11
Sel Sehat
Stress.
Sumber Stress
Cedera mekanik : yaitu cedera oleh suatu kekuatan atau
penekanan yang menyebabkab fraktur,abrasi, kontusio dan
laserasi
· Cedera oleh agen fisik : yaitu cedera oleh suatu lingkungan
abnormal seperti fluktuasi panas-dingin, tekanan yang
berlebih, sengatan listrik dan radiasi.
· Cedera oleh agen kimia : alkohol, obat-obatan dan racun.
· Defisit neurologi : yang ditimbulkan oleh insufisiensi
suplai zat zat esensial seperti oksigen, nutsien.
· Infeksi yaitu invasi mikroorganisme patogen yang
kehidupannya bergantung pada host, berkembang biak
didalam host dan menimbulkan tanda dan gejala.
Respon Sel Terhadap Stress
1. Respon non-adaptive
2. Respon adaptive.
1. Respon Non-Adaptive :
Stress Sel tak mampu mengatasi respon sel
non-fungsional degenerasi.
Pola dan Karakteristik Respon non fungsional
a. Akumulasi cairan didalam sel (Edema Sel)
SSitoplasma menjadi keruh dan sel membengkak.
TTerjadi o.k kegagalan sel untuk melakukan metabolisme
pembentukan ATP aktivitas pompa K – Na influks
natrium tidak diikuti oleh efluks natrium Osmolalitas cairan
intrasel cairan ekstra sel masuk ke intrasel edema.
b. Akumulasi lemak netral didalam sel
Akumulasi globul lemak abnormal di sitoplasma
mendesak intisel ke tepi.
· Kerusakan sel pada a dan b bersifat reversible
2) Perubahan intisel
b. Analisis kimiawi
Perubahan Struktur Sel
Tergantung Faktor Penyebab
Nekrosis koagulativa
- Arsitektur sel tidak berubah tetapi sel menjadi padat, dan menyerupai putih
telur yang dimasak.
- Terjadi akibat penghambatan kegiatan enzim intra sel yang disebabkan oleh
terhentinya aliran darah sehingga sel mengalami anoksia.
Nekrosis liquefactiva
- Jaringan nekrosis mencair oleh aktivitas enzim intrasel sehingga terbentuk
lubang yang berisi cairan yang biasanya disertai dengan pembentukan pus.
- Nekrosis seperti ini biasanya terjadi pada nekrosis jaringa otak
Nekrosis kaseosa
- Jaringan nekrosis hancur dan pecahan-pecahan sel terbagi halus seperti keju
tetapi tetap tinggal berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun karena tak dapat
dicerna
- Terjadi akibat tuberkulosa.
Perubahan intisel
Pada awal nekrosis intisel menjadi padat dan berkabut.
b. Analisis kimiawi
· Saat nekrosis membran sel dan organel sel menjadi permiabel
enzim intrasel ke ekstrasel enzim intrasel didalam plasma.
2. Respon Adaptive
c. Respon immun.
a. Perubahan Karakteristik Struktur Sel
1) Atrophy
ukuran sel o.k.kehilangan sebagian substansinya.
· Terjadi karena :
- defisiensi nutrisi
- disuse
- denervasi
- rangsang endokrin
- ischemia
2) Hypertrophy
ukuran sel
· komponen fungsional bertambah . fungsi sel sesuai dengan
kebutuhan.
· Terjadi karena kebutuhan kerja
- latihan berat pada otot rangka pada atlit angkat berat otot
bisep > besar.
- respons terhadap kebutuhan untuk produktivitas pada organ
vital (jantung dan ginjal)
tekanan darah arteri otot ventrikel kiri bekerja lebih keras untuk
memompakan darah melawan tahanan yang tinggi otot ventrikel
hipertrofi mampu mengatasi tahanan tersebut dan curah jantung
tetap normal
JJika hipertrofi >>> kapasitas fungsional organ o.k. kekuatan
dan fleksibilitas
3) Hyperplasia
· Bertambahnya jumlah sel.
· Dapat disertai atau tidak disertai adanya hipertrofi
· Merupakan respon terhadap kehilangan sel
· Terjadi pada sel-sel yang mampu melakukan mitosis
: (epidermis, epithel intestin, dan kelenjar)
· Hiperplasi merupakan proses yang terkendali yang
hanyaterjadi sebagai respon terhadap suatu rangsang
yang sesuai, dan jika rangsang tersebut hilang proses
hiperplasi inipun berhenti.
4) Metaplasia
· Perubahan (konversi) satu jenis sel dewasa menjadi sel
dewasa jenis lainnya.
· Dilakukan untuk memberikan kekuatan kemampuan sel >
baik dalam menghadapi stres dari lingkungan
· Bersifat reversibel
· Satu jenis sel hanya dapat berubah menjadi sel jenis lain
yang sekelompok, misalnya sel epithel hanya dapat berubah
menjadi sel epithel jenis lain tidak menjadi sel penunjang.
· Seringkali terjadi pada sel atau jaringan yang mengalami
iritasi atau inflamasi kronis.
Contoh : perokok . sel epithel kolumnar trakhea dan
saluran nafas besar lain mengalami metaplasia sel
squamosa bertingkat.
5) Displasia
Pertumbuhan sel yang tak beraturan sel bentuk, ukuran,
dan penampilan berbeda-beda.
Displasia tingkat : ringan terjadi karena iritasi atau inflamasi
yang kronis.
Sel yang biasanya melakukan displasia : sel-sel pada cervix
uteri, cavum oral, gallblader, dan saluran nafas.
Bersifat reversible
Displasia jaringan mempunyai potensi untuk berkembang
menjadi neoplasma.
·
b) Respon Inflamasi dan Resolusi
Respon Inflamasi
1. Respon lokal
1) respon vaskular
· area cedera konstriksi sementara
· diikuti dengan vasodilatasi arteriole dan venule pada
pembuluh darah yang memperdarahi area cedera
terjadi kongesti (hiperemi) kemerahan (rubor). dan
panas (calor).
· permiabilitas membran kapiler cairan dan molekul
protein shift ke interstitial
· pembentukan eksudat area cedera edema
(tumor).
Eksudat yang dibentuk :
Eksudat serous
· Eksudat yang terutama terbentuk dari cairan dan protein
plasma, berwarna jernih dan encer, sama dengan cairan yang
keluar dari luka lepuh yang pecah.
· Terjadi pada peningkatan permiabilitas kapiler yang ringan dan
sering terjadi akumulasinya pada rongga pleura atau
peritonealpada saat selular stress
Eksudat fibrinous;
· Komposisi eksudat sama dengan eksudat serous tetapi
mempunyai konsentrasi protein fibrinogen dan fibrin strand yang
tinggi.
· Sering dijumpai pada permukaan organ radang yang lembab
seperti jantung, paru Organ ditutupi oleh struktur yang kental
restriksi.
Eksudat supuratif/purulent
· * berisi neutrofil dengan konsentrasi yang tinggi seringkali
menyertai infeksi
bakteri.
* Saat neutrofil terakumulasi dan mati , akan mengeluarkan
enzim yang
mencerna jaringan yang berdekatan.
* Kombinasi dari cairan, neutrofil hidup dan yang sudah mati,
jaringan yang
sudah mencair, dan juga sering ditambah dengan bakteri
pus.
Eksudat hemorrhagic
· * Mengandung banyak sel darah merah, biasanya menyertai
kerusakan vaskuler
yang hebat dan menggambarkan kebocoran pembuluh darah.
Respon Seluler (cellular respons)
Granular
- Neutrofil (PMN) 60% (60 – 90 menit setelah cedera, dan
mempunyai umur hidup 10 jam .Eosinofil 1 – 3%
terutama sebagai reaksi terhadap allergi atau infeksi parasit.
Basofil, 0.3 – 0.5% terutama berespon terhadap allergi dan
stress. berisi heparin dan histamin.
Agranular
- Monosit ; 3 – 8% (setelah 5 jam / > ) Limfosit ;
merupakan 20% terbagi menjadi limfosit B (pembentukan
antibody), dan limfosit T yang berperan dalam cell mediated
immunity.
Mediator kimia
· Histamine
- terdapat pada neutrofil, basofil, mastsel, dan trombosit dalam bentuk tidak
aktif
- Efek dari histamine adalah dilatasi arteriole, serta meningkatkan permia-
bilitas kapiler dan venule.
· Plasma protease
- kinin : bradikinin , komplemen ,faktor pembekuan.
- Efek bradikinin : permiabilitas kapiler, dan menimbulkan nyeri (dolor)
· Prostaglandin
- protein yang dibentuk oleh asam yang larut dalam lemak (asam
arachidonat yang disimpam dalam pospolipid membran sel.)
- Efek vasodilatasi, perubahan permiabilitas kapiler, serta nyeri dan demam
yang menyertai inflamasi.
· Leukotrien
- terdapat pada leukosit
- Efek permiabilitas kapiler dan venule, adhesi sel endotel, ekstravasasi
leukosit, chemotaxis PMN, eosinofil, dan monosit.
· Produk neutrofil dan limfosit
- Efek peningkatan permiabilitas kapiler
Berperan sebagai faktor chemotaxic bagi monosit kerusakan jaringan
Respon sistemik
1 Leukositosis
jaringan yang radang akan mengeluarkan zat Leucocytosis Promoting
Factor sumsum tulang untuk melepaskan leukosit kedalam
sirkulasi dalam jumlah banyak, dan dapat mencapai 30 – 40 kali
leukosit normal.
2Demam
Jjaringan yang radang mengeluarkan protein bermolekul kecil
(pyrogen) ke dalam pembuluh darah difagositosis oleh makrofag
mengeluarkan endogenous pyrogen (interleukin-1)
merangsang hypothalamus set point temperatur melalui :
- peningkatan metabolisme,
- menurunkan produksi keringat
- vasokontriksi pembuluh darah pada permukaan tubuh
suhu tubuh diikuti oleh perasaan tak nyaman pada seluruh tubuh,
malaise, dan anoreksia.
Inflamasi Kronis
· Inflamasi yang terus menerus dan berakhir dalam beberapa
minggu/bulan/tahun
· Berkembang dari inflamasi akut yang progresif atau recurrent,
atau oleh karena respon yang terus menerus tetapi gagal untuk
menimbulkan respon akut
· Karakteristik : infiltrasi sel mononuclear (limfosit, makrofag, sel
plasma), dan proliferasi fibroblast resiko pembentukan
jaringan parut dan deformitas.
· agent yang tidak mampu menembus jaringan atau menyebar
secara cepat. ( talk, silica, asbes, dan beberapa material jahitan
pembedahan, beberapa virus, bakteri, jamur, dan sebagian
besar parasit yang mempunyai tingkat virulensi rendah - sedang,
misalnya basil tuberkulosa, treponema syphillis, dan
actinomyces)
Pola inflamasi kronis
1. Inflamasi kronis non-spesifik terjadi akumulasi makrofag
dan limfosit yang difus pada area cedera..
-
Makrofag ini berasal dari recruitment monosit yang
berlanjut
sebagai respon terhadap chemotaxis
-
proliferasi makrofag lokal setelah keluar dari sirkulasi ,
immobilisasi dan hidup lebih panjang proliferasi
fibroblast pembentukan jaringan parut
2. Inflamasi granulomatous dibentuk lesi granulomatous
terdiri dari makrofag yang dikelilingi oleh limfosit yang
menyerupai sel epithel. disebut epithelioid cell..
Resolusi Inflamasi
· Tujuan inflamasi : memperbaiki agar sel kembali
equilibrium.
· Proses perbaikan jaringan tidak selamanya dapat
mengembalikan sel
atau jaringan ke keadaan semula
· Terdapat 2 cara :
- Regenerasi
- Pembentukan jaringan parut.
I. Inflamasi Non-Adaptif
Dijumpai pada :
1) Target respon inflamasi yang tidak tepat
Keberhasilan inflamasi tergantung :
· fagositosis, pencernaan secara enzimatik
secara tak normal menyerang jaringan sehat sehingga
inflamasi menjadi sesuatu yang patologis.
Contoh :Gout, silicosis, demam rheumatik,
gromerullunephritis akut post streptococcal, dan beberapa
jenis arthritis.
· Perubahan vaskuler
cairan intravasculer berpindah ke interstitial yang
dalam keadaan ekstrim
syok anafilaktik (anaphylactic shock).
2) Inflamasi yang menyebabkan disfungsi
Respon inflamasi gangguan terhadap fungsi
organ yang bersangkutan.
Contoh : akumulasi eksudat inflamasi yang
mengganggu aktifitas fungsional mis.
pada alveoli, cavum pleura, cavum pericardial
Supresi Respon Inflamasi
Supresi Alami :
fungsi fisiologis yang akan menghambat beberapa aspek dari
reaksi inflamasi.
T terjadi akibat :
· suplai darah (arterioskerosis, obstruksi pembuluh darah oleh
emboli atau thrombus.)
· Migrasi sel fagosit yang tidak adekuat : (diabetes mellitus,
malnutrisi, dan alkoholism akut.)
· jumlah sel fagosit
· kemampuan sel fagosit (hipersekresi hormon steroid yang akan
menghambat pengeluaran enzim dari lisosom)
• HYPERTROPHY:
40
Hipertrofi (Lanjutan)
Mengakibatkan pertumbuhan
dari sebagian struktur membesar
43
HYPERPLASIA
Bisa:
1. tampilan normal (kelenjar mammae,
otot uterus saat kehamilan)
46
METAPLASIA
Contoh:
48
CEDERA SEL
Timbul akibat sel tidak lagi bisa adaptasi
terhadap rangsangan.
Sebab-sebab cedera: - Hipoksia
- Infeksi
- Suhu
- Radiasi
- Terkena radikal bebas
• Sebab-sebab nekrosis:
- trauma
- hipoksia untuk waktu lama
- infeksi sering terjadi bahwa respons
imun
tubuh terhadap mikroorganisme yang
sebenarnya membunuh sel tubuh sendiri
51
Nekrosis (Lanjutan)
2. Gangren basah:
- jaringan mati yang cepat meluas.
- sering ditemukan di organ dalam, dan
berkaitan dengan invasi bakteri ke dalam
jaringan yang mati.
- menimbulkan bau yang kuat dan disertai
manifestasi sistemik. Dapat timbul dari
gangren kering.
54
GANGREN (Lanjutan-2)
55
ATROPHY (atropi)
56
ATROPI (Lanjutan)
59
ANAPLASIA
60