Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU MATRIKULASI RADIOBIOLOGI

Dosen : Ibu Sri Mulyati S,Si, MT

Disusun Oleh :
Syarifudin Yusuf (P1337430223187)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI PENCITRAAN


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2023
Soal :
A. Tuliskan bagian sel beserta fungsinya
B. Membuat diagram sel beserta penjelasan disetiap fase pembelahannya
C. Mencari referensi besaran dosis radiasi pada setiap organ

Jawab :
A. Bagian sel dan fungsinya
Sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup yang mampu melaksanakan
proses berkaitan dengan kehidupan. Fungsi dasar sel pada umumnya mencakup
memperoleh makanan/nutrien dan O dari lingkungan sekitar, melakukan reaksi kimia
2

untuk menghasilkan energi, mengeluarkan CO dan produl lain hasil metabolisme,


2

membentuk protein, mengontrol pertukaran antar sel dengan lingkungan, memperbaiki


sel yang rusak. Sel memiliki organel-organel sel yang melaksanakan fungsi-fungsi
tertentu, organel-organel sel tersebut meliputi :

1) Membrane sel
Membran sel merupakan permukaan luar setiap sel yang dibatasi oleh selaput
halus dan elastis. Membran sel penting untuk mengatur isi sel, karena semua bahan yang
keluar masuk harus melalui membran ini. Membran sel terdiri dari fosfor, lemak, protein
dan karbohidrat. Fungsi membran sel adalah untuk pelindung dan pengatur arus zat yang
keluar masuk sel. Membran sel dapat mencegah masuknya zat-zat yang dapat merugikan
sel serta memudahkan masuknya zat-zat yang berguna bagi sel.

2) Sitoplasma

Sitoplasma merupakan material yang di dalamnya terdapat beberapa organel-


organel sel, sebagian besarnya bahannya berupa cairan. Bahan cair sitoplasma disebut
dengan sitosol. Sejumlah enzim untuk metabolisme juga terdapat pada sitoplasma.
Sitoplasma mempunyai kandungan beragam zat, yaitu protein, karbohidrat, lemak,
enzim, zat-zat anorganik, hormon dan juga vitamin. Adapun fungsi sitoplasma yaitu
sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme sel karena organel sel berada di
sitoplasma.

3) Nucleus

Nucleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota


(sebagian lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter rata-
rata 5 µm, organel ini umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam sel
eukariota. Kebanyakan sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang memiliki banyak
nukleus, contohnya sel otot rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus,
contohnya sel darah merah matang yang kehilangan nukleusnya saat berkembang.
Nukleus mengedalikan sintesis protein di dalam sitoplasma dengan cara mengirim
molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis berdasarkan "pesan"
gen pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma melalui pori nukleus dan
melekat pada ribosom, tempat pesan genetik tersebut diterjemahkan menjadi urutan asam
amino protein yang disintesis.
4) Mitokondria
Mitokondria merupakan organel bermembran dalam sel. Sel-sel yang aktif atau
yang memerlukan energi lebih besar mempunyai mitokondria yang lebih banyak. Tiap
mitokondria dibungkus oleh membran ganda atau dua membran. Adapun fungsi
mitokondria yang utama adalah untuk tempat penghasil energi.

5) Ribosom

Ribosom sangat kecil (diameternya 20 – 25 nm), terdapat pada sitoplasma


secara bebas atau menempel pada reticulum endoplasma. Ribosom merupakan tempat
sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis protein yang tinggi memiliki banyak
sekali ribosom, contohnya sel hati manusia yang memiliki beberapa juta ribosom.
Ribosom sendiri tersusun atas berbagai jenis protein dan sejumlah molekul RNA.

6) Reticulum Endoplasma

Merupakan struktur benang-benang yang bermuara di inti sel (nukleus). Ada dua
jenis RE yaitu RE granuler (RE kasar) dan RE Agranuler (RE halus). Retikulum
endoplasma berfungsi menyusun dan menyalurkan zat-zat ke Dalam sel (alat
transportasi zat-zat dalam sel). Fungsi RE kasar adalah mengumpulkan protein dari dan
ke membran sel. Sedangkan, fungsi RE halus adalah untuk mensintesis lipid, glikogen
(gula otot), kolesterol, dan gliserida. Pada RE kasar terdapat ribosom dan RE halus
tidak terdapat ribosom. Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum
endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar
disebut demikian karena permukaannya ditempeli banyak ribosom. Ribosom yang
mulai mensintesis protein dengan tempat tujuan tertentu, seperti organel tertentu atau
membran, akan menempel pada retikulum endoplasma kasar. Kebanyakan protein
menujuke badan Golgi, yang akan mengemas dan memilahnya untuk diantarkan
ketujuan akhirnya. Retikulum endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada
permukaannya.

7) Badan Golgi

Tersusun atas setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut sisterna.
Biasanya terdapat tiga sampai delapan sisterna, tetapi ada sejumlah organisme yang
memiliki badan Golgi dengan puluhan sisterna. Jumlah dan ukuran badan Golgi
bergantung pada jenis sel dan aktivitas metabolismenya. Sel yang aktif melakukan
sekresi protein dapat memiliki ratusan badan Golgi. Organel ini biasanya terletak di
antara retikulum endoplasma dan membran plasma. Badan Golgi mengatur pergerakan
berbagai jenis protein; ada yang disekresikan ke luar sel, ada yang digabungkan ke
membran plasma sebagai protein transmembran, dan ada pula yang ditempatkan di
dalam lisosom.

8) Lisosom
Merupakan struktur yang agak bulat dan juga dibatasi membran tunggal. Lisosom
dihasilkan oleh badan golgi yang penuh dengan adanya protein. Fungsi lisosom adalah
untuk mencerna zat sisa, zat asing, dan makanan. Lisosom juga berperan untuk
menghancurkan sel-sel yang tidak berfungsi lagi. Jika lisosom pecah, maka enzim yang
ada di dalamnya akan menghancurkan organel sel sehingga mengakibatkan sel menjadi
mati.
9) Periksisom
Peroksisom menghasilkan enzim katalase yang dapat merubah peroksida air (H2O2)
menjadi oksigen dan air (H2O2 2 + H2O). Hidrogen peroksida merupakan produk
metabolisme sel yang berpotensi membahayakan sel. Perioksisom juga berperan dalam
perubahan lemak menjadi karbohidrat.

10) Mikrotubulus

Mikrotubulus adalah salah satu komponen sitoplasma, terdapat pada sel-sel hewan
maupun sel tumbuhan berupa silinder atau tabung panjang dan berongga. Diameter luar
tabung sekitar 24 nm, dan diameter bagian dalamnya sekitar 12 nm. Mikrotubulus
merupakan polimer protein tubulin yang terangkai dalam susunan heliks (terpilin),
bersifat kaku. Monomer dari polimer tubulin adalah dimer α / β-tubulin. Mikrotubulus
tunggal terdiri dari protofilamen-protofilamen. Biasanya sekitar tiga belas protofilamen
terkait dalam satu mikrotubulus.

11) Mikrofilamen

Mikrofilamen merupakan benang-benang halus yang tersusun dari protein aktin.


Mikrofilamen dibentuk oleh polimerisasi monomer protein aktin (aktin globular) dalam
susunan heliks (terpilin). Mikrofilamen adalah komponen dari sitoskeleton. Diameter
mikrofilamen sekitar 5-7 nanometer (nm), sehingga untuk mengamatinya harus
menggunakan mikroskop elektron.
B. Diagram Sel pada Pembelahannya

- Fase S (Sintesis)
Fase ini merupakan tahap terjadinya replikasi DNA. Pada umumnya, sel tubuh
manusia membutuhkan waktu sekitar delapan jam untuk menyelesaikan tahap ini.
Hasil replikasi kromosom yang telah utuh segera dipilah bersama dengan dua
nuklei masing-masing guna proses mitosis pada fase M.
- Fase M (Mitosis)

Interval waktu fase M kurang lebih satu jam. Tahap ini terjadi pembelahan sel,
baik pembelahan biner atau pembentukan tunas. Pada mitosis, sel membelah
dirinya membentuk dua sel anak yang terpisah. Dalam fase M terjadi beberapa
jenjang fase, yaitu:
 Profase, yaitu fase terjadinya kondensasi kromosom dan pertumbuhan
pemintalnya. Pada saat ini kromosom terlihat di dalam sitoplasma.
 Prometafase, yaitu fase ketika sampul inti sel terlarut dan kromosom yang
mengandung dua kromatid mulai bermigrasi menuju bidang ekuatorial
(piringan metafase).
 Metafase, yaitu kondensasi kromosom di bidang ekuatorial mencapai titik
puncaknya.
 Anafase, yaitu tiap sentromer mulai terpisah dan tiap kromatid dari masing-
masing kromosom tertarik menuju pemintal kutub.
 Telofase, yaitu kromosom di tiap kutub mulai mengalami dekondensasi, yang
diikuti dengan terbentuknya kembali membran inti sel dan sitoplasma perlahan
mulai membelah.
 Sitokinesis, yaitu pembelahan sitoplasma selesai setelah terjadi oleh interaksi
antara pemintal mitotik, sitoskeleton aktomiosin, dan fusi sel yang
menghasilkan dua sel anak identik.
- Fase G (Gap)
Fase G terdiri dari G1 dan G2 yang merupakan fase sintesis zat-zat yang
diperlukan untuk fase berikutnya. Pada sel mamalia, durasi fase G 2 sekitar 2 jam,
sedangkan durasi fase G1 sangat bervariasi, dari enam jam hingga beberapa hari.
Sel yang berada dalam fase G 1 terlalu lama disebut G0 atau “tidak aktif”. Selama
fase ini, sel terus melakukan fungsi metabolismenya secara aktif, tetapi tidak lagi
aktif berproliferasi. Sel dalam fase G0 dapat kembali ke siklus sel atau tetap dalam
fase ini sampai kematian sel terprogram terjadi. Umumnya, sel dewasa berada
dalam fase G0. Sel-sel ini dapat kembali ke fase G 1 melalui stimulasi, termasuk
perubahan kepadatan sel, mitosis atau faktor pertumbuhan, dan pengiriman nutrisi.
- Interfase
Transisi dari G0 ke G1 disebut fase utama atau fase daya replikasi. Pada
hepatosit, fase primer diaktifkan oleh sekresi sitokin IL-6 dan TNF-α oleh sel
Kupffer yang menyebabkan hilangnya hepatoselular. bagian dari massa mereka.
Kemampuan untuk memperbanyak sel hati setelah kehilangan sebagian massanya.
Berbagai jenis protein disintesis dalam fase G1. Setelah sel keluar dari fase G0,
beberapa ribosom baru diproduksi untuk mempercepat sintesis protein.
Beberapa protein diproduksi sebagai enzim untuk mengembalikan fungsi
metabolisme yang hilang ketika sel berada dalam fase G0, seperti enzim yang
diperlukan untuk sintesis isoprenoid, yang diperlukan untuk aktivitas onkogenik
ras, dan sintesis poliamina, yang memiliki banyak fungsi termasuk menyediakan
ikatan ionik. dengan asam nukleat.
C. Dosis yang Diterima Organ
Jaringan yang berbeda memiliki radiosensitivitas yang berbeda. Sel yang sering
membelah (misalnya, sel pembentuk darah di sumsum tulang) lebih sering terkena
radiasi daripada jarang membagi sel (misalnya, jaringan ikat dan lemak). Faktor
metabolik seperti konsentrasi oksigen dalam volume yang diradiasi juga penting. Organ
yang membatasi dosis diklasifikasikan menjadi tiga kelas menurut toleransi radiasinya:
I, II dan III yaitu sebagai berikut :
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010
tentang pemantauan kesehatan untuk pekerja radiasi, nilai batas dosis adalah dosis
terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan
anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan
somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
Efek Deterministik adalah efek radiasi yang keparahannya bergantung pada
besarnya Dosis dan memiliki dosis ambang tertentu.

Anda mungkin juga menyukai