Anda di halaman 1dari 19

Visi

Pada tahun 2025 menghasilkan Ahli Madya Keperawatan yang unggul


dalam penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan neurosain
melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

KONSEP DASAR RISET KEPERAWATAN

TUGAS KELOMPOK MK: PENGANTAR RISET KEPERAWATAN


Disusun oleh
Kelompok 1 Kelas 3 Reguler B :

1. Haning Mahanani (P3.73.20.1.17.043)


2. Ryan Fahry Rozy (P3.73.20.1.17.0 )
3. Siti Nurfadhilah (P3.73.20.1.17.073)

Pembimbing : Eska Riyanti, S.Kp,. MKM

PRODI D III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Konsep Dasar
Riset Keperawatan dengan baik dan tepat pada waktunya. Berkat bantuan dan dukungan dari
teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan melancarkan tersusunnya makalah
ini. Makalah ini mungkin kurang sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ............................................................................................................ 2
D. Sistematika Penulisan.................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 3
A. Pengertian Riset Keperawatan .................................................................................... 3
B. Hakekat Riset Keperawatan ........................................................................................ 4
C. Tujuan Riset Keperawatan .......................................................................................... 5
D. Manfaat Riset Keperawatan ........................................................................................ 6
E. Syarat-syarat Riset Keperawatan ................................................................................ 7
F. Ciri-Ciri Riset Keperawatan ....................................................................................... 8
G. Karakteristik Riset Keperawatan ............................................................................... 12
G. Prioritas Metode Riset Keperawatan ......................................................................... 12
G. Keterbatasan Riset Keperawatan ............................................................................... 13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 14
A. Kesimpulan................................................................................................................ 14
B. Saran .......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era modern seperti sekarang ini tuntutan profesionalisme semakin
menguat, Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan dan sebagai
mitra dokter sudah seharusnya mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan
secara maksimal dengan didukung dengan ilmu pengetahuan kesehatan, terutama
ilmu keperawatan.
Perawat sebagai seorang anggota tim kesehatan, dalam memberikan askep
(asuhan keperawatan) terhadap klien haruslah dapat memberikan informasi
tentang klien yang dirawatnya secara akurat dan komplit dan dalam waktu dan
cara yang memungkinkan. Seorang klien tergantung pada pemberi perawatan
untuk mengkomunikasikan kepada yang lainnya untuk memastikan mutu terbaik
dari perawatan, sesuai dengan ilmu keperawatan yang dimilikinya.
Pada perkembangannya, ilmu keperawatan selalu mengikuti
perkembangan ilmu lain mengingat ilmu ini merupakan ilmu terapan yang selalu
berubah menurut tuntutan zaman. Sebagai ilmu yang mulai berkembang, ilmu ini
banyak mendapatkan tekanan dari luar dan dalam.
Untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan oleh komunitas
profesional, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghasilkan
masalah baru dalam keperawatan melalui proses berkelanjutan. Dalam proses
berkembangnya, ilmu keperawatan dituntut adanya riset dan pengembangan
sehingga diharapkan perawat dapat melakukan penelitian, selain itu dilihat juga
adanya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan,
adanya pusat penapis dan adaptasi teknologi keperawatan serta adanya
pengembangan model pemberian asuhan keperawatan.

1
B. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Mampu memahami tentang konsep dasar riset keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian riset keperawatan
b. Menjelaskan hakekat riset keperawatan
c. Menjelaskan maksud dan tujuan riset keperawatan
d. Menjelaskan manfaat riset keperawatan
e. Menyebutkan ciri-ciri riset
f. Menjelaskan syarat melakukan riset keperawatan
g. Menjelaskan metode riset keperawata
h. Menjelaskan karakteristik riset keperawatan
i. Menjelaskan prioritas riset keperawatan
j. Menjelaskan keterbatasan riset keperawatan

C. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan
Makalah ini, yaitu hanya pada lingkup seputar konsep dasar riset keperawatan yang
meliputi: penjelasan, hakekat, maksud dan tujuan, manfaat, ciri-ciri, syarat riset
keperawatan, metode riset keperawatan, karakteristik riset keperawata, prioritas riset
keperawatan, dan keterbatasan riset keperawatan.

D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam menulis makalah, maka penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut
BAB I: Pendahuluan
Memuat tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Pustaka
Berisi tentang penjelasan konsep dasar pengantar riset keperawatan
BAB IV: Penutup
Memuat simpulan dan saran penulis
Daftar Pustaka

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Riset Keperawatan


Riset atau penelitian adalah proses pencarian kebenaran yang belum terungkap secara
sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi atau data. Sedangkan riset
keperawatan adalah proses pencarian kebenaran secara sistematis yang didesain untuk
meningkatkan pemahaman kita tentang isu-isu yang terkait dengan keperawatan, antara
lain: praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, dan administrasi keperawatan.
(Supradjitno, 2016)
Riset keperawatan adalah suatu proses menganalisa data dengan kritis yang
dikumpulkan secara sistematis tentang fenomena tertentu. (Setiadi, 2007). Pengertian riset
keperawatan dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan untuk menganalisa fenomena
tertentu secara sistematis dalam rangka pencarian kebenaran.
Orientasi penelitian keperawatan yang dilakukan oleh perawat harus merujuk pada
teori-teori dan batang tubuh pengetahuan penelitian dan ilmu keperawatan yang ada.
Tujuan utama penelitian keperawatan adalah mengembangkan dasar pengetahuan ilmiah
untuk praktik keperawatan yang efektif dan efisien. Seorang peneliti dalam hal ini adalah
seorang perawat harus bertanggung jawab kepada masyarakat dalam hal penyediaan
kualitas layanan dan merumuskan cara-cara untuk meningkatkan mutu layanan tersebut
dan yang lebih penting yaitu perawat harus bertanggung jawab terhadap kliennnya.
Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh seorang perawat, maka seorang perawat
dapat memunculkan issue-issue yang ada pada praktik keperawatan yang dilakukan oleh
seorang perawat di rumah sakit, misalnya dalam hal ini yaitu issue penggunaan telenursing
yang ada di rumah sakit.

3
B. Hakekat Riset Keperawatan
Kata hakekat berasal dari bahasa Arab, dalam bahasa Indonesia disebut filosofi
atau filsafat. Dua kata itu merupakan terjemahan dari kata philosophia (bahasa Yunani).
Philosophia sendiri berasal dari dua kata yaitu philo berarti cinta dan Sophia berarti
kebenaran atau bijak. Sehingga kata hakekat diartikan cinta kebenaran atau mencintai
sesuatu yang bijak.
Kata riset terjemahan dari research (bahasa Inggris). Research berasal dari dua kata
yaitu re berarti kembali atau berulang dan search berarti mencari. Sehingga research
diartikan mengulang pencarian atau mencari kembali. Kegiatan riset harus berpedoman
pada tiga kaidah ilmiah yaitu logika = hipotesis – verifikasi yang berasal dari kata logico
– hypothetico – verificative (Yunani).
Kata keperawatan terjemahan dari nursing (bahasa Inggris). Keperawatan, menurut
hasil lokakarya nasional keperawatan tahun 1983 yaitu suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Tiga pengertian kata di atas jika digabungkan berarti suatu kegiatan berulang atau
mencari kembali tentang keperawatan yang didasarkan pada kebenaran. Sehingga dengan
riset, ilmu keperawatan berkembang terus berdasarkan kebenaran yang ada berbasis fakta
(evidence based).
Mempelajari hakekat sama halnya mempelajari filosofi atau filsafat ilmu termasuk
ilmu keperawatan. Dalam filsafat ilmu, mempelajari:
1. Ontologi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang obyek apa yang ditelaah ilmu
keperawatan dan obyek yang ditelaah dalam ilmu keperawatan adalah empat teori
yang
menyusun paradigma keperawatan yaitu keperawatan, kesehatan, lingkungan, dan
manusia
2. Epistemologi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana proses
diperolehnya ilmu atau proses penyusunan suatu ilmu. Untuk menyusun ilmu
keperawatan berdasarkan teori yang diyakini dalam paradigma keperawatan, bukan
disusun dalam waktu yang cepat dan mudah untuk memperolehnya. Ilmu
keperawatan ditemukan oleh tokoh keperawatan modern yaitu Florence Nightingale
pada tahun 1852 dengan melakukan pengamatan terus menerus dalam jangka waktu

4
lama. Pengamatan dilakukan pada lingkungan yang mempengaruhi masalah
kesehatan penghuni barak pengungsian saat terjadi perang di Inggris. Ilmu
keperawatan dari tahun ke tahun berkembang pesat ilmu termasuk tokoh
keperawatan yang mengembangkan. Saat ini lebih dari 22 teori keperawatan yang
dikembangkan oleh tokoh keperawatan.

3. Aksiologi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang untuk apa ilmu diciptakan
atau dipergunakan. Contohnya dengan bertanya apakah kemanfaatan ilmu bagi
kemaslahatan umat manusia. Dari pengertian keperawatan, tergambar jelas bahwa
ilmu keperawatan sangat bermanfaat untuk membantu manusia menyelesaikan
masalah kesehatan manusia sesuai kebutuhannya. Sehingga, ilmu keperawatan
perlu dikembangkan terus seiring dengan kehidupan manusia dan kemajuan
teknologi.
Teori keperawatan yang dikenalkan pertama kali oleh Florence Nightingale
mengalami perkembangan melalui suatu riset. Pada saat itu, teori keperawatan
menekankan tentang pentingnya lingkungan yang dapat mempengaruhi semua
aspek kehidupan manusia, kesehatan, dan keperawatan. Kelemahan yang terdapat
dalam teori keperawatan pertama kali, terus dikembangkan sehingga banyak teori
keperawatan memiliki kehususan. Sebagai teladan: teori keperawatan oleh
Dorothea Orem berfokus pada tingkat ketergantungan pasien dirawat, teori
keperawatan oleh Virginia Henderson berfokus pada 14 kebutuhan manusia,teori
keperawatan oleh Betty Newman berfokus pada model sistem, dan sebagainya.

C. Tujuan Riset Keperawatan


Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari penelitian
berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji,
memprediksi alternatif pemecahan masalah terhadap masalah penelitian.
Tujuan utama riset keperawatan adalah mengembangkan dasar pengetahuan
ilmiah untuk praktik keperawatan yang efektif dan efisien. Beberapa tujuan lain riset
keperawatan, diantaranya :
1. Menjelaskan karakterisik keadaan keperawatan yang sedikit diketahui.

5
2. Menjelaskan fenomena yang harus diperhatikan dalam perencanaan pelayanan
keperawatan.
3. Memprediksi kemungkinan suatu hasil keputusan keperawatan dalam
hubungannya dengan pemberian asuhan keperawatan.
4. Mencapai suatu tingkat kepercayaan, aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
klien. (Setiadi, 2007)
Tujuan penelitian harus jelas, ringkas, pernyataan yang deklaratif yang biasanya
dituliskan dalam bentuk kalimat aktif. Untuk suatu kejelasan tujuan, biasanya
difokuskan pada satu atau dua variabel dan mengidentifikasi apakah variabel perlu
dijabarkan lebih lanjut. Fokus tersebut bisa dalam bentuk identifikasi hubungan atau
asosiasi diantara variabel atau untuk menentukan perbedaan diantara dua grup dengan
variabel. Misalnya, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik dari variabel X (identification)
2. Untuk menjelaskan keberadaan variabel X (description)
3. Untuk menentukan atau mengidentifikasi hubungan antara variabel X dan variabel
Y (relational)
4. Untuk menetukan perbedaan antara grup 1 dan grup 2 sehubungan dengan variabel
X (difference)

D. Manfaat Riset Keperawatan


Riset adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam keperawatan. Dengan
riset keperawatan akan diperoleh manfaat:
1. Menyelesaikan masalah keperawatan dan pengembangan atau menvalidasi teori.
2. Memberikan fakta yang berasal dari pelayanan keperawatan.
3. Menerapkan hasil riset untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
4. Mengevaluasi mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
5. Mengembangkan pengetahuan ilmiah yang menjadi landasan praktik keperawatan.
6. Sebagai kunci untuk menyediakan pelayanan yang tepat sesuai kebutuhan manusia.
7. Proses yang memungkinkan banyak pertanyaan muncul dalam praktik keperawatan
sehari-hari dapat dijawab.
8. Memberikan data yang mencatat efektifitas dan kualitas asuhan keperawatan.

6
E. Syarat-syarat Riset Keperawatan
Syarat kemampuan seorang perawat yang melakukan riset keperawatan yaitu:
1. Daya nalar tinggi. Yang dimaksud daya nalar tinggi, seorang perawat harus mampu
mengenali fakta yang ditemui pada tempat praktik keperawatan dan berpikir secara logis
untuk menemukan kesenjangan yang ada secara cepat agar dapat ditentukan dan
dilakukan penyelesaian terhadap kesenjangan yang ada.
2. Ide originalitas. Originalitas ini merupakan suatu kunci untuk mengembangkan teori
keperawatan dengan ciri tertentu (spesifik) sehingga memungkinkan hasil pemikiran
(ide) yang diciptakan mendapatkan pengakuan dari orang lain.
3. Daya ingat. Kemampuan mengingat merupakan suatu syarat penting yang perlu
dimiliki perawat dalam melakukan riset. Selama melakukan pengamatan untuk
mengumpulkan data riset, tidak semua kegiatan dapat didokumentasikan secara
langsung secara tertulis sehingga diperlukan kemampuan daya ingat untuk
didokumentasikan pada waktu yang lain secara cepat.
4. Sifat waspada. Dalam melakukan riset keperawatan, kewaspadaan diperlukan untuk
menyusun suatu perencanaan (proposal) dan pengumpulan data riset. Kewaspadaan
pada saat penyusunan diperlukan agar tujuan riset keperawatan dapat dilakukan dan
diperoleh hasil yang optimal. Kewaspadaan pengumpulan data diperlukan agar data
yang diperoleh memiliki akurasi (ketepatan) yang tinggi.
5. Pengamatan akurat. Keakurasian dalam pengamatan diperlukan untuk mengidentifikasi
suatu perubahan kecil yang diberikan subyek dalam riset keperawatan. Semakin akurat
pengamatan semakin baik hasil riset yang dikumpulkan sehingga dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
6. Daya konsentrasi tinggi. Setiap melakukan riset keperawatan, diperlukan kemampuan
konsentrasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan.
7. Bekerjasama. Kegiatan riset keperawatan sebenarnya bukan merupakan hasil karya
individu tetapi merupakan hasil dari kontribusi orang lain. Sebagai ilustrasi: pada saat
pengumpulan data pasien, pasien merupakan subyek riset yang dapat menentukan data
yang diperoleh perawat dapat tidak akurat, agar data yang diperoleh akurat kerja sama
perawat dengan pasien sangat diperlukan. Ilustrasi ini menggambarkan bahwa dalam
riset keperawatan sangat diperlukan kerja sama.
8. Sehat. Suatu kegiatan riset keperawatan memerlukan kesiapan dan kemampuan perawat
untuk melakukan secara tepat dan cepat, sehingga riset ini diperlukan seorang perawat
yang memiliki kesehatan yang prima secara fisik dan jiwa.

7
9. Motivasi tinggi. Setiap perawat yang melakukan riset diperlukan daya, upaya, dan
komitmen yang optimal untuk mengembangkan teori keperawatan. Tindakan yang
demikian merupakan bentuk motivasi internal yang tinggi.
10. Jujur. Kegiatan riset keperawatan tidak setiap saat mendapat asupan dan supervisi dari
orang lain. Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan riset sepenuhnya menjadi tanggung
jawab periset. Oleh karena itu diperlukan kejujuran yang berasal dari periset, sehingga
akan diperoleh hasil riset yang baik dan bermutu untuk pengembangan teori
keperawatan. Kejujuran yang perlu dilakukan oleh periset adalah mengungkapkan
keadaan dan hasil yang sebenarnya.
(Supradjitno, 2007)

F. Ciri-Ciri Riset
1. Berurutan dan sistematis. Penelitian ilmiah harus disusun secara sistematis mulai
dari suatu pemahaman permasalahan, penyusunan desain, dan mengumpulkan
informasi untuk pemecahan masalah.
2. Control. Meupakan cara menciptakan kondisi dari penelitian supaya biases dapat
dikurangi sehingga validitas dan dan reliabilitas dapat dimaksimalkan.
3. Empirical evidence (Bukti yang empiris). Empirical evidence merupakan kenyataan
yang objektif dan didapatkan secara langsung atau tidak langsung.
4. Generalisation.

G. Metode Riset Keperawtan


Metode pengumpuln data yang akan dikelola dan dianalisis dengan suatu
metode tertentu. Dalam penelitian data secara garis besar terdapat dala tiga kelompok,
yaitu: Wawancara, Observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi


atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam
(in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

8
(guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti
melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan
dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga
responden).
Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan
yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan
menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban
untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
Selanjutnya wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak
terstruktut, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun
menggunakan telepon (Sugiyono, 2006; 138-140).
a. Wawancara Terstruktur
Pada wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya selain membawa instrument
sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan
alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan amterial lain yang dapat
membantu dalam wawancara.
b. Wawancara tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur maksudnya adalah wawancara yang bebas
di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan. Contohnya:
“Bagaimaanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan pemerintah tentang
impor gula saat ini? Dan bagaimana dampaknya terhadap pedagang dan petani”
2. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang


(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan

9
perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak
terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
a. Observasi partisipasi (participant observation)
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti
benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
b. Observasi tidak berstruktur
Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada
observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
c. Observasi kelompok
Observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau
beberapa objek sekaligus

3. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data
ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti
untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan
dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku
atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di
server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
Meleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk
dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu:
a. Dokumen harian
Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara
tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan dari

10
dokumentasi ini adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian
situai nyata. Terdapat tiga dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:
1) Catatan harian (diary)
Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga unsur
perasaan.
2) Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat
dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti
mendapat izin dari orang yang bersangkutan.
3) Autobiografi
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan
tiga kata, yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein (menulis).
Didefinisikan autobiografi adalah tulisan atau pernyataan mengalami
pengalaman hidup.
b. Dokumen Resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai
aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas tertentu dalam setting social.
Menurut Meleong (Herdiansyah, 2010: 145-146) dokumen resmi dapat
dibagi kedalam dua bagian. Pertama dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan,
seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, system yang
diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain sebagainya.
Kedua, dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi
yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat
pernyataan, dan lain sebagainya.
c. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang
umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna
sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk
mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk
menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah
yang sedang diteliti.
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin melakukan
FGD. Pertama, jumlah FGD berkisar antara 5-10 orang. Kedua, Peserta FGD harus

11
bersifat FGD. Ketiga, perlunya dinamika kelompok. Ada beberapa kepentingan
mengapa peneliti melakukan FGD, antara lain:
1) Jika peneliti membutuhkan pemahaman lebih dari satu sudut pandang
2) Jika terjadi gap komunikasi antar kelompok,
3) Untuk menyingkap suatu fakta secara lebih detail dan lebih
H. Karakteristik Riset Keperawatan
Karakteristik riset keperawatan menurut Diers dalam Graven 8 Hirnle (1996), adalah:
1. Riset keperawatan harus berfokus pada variabel yang dapat meningkatkan asuhan
keperawatan pada klien.
2. Riset keperawatan mempunyai potensi untuk berkontribusi pada pengembangan
teori dan kumpulan/tubuh ilmu penge tahuan keperawatan.
3. Masalah riset merupakan masalah riset keperawatan apabila perawat mempunyai
akses dan kendali terhadap fenomena yang diteliti.
4. Perawat yang tertarik pada penelitian harus mempunyai keingintahuan dan
pertanyaan yang perlu dijawab secara ilmiah.

I. Prioritas Riset Keperawatan


Menurut Graven & Hirnle (1996) prioritas riset keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kemampuan untuk merawat diri sendiri
bagi tiap kelompok usia, sosial, dan kultural.
2. Meminimalkan atau mencegah perilaku dan lingkungan yang menimbulkan masalah
kesehatan dan berdampak pada menu runnya kualitas konsep dan produktivitas.
3. Meminimalkan dampak negatif teknologi kesehatan yang baru terhadap kemampuan
adaptif individu dan keluarga yang sedang mengalami masalah kesehatan akut dan
kronis.
4. Memastikan bahwa asuhan keperawatan yang diperlukan bagi kelompok yang
berisiko, seperti lanjut usia (lansia), anak-anak dengan masalah kesehatan kongenital
(bawaan lahir), individu dengan latar belakang sosial kultural yang berbeda, individu
dengan gangguan jiwa, dan masyarakat miskin, dipenuhi dengan cara yang dapat
diterima dan efektif.
5. Mengklasifikasikan fenomena praktik keperawatan
6. Memastikan prinsip etik sebagai pegangan dalam melakukan riset keperawatan.
7. Mengembangkan instrumen untuk menqukur hasil intervensi keperawatan.

12
8. Mengembangkan metodologi yang integratif untuk mengkaji manusia secara holistik
dalam konteks keluarga dan gaya hidup.
9. Mendesain dan mengevaluasi model alternatif pelayanan kesehatan dan sistem
pemberian pelayanan kesehatan sehingga perawat mampu meningkatkan mutu dan
menghemat biaya yang dikeluarkan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
10.Mengevaluasi keberhasilan pendekatan alternatif yang memerlukan pengetahuan
yang luas dan keterampilan yang tinggl dalam praktik keperawatan.
11.Mengidentifikasi dan menganalisis faktor historis dan kontemporer yang
memengaruhi bentuk keterlibatan keperawatan profesional dalam pengembangan
kebijaksanaan kesehatan nasional.

J. Keterbatasan riset
1. Moral atau ethical issues Moral atau ethical issues mengakibatkan keterbatasan pada
penelitian ilmiah dalam berbagai aspek. Hambatan pertama adalah apa yang bisa
diterima atas nama ilmu terhadap kehidupan organisma. Kedua, tipe permasalahan
apa dan dimana metodeilmiah bisa diterapkan. Penelitian ilminh tidak bisa
digunakan untuk menjawab pertanyaan moral atau etik. Misalnya, pertanyaan
apakah euthanasia bisa diterapkan dalam pelayanan kesehatan. Riset tidak bisa
menjawab pertanyaan dengan hanya berdasarkan penilaian manusia, meskipun
penelitian ilmiah dapat membenkan gans terang terhadap beberapa aspek pertanyaan
tersebut.
2. Pengukuran masalah Meskipun pengukuran fisiologis manusia, seperti tekanan
darah, temperatur, dan fungsi jantung dapat secara akurat diukur, akan tetapi akan
lebih sulit mengukur dan menyusun pengukuran fenomena psikologi klien, seperti
cemas, nyen, percaya diri, " dan agresif
3. Human complexity Salah satu hambatan yang ditemui dalam melakukan penelitian
adalah topik tentang manusia. Setiap manusia adalah unik dalam karakternya,
lingkungan sosial, kemampuan mental, nilai, gaya hidup, dan status kesehatannya.
Sangat sulit pada penelitian ilmiah yang hanya berfokus pada bagian kecil dari
pengalaman manusia, terutama untuk mengungkap permasalahan yang komplek
tersebut secara adekuat. Keterbatasan tersebut mengakibatkan beberapa perawat
menolak menggunakan model yang tradisional dari pendekatan ilmiah, dan
cenderung berpegang pada filosofi "logical positivism". Alternatif lain pendekatan
yang digunakan adalah "phenomenology

13
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Riset keperawatan adalah suatu proses menganalisa data dengan kritis yang
dikumpulkan secara sistematis tentang fenomena tertentU. Pengertian riset keperawatan
dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan untuk menganalisa fenomena tertentu secara
sistematis dalam rangka pencarian kebenaran. Hakekat dari riset keperawatan adalah suatu
kegiatan berulang atau mencari kembali tentang keperawatan yang didasarkan pada
kebenaran. Sehingga dengan riset, ilmu keperawatan berkembang terus berdasarkan
kebenaran yang ada berbasis fakta (evidence based).
Adapun tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang diharapkan. Tujuan dari penelitian
berguna untuk mengidentifikasi, menjelaskan, mempelajari, membuktikan, mengkaji,
memprediksi alternatif pemecahan masalah terhadap masalah penelitian. Tujuan utama
riset keperawatan adalah mengembangkan dasar pengetahuan ilmiah untuk praktik
keperawatan yang efektif dan efisien. Syarat bagi perawat yang akan melakukan riset
keperawatan salah satunya adalah memiliki nalar, motivasi yang tinggi, jujur, dan lain-
lain.
Metode riset keperawatan yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumen,
karakteristik riset keperawatan yaitu harus berfokus pada variabel yang dapat
meningkatkan asuhan keperawatan pada klien, mempunyai potensi untuk berkontribusi ,
masalah riset merupakan masalah riset keperawatan apabila perawat mempunyai akses dan
kendali terhadap fenomena yang diteliti, perawat yang tertarik pada penelitian harus
mempunyai keingintahuan dan pertanyaan yang perlu dijawab secara ilmiah.

14
B. Saran
1. Untuk Instansi
Dalam rangka pemenuhan tugas makalah, sebaiknya instansi terutama di ruang
perpustakaannya menyediakan berbagai buku mengenai pengantar riset keperawatan
edisi terbaru dalam jumlah yang banyak sehingga mahasiswa dapat mempelajarinya.
2. Untuk Perawat
Perawat diharapkan dapat membuat riset dengan memperhatikan syarat, ciri-ciri yang
menjadi panduan dalam membuat riset
3. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dianjurkan untuk banyak membaca buku, jurnal, dan lain-lain untuk
menambah wawasan mengenai konsep dasar riset keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Nurul. 2012. Riset Keperawatan Makalah.


https://www.academia.edu/17950571/RISET_KEPERAWATAN_MAKALAHKaji.
diakses pada 06 Januari 2020

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2016. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Imiah. Jakarta :
Salemba Medika.

Kaji 2012. Riset Keperawatan.


https://www.google.com/amp/s/anekaaskep.wordpress.com/2012/11/14/riset-
keperawatan/amp/. Diakses pada 6 Januari 2020.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Supradjitno. 2016. Pengantar Riset Keperawatan. E-book Pusdik SDM kesehatan. Diakses
dari. Diunduh pada 06 Januari 2020

Zulfiayu, Saipun. 2017. Modul Riset Keperawatan.


https://www.academia.edu/38532807/Modul_Riset_Keperawatan.pdf. diakses pada 6
Januari 2020

16

Anda mungkin juga menyukai