Seorang anak perempuan berusia 8 tahun datang dibawa oleh orang tuanya ke Puskesmas
dengan keluhan borok di kaki kanan sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan borok disertai nyeri dan
kadang terasa gatal. Awalnya pasien mengalami luka akibat terjatuh dari pohon tapi tidak
langsung diobati. Pada pemeriksaan fisik didapatkan luka akibat terjatuh dari pohon tetapi tidak
langsung diobati. Pada pemeriksaan fisik didapatkan luka yang sudah kering dan pus (+), tepi
hiperemis. Dokter mengatakan bahwa lukanya telah mengalami infeksi oleh bakteri.
STEP 1 :
1. Borok : luka bernanah dan busuk akibat infeksi bakteri (KBBI). Salah satu penyakit yang
terjadi pada kulit atau selaput lendir yang diserta dengan erosi jaringan. Bentuknya
bermacam-macam dapat berbentuk lingkaran kecil atau besar dan dapat disertai dengan
rasa gatal.
2. Luka : cedera/lecet pada kulit karena kena barang yang tajam dan sebagainya (KBBI).
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang bisa disbabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpu, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau
gigitan hewan.
3. Nyeri : berasa sakit (seperti ditusuk-tusuk jarum atau seperti dijepit pada bagian tubuh),
pengalaman fisik dan emosional yang diakibatkan karena luka pada jaringan.
4. Pus : cairan hasil proses peradangan yang terbentuk dari leukosit, debris selular, dan
cairan encer kaya protein yang dinamakan liquor puris (Dorland).
5. Hiperemis : merupakan suatu keadaan adanya volume darah yang berlebihan atau
pembendungan dalam pembuluh darah (kemerahan).
6. Bakteri : makhluk hidup terkecil bersel tunggal, terdapat di mana-mana, dapat
berkembang biak dengan kecepatan luar biasa dengan jalan membelah diri, ada yang
berbahaya dan ada yang tidak, dapat menyebabkan peragian, pembusukan, dan penyakit
(KBBI).
STEP 2 :
1. Mengapa dapat terjadi borok pada kaki pasien?
2. Bagaimana bisa terjadi infeksi bakteri?
3. Bagaiman respon tubuh pasien terhadap infeksi dari bakteri tersebut?
STEP 3&4 :
1. Karena terjadi proses penyembuhan dari jaringan kulit terhadap luka yang terjadi, proses
penyembuhan luka tersebut dapat juga menjadi sebuah mekanisme pemulihan jaringan
yang dapat terjadi dalam dua cara yakni:
• Regenerasi. Beberapa jaringan mampu mengganti sel yang rusak dan kembali menjadi
normal; proses ini disebut regenerasi. Regenerasi terjadi melalui proliferasi sel residu
(tidak kena jejas) yang tetap mempunyai kapasitas untuk membelah, dan pergantian
melalui sel punca. Hal ini merupakan respons khas terhadap jejas pada epitel yang
membelah dengan cepat di kulit dan usus, dan beberapa organ parenkim, yaitu hati.
d. Faktor Pertumbuhan
Sebagian besar faktor pertumbuhan adalah protein yang menstimulasi ketahanan
hidup dan proliferasi sel tertentu, dan juga bisa mengakibatkan migrasi, diferensiasi,
dan respons seluler lain. Faktor pertumbuhan umumnya berfungsi dengan berikatan
pada reseptor spesifik di permukaan sel dan memicu sinyal biokimia dalam sel.
Reseptor protein umumnya terletak di permukaan sel, tetapi mungkin juga intrasel;
dalam hal ini ligan harus bersifat cukup hidrofobik agar dapat memasuki sel (misal
vitamin D, atau steroid dan hormon tiroid). Atas dasar jalur sinyal transduksi utama,
reseptor membran plasma dibagi menjadi tiga jenis;
a. Penyembuhan Perprimam
Salah satu contoh sederhana pemulihan luka, ialah penyembuhan dari luka insisi
bedah yang bersih tanpa infeksi dan dijahit dengan benang. Hal ini disebut penyatuan
primer, atau penyembuhan perprimam. Insisi hanya akan mengakibatkan gangguan
lokal kontinuitas epitel membran basalis dan kematian terbatas sel epitel dan jaringan
ikat. Akibatnya, regenerasi epitel merupakan mekanisme utama pemulihan jaringan.
Suatu jaringan parut yang kecil terbentuk, tapi hanya ada pengerutan luka terbatas.
Ruang insisi yang kecil mulamula diisi dengan fibrin beku darah, kemudian segera
diganti oleh jaringan granulasi dan dilapisi epitel baru. Langkah pada proses ini ialah:
Dalam 24 jam, neutrofil dijumpai pada tepi insisi, migrasi menuju bekuan fibrin.
Sel basal di tepi insisi epidermis akan memperlihatkan aktivitas mitosis yang
bertambah. Dalam 24 hingga 48 jam, sel epitel kedua tepi mulai bermigrasi dan
berproliferasi sepanjang dermis, mengendapkan komponen membran basalis
selama proses. Sel akan bertemu di garis tengah di permukaan di bawah sisa sel
yang cedera, membentuk lapisan epitel tipis yang kontinu.
Pada hari ke 3, neutrofil telah digantikan oleh makrofag, dan jaringan granulasi
secara progresif mengisi ruang insisi. Serat kolagen sekarang tampak di tepi
insisi, tetapi letak memanjang dan tidak menghubungkan insisi. Proliferasi sel
epitel berlanjut, membentuk lapisan penutup epidermis.
Pada hari ke 5, neovaskularisasi terbentuk lengkap dan jaringan granulasi
mengisi ruang insisi. Serat kolagen dijumpai makin banyak dan mulai
menghubungkan kedua tepi insisi. Tebal epidermis menjadi normal kembali dan
diferensiasi sel permukaan membentuk arsitektur epidermis matur dengan
keratinisasi di permukaan.
Selama minggu kedua, terjadi akumulasi kolagen terus menerus dan proliferasi
fibroblas. Infiltrasi leukosit, edema, dan pembuluh darah yang meningkat
perlahan-lahan berkurang. Proses pemulihan yang panjang dimulai dengan
deposit kolagen dalam luka parut insisi dan regresi pembuluh darah.
Pada akhir bulan pertama, jaringan parut mengandungi jaringan ikat seluler,
tanpa sel radang, dilapisi epitel epidermis normal. Namun, apendiks kulit yang
rusak pada garis insisi, hilang selamanya, tidak diganti. Kekuatan daerah luka
akan meningkat dengan berlalunya waktu, seperti akan dibicarakan kemudian.
b. Penyembuhan Persekundam
Apabila kerusakan sel atau jaringan lebih ekstensif, misalnya pada luka yang luas,
pada tempat pembentukan abses, ulserasi, dan nekrosis iskemik (infark) di organ
parenkim, proses penyembuhan lebih kompleks dan melibatkan kombinasi regenerasi
dan pembentukan jaringan parut. Pada penyembuhan persekundam pada luka
kulit,juga disebut penyembuhan melalui penyatuan sekunder, reaksi radang lebih
intens, dan terjadi jaringan granulasi yang luas, dengan akumulasi ECM dan
pembentukan jaringan parut yang luas, diikuti dngan kontraksi luka dimediasi oleh
miofibroblas. Penyembuhan persekundam berbeda dengan penyembuhan perpriman
dalam beberapa aspek:
Beku darah yang besar atau bekas sisa jaringan kaya fibrin dan fibronektin
terbentuk di permukaan luka.
Inflamasi lebih intens karena defek luas dengan sisa jaringan nekrotik yang
banyak, eksudat, dan fibrin yang harus dibuang bertambah. Sebaliknya, defek
yang luas mempunyai potensi yang lebih besar untuk menimbulkan radang
sekunder akibat jejas.
Defek yang besar membutuhkan volume jaringan granulasi yang besar untuk
mengisi rongga yang besar dan kerangka jaringan untuk proses pertumbuhan
epitel kembali. Volume jaringan granulasi yang besar akan mengakibatkan
jaringan parut yang luas.
Penyembuhan persekundam berkaitan dengan kontraksi luka. Dalam 6 minggu,
sebagai contoh, defek kulit yang luas akan berkurang menjadi 5% hingga 10%
lebih kecil dari ukuran semula, terutama karena terjadinya kontraksi. Proses ini
dijelaskan dengan adanya miofibroblas, yang merupakan fibroblas, yang telah
dimodifikasi, yang mempunyai kemampuan berbagai fungsi ultrastruktural dan
fungsional sel otot polos.
2. Agen-agen penyebab infeksi
a. Prion
b. Virus
c. Bakteri
1. Gram Positif (+)
2. Gram Negatif (-) 2 d. Jamur
e. Parasit
1. Cacing bulat (nematoda)
2. Cacing pita (cestoda)
3. Cacing pipih (trematoda)
3. Benda asing dapat merusak sel pejamu (virus, bakteri, jamur dan protozoa) detereminan
utama untuk tropisme jaringan ialah adalah contoh reseptor virus pada pejamu,virus
mempunyai permukaan spesifik permukaan selnya yang mengikat sel pejamu tertentu.
Banyak virus memakai reseptor sel yang normal pada pejamu,kemampuan virus untuk
bereflikasi didlam beberapa sel tertentu dan bukan sel yang lain bergantung pada adanya
faktor transkripsi spesifik sel yang menegenali elemen promotor virus.
Lingkungan fisis,misalnya zat kimia dan suhu, berkontribusi tropisme jaringan. Contoh
enterovirus melakukan reflikasi di usus, karena dapat tahan terhadap inaktivasi oleh asam
empedu dan enzim pencernaan. Sekali virus berada dalam sel pejamu, mereka akan
merusak atau mematikan sejumlah mekanisme.
Agen inaktif mengakibatkan infeksi dan kerusakan jaringan melalu tiga mekanisme :
Dapat terjadi kontak atau masuk sel pejamu dan langsung mengakibatkan kematian sel.
Mengeluarkan toksin yang dapat mematikan sel pada jarak tertentu, mengeluarkan
enzim yang mendegradasi komponen jaringan, atau merusak pembuluh darah dan
menyebabka nekrosis iskemik.
Menyebabkan respon imun pejamu yang walaupun ditujukan pada penyerang,
menyebabkan juga kerusakan jaringan. Respons defensif pejamu mempunyai pengaruh
campuran. Dibutuhkan untuk melawan infeksi tetapi pada saat yang sama dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan