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh dikatakan bahwa pada
saat ini merupakan masa-masa bagi sang janin mulai mempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya. Berat
1050 gram,panjang 42 cm.
28-32 Minggu

Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah
mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah.
Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat
bertahan hidup. Berat 1700 gram dan panjang 42 cm.
36-40 Minggu
Kepalanya telah berada pada rongga panggul, seolah-olah “mempersiapkan diri” bagi kelahirannya ke dunia. Ia
kerap berlatih bernaPas, mengisap, dan menelan. Rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya telah menghilang.
Ususnya terisi mekonium (tinja pada bayi baru lahir) yang biasanya akan dikeluarkan dua hari setelah ia lahir.
Saat ini persalinan sudah amat dekat dan bisa terjadi kapan saja. Berat 2500 – 3500 gram,panjang 50 cm dan
biparietal 9.5 cm
2. AIR KETUBAN
Ruangan amnion berisi 1 liter air ketuban. Banyaknya kadang-kadang sangat berbeda-beda, yaitu:
 pada minggu ke 36 banyaknya : 1030 cc
 pada minggu ke 40 banyaknya : 790 cc
 pada minggu ke 45 sudah berkurang
menjadi 240 cc
Kalau banyaknya lebih dari 2 liter dinamakan polyhydramnion atau hydramnion. Kalau terlalu
sedikit kurang dari 500 cc, disebut olighydramnion. Air ketuban reaksinya alkalis, B.D-nya 1.007 - 1.025,
baunya anyir.
Air ketuban untuk bagian besar terdiri air, tapi mengandung juga sedikit ureum, protein, asam urine, gula,
garam-garam malahan juga enzym - enzym. Juga terdapat bintik – bintik lemak yang berasal dari kulit badan
anak (vernix easeosa) rambut yang halus yang berasal juga dari anak (lanugo) dan sel - sel yang berasal dari
kulit anak maupun dari amnion.
Air ketuban tak bisa dipisahkan dari kehidupan janin. Ditinjau dari fungsinya, cairan ini sangat penting untuk
melindungi pertumbuhan dan perkembangan janin, yaitu; menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap
trauma dari luar, menstabilkan perubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang memungkinkan janin bergerak
bebas, sampai mengatur tekanan dalam rahim. Tak hanya itu air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari
infeksi.
Air ketuban yang volumenya cukup; tidak berwarna keruh, berfungsi menjamin kecukupan nutrisi dan oksigen
untuk si janin. Namun sebaliknya, kelebihan atau kekurangan cairan ketuban akan mengganggu fungsi yang
dapat menimbulkan komplikasi pada ibu ataupun janin.
• Kondisi normal
Seiring pertambahan usia kehamilan, aktivitas organ tubuh janin mempengaruhi komposisi cairan
ketuban. Jumlah air ketuban tidak terus sama dari minggu ke minggu kehamilan. Jumlah itu pun akan
bertambah atau berkurang sesuai perkembangan kehamilan.
Saat usia kehamilan 25 - 26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu meningkat jadi + 984 ml pada usia
kehamilan 33 - 34 minggu dan turun jadi 836 ml saat janin siap lahir.
a. Faal
1. Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan
2. Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya mengerut sehingga
menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin
3. Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk sementara
4. Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistim pencernaan janin, sistim otot dan tulang rangka,
serta sistim pernapasan janin agar berkembang dengan baik
5. Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin
6. Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap
kemungkinan infeksi
7. Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim, sehingga leher
rahim membuka
8. Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir
9. Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin,
khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom
10. Kandungan lemak dalam air ketuban dapat menjadi penanda janin sudah matang atau lewat waktu
11. Membersihkan jalan lahir, jika ketuban pecah dengan cairan steril, dan akan mempengaruhi keadaan di
dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi
12. Mencegah perlekatan janin dengan amnion
13. Mungkin untuk menambah suplay cairan janin,dg cara ditelan atau diminum, yang kemudian dikeluarkan
melalui kencing janin
14. Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan perputarannya cepat, kira - kira 350 - 500 cc.
b. Ciri – Ciri
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira - kira 1000 – 1500 cc. Air ketuban berwarna
putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Reaksinya agak alkalis atau netral, dengan berat jenis 1,008.
Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel - sel epitel, rambut lanugo,
verniks kaseosa, dan garam dan organik. Kadar protein kira – kira 2,6 % g per liter, terutama albumin.
Dijumpai lesitin dan sfingomielin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah paru – paru janin
sudah matang, sebab peningkatan kadar lesitin merupakan tanda bahwa permukaan paru – paru (alveolus)
diliputi oleh zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru - paru untuk bernafas dan berkembang. Cara
penilaianya adalah dengan jalan menghitung rasio L/S. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau
janin letak sungsang,maka akan kita jumpai warna air ketuban yang keruh kehijauan, karena telah bercaampur
dg mekonium.
PERTUMBUHAN PLASENTA

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu
dan anak sebaliknya. Pertumbuhan Plasenta makin lama makin bear dan luas, umumnya mencapai pembentukan
lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik tidaknya anak tergantung
pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan ibu dengan janin.
Plasenta memproduksi beberapa hormon penting dalam kehamilan yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG)
dan Human Plasenta Lactagen (PHL).

Plasenta berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup bayi. Plasenta
atau biasa kita sebut ari-ari, baru terbentuk pada minggu keempat kehamilan. Ia lalu tumbuh dan berkembang
bersama janin dan akan lepas saat bayi dilahirkan. Jadi, plasenta merupakan bagian dari konsepsi atau bagian
dari sel telur yang dibuahi sperma.

Pertumbuhan Plasenta

Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapis-lapis.
Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium)
yang akhirnya saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage).
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler
di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu,
membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta / sistem
sirkulasi feto-maternal.
Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel
baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm
ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional
somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional
splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam
dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem
trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.
Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin besar dan
bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas.
Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion
(chorionic space).
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah
lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary
stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu.
Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot
primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga
membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel
sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.
Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot
tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular
kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier / tertiary stem villi) (selanjutnya lihat bagian
selaput janin).
Selom ekstraembrional / rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin terpisah
dari sitotrofoblas / selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi
tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan
angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi
tali pusat.

Bentuk dan Ukuran Plasenta


In humans, the placenta averages 22 cm (9 inch) in length and 2–2.5 cm (0.8–1 inch) in thickness,
with the center being the thickest, and the edges being the thinnest. It typically weighs approximately 500 grams
(1 lb). It has a dark reddish-blue or crimson color. It connects to the fetus by an umbilical cord of approximately
55–60 cm (22–24 inch) in length. Plasenta yang kecil ditemukan dalam kehamilan yang normal tetapi juga
ditemukan pada retardasi pertumbuhan dalam rahim.
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan ± 16 minggu dengan ruang amnion telah
mengisi seluruh kavum uteri. Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu.
Plasenta “dewasa” / lengkap yang normal :
1) Bentuk bundar / oval
2) Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3) Berat rata-rata 500-600 g
4) Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis, di samping / lateralis,
atau di ujung tepi / marginalis.
5) Di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis.
6) Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat. Korion diliputi
oleh amnion.
7) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-700 cc/menit
(aterm).
Letak Plasenta dalam Rahim
Tali pusat secara normal terletak di bagian sentral ke dalam permukaan fetal plasenta.Letak plasenta umumnya
di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri.Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
Plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi koriales yang berasal
dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.

Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti :


1. Insersio Marginalis
a. Tali pusat di pinggir plasenta
b. Klinis : Tidak menimbulkan kesulitan
2. Insersio Velamentosa
a. Tali pusat tidak tertanam pada plasenta, tetapi diselimuti janin
b. Pembuluh-pembuluh darah tali pusat bercabang dalam selaput janin
c. Klinis: Bila kebetulan bagian selaput janin yang mengandung pembuluh darah berada di kutub bawah
(vasa previa) maka pada waktu pembuluh darah putus dan menyebabkan perdarahan yang berasal dari janin
sehingga janin akan meninggal.
3. Plasenta Bilobata
a. Plasenta yang terdiri dari 2 bagian.
b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan.
4. Plasenta Fenestra
a. plasenta yang berlobang.
b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan.
5. Plasenta Marginata (Sirkumvalata)
a. Pada pinggir uri terdapat suatu lingkaran jaringan tebal yang berwarna putih selebar 4 – 5 cm
b. Jaringan putih ini sesungguhnya lipatan dari jaringan selaput janin
c. selaput janin tidak melekat pada pinggir jaringan uri tetapi agak ke tengah
d. Klinis: dapat menimbulkan perdarahan sebelum persalinan
6. Plasenta Suksenturiata
a. Disamping uri yang normal didapatkan uri tambahan kecil yang terpisah
b. Diantar auri tambahan dan uri yang normal ada hubungan pembuluh darah
c. Klinis : Bila pada waktu persalinan, ada uri tambahan yang tertinggal maka dapat terjadi perdarahan post
partum, oleh karena itu bila pada pemeriksaan uri dalam selaput janin terdapat pembuluh darah yang terputus
dan terbuka, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya plasenta suksenturiata.

Bagian-bagian plasenta
1) Bagian janin (fetal portion)

Terdiri dari :

1. Korion frondosum
2. Vili
Vili plasenta terdiri dari:
1) Vili Korialis

2) Ruang-ruang interviler. Darah ibu yang berada di ruang interviler berasal dari arteri spiralis yang berada
di desidua basalis. Pada sistole, darah dipompa dengan kekuatan 70-80 mmHg ke dalam ruang interviler,
sampai pada lempeng korionik (chorionic plate) pangkal dari kotiledon-kotiledon. Darah tersebut membanjiri
vili koriales dan kembali perlahan-lahan ke pembuluh balik (vena-vena) di desidua dengan tekanan 8 mmHg.

3) Pada bagian permukaan janin uri diliputi oleh amnion yang kelihatan licin. Di bawah lapisan amnion ini
berjalan cabang-cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada uri bagian permukaan janin.

2) Bagian maternal / Ibu(maternal portion)

Terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah).
Desidua basalis pada uri matang disebut lempeng korionik (basal), di mana sirkulasi utero plasenter berjalan ke
ruang-ruang intervili melalui tali pusat. Jadi, sebenarnya peredaran darah ibu dan janin adalah terpisah.
Pertukaran terjadi melalui sinsitial membran yang berlangsung secara osmosis dan alterasi fisika-kimia.
3) Tali pusat
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang
menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.Pada tahap awal perkembangan,
rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga
selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional
loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar. Kandung kuning telur (yolk-
sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup
dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya
hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis) yang
menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopolisakarida
yang disebut Wharton’s jelly.
Faal Plasenta
Plasenta alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan
anak atau sebaliknya. Jiwa anak tergantung pada plasenta. Baik tidaknya anak tergantung pada baik burunya
faal plasenta. Supaya janin dapat tumbuh dengan sempurna, dibutuhkan penyaluran darah yang membawa zat
asam, asam amino, vitamin, dan mineral dari ibu kepada janin, begitu pula pembuangan karbondioksida dan
limbah metabolisme janin ke sirkulasi ibu.
1) Faal Plasenta antara lain :
1. Pengeluaran
Produk limbah yang diekskresikan dari janin seperti urea, asam urat, dan kreatinin dipindahkan ke
darah ibu melalui difusi melintasi plasenta.
2. Kekebalan
Antibodi IgG dapat melewati plasenta manusia, sehingga memberi perlindungan pada janin dalam
kandungan. Pengalihan antibodi ini dimulai sejak usia gestasi ke 20 minggu, dan pastinya pada minggu
ke 24. Imunitas pasif ini tetap ada selama beberapa bulan setelah kelahiran, sehingga memberi bayi
baru lahir salinan kekebalan kekebalan humoral jangka panjang ibu untuk melihat bayi tersebut
melalui bulan-bulan pertama kehidupan ekstrauterine yang penting. IgM, bagaimanapun, tidak dapat
melewati plasenta, oleh karena itu beberapa infeksi yang didapat selama kehamilan dapat berbahaya
bagi janin.
Selanjutnya, plasenta berfungsi sebagai penghalang maternal-janin selektif melawan transmisi
mikroba. Namun, ketidakcukupan fungsi ini mungkin masih menyebabkan penularan penyakit menular
dari ibu-ke-bayi.
3. Fungsi endokrin
Pada manusia, selain berfungsi sebagai saluran oksigen dan nutrisi untuk janin, plasenta mengeluarkan,
dari lapisan sinsitial villi chorionic, hormon yang penting selama kehamilan.
Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya hormon yang analog dengan
hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon steroid.
Sejumlah produk juga dihasilkan oleh plasenta. Beberapa diantaranya adalah glikoprotein seperti misalnya
Pregnancy Associated Protein A B C dan D, Pregnancy Specific Glycoprotein (SP1) dan Placental Protein 5
(PP5) . Peran dari bahan ini dalam kehamilan masih belum jelas.
Tabel 1. Hormon – hormon yang dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya hormon yang analog dengan
hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon steroid.

PEMBAHASAN

A. HORMON-HORMON YANG BERPERAN DALAM GAMETOGENESIS DAN FUNGSI


REPRODUKTIF
Gametogenesis: proses perkembangan germ cell (sel benih) menjadi gamet. Gamet pada laki-
laki adalah spermatozoa dan gamet pada perempuan adalah ovum. Gametogenesis ada 2 macam:
spermatogenesis dan oogenesis
Spermatogenesis: proses perkembangan dari spermatogonium menjadi spermatozoaOogenesis: proses
perkembangan dari oogonium menjadi ovum

*Hormon untuk spermatogenesis & fungsi reproduktif ♂:


1. Gonadotrophine releasing hormone (GnRH)
2. Luteinizing hormone (LH)
3.Follicle stimulating hormone (FSH)
4.Testosteron
5. Inhibin
*Hormon untuk oogenesis dan fungsi reproduktif ♀:
Gonadotrophine releasing hormone (GnRH)
Luteinizing hormone (LH)
Follicle stimulating hormone (FSH)
Inhibin
Estrogen
Progesteron
Spermatogenesis terjadi atas kendali poros hipotalamus-hipofisis-gonad/testis. Hipotalamus
merupakan pusat integratif poros reproduktif, yang menerima pesan dari sistem saraf pusat dan testis untuk
mengatur produksi dan sekresi GnRH. Hipotalamus membebaskan GnRH secara berkala, yang berfungsi
untuk memacu pembebasan FSH dan LH oleh hipofisis anterior secara berkala, sesuai dengan stimulasi
GnRH yang juga berkala. LH dan FSH masing-masing terikat pada receptor spesifiknya, LH terikat pada
sel Leydig, dan FSH terikat pada sel Sertoli testis.

Atas rangsangan LH, sel Leydig memproduksi testosteron dengan pola tertentu secara berkala. Kadar
testosteron tertinggi pada pagi buta, kemudian dilanjutkan dengan kadar biasa sampai siang hari atau
menjelang sore.

Fungsi testosteron adalah:


1. merangsang inisiasi spermatogenesis dan menjaga kelangsungan terjadinya spermatogenesis.
2. mengatur sekresi hormon gonadotropin.
3. merangsang perkembangan sistem genital interna dan externa pria pada saat perkembangan fetus.
4. Merangsang pematangan atau maturasi seksual pada masa pubertas.

Atas rangsangan FSH sel Sertoli merangsang perkembangan spermatogonium menjadi sperma. Sel
Sertoli juga menghasilkan inhibin untuk mengendalikan sekresi FSH melalui mekanisme.

B. Hukum Mendel
1. Hukum Mendel
1) Hukum mendel berasal dari pendeta austria bernama greor mendel, tahun 1858 sampai 1866.
Mendel bekerja di kebun gerejanya di kota brunn, bertanam ercis, dan memeriksa keturunan-
keturunanya.
2) Pilihan atas ercis tepat benar karena terdapat banyak varietas yang berlainan secara nyata.
3) Beberapa menghasilkan biji keriput dan biji yang lain mulus.
4) Ada ciri-ciri lain yang berbeda pada varietas ercis mendel ini, yakni ukuran daun dan ukuran
bunga.
Hipotesis Mendel
1) Pada setiap organisme, ada sepasang faktor yang mengendalikan munculnya sifat tertentu
(faktor ini dinamai gen).Organisme tersebut mendapat faktor-faktor ini dari induknya, satu dari
masing-masing
2) Setiap faktor ini diteruskan sebagai unit tersendiri lagi tidak berubah (biji keriput pada
generasi F2 tidak kurang keriputnya dari pada yang dihasilkan generasi P, kedatipun faktor-faktor
yang mengendalikan sifat ini telah dilakukan pada generasi f1 biji bulat)
3) Bilamana sel-sel reproduktif (sperma atau telur) dipersiapkan, faktor-faktor itu berpisah dan
disebarkan sebagai unit-unit pada setiap gamet. Pernyataan ini sering disebut hukum mendel yang
pertama, hukum segregasi.
4) Jika suatu organisme mempunyai dua faktor beebeda untuk ciri tertentu, satu organisme
mungkin dinyatakan untuk peniadaan sama skali yang lainya. Kini, istilah yang dipakai ialah
“alela” untuk memperjelas bentuk alternatif satu gen yang mengendalikan sifat tertentu.
Hukum Mendel, merupakan salah satu materi mengenai pewarisan sifat organisme pada
pembelajaran Biologi. Yang dimaksud dengan Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai
pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
a. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama
Mendel,
b. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Kedua Mendel.
Pembagian Hukum Mendel
a. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel.
A. HUKUM MENDEL I – SEGREGASI
Hukum Mendel I disebut hukum segregasi yaitu pemisahan gen dan alel pada saat pembentukan
sel gamet. Persilangan merupakan perkembangbiakan secara seksual yang melibatkan sel gamet.
Pada pembentukan sel gamet (gametogenesis) akan terjadi pengurangan (reduksi) jumlah
kromosom sel anak yang terbentuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga jumlah kromosom sel anak
yang terbentuk saat fertilisasi. Kromosom akan berpisah dengan homolognya (pasangan) yang
mana mengandung gen dan alel. Dengan demikian, pada saat pembentukan gamet akan terbentuk
kromosom tunggal.

B. HUKUM MENDEL II - ASORTASI


Jika Hukum Mendel I berbicara tentang perpisahan, hukum Mendel II akan terjadi penyatuan gen
dan alel secara bebas. Asortasi ialah penggabungan gen dan alel yang mengatur suatu sifat
tertentu. Pada saat fertilisasi akan terjadi peleburan (penyatuan) sel gamet yang mengandung gen –
gen tunggal. Kemudian gen akan dipertemukan dengan alelnya sehinga mampu mengekspresikan
sifat tertentu. Zigot yang terbentuk adalah hasil peleburan dua sel gamet (jantan dan betina) yang
membawa masing – masing separuh kromosom. Sifat individu baru akan ditentukan oleh
kombinasi gen – alel baru yang terbentu, mungkin akan sama dengan induk atau dapat berbeda.

C. PENERAPAN HUKUM MENDEL


1. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid ialah persilangan dengan hanya memperhatikan satu karakter pembeda
pada objek penelitian. Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis yang telah ditentukan karakter
pembeda yang akan difokuskan pada persilangannya. Mendel menyilangkan tanaman tersebut
sampai pada generasi kedua untuk mengetahui sifat dominasi atau intermediet dari persilangan
yang dilakukan. Maka dari itu, ditemukan jenis persilangan intermediet dan dominan.

a. Persilangan dominan
Pada persilangan dominan, Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis bunga merah dengan
putih. Warna merah diatur oleh gen M sementara putih diatur oleh gen m. Karena ini adalah
persilangan dominan, maka persilangannya sebagai berikut:
Parental 1 : Bunga merah (MM) x Bunga putih (mm)
Gamet : M m
Filial 1 : Bunga Merah (Mm)
Parental 2 : Bunga Merah (Mm) x Bunga Merah (Mm)
Gamet : M, m
Filial 2 : Bunga Merah (MM); 2 Bunga Merah (Mm); Bunga putih (mm)

Perbandingan genotip pada persilangan monohibrid dominan ialah 1 MM: 2Mm: 1mm, sementara
perbandingan fenotipenya ialah 3 merah: 1 putih.

Advertisement

b. Persilangan intermediet
Pada persilangan intermediet, keturunan akan mengikuti sifat kedua induk. Artinya, sifat
campuran akan muncul hasil dari pencampuran dua gen yang berbeda. Dan untuk contoh
persilangan intermediet, kita masih akan menggunakan contoh persilangan yang dilakukan oleh
Mendel:

Parental 1 : Bunga merah (MM) x Bunga putih (mm)


Gamet : M m
Filial 1 : Bunga Merah Muda (Mm) → warna campuran (Intermediet)
Parental 2 : Bunga Merah Muda (Mm) x Bunga Merah Muda (Mm)
Gamet : M, m
Filial 2 : Bunga Merah (MM); 2 Bunga Merah Muda (Mm); Bunga putih
(mm)
Dari hasil persilangan intermediet di atas, ditemukan sedikit perbedaan dengan persilangan
monohibrid dominan. Perbandingan genotip pada persilangan monohibrid dominan ialah 1 MM:
2Mm: 1mm, begitu juga perbandingan fenotipnya 1 merah: 2 Merah muda: dan 1 putih.

2. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid ialah persilangan dua individu dengan memperhatikan dua karakter pembeda
sebagai fokus penelitian. Mendel lebih lanjut mengamati sifat pembeda antar kacang ercis.
Persilangan dihibrid merupakan asal terbentuknya hukum mendel yang kedua. Adapun
persilangan yang dilakukan oleh mendel ialah warna polong dan bentuknya. Kacang ercis polong
hijau keriput disilanngkan dengan kacang ercis kuning bulat. Warna hijau dominan terhadap
kuning, sementara bentuk bulat lebih dominan terhadp keriput. Berikut alur persilangannya:
Parental 1 : Hijau Keriput (HHbb) x Kuning Bulat (hhBB)
Gamet : Hb hB
Filial 1 : Hijau Bulat (HhBb)
Parental 2 : Hijau Bulat (HhBb) x Hijau Bulat (HhBb)
Gamet : HB, Hb, hB, hb
Filial 2 :
· H_B_ = Hijau Bulat (9)
· H_bb = Hijau keriput (3)
· hhB_ = kuning Bulat (3)
· hhbb = kuning keriput (1)

Dari persilangan dihidbrid tersebut diperoleh perbandingan fenotip 9:3:3:1. Persilangan filial
pertama dengan sesamanya akan menghasilkan keturunan yang memiliki sifat yang sama dengan
parental 1.
Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga
suatu tanaman, tidak saling mempengaruhi. Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat
1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai
genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah).

Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan
induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR). Selanjutnya,
persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada keturunan
berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2)
dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan
genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna
merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe
perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua
sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu
keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu
yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut:
pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit:
coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb). Perbandingan hasil warna
coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4.
Perbandingan detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb
adalah 1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.
Selain dari contoh diatas “Waktu pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi
bebas, akan bergabung secara bebas membentuk genotif dengan kombinasi2 alel yang berbeda.
Disebut juga Hukum penggabungan secara bebas (the Mendelian law of independent assortment).

Contoh:
P: Ayah normal heterozigot x Ibu albino
G: A, a X a, a
F1: Aa, Aa, aa, aa

P: Ayah gol darah A homozigot X Ibu golongan darah B heterozigot


G: A, A X B, O
F1: AB, AO, AB, AO
A. Persilangan Monohibrid atau Monohibridisasi ialah suatu persilangan persilangan sederhana
dengan satu sifat beda.

Contoh persilangan antara :


Mawar merah bergenotif (MM) dan Mawar putih bergenotif (mm)

C. Dasar –Dasar Genetika


Dalam tahun 1869 seorang ahli ilmu kimia berkebangsaan Jerman Friedrich Miescher
menyelidiki susunan kimia dari nukleus sel. Ia mengetahui bahwa nukleus sel terdiri dari karbohidrat,
protein maupun lemak, melainkan terdiri dari zat yang mempunyai pengandungan fosfor sangat tinggi.
Oleh karena zat yang terdapat di dalam nucleus sel, maka zat itu disebut nuklein. Nama ini kemudian
dirubah menjadi asam nukleat, karena asam ikut menyusunnya.
1. DNA
DNA (deoxyribonucleic acid) adalah untaian asam nukleat yang menyandi kode genetik
makhluk hidup. Bagian terbesar dari DNA terdapat di dalam kromosom yang ada di inti sel. Asam
nukleat tersusun atas nukleotida, yang bila terurai terdiri dari gula, pospat dan basa yang mengandung
nitrogen. Karena banyakanya nukleotida yang menyusun molekul DNA, maka molekul DNA
merupakan polinukeotida.
Gula. Molekul gula yang menyusun DNA adalah sebuah pentose, yaitu deoksiribosa.
Pospat. Molekul pospatnya berupa PO4
Basa. Basanitrogen yang menyusun molekul DNA dibedakan atas:
Kelompok pirimidin, yang dibedakan atas basa Sitosin dan Timin.
Kelompok purin, yang dibedakan atas basa Adenin dan Guanin.
Dalam tahun 1953 Watson dan Crick bahwa kebanyakan molekul DNA mempunyai bentuk sebagai
pita spiral dobel yang saling berpilin (double helix). Deretan gula deoksiribosadan pospat menyusun
pita spiral dan merupakan tulang punggung (back-bone) dari molekul DNA. Basa nitrogen
berhubungan dengna gula.
Selanjutnya Watson dan Crick berpendapat bahwa struktur “double helix” hanya dapat stabil, apabila
basa adenine dari satu pita berpasangan dengan basa timin dari pita pasangannya. Pasangan adenin dan
timin dihubungkan oleh 2 atom H, pasangan sitosin dan guanin oleh 3 atom H.
2. REPLIKASI DNA
DNA pada umumnya terdapat di dalam kromosom dan kromosom terdapat di dalam inti sel. Seperti
diketahui sel yang membelah selalu didahului oleh pembalahan inti sel. Berarti kromosom itu
membelah, demikian pula molekul DNA.
Watson dan Crick mengetahui, bahwa sekali ururtan nukleotida terbentuk pada salah satu pitadari
double helix, akak urutan nukeoltidapadapita pita komplementernya dapat diketahui. Misalnya saja
salah satu pita dari double helix terbaca sebagai 5’ …SAATASTAGA… 3’ maka pita pasangannya
terbaca sebagai 3’ …GTTATGATST… 5’ . Oleh karena itu Watson dan Crick berpendapat bahwa
apabila dua pita dari double helix tertentu melalui suatu proses dapat dilepas berpilinnya dan kemudian
dibiarkan dalam larutan yang mengandung nukelotida, maka tiap pita tadi dapat membentuk pita
polinukleotida baru. Proses berlipatgandanya molekul DNA dinamakan replikasi DNA.
Berdasarkan pengamatan beberapa ahli dikenal beberapa hipotesa mengenai replikasi DNA, yaitu:
Secara semikonservatif. Double helix dari molekul DNA yang lama membuka dengan perantaraan
enzim, kemudian disamping tiap pita lama dibentuk pita DNA baru. Cara ini sesuai dengan pendapat
Watson dan Crick.
Secara konservatif. Molekul DNA yang lama tetap, artinya double helix tidak membuka. Di samping
molekul DNA yang lama dibentuk molekul DNA baru.
Secara dispersive. Molekul DNA putus menjadi beberapa bagian dan untuk potongan-potongan itu
dibentuk DNA baru.
3. RNA
Di samping DNA, kebanyakan sel-sel berinti tidak sejati (prokaryotik) maupun yang berinti
sejati (eukaryotik) memiliki asam nukelat lain yang sangat penting pula, yang dinamakan asam
ribonukleat (ribonukleat acid). Virus (seperti mozaik tembakau dan virus influenza) tidak emmiliki
DNA, melainkan hanya RNA saja. Pada makhluk-makhluk ini RNA-lah merupakan molekul genetik
keseluruhannya dan membawa segala pertanggung jawab seperti yang dimiliki DNA. Karena itu RNA
demikian itu sering disebut juga RNA genetik, sedangkan di dalam sel biasa disebut RNA non-
genetik.
RNA berbeda dari DNA dalam beberapa hal:
Mengenai ukuran dan bentuk.
Pada umumnya molekul RNA lebih pendek daripada DNA. DNA berbentuk double helix, tetapi RNA
berbentuk pita tunggal (single strand).
Mengenai susunan kimia.
Molekul RNA juga merupakan polimer nukleotida. Perbedaannya dengan DNA ialah:
Gula yang menyusunnya bukan deoksiribosa, melainkan ribose.
Basa Pirimidin yang penyusunnya bukan timin, melainkan urasil.
Mengenai lokasinya
DNA umumnya terdapat di dalam kromosom. Terdapatnya RNA tergantung dari macamnya, yaitu:
ARNd (messenger RNA atau mRNA), terdapat di dalam nukleus. RNAd dicetak oleh salah satu pita
DNA yang berlangsung di dalam nukelus.
ARNp (transfer RNA atau RNAt) terdapat di dalam sitoplasma. Molekul RNAt mempunyai bentuk
seperti daun semanggi. Oleh Holley yang menemukannya dalam tahun 1965 dikatakan bahwa pada
beberapa bagian, basa-basa memperlihatkan pasangan tetapi tidak membentuk double helix seperti
pada molekul DNA.
ARNribosom (RNAr), terdapat dalam ribosom. Molekulnya berupa pita tunggal, tidak bercabang dan
mempunyai bagian, di mana basa-basa komplementernya membentuk pasangan-pasangan tetapi tidak
berupa double helix.
Mengenai fungsinya
DNA berfungsi member informasi/keterangan genetik, sedang fungsi RNA tergantung dari macamnya,
yaitu:
RNAd bertugas menerima informasi/keterangan genetik dari DNA. Proses ini dinamakan transkripsi
dan berlangsung di inti sel.
RNAt bertugas mengikat asam amino yang terdapat dalam sitoplasma dan membawanya ke ribosom.
Di sinilah berlangsung perubahan informasi genetik yang dinyatakan oleh urutan basa dari RNAd ke
urutan asam amino dalam protein yang dibentuk. Proses ini dinamakan translasi.
RNAr, terdapat dalam ribosom yang bertugas mensintesa protein dngan menggunakan bahan asam
amino. Proses ini berlangsung di dalam ribosom dan hasl akhir berupa polipeptida.
4. SINTESIS PROTEIN
Ada banyak tahapan antara ekspresi genotip ke fenotip. Gen-gen tidak dapat langsung begitu
saja menghasilkan fenotip-fenotip tertentu misalnya warna mata hijau, bentuk biji yang lonjong, atau
celah pada dagu. Fenotip suatu individu di tentukan oleh aktifitas enzim (protein fungsional). Enzim
yang berbeda akan menimbulkan fenotip yang berbeda. Perbedaan satu enzim dengan enzim lainnya di
tentukan oleh jumlah jenis an susunan asam amino penyusun protein enzim. Pembentuk asam amino
tersebut ditentukan oleh gen atau DNA.
Eksprei gen merupakan proses dimana informasi yang dikode di dalam gen diterjemahkan menjadi
urutan asam amino selama sintesis protein. Dokma sentra mengenai ekspresi gen, yaitu DNA yang
membawa informasi genetik di transkripsi menjadi RNA, dan RNA di terjemahkan menjadi poli
peptida. Selama ekspresi gen informasi genetik di transfer secara akurat dengan DNA melalui RNA
untuk menghasilkan poli peptida dengan urutan asam amino yang spesifik.
Ekspresi gen merupakan sintesis protein yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, urutan rantai
nukleotida template (cetakan) dari suatu DNA untai ganda di salin untuk menghasilkan satu rantai
molekul RNA. Proses ini disebut transkripsi dan berangsung dalam inti sel. Tahap kedua merupakan
sintesis poli peptida dengan urutan spesifik berdasarkan ranai RNA yang dibuat pada tahapan pertama.
Proses ini disebut Translasi. Proses tersebut membuutuhhkan pengikatan dan pergerakan ribosom di
sitoplasma pada sepanjang rantai RNA untuk menterjemahkan urutan nukleutida rantai RNA tersebut
menjadi urutan asam amino untu membentuk rantai polipeptida. Pada proses ini digunakan istilah
penerjemahan karena bahasa pada nukleutida RNA diterjemahkan menjadi bahasa baru, yaitu bahasa
asam amino suatu protein.
5. Transkripsi
Transkripsi merupakan sintesis RNA dari alah satu rantai DNA, yaitu rantai cetakan atau
sense, sadangkan rantai DNA komplemen nya isebut rantai anti sense. Rentangan DNA yang di
transkripsi menjadi molekul RNA disebt unit transkripsi. RNA dihasilkan dari aktifitas enzim RNA
polimerase. Enzim RNA polimerase membuka pilinan kedua rantai DNA hingga terpisah dan
merangkaikan nukleutida RNA. Enzim RNA polimerase merangkai nukleutida-nukleutida RNA dari
arah 5' 3', saat terjadi perpasangan basa di sepanjang cetakan DNA. Urutan nukleutida spesifik di
sepanjang cetakan DNA menandai dimana transkripsi suatu gen dimulai dan diakhiri.
Transkripsi terdiri dari tiga tahap, yaitu inisiasi (permulaan), elongasi (pemanjangan) dan terminasi
(pengahiran) rantai RNA. Transkripsi mensintesis baik RNAd, RNAt, maupun RNAr. Namun hanya
basa nitrogen yang terdapat pada RNAd saja yang nantinya diterjemahkan menjadi asam amino
(protein).
6. Inisiasi
Daerah DNA dimana RNA polimerasi melekat dan mengawali transkripsi disebur sebagai
promoter. Suatu promoter mancakup titik awal (start point) transkripi (nukleutida dimana sistesis RNA
sebenarnya dimualai) dan bisanya membentang beberapa pasangan nukleutida didepan titik awal
tersebut. Selain menentukan dimana transkripsi dimulai, promoter juga menentukan yang mana dari
kedua untai heliks DNA yang digunakan sebagai cetakan.
7. Elongasi
Pada saat RNA bergera disepanjang DNA, pilinan heliks anda DNA tersebut teruka secara
berurutan kira-kira 10 hingga 20 basa DNA sekaligus. Enzim RNA polimerase menambahkan
Nukleutida ke ujung 3' dari molekul RNA yang sedang tumbuh disepanjang heliks ganda tersebut.
Setelah sintesis RNA berlangsung, DNA heliks ganda membenuk kembali dan molekul RNA baru
akan lepas dari cetakan DNAnya. Transkripsi berlanjut pada laju kira-kira 60 nukleotida per detik pada
sel eukaryotik.
8. Terminasi
Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase mentranskripsi urutan DNA yang disebut
terminator. Terminator merupakan suatu urutan DNA yang berfungsi menghentikan proses transkripsi.
Terdapat beberapa mekanisme yang berbeda untuk terminasi transkripsi, yang perinciannya
sebenarnya masih kurang jelas. Pada sel prokaryotik, transkripsi biasanya berhenti tepat pada saat
RNA polimerase mencapai titik terminasi. Sebaliknya, pada sel eukaryotik, RNA polimerase terus
melewati titik terminasi. Pada titik yang lebih jauh kira-kira 10 hingga 35 nukleotida, RNA yang telah
terbentuk terlepas dari enzim tersebut.
9. Translasi
Dalam proses translasi, sel menginterpretasikan suatu kode genetik menjadi protein yang
sesuai. Kode genetik tersebut berupa serangkaian kodon di sepanjang molekul RNAd, interpretasinya
adalah RNAt. RNAt mentransfer asam amino-asam amino dari "kolam" asam amino di sitoplasma ke
ribosom.
Molekul molekul RNAt tidak semuanya identik. Molekul RNAt membawa asam amino spesifik pada
salah satu ujungnya yang sesuai dengan triplet nukleotida pada ujung RNAt lainnya yang disebut anti
kodon. Misalnya, kodon RNAd UUU yang di translasi sebagai asam amino fenilalanin. RNAt
pembawa fenilalanin memiliki antikodon AAA yang komplemen terhadap UUU agar terjadireaksi
penambahan (transfer) fenilalanin pada rantai polipeptida sebelumnya.
Asosiasi kodon dan antikodon sebenarnya merupakan bagian kedua dari dua tahap pengenalan yang
dibutuhkan untuk translasi suatu pesan genetik yang akurat. Asosiasi ini harus didahului oleh pelekatan
yang benar antara RNAt dengan asam amino. RNAt yang mengikatkan diri pada kodon RNAd harus
membawa hanya asam amino yang tepat ke ribosom. Tiap asam amino digabungkan dengan RNAt
yang sesuai oleh suatu enzim spesifiik yang disebut aminoasil-RNAt sintetase.
Ribosom memudahkan pelekatan yang spesifik antara antikodon RNAt dengan kodon RNAd selama
sintesis protein. Sebuah riosom dapat dilihat melalui mikroskop elektron, tersusun dari dua subunit,
yaitu subunit besar dan subunit kecil. Subunit ribosom dibangun oleh protein-protein dan molekul-
molekul RNAr.
Kita dapat membagi translasi menjadi tiga tahap (sama seperti pada transkripsi) yaitu inisiasi, elongasi,
dan terminasi. Semua tahapan ini memerlukan faktor-faktor protein yang membantu RNAd, RNAt, dan
ribosom selama proses translasi. Inisiasi dan elongasi rantai polipeptida juga membutuhkan sejumlah
energi. Energi ini disediakan oleh GTP (Guanosin Tri Phosphat), suatu molekul yang mirip dengan
ATP.
10. Inisiasi
Tahap inisiasi dari translasi terjadi dengan adanya RNAd, sebuah RNAt yang memuat asam
amino pertama dari polipeptida, dan dua subunit ribosom. Pertama, subunit ribosom kecil mengikatkan
diri pada RNAd dan RNAt inisiator. Subunit ribosom kecil melakat pada tempat tertentu diujung 5'
dari RNAd. Didekat tempat pelekatan ribosom subunit kecil pada RNAd terdapat kodon inisiasi AUG,
yang memberikan signal dimulainya proses translasi. RNAt nisiator, yang membawa asam amino
metionin, melekat pada kodon nisiasi AUG.
Olehkarenanya, persyaratan inisiasi adalah kodon RNAd yang harus mengandung triplet AUG dan
terdapat RNAt inisiator berisi antikodon UAC yang membawa metionin. Jadi pada setiap proses
translasi, metionin selalu menjadi asam amino awal yang diingat. Triplet AUG dikatakan sebagai start
codon karena berfungsi sebagai kodon awal translasi.
11. Elongasi
Pada tahap elongasi dari translasi, asam amino-asam amino berikutnya ditambahkan satu per
satu pada asam amino pertama (metionin). Kodon RNAd pada ribosom membentuk ikatan hidrogen
engan antikodon molekul RNAt yang komplemen dengannya. Molekul RNAr dari subunit ribosom
besar berfungsi sebagai enzim, yaitu mengkatalisis pembentuk ikatan peptida yang menggabungkan
polipeptida yang memanjang ke asam amino yang baru tiba. Pada tahap ini, polipeptida memisahkan
diri dari RNAt tempat melekatnya semula, dan asam amino pada ujung karboksilnya berikatan dengan
asam amino yang dibawa oleh RNAt yang baru masuk.
Saat RNAd berpisah tempat, antikodonnya tetap berikatan dengan kodon RNAt. RNAd bergerak
bersama-sama dengan antikodon ini dan bergeser ke kodon berikutnya yang akan ditranslasi.
Sementara itu, RNAt sekarang tanpa asam amino karena telah diikatkan pada polipeptida yang sedang
memanjang. Selanjutnya RNAt keluar dari ribosom. Langkah ini membutuhkan energi yang disediakan
oleh hidrolisis GTP.
RNAd bergerak melalui ribosom kesatu arah saja, mulai dari ujung 5'. Hal inii sama dengan ribosom
yangg bergerak 5' menuju 3' pada RNAd. Hal yang penting disini adalah ribosom dan RNAd bergerak
relatif satu sama lain, dengan arah yang sama, kodon demi kodon. Siklus elongasi menghabiskan
waktu kurang dari 1/10 detik dan terus berlangsung hinga rantai polipeptidanya lengkap.
12. Terminasi
Tahap akhir translasi adalah terminasi. Elongasi berlanjut hingga ribosom mencapai kodon
stop. Triplet basa kodon stop adalah UAA, UAG atau UGA. Kodon stop tidak mengkode suatu asam
amino melainkan bertindak sebagai signal untuk menghentikan translasi.
D. Penentuan Jenis Kelamin

Keberadaan gen berangkai pada suatu spesies organisme, yang meliputi urutan dan jaraknya
satu sama lain, menghasilkan peta kromosom untuk spesies tersebut, misalnya peta kromosom pada
lalat Drosophila melanogaster yang terdiri atas empat kelompok gen berangkai.
Salah satu dalam hal ini kromosom nomor 1, disebut sebagai kromosom kelamin. Pemberian
nama ini karena strukturnya pada individu jantan dan individu betina memperlihatkan perbedaan
sehingga dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin individu. Dan ternyata banyak sekali
spesies organisme lainnya, terutama hewan dan juga manusia, mempunyai kromosom kelamin.

Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin dinamakan gen rangkai kelamin (sex-linked genes)
sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen-gen ini disebut peristiwa rangkai kelamin
(linkage). Adapun gen-gen yang terletak pada kromosom selain kromosom kelamin, yaitu kromosom
yang pada individu jantan dan betina sama strukturnya sehingga tidak dapat digunakan untuk
membedakan jenis kelamin. Kromosom semacam ini dinamakan autosom.
Seperti halnya gen berangkai (autosomal), gen-gen rangkai kelamin tidak mengalami segregasi dan
penggabungan secara acak di dalam gamet-gamet yang terbentuk. Akibatnya, individu-individu yang
dihasilkan melalui kombinasi gamet tersebut memperlihatkan nisbah fenotipe dan genotipe yang
menyimpang dari hukum Mendel.

Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan atas macam kromosom kelamin
tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada umumnya dapat dibedakan menjadi
kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat menjadi gen rangkai X (X-linked genes) dan
gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada kromosom
X tetapi memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tak
sempurna (incompletely sex-linked genes).

Pewarisan Rangkai X

Percobaan yang pertama kali mengungkapkan adanya peristiwa rangkai kelamin dilakukan oleh T.H
Morgan pada tahun 1910. Dia menyilangkan lalat D. melanogaster jantan bermata putih dengan betina
bermata merah. Lalat bermata merah lazim dianggap sebagai lalat normal atau tipe alami (wild type),
sedang gen pengatur tipe alami, misalnya pengatur warna mata merah ini, dapat dilambangkan dengan
tanda +. Biasanya, meskipun tidak selalu, gen tipe alami bersifat dominan terhadap alel mutannya.

Hasil persilangan Morgan tersebut, khususnya pada generasi F1, ternyata berbeda jika tetua jantan yang
digunakan adalah tipe alami (bermata merah) dan tetua betinanya bermata putih. Dengan perkataan
lain, perkawinan resiprok menghasilkan keturunan yang berbeda. Persilangan resiprok dengan hasil
yang berbeda ini memberikan petunjuk bahwa pewarisan warna mata pada Drosophila ada
hubungannya dengan jenis kelamin, dan ternyata kemudian memang diketahui bahwa gen yang
mengatur warna mata pada Drosophila terletak pada kromosom kelamin, dalam hal ini kromosom X.
Oleh karena itu, gen pengatur warna mata ini dikatakan sebagai gen rangkai X.

Secara skema pewarisan warna mata pada Drosophila dapat dilihat pada Gambar 6.1. Kromosom X
dan Y masing-masing lazim dilambangkan dengan tanda dan .

P: + + w P: w w +

x x

betina normal jantan mata putih betina mata putih jantan normal
F1 : + w + F1: + w w

betina normal jantan normal betina normal jantan mata putih

 Rangkai X pada manusia


Salah satu contoh gen rangkai X pada manusia adalah gen resesif yang menyebabkan penyakit
hemofilia, yaitu gangguan dalam proses pembekuan darah. Sebenarnya, kasus hemofilia telah dijumpai
sejak lama di negara-negara Arab ketika beberapa anak laki-laki meninggal akibat perdarahan hebat
setelah dikhitan. Namun, waktu itu kematian akibat perdarahan ini hanya dianggap sebagai takdir
semata.

Hemofilia baru menjadi terkenal dan dipelajari pola pewarisannya setelah beberapa anggota keluarga
Kerajaan Inggris mengalaminya. Awalnya, salah seorang di antara putra Ratu Victoria menderita
hemofilia sementara dua di antara putrinya karier atau heterozigot. Dari kedua putri yang heterozigot
ini lahir tiga cucu laki-laki yang menderita hemofilia dan empat cucu wanita yang heterozigot. Melalui
dua dari keempat cucu yang heterozigot inilah penyakit hemofilia tersebar di kalangan keluarga
Kerajaan Rusia dan Spanyol. Sementara itu, anggota keluarga Kerajaan Inggris saat ini yang
merupakan keturunan putra/putri normal Ratu Victoria bebas dari penyakit hemofilia.

 Pewarisan Rangkai Y
Pada umumnya kromosom Y hanya sedikit sekali mengandung gen yang aktif. Jumlah yang sangat
sedikit ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menemukan alel mutan bagi gen rangkai Y yang dapat
menghasilkan fenotipe abnormal. Biasanya suatu gen/alel dapat dideteksi keberadaannya apabila
fenotipe yang dihasilkannya adalah abnormal. Oleh karena fenotipe abnormal yang disebabkan oleh
gen rangkai Y jumlahnya sangat sedikit, maka gen rangkai Y diduga merupakan gen yang sangat
stabil.

Gen rangkai Y jelas tidak mungkin diekspresikan pada individu betina/wanita sehingga gen ini disebut
juga gen holandrik. Contoh gen holandrik pada manusia adalah Hg dengan alelnya hg yang
menyebabkan bulu kasar dan panjang, Ht dengan alelnya ht yang menyebabkan pertumbuhan bulu
panjang di sekitar telinga, dan Wt dengan alelnya wt yang menyebabkan abnormalitas kulit pada jari.

 Sistem Penentuan Jenis Kelamin


Telah disebutkan di atas bahwa pada manusia dan mamalia, dalam hal ini kucing, individu
pria / jantan adalah heterogametik (XY) sementara wanita / betina adalah homogametik (XX).
Sebaliknya, pada ayam individu jantan justru homogametik (ZZ) sementara individu betinanya
heterogametik (ZW). Penentuan jenis kelamin pada manusia / mamalia dikatakan mengikuti sistem
XY, sedang pada ayam, dan unggas lainnya serta ikan tertentu, mengikuti sistem ZW.

Selain kedua sistem tersebut, masih banyak sistem penentuan jenis kelamin lainnya. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa di antaranya.

a) Sistem XY
Sistem ini ditemukan pada tumbuhan, hewan dan manusia.
~ Genosom X berukuran lebih besar dibandingkan genosom Y. XX merupakan betina, XY merupakan
jantan.

Sistem XY Pada Manusia

Kromosom manusia dibedakan atas autosom dan kromosom kelamin. Sel tubuh manusia mengandung
46 kromosom yang terdiri dari 44 (22 pasang autosom) dan (2 atau 1 pasang kromosom kelamin). Pada
wanita kromosom kelamin berupa 2 buah kromosom –X bersifat homogametik, sedang pada pria berupa
sebuah kromosom –X dan kromosom –Y bersifat heterogametik.

Perbandingan seks pada Manusia

Kemungkinan lahir anak perempuan atau laki-laki secara teoritis mengikuti perbandingan seks 1
perempuan : 1 laki-laki, tetapi terkadang tampak bahawa salah satui seks kerap kali melebihi jumlahnya
dibanding dengan seks yang lain. Beberapa motivasi yang menerangkan kejanggalan tersebut ;

1. Migrasi
Dengan adanya perpindahan penduduk, maka suatu daerah dapat memiliki kelebihan salah satu
seks.
1. Kromatin Kelamin dan Hipotesis Lyon

Seorang ahli genetika dari Kanada, M.L. Barr, pada tahun 1949 menemukan adanya struktur tertentu
yang dapat memperlihatkan reaksi pewarnaan di dalam nukleus sel syaraf kucing betina. Struktur
semacam ini ternyata tidak dijumpai pada sel-sel kucing jantan. Pada manusia dilaporkan pula bahwa
sel-sel somatis pria, misalnya sel epitel selaput lendir mulut, dapat dibedakan dengan sel somatis
wanita atas dasar ada tidaknya struktur tertentu yang kemudian dikenal dengan nama kromatin
kelamin atau badan Barr.

Pada sel somatis wanita terdapat sebuah kromatin kelamin sementara sel somatis pria tidak
memilikinya. Selanjutnya diketahui bahwa banyaknya kromatin kelamin ternyata sama dengan
banyaknya kromosom X dikurangi satu. Jadi, wanita normal mempunyai sebuah kromatin kelamin
karena kromosom X-nya ada dua. Demikian pula, pria normal tidak mempunyai kromatin kelamin
karena kromosom X-nya hanya satu.

Dewasa ini keberadaan kromatin kelamin sering kali digunakan untuk menentukan jenis kelamin serta
mendiagnosis berbagai kelainan kromosom kelamin pada janin melalui pengambilan cairan amnion
embrio (amniosentesis). Pria dengan kelainan kromosom kelamin, misalnya penderita sindrom
Klinefelter (XXY), mempunyai sebuah kromatin kelamin yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang
pria normal. Sebaliknya, wanita penderita sindrom Turner (XO) tidak mempunyai kromatin kelamin
yang seharusnya ada pada wanita normal.

Mary F. Lyon, seorang ahli genetika dari Inggris mengajukan hipotesis bahwa kromatin kelamin
merupakan kromosom X yang mengalami kondensasi atau heterokromatinisasi sehingga secara genetik
menjadi inaktif. Hipotesis ini dilandasi hasil pengamatannya atas ekspresi gen rangkai X yang
mengatur warna bulu pada mencit. Individu betina heterozigot memperlihatkan fenotipe mozaik yang
jelas berbeda dengan ekspresi gen semidominan (warna antara yang seragam). Hal ini menunjukkan
bahwa hanya ada satu kromosom X yang aktif di antara kedua kromosom X pada individu betina.
Kromosom X yang aktif pada suatu sel mungkin membawa gen dominan sementara pada sel yang lain
mungkin justru membawa gen resesif.

Hipotesis Lyon juga menjelaskan adanya mekanisme kompensasi dosis pada mamalia. Mekanisme
kompensasi dosis diusulkan karena adanya fenomena bahwa suatu gen rangkai X akan mempunyai
dosis efektif yang sama pada kedua jenis kelamin. Dengan perkataan lain, gen rangkai X pada individu
homozigot akan diekspesikan sama kuat dengan gen rangkai X pada individu hemizigot.

D. Rangka Jenis Kelamin


1. Buta Warna
Butawarna merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak bisa membedakan warna.
Umumnya tidak bisa membedakan warna merah dan hijau (dikromatis). Sedangkan pada butawarna
total orang tidak bisa melihat warna. Kelainan ini juga disebabkan gen resesif c, sedangkan sifat
normal dikendalikan gen dominan C.

Anak perempuan buta warna dapat dilahirkan dari pria butawarna yang menikah dengan wanita
carrier.

P : pria butawarna x wanita carrier


c
XY X Xc
C

G : X c, Y XC, Xc
F : XCXc : wanita normal carrier XcXc : wanita butawarna XCY : prianormal XcY : pria butawarna

2. Hemofilia

Hemofili merupakan suatu kelainan dimana darah seseorang sulit untuk membeku. Penyakit ini
disebabkan gen resesif h, sedangkan sifat normal dikendalikan oleh gen H. Seorang wanita normal
memiliki dua gen H pada masing-masing kromosom X. Bila salah satu kromosom X terdapat gen h,
wanita ini termasuk wanita normal tetapi membawa sifat hemofili (carrier).

Bila pada kedua kromosom X terdapat gen h wanita tersebut menderita hemofili dan umumnya
lethal. Pria menderita hemofili bila pada kromosom X-nya terdapat gen h, dan normal bila terdapat gen
H. Seorang anak laki-laki hemofili dapat lahir dari ibu carrier.

Menurut sejarah, wanita pertama carrier hemofili adalah Ratu Victoria. Disebut pertama karena
silsilah di atas Ratu Vicotria tidak diketahui. Pangeran Andrew mewarisi gen ini dari ibunya dan
meninggal saat kecelakaan dengan luka yang tidak seberapa parah.

P : pria normal x wanita carrier


H H h
X Y X X
H
G : X ,Y X H, X h
F : X HX H : wanita normal X HY : pria normal
H h h
X X : wanita normal carrier X y : pria hemofili
PEMBAHASAN

A. Fisiologi kehamilan
Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh pemeliharaan janin dalam kandungan
yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma. saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan
hormon yang sangat berubah drastis. Organ reproduksi interna wanita adalah alat pembuahan atau
kandungan bagian dalam yang meliputi ovarium, tuba falopi, uterus, dan vagina. Organ reproduksi
eksterna wanita adalah alat pembuahan atau kandungan bagian luar yang meliputi mons veneris, labia
mayor, labia minor, klitoris, introitus vagina, introitus uretra, kelenjar bartholini dan anus.
Payudara/mamae/susu adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada.
Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan
sel telur oleh sel sperma. Pada saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat berubah
drastis.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi
pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot,
terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai
aterm. Berikut adalah penjelasannya:
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal yang kompleks.
2. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium berasal
dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi
spermatid, akhirnya menjadi spermatozoa. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc
sperma yang mengandung 40-60 juta spermatozoa tiap milliliter. Bentuk spermatozoa seperti
cabang yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng mengandung inti), leher (penghubung
antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10x kepala, mengandung energy sehingga dapat
bergerak). Sebagian kematian dan hanya beberapa ratus yang mencapai tuba falopi. Spermatozoa
yang masuk ke dalam genetalia wanita dapat hidup selama 3 hari, sehingga cukup waktu untuk
mengadakan konsepsi.
3. Fertilisasi/ konsepsi
Fertilisasi atau konsepsi adalah pertemuan antara spermatozoa dengan ovum untuk membentuk
zigot.
Proses konsepsi / fertilisasi berlansung sebagi berikut :
a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate, yang
mengandung persediaan nutrisi
b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah sitoplasma yang dibentuk
vitelus
c) Dalam perjalanan korona radiate makin berkurang dalam zona pelucida. Nutrisi dialirkan
ke dalam vitelus, melalui saluran pada zona pellucid
d) Konsepsi terjadi pada pars ampuylaris tuba, tempat yang paling luas dan dindingnya
penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum yang mempunyai waktu
terlama di dalam ampula tuba
e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 24 jam
f) Spermatozoa dilimpahkan, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri.
Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan sebagian dari lipoprotein
sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju
tuba. Spermatozoa hidup selama 3 hari di dalam genetalia interna. Spermatozoa
mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona radioata dan zona
pelucida dengan proses enzimatik (hialurodinase). Melalui stomata spermatozoa
memasuki ovum. Setelah kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum, ekornya terlepas
dan tertinggal di luar. Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dan membentuk
zigot.
4. Nidasi
Nidasi adalah masuknya dan tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
Bagian-bagian nidasi meliputi :
a) Pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa membentuk zigot
b) Dalam beberapa jam zigot membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya.
c) Bersamaan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan ke uterus
d) Hasil pembelahan sel memenuhio seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya 100 MU
atau 0,1 mm dan disebut stadium morula
e) Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi pembentukan sel di bagian luar morula
yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas
f) Sel trofoblas dalam pertumbuhannya mampu mengeluarkan hormone korionik
gonadotropin yang mempertahankan korpus luteum gravidarum
g) Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terjadi ruangan yang mengandung cairan
yang disebut blastula
h) Perkembangan dan pertumbuhan terus berjalan, blastula dengan vili korialis yang dilapisi
sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi
i) Sementara itu, fase sekresi endometrium telah makin gembur dan makin banyak
mengandung glikogen yang disebut desidua
j) Sel trofoblas yang meliputi “primer vili korialis” melakukan destruksi enzimatik dan
proteotik, sehingga dapat menanamkan diri di dalam endometrium
k) Proses penanaman blastula disebut nidasi atau implantasi
l) Proses nidasi tersebut terjadi pada hari ke-6 sampai 7 setelah konsepsi
m) Pada saat tertanamnya blastula ke dalam endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang
disebut tanda Hartman.
5. Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia
wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim.
Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada :

1. Rahim atau uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan
yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali
seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.Pada perempuan tidak
hamil uterus mempunyai berat 70 gram dankapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan,
uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dancairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat
mencapai 20 liter atau lebih denganberat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2008).
2. Vagina (liang senggama) Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat
jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat
bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan
mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
3. Ovarium Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan Folikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal(Prawirohardjo, 2008).
4. Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI
pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormone saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin.
5. Traktus urinarius Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang
dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.Pada akhir kehamilan,
jika kepala janin sudah mulai turun kepintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
6. Perubahan pada kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan namastriae gravidarum.
B. Alat eksternal dan internal
a. Eksternal

GAMBAR 1

1. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia
mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-
kelenjar pada dinding vagina.

2. Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.

Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

3. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus
vena.
Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
4. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat
pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
5. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis
yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada
pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut
saraf, sangat sensitif.
6. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal
dari sinus urogenital.
Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus
glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina
terdapat fossa navicularis.
7. Introitus atau orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa
yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
8. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan
sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen
dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
9. Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada wanita
pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total
lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
10. Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial
dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix,
dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri.
Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa
berlapis, berubah mengikuti siklus haid.

Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam
secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding
vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
11. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis
(levator ani, coccygeus) dan diafragma urogenitalis (perinealis transversus profunda,
constrictor urethra.
Perineal body adalah raphe median levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar
jalan lahir dan mencegah ruptur.
b. Internal

GAMBAR 2

1. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama
kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi
konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

2. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam
vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan
ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio
cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah
pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi
serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.

3. Corpus uteri
Terdiri dari :
paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di
intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium
yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh
hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior,
fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
4. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum
ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum
vesicouterina, ligamentum rectouterina.
5. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica
cabang aorta abdominalis
6. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-
14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa
dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap
bagiannya.

a. Pars isthmica (proksimal/isthmus)


Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali
transfer gamet.

b. Pars ampularis (medial/ampula)


Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada
hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.

c. Pars infundibulum (distal)


Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat
dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat
ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
d. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-
kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf.
Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari
sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka
interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum
yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium,
ligamentum infundibulo pelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari
cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
C. Perubahan fisiologi alat eksterna dan interna pada ibu hamil.
a. Vagina dan vulva
Akibat pengaruh hormone estrogen, vagina dan vulva mengalami perubahan pula. Sampai
minggu ke-8 terjadi hipervastikularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah,
agak kebiruan(lividae) tanda ini disebut tanda cadwick, warna posio pun tampak lividae.
Selama masa hamil pH sekresi vagina menjadi lebih asam. Keasaman berubah dari 4-6,5.
b. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone
pembesaran ini disebabkan oleh adanya peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh
darah. Pada minggu pertama timus uteri mengadakan hipertropi seperti korpus uteri,
hipertropi timus kepada triwulan pertama membuat timus menjadi panjang dan lebih lunak
disebut tanda hegar. Pelunakan timus uteri pada sambungan serviks dan korpus ini timbul
pada 6 minggu pertama setelah haid terakhir.
c. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteumm gravidatatum, korpus luteum
gravidatatis berdiameter kira kira 3 cm, kemudian ia akan mengecil saat plasenta
terbentuk,kopus luteum ini mengeluarkan hormone estrogen dan progesterone.
D. Payudara
GAMABAR 3

a. struktur payudara
Payudara (mammae, susu) merupakan kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui
800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
a) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
b) Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu
kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20
lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).
c) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
d) Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar
e) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncakpayudara.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).

Payudara tersusun dari jaringan lemak yang mengandung kelenjar-kelenjar yang bertanggung
jawab terhadap produksi susu pada saat hamil dan setelah bersalin. Setiap payudara terdiri dari
sekitar 15-25 lobus berkelompok yang disebut lobulus, kelenjar susu, dan sebuah bentukan seperti
kantung-kantung yang menampung air susu (alveoli). Saluran untuk mengalirkan air susu ke
puting susu disebut duktus. Sekitar 15-20 saluran akan menuju bagian gelap yang melingkar di
sekitar puting susu (areola) membentuk bagian yang menyimpan air susu (ampullae) sebelum
keluar ke permukaan.
Kedua payudara tidak selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Bentuk payudara
mulai terbentuk lengkap satu atau dua tahun setelah menstruasi pertamakali.Hamil dan menyusui
akan menyebabkan payudara bertambah besar dan akan mengalami pengecilan (atrofi) setelah
menopause.
Payudara akan menutupi sebagian besar dinding dada. Payudara dibatasi oleh tulang selangka
(klavikula) dan tulang dada (sternum). Jaringan payudara bisa mencapai ke daerah ketiak dan otot
yang berada pada punggung bawah sampai lengan atas (latissimus dorsi).
Kelenjar getah bening terdiri dari sel darah putih yang berguna untuk melawan penyakit.
Kelenjar getah bening didrainase oleh jaringan payudara melalui saluran limfe dan menuju nodul-
nodul kelenjar di sekitar payudara samapi ke ketiak dan tulang selangka. Nodul limfe berperan
penting pada penyebaran kanker payudara terutama nodul kelenjar di daerah ketiak.
b. Fisiologi payudara pada gravida
a. Mamae akan membesar dan tegang akibat somatomamotropin, estrogen dan progesteron,akan
tetapi belum mengeluarkan ASI.
b. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, progesteron menambah sel sel asinus pada
mamae
c. Papila mamae akan membesar, lebih tegang dan tambah hitam, seperti seluruh areola mamae
karena hiperpigmentasi.

E. Definisi fisiologi persalinan


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun hinngga lahir.
Kelahiran merupakan proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono,
2001 ).
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di dunia luar
dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu.
1. Menurut cara persalinan
a. Partus biasa(normal/spontan)
b. Partus luar biasa(abnormal)
2. Menurut tua kehamilan
a. Abortus
b. Partus immature
c. Partus prematurus
d. Partus matures/aterm
e. Partus postmaturus ( serotinus )
3. Tanda-tanda permulaan persalinan
a. Lightening/dropping
b. Perut tampak melebar findus turun
c. Polakisuria
d. False labor pains
e. Bloody show
4. Tanda-tanda inpartu
a. His yang lebih kuat,sering dan teratur
b. Keluar lender bercampur darah
c. VT : seviks mendatar dan membuka
5. Tahap dalam persalinan
a. Kala I(pembukaan)
 Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
 Persalinan Kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
 Fase laten, di mana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak
awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara
bertahap sampai 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
 Fase aktif (pembukaan serviks 4 cm-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 subfase
 Fase akselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
 Fase dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
 Fase deselerasi, berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan 9 cm
menjadi 10 cm
Perubahan Fisiologis pada Kala I
a) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistole rata-
rata naik) 10-20 mmHg, diastole naik 5-10 mmHg. Antara
kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan.
Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan
darah.
b) Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat
secara berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan
aktivitas otot skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung (cardiac
output), pernafasan dan kehilangan cairan.
c) Suhu Tubuh
Oleh karena adanya peningkataan metabolisme, maka suhu tubuh
sedikit meningkat selama persalinan. Selama dan setelah
persalinan akan terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan suhu
tidak lebih dari 10C.
d) Detak Jantung
Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, detak jantung akan
meningkat secara dramatis selama kontraksi.
e) Pernafasan
Oleh karena terjadinya peningkatan metabolisme, maka terjadi
sedikit peningkatan laju pernafasan yang dianggap normal,
hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa
menyebabkan alkalosis.
f) Ginjal
Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin
dikarenakan adanya peningkatan cardiac output, peningkatan
filtrasi glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal.
Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.
g) Gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansi
berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu,
berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan aktivitas
pencegahan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi
sangat lambat, cairan tidak terpengaruh dan meninggalkan perut
dalam waktu biasa.
h) Hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama persalinan
dan akan kembali sebelum persalinan sehari pascapersalinan,
kecuali terdapat perdarahan postpartum. Waktu koagulasi darah
akan berkurang dan terjadi peningkatan plasma. Gula darah akan
berkurang, kemungkinan besar disebabkan karena peningkatan
kontraksi uterus dan otot-otot tubuh.

b. Kala II (pengeluaran )
Asuhan yang bersifat mendukung selama persalinan merupakan suatu standar
pelayanan kebidanan. Ibu yang bersalin biasanya mengalami perubahan emosional
yang tidak stabil.
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan
pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
 His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit
 Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
 Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina
 Perineum terlihat menonjol
 Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
 Peningkatan pengeluaran lendir darah
 Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan :
 Pembukaan serviks telah lengkap
 Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina
Perubahan Psikologis Pada Kala II

Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin
meneran. Karena tekanan rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan
tanda anus terbuka. Pada waktu terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka, dan perineum meregang. Dengan his meneran yang terpimpin, maka akan
lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)


Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir. Pada Kala III Persalinan, otot uterus menyebabkan
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena
tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah.
Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas
vagina.
Perubahan Psikologis Kala III :

 Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya


 Merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya, juga merasa sangat lelah
 Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit
 Menaruh perhatian terhadap plasenta
d. Kala IV ( pengawasan )
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses
tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
 Tingkat Kesadaran
 Pemeriksaan Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, dan pernafasan
 Kontraksi uterus
 Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400-500 cc

GAMBAR 4

F. Sebab-sebab mulainya persalinan


Banyak penyebab mulainya persalinan. Sebab-sebab mulainya persalinan di dahului beberapa
faktor. Menurut Sumarah (2009, pp.2-4), bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan
pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his.
Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu:
1. Estrogen
berfungsi untuk meningkatkan sensivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
2. Progesteron berfungsi menurunkan sensivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Pada kehamilan, kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang, sehingga
kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan
oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam
bentuk Braxton Hicks. Kontraksi ini akan menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan
dimulai, oleh karena itu makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi semakin sering. Oksitosin
diduga bekerja bersama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai umur kehamilan
minggu ke-15 sampai aterm lebih-lebih sewaktu partus atau persalinan. Disamping faktor gizi ibu
hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk mulainya kontraksi
rahim.

Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses
persalinan :

o Teori Keregangan — Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot
uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter
sehingga plasenta mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

o Teori penurunan progesterone — Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

o Teori oksitosin internal — Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat
tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
o Teori prostaglandin — Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat
memicu terjadinya persalinan.

o Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis — Teori ini menunjukkan pada


kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat
otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci menjadi lebih lama. Pemberian
kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari beberapa
percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya
persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

o Teori berkurangnya nutrisi — Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh


Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi
akan segera dikeluarkan.

o Faktor lain — Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak
dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum dapat dipastikan, besar kemungkinan
semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor.

G. Persalinan normal
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Rustam Mochtar, 1998 ).
Persalinan normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
GAMBAR 5

H. Mekanisme persalinan

Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan berupa
penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul pada saat melewati jalan
lahir. Berikut adalah mekanismenya :

a. Masuknya kepala janin pada PAP


Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan. Masuk periode
inpartu dalam keadaan kepala engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya kepala janin pada pintu
atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode inpartu dalam keadaan floating
(melayang di atas PAP)
Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian terendah janin telah
melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian pada situasi :
a) Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada tepat antara simfisis
pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan dan belakang sama rendah.
b) Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati promontorium dan
ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam posisi asinklitismus.yaitu
Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati promontorium dan tulang ubun-
ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang ubun-ubun belakang) dan asinklitismus Posterior
(Sutura sagitalis mendekati simfisis pubis, tulang ubun-ubun/parietal belakang lebih rendah
lebih rendah dari tulang ubun-ubun depan.
GAMBAR 6

b. Turunnya kepala janin ke dasar panggul


Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum persalinan, sedangkan
turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala II. Pada nulipara, masuk dan turunnya
kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan.
c. Fleksi
Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-ubun kecil (UUK)
lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter fronto oksipital (12 cm) sebagai
ukuran terpanjang terbentang antara fronto diameter anteroposterior dan diameter sub
oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil yang akan melewati jalan lahir.

d. Putaran Paksi Dalam


Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke belakang (sakrum). Putaran
paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir.
e. Ekstensi / Defleksi kepala janin
Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah anteroposterior
f. Putaran paksi luar atau Restitusi
Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah punggung untuk
menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini disebut putaran
restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum
sepihak (di sisi kiri)
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hypomochilion
untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu depan menyusul seluruh badan anak lahir searah
dengan paksi jalan lahir.

I. Agar ibu dapat bersalin normal :


1. Atur pola makan saat kehamilan
2. Tetap berolahraga dengan porsi yang sesuai
3. Beraktifitas seperti biasa
4. Hindari stres
5. Rutin memeriksakan kehamilan
6. Tenang dan rileks dihari “H”

BAB II

PEMBAHASAN

A. Fisiologi nifas

Fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristk dalam masa nifas, artinya memberi
ciri adanya masa nifas. Jadi hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik tidak terjadi pada hal lain,
misalnya masa sebelum hamil, masa hamil maupun masa persalinan. Hal-hal yang terjadi dan memberi ciri
masa nifas ini adalah perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus tenjadi untuk memenuhi
sebagian dan fungsi masa nifas, yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum masa hamil
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung lama kira-kira 6 minggu.(Buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono prawirohardjo:122), masa nifas
juga dapat diartikan sebagai masa setelah kelahiran plasenta serta selaput ketuban dan berakhir pada saat
alat-alat kandungan kembali seperti pada keadan sebelum hamil, dan berlangsung lebih kurang 6 bulan.
(Buku Ilmu Kebidanan Biologi Reproduksi, Nilda Syntia Dewi, S.SiT ; 129)

Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :


1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Di dalam
agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat- alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan.

B. Perubahan fisiologi yang terjadi pada masa nifas :

1. Perubahan Fisik
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan
dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum
keluar). Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI
berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein.
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari,
air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk
mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.Setelah persalinan suhu badan ibu akan naik 0.50C
dan setelah 12 jam pertama suhu akan normal kembali. Frekuensi nadi 60-80 denyut per menit.

2. Involusi (Perubahan) uterus

INVOLUSI Tinggi Fundus Uteri BERAT UTERUS


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 Minggu Pertengahan pusat 500 gram
2 Minggu Tidak teraba diatas 350 gram
simphisis
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 30 gram

Involusi alat-alat kandungan :


a. Uterus berangsur- angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b. Plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm,
minggu ke-3 menjadi 3,5 cm, minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c. Luka- luka pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

d. Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
- Lochea rubra ( cruenta): berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, vernik
caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari pascapersalinan.
- Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke-3 sampai ke-7
pascapersalinan.
- Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari ke-7 sampai ke-14
pascapersalinan.
- Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.
e. Setelah persalinan bentuk servik agak mengganggu seperti corong berwarana merah kehitaman,
konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat perlukaan kecil.
f. Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara
berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan
menjadi retrofleksikarena ligamentum rotundum menjadi kendor.
3. Laktasi dan pengeluaran ASI
Hormon oksitosin menyebabkan mioepitalium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, produksi air air
susu baru berlangsung pada hari ke 2-3 post partum. Hari pertama air susu mengandung kolostrum yang
mengandung banyak protein albumin dan globulin.

4. Perubahan Psikis
Emosi yang berubah-ubah (mudah sedih, khawatir, tiba-tiba bahagia) disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain adanya perubahan hormon, keletihan ibu, kurangnya perhatian keluarga, kurangnya pengetahuan
akan cara merawat bayi serta konflik dalam rumah tangga. Perubahan ini memiliki berbagai bentuk dan
variasi dan akan berangsur-angsur normal sampai pada pekan ke 12 setelah melahirkan. Perubahan psikis
sebenarnya wajar-wajar saja jika tidak menimbulkan masalah seperti halnya dengan Baby Blues Syindrome
yang biasa juga dikenal sebagai Postpartum Distress Syndrome merupakan suatu kondisi dimana muncul
perasaan gundah gulana atau adanya perasaan sedih yang di alamai oleh para ibu pasca melahirkan. Kondisi
ini biasanya terjadi pada 14 hari pertama pasca melahirkan dan cenderung memburuk pada 3 ata 4 hari pasca
melahirkan. Namun jika ibu mengalami kondisi yang sama melebihi batas normal 2 minggu, maka baiknya
ibu berkonsultasi dengan dokter, karena di khawatirkan mengalami Postpartum Depression. Kondisi ini
dialami sekitar 50- 80% wanita setelah melahirkan khususnya bayi pertama.

C. Struktur payudara dan fisiologi laktasi

Struktur Anatomi Payudara

1. Struktur Payudara
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.


2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

a. Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos danpembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan
dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

b. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dindingalveolus maupun saluran-saluran
terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

c. Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).

Anatomi normal payudara


Payudara tersusun dari jaringan lemak yang mengandung kelenjar-kelenjar yang bertanggung
jawab terhadap produksi susu pada saat hamil dan setelah bersalin. Setiap payudara terdiri dari sekitar
15-25 lobus berkelompok yang disebut lobulus, kelenjar susu, dan sebuah bentukan seperti kantung-
kantung yang menampung air susu (alveoli). Saluran untuk mengalirkan air susu ke puting susu
disebut duktus. Sekitar 15-20 saluran akan menuju bagian gelap yang melingkar di sekitar puting susu
(areola) membentuk bagian yang menyimpan air susu (ampullae) sebelum keluar ke permukaan.
Kedua payudara tidak selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Bentuk payudara mulai
terbentuk lengkap satu atau dua tahun setelah menstruasi pertamakali.Hamil dan menyusui akan
menyebabkan payudara bertambah besar dan akan mengalami pengecilan (atrofi) setelah menopause.
Payudara akan menutupi sebagian besar dinding dada. Payudara dibatasi oleh tulang selangka
(klavikula) dan tulang dada (sternum). Jaringan payudara bisa mencapai ke daerah ketiak dan otot yang
berada pada punggung bawah sampai lengan atas (latissimus dorsi).
Kelenjar getah bening terdiri dari sel darah putih yang berguna untuk melawan penyakit. Kelenjar
getah bening didrainase oleh jaringan payudara melalui saluran limfe dan menuju nodul-nodul kelenjar
di sekitar payudara samapi ke ketiak dan tulang selangka. Nodul limfe berperan penting pada
penyebaran kanker payudara terutama nodul kelenjar di daerah ketiak.
Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI
(oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli.
Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta
meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada
proses laktasi, terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan putting susu dikarenakan hisapan bayi.

Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli.
Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh
hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau
ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan,
yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah
kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen danprogesteron yang masih
tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen
dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluarprolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada
ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut
tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan
pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi dan rangsangan puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan
bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkanoksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir
melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat
reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:

1. Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi
dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.

2. Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai
palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang
berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

3. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

4. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf
yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormonoksitosin. Hal ini menyebabkan
sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus.
Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

D. Struktur payudara

 Struktur Makroskopis Payudara


Struktur makroskopis dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Cauda Axillaris : jaringan payudara yang meluas ke arah axiila


2. Areola : daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing
masing payudara bergaris tengah kira – kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang
berkulit cerah, lebigh gelap pada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut menjadi lebih gelap
ada waktu hamil. Di daerah areola ini terletak kira – kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola
ini membesar dan di sebut tuberkulum montgomery.
3. Papilla mamae : Terletak dipusat areola mammae setinggi iga ( costa ) ke 4. Papila mammae suatu
tonjolan dengan panjang kira – kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigme dan merupakan
bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang – lubang berupa ostium papillare
kecil –kecil yang merupakan ductus lactifer.ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel.

 Struktur Mikroskopis

Struktur mikroskopis dibagi menjadi 4 yaitu:


1. Alveoli : mengandung sel – sel yang mensekresi air susu. Sertiap alveoli dilapisi oleh sel – sel yang
mensekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor – faktor dari darah yang penting untuk
pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel – sel mioepitel yang kadang – kadang
di sebut sel keranjang atau sel laba – laba. Apabila sel – sel ini dirangsang oleh oksitosin akan
berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos
dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan
dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Tubulus lactifer : saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
3. Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer. Meluas dari ampulla
sampai muara papilla mammae.
4. Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang melebar yang merupakan tempat menyimpan air susu.
Ampulla terletak di bawah areola.
5. jaringan ikat & lemak : jaringan penunjang & pelindung

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

Hormon-hormon yang mempengaruhi gametogenesis dan fungsi reproduksi antara lain :Pada Hipofisis
terdapat hormon gonadotropin yang terdiri atas FSH (Folikel Stimulating hormone) dan LH (Liuteizing
Hormon).Pada Ovarium terdapat hormon estrogen dan hormone progeteron.Pada Plasenta terdapat hormon
gonadotropin korion, estrogen, progesterone, dan somatotropin.Pada siklus reproduksi terdapat hormon FSH,
Hormon LH, Hormon estrogen, dan Hormon Progesteron.
Hukum Mendel, merupakan salah satu materi mengenai pewarisan sifat organisme dan selain itu juga
pada dasar-dasar genetik terdiri dari DNA,RNA, SINTESIS PROTEIN.

Anda mungkin juga menyukai