Anda di halaman 1dari 11

FISIOLOGI & PATOFISIOLOGI 8.

Penyakit yang berhubungan dengan


gizi, cnth : struma
 Membahas tentang konsep dasar
struktur dan fungsi tubuh manusia. 9. Penyakit metabolik, cnth : DM

 Memahami dan mengetahui 10. Penyakit molekular, cnth : anemia sel


gambaran anatomi tubuh manusia sabit
serta hubungan antar bagian tubuh
11. Penyakit psikogenik, cnth : skizofrenia
serta perubahan sel dan jaringan
dalam keadaan sakit. 12. Penyakit iatrogenik, cnth : infeksi
nosokomial
 Sebagai dasar pola pikir untuk
mengetahui dasar-dasar penyakit 13. Penyakit idiopatik, cnth : ITP
medik.
14. Penyakit imunologik, cnth : lupus
Patologi eritematosus sistemik, AIDS

 Adalah ilmu atau studi mengenai PATOFISIOLOGI


penyakit
 Adalah studi mengenai fungsi-fungsi
 Secara harfiah adalah biologi yang mengalami gangguan atau
abnormal fungsi-fungsi yang berubah akibat
 Studi mengenai proses-proses proses penyakit.
biologik yang tidak sesuai  Merupakan ilmu yang bersifat
 Studi mengenai individu yang sakit integratif yang menggambarkan
atau terganggu. konsep-konsep dari banyak ilmu dasar
dan klinis, termasuk anatomi, fisiologi,
Klasifikasi etiologik penyakit : biokimia, biologi sel dan molekular,
1. Penyakit herediter atau familial, genetika dan farmakologi.
contoh : sindrom down, hemofilia
Empat Aspek Dalam Patofisiologi
2. Penyakit kongenital, contoh : VSD,
1. Etiologi / penyebab
labioplatoschizis
2. Pathogenesis
3. Penyakit toksik, contoh : inhalasi
karbon monoksida Patogenesis merupakan keseluruhan
proses perkembangan penyakit atau
4. Penyakit infeksi, contoh : varicella, TB patogen, termasuk setiap tahap
Paru perkembangan, rantai kejadian yang
menuju kepada terjadinya patogen
5. Penyakit traumatik, contoh : KLL, tersebut dan serangkaian perubahan
PTSD struktur dan fungsi setiap komponen
yang terlibat di dalamnya, seperti sel,
6. Penyakit degeneratif, cnth : jaringan tubuh, organ, oleh stimulasi
osteoartritis, arteriosklerosis faktor-faktor eksternal seperti faktor
mikrobial, kimiawi dan fisis.
7. Penyakit neoplastik, contoh : lipoma,
Ca mammae 3. Perubahan morfologi : tanda dan
gejala
4. Manifestasi klinis / komplikasi 2. Edema : penimbunan cairan yang
berlebihan diantara sel-sel tubuh atau
dalam berbagai rongga tubuh
APOTOSIS
 Efusi : caiaran yang mengumpul
 Kematian sel yang terprogram dalam sebuah rongga. Misalnya efusi
pleura, efusi perikardial
 Adalah jenis kematian atau bunuh diri
sel terprogram yang dimediasi sel  Asites : penimbunan cairan di dalam
yang merupakan bagian pusat rongga peritoneum
perkembangan normal
 Anasarka : edema umum yang masif
 Berbeda dengan nekrosis, yang tidak
 Perdarahan : keluarnya darah dari
terdapat pada perkembangan normal
sistem kardiovaskular, disertai
dan merupakan respons terhadap
penimbunan dalam jaringan atau
cedera atau kerusakan toksik.
dalam ruang tubuh atau disertai
Gambaran makroskopik peradangan akut : keluarnya darah dari tubuh.

1. Rubor (kemerahan) : arteriol yang  Hematoma : penimbunan darah pada


memasok daerah tersebut berdilatasi jaringan

2. Kalor (panas) : terjadi bersamaan  Petekia : titik-titik perdarahan yang


dengan kemerahan pada reaksi dapat dilihat pada permukaan kulit
peradangan akut atau pada permukaan mukosa

3. Dolor (nyeri) : adanya perubahan pH  Ekimosis : bercak perdarahan yang


lokal atau konsentrasi lokal ion-ion lebih besar
tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan  Purpura : bercak perdarahan yang
zat-zat kimia boiaktif lain dapat tersebar luas
merangsang saraf  Trombosis : proses pembentukan
4. Tumor (pembengkakan) ; dihasilkan bekuan darah atau koagolum dalam
oleh cairan dan sel-sel yang berpindah sistem vaskular (yaitu : pembuluh
dari aliran darah ke jaringan darah atau jantung)
interstisial. Campuran cairan dan sel-
 Embolisme : transportasi massa fisik
sel ini yang tertimbun di daearah
yang terbawa dalam aliran darah dari
peradangan disebut eksudat.
satu tempat ke tempat lain dan
5. Fungsio laesa (perubahan fungsi) tersangkut di tempat baru.

Gangguan sirkulasi :  Embolus : massa fisik nya

1. Kongesti (hiperemia) : berlimpahnya  Tromboemboli : emboli yang berasal


darah dalam pembuluh di regio dari trombus
tertentu
 Arteriosklerosis : pengerasan arteri
yang meliputi setiap keadaan pada
pembuluh arteri yang mengakibatkan
penebalan dindingnya
Organ dan jaringan yang lebih besar dari
 Sklerosis monckeberg : melibatkan normal :
pengendapan garam-garam kalsium
1. Hipertrofi, adl pembesaran jaringan
dalam dinding muskular arteri yang
atau organ karena pembesaran setiap
berukuran sedang
sel
 Arteriolosklerosis : penebalan arteriol,
2. Hiperplasia, adl kenaikan jumlah sel
biasanya pada penderita hipertensi
yang nyata dalam jaringan yang
dan degeneratif.
mengakibatkan pembesaran jaringan
 Iskemia dan infark atau organ tersebut

Iskemia adl suplai darah yang tidak Organ dan jaringan yang mengalami
adekuat ke suatu daerah. Jaringan diferensiasi abnormal :
tersebut akan kehilangan suplai
1. Metaplasia, adl penggantian satu tipe
oksigen dan zat-zat makanan yang
sel matur dengan tipe sel lain yang
dibutuhkan
dalam keadaan normal tidak terdapat
Infark adl daerah yang mengalami pada tempat tersebut, sebagai bentuk
nekrosis iskemik akibat iskemia yang adaptasi dari stres lingkungan yang
paling parah adalah kematian buruk. Contohnya, epitel kubus
jaringan. bersilia normal pada mukosa bronkus
digantikan oleh epitel berlapis
Organ dan jaringan yang lebih kecil dari skuamosa karena iritasi kronik pada
normal : perokok

1. Agenesis, adl organ embrional yg 2. Displasia, adalah perubahan yang


tidak terbentuk. Misalnya beberapa tidak normal dalam ukuran, bentuk
individu dapat dilahirkan dengan satu dan pengaturan sel-sel matang
ginjal
PATOFISIOLOGI KARDIOVASKULER
2. Aplasia, adl gagal berkembangnya
organ rudimen embrional yg sudah Hubungan Anatomis
terbentuk
• Jantung terletak dalam ruang
3. Hipoplasia, adl embrional yg mediastinum rongga dada, yaitu
terbentuk tdk pernah mencapai diantara paru
ukuran definitif atau ukuran dewasa,
• Terdiri dari 3 lapisan. Lapisan terluar
menjadi kerdil
(epikardium), lapisan tengah
4. Atrofi, adl organ yang dalam (miokardium), lapisan terdalam
perkembangannya mencapai ukuran (endokardium)
definitif dan kemudian secara
Sistem Konduksi
sekunder menyusut
• Impuls jantung berasal dari nodus
sinoatrial (SA) disebut sebagai
“pemacu alami” terletak di dinding Ortopnea (Kesulitan bernapas pada
posterior atrium kanan dekat muara posisi berbaring)
vena kava superior.
Dispnea nokturnal paroksismal (atau
• Impuls jantung kemudian menyebar dispnea yang terjadi sewaktu tidur)
dari nodus SA menuju jalur konduksi terjadi akibat kegagalan ventrikel kiri
khusus atrium dan ke otot atrium dan pulih dengan duduk di sisi tempat
tidur.
• Impuls listrik kemudian mencapai
nodus atrio ventrikularis (AV) 3. Palpitasi (Merasakan denyut jantung
sendiri) terjadi karena perubahan
• Berkas HIS menyebar dari nodus AV, kecepatan, keteraturan, atau
yang memasuki selubung fibrosa yang kekuatan kontraksi jantung
memisahkan atrium dari ventrikel
4. Edema perifer (Pembengkakan akibat
penimbunan cairan dalam ruang
interstisial) jelas terlihat di daerah
yang menggantung akibat pengaruh
gravitasi dan didahului oleh
bertambahnya berat badan

5. Sinkop, atau kehilangan kesadaran


sesaat akibat aliran darah otak yang
tidak adekuat

6. Kelelahan dan kelemahan, seringkali


Gejala dan tanda penyakit jantung : akibat curah jantung yang rendah dan
perfusi aliran darah perifer yang
1. Angina (atau nyeri dada) akibat
berkurang
kekurangan oksigen atau iskemia
miokardium. Sebagian penderita Sub Pokok Bahasan
menyangkal adanya “nyeri” dada dan
menjelaskan rasa kekakuan, rasa 1. Hipertensi esensial
penuh, tertekan, atau berat pada
2. Ischemic heart diseases-angina
dada tanpa disertai nyeri
3. Acute coronary syndrome
Angina dapat dijumpai sebagai nyeri
yang dijalarkan, atau nyeri yang 4. Stroke ishemik - Transient ischemic
seolah berasal dari mandibula, lengan attack
atas, atau pertengahan punggung.
5. Dislipidemia
2. Dispnea (Kesulitan bernapas) akibat
meningkatnya usaha bernapas yang
terjadi akibat kongesti pembuluh
Hipertensi Esensial
darah paru dan perubahan
kemampuan pengembangan paru Peningkatan tekanan darah yang
penyebabnya tidak diketahui secara
pasti. Dari seluruh kasus hipertensi,
sekitar 90% di antaranya termasuk c. Riwayat konsumsi obat
hipertensi esensial / primer
2. Pemeriksaan Fisik : Pengukuran tekanan darah
Faktor Risiko Hipertensi Esensial
Klasifikasi Hipertensi
1. Riwayat keluarga

2. Berat badan berlebih

3. Usia diatas 40 th

4. Konsumsi garam berlebih

Patofisiologi Hipertensi Esensial

Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

1. Laboratorium :

Gula darah, Profil lipid, TSH

2. EKG

3. Rontgen Thorax

4. Ekokardiografi

5. USG Ginjal
Epidemiologi Hipertensi Esensial
Penatalaksanaan Hipertensi
• Data Riset Kesehatan Dasar 2013
menunjukkan hipertensi diderita oleh 1. Non Farmakologi : Modifikasi gaya
26,5 % penduduk Indonesia usia ≥18 hidup meliputi pola diet, aktivitas
tahun. fisik, larangan merokok dan
pembatasan konsumsi alkohol
 Berdasarkan sebaran, wilayah yang
tinggi populasi hipertensi yakni 2. Farmakologi :
Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan
Selatan (30,8%), Kalimantan Timur a. Diuretik = Furosemid
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). b. ACE inhibitor = Captopril
Diagnosis Hipertensi c. ARB = Irbesartan
1.Anamnesis :
d. Alfa bloker = Prazosin
a. Gejala = sebagian tdk bergejala, sedikit
e. Beta bloker = Bisoprolol
nyeri kepala, fatigue, sesak nafas saat
aktifitas, penglihatan buram f. Vasodilator = Hydralazin
b. Faktor resiko
g. CCB = Amlodipin
h. Central alfa 2 agonis = Clonidin sindroma koroner akut dan 654 di
antaranya adalah ST elevation myocardial
infarction (STEMI).

Ischemic Heart Diseases-Angina Patofisiologi

Penyakit jantung iskemik, keadaan • Ruptur plak aterosklerosis yang diikuti


berkurangnya pasokan darah pada otot pembentukan trombus pada lesi.
jantung yang menyebabkan nyeri di bagian
tengah dada dengan intensitas yang beragam • Trombus yang terbentuk kemudian
dan dapat menjalar ke lengan serta rahang kembali ditutupi oleh plak
aterosklerosis sehingga pembuluh
Etiologi jantung iskemik darah semakin menyempit.

Aterosklerosis terjadi akibat inflamasi kronis • Plak yang ruptur akan menyumbat
pada pembuluh darah yang dipicu akumulasi pembuluh darah dan menyebabkan
kolesterol pada kondisi kelainan metabolisme perubahan pada pemeriksaan
lemak yaitu tingginya kadar kolesterol dalam elektrokardiogram (EKG) yang
darah. Plak aterosklerosis dapat ruptur dan menunjukkan gambaran iskemik.
memicu pembentukan trombus sehingga
terjadi oklusi pada arteri koroner • Bila iskemik berlanjut, nekrosis dapat
terjadi pada otot miokardium yang
Faktor Risiko Jantung Iskemik ditandai dengan peningkatan level
enzim jantung.
1. Usia tua di atas 45 tahun
Diagnosis
2. Gaya hidup
• Anamnesa : Nyeri dada, nyeri
3. Perokok
menjalar, mual muntah, keringat
4. Obesitas dingin, sesak nafas

5. Diabetes mellitus • Faktor risiko

6. Dislipidemia • EKG

7. Hipertensi • Enzim jantung

Epidemiologi Penatalaksanaan Jantung Iskemik

• Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun • Oksigen


2013 menyebutkan bahwa secara
nasional terdapat 0,5% prevalensi • Analgesik = Nitrat/nitrogliserin/ISDN,
penyakit jantung koroner yang didiagnosis Morfin
dokter. Prevalensi tersebut paling tinggi di
• Antiplatelet = Aspirin, Clopidogrel
provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
DKI Jakarta dan Aceh.
• Penurun kolestrol = Simvastatin,
• Di provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008- Artovastatin
2009 berdasarkan Jakarta Acute Coronary
• Referfusi = Fibrinolisis, Primary PCI
Syndrome Registry, terdapat 2103 pasien
(Percutaneous Coronary Intervention),
Operasi CABG (coronary artery bypass dengan lama gejala kurang dari 1
graft) jam. 

Stroke Ishemik - Transient Ischemic Attack

Sebagai tanda dan gejala stroke yang Patofisiologi


mengalami perbaikan dalam 24 jam.
 Terjadi akibat oklusi arteri. Keparahan
Sejak 2009, definisi ini diubah menjadi sebuah TIA akibat oklusi arteri bergantung
episode disfungsi neural yang terjadi akibat pada derajat oklusi yang terjadi
iskemia lokal otak atau retina yang dihubungkan dengan beratnya
berlangsung kurang dari 1 jam dan tidak obstruksi dan lamanya obstruksi serta
disertai dengan bukti infark akut. ada tidaknya sirkulasi kolateral yang
memberikan suplai darah.
Etiologi
 Laju aliran darah serebral
Gangguan vaskular berupa aterosklerosis yang dipertahankan dalam kecepatan lebih
terjadi pada pembuluh darah karotis dari 50 ml/100g/menit dengan
ekstrakranial, arteri vertebral dan arteri berbagai mekanisme. Penurunan laju
intrakranial. aliran darah akibat oklusi awalnya
Selain itu adanya diseksi aorta, akan dikompensasi dengan
arteritis, noninfectious necrotizing vasculitis, meningkatkan ambilan oksigen dari
serta gangguan vaskular sekunder akibat dalam darah.
obat-obatan, radiasi, trauma lokal.  Penurunan yang lebih jauh lagi,
Epidemiologi biasanya kurang dari 15
ml/100g/menit akan menyebabkan
• Sulitnya penentuan epidemiologi TIA kematian sel neural. Kematian sel
membuat data insidensi pada neural ini yang pada akhirnya
berbagai studi menjadi sangat menyebabkan gejala pada pasien.
bervariasi.
Diagnosis
• Sebuah studi menemukan insidensi
TIA sebesar 0,3-1,1 per 1000 1. Anamnesis : terhadap keluarga
penduduk pertahun. dilakukan mengenai beberapa
perubahan yang tidak dirasakan
• Di Amerika menunjukkan terdapat pasien seperti perubahan tingkah
200.000 hingga 500.000 (2,3% dari laku, perubahan kemampuan
total penduduk) menderita TIA setiap berbahasa, memori, gerak dan pola
tahunnya. berjalan pasien.

• Pendekatan studi epidemiologi lain 2. Pemeriksaan neurologis 


menemukan  bahwa 7-40%
pasien stroke biasanya mengalami Penatalaksanaan
serangan TIA sebelumnya. Biasanya Penatalaksanaan pasien dilakukan dengan
serangan TIA terjadi dalam 30 hari terapi farmakologis yang sesuai
sebelum pasien terdiagnosis stroke
Dislipidemia Diagnosis

Kelainan pada metabolisme lipid yang 1. Anamnesis = riwayat pemeriksaan


ditandai dengan adanya peningkatan atau kadar lipid, riwayat hipertensi,
penurunan fraksi lipid dalam plasma. kebiasaan merokok

Kelainan fraksi lipid yang dimaksud meliputi 2. Pemeriksaan penunjang = kolestrol


kenaikan jumlah kadar kolesterol total, total, trigliserid, LDL, HDL
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), dan
Penatalaksanaan
trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol
HDL (High Density Lipoprotein). 1. Perubahan gaya hidup seperti
aktivitas fisik dan modifikasi diet
Etiologi
2. Pasien dengan kadar kolesterol tinggi,
1. Dislipidemia primer disebabkan oleh
penggunaan obat golongan statin
kelainan genetik atau bawaan.
merupakan pilihan utama
Mengalami mutasi gen tunggal atau
lebih yang menyebabkan produksi 3. Pasien dengan kadar trigliserida
trigliserida dan LDL berlebih. tinggi, pilihan terapi adalah golongan
fibrat, niasin, asam lemak omega tiga
2. Dislipidemia sekunder terjadi akibat
dan diet lemak tidak jenuh
gaya hidup sedentari, dengan asupan
lemak jenuh tinggi. Juga dapat terjadi
akibat dipengaruhi oleh penggunaan
obat-obatan seperti progestin, steroid Patofisiologi Sistem Respirasi
anabolik, kortikosteroid, dan beta
blocker.

Epidemiologi

• Prevalensi dislipidemia pada


penduduk berusia diatas 15 tahun
atas dasar pengukuran kadar
kolesterol total >200 mg/dL adalah
35,9% berdasarkan data RISKESDAS
2013.

• Data juga menunjukkan hingga 15,9%


memiliki kadar LDL sangat tinggi (≥190
mg/dL) dan 22,9% memiliki kadar HDL
<40 mg/dL. Sementara itu, 11,9% Asma Bronkial
penduduk memiliki kadar trigliserida
 Penyakit inflamasi kronis yang
yang sangat tinggi yaitu ≥500 mg/dL.
ditandai dengan meningkatnya
responsivitas bronkial serta obstruksi • Riwayat alergi dan asma pada
jalan napas secara episodik. keluarga

 Asma lebih sering muncul pada usia • Atopi pada orang tua
awal kehidupan, serta memiliki
penyebab dan fenotip yang bervariasi. • Infeksi virus saluran pernapasan

• Kolonisasi bakteri
 Asma dapat berkembang atau malah
mengalami remisi seiring dengan • Sensitisasi alergen
pertambahan umur.
• Paparan terhadap tembakau prenatal
EPIDEMIOLOGI maupun post natal
• Prevalensi asma di Indonesia menurut PATOFISIOLOGI
estimasi publikasi Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 adalah sebesar  Asma merupakan penyakit inflamasi
4,5%. kronis dengan karakteristik
meningkatnya responsivitas bronkial
• Prevalensi asma paling tinggi dijumpai serta obstruksi jalan napas secara
di provinsi Sulawesi Tengah (7,8%), episodik.
Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI
Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi  Karakteristik patologis mayor pada
Selatan (6,7%). asma antara lain:

• Prevalensi asma sedikit lebih tinggi • Peluruhan epitelial


pada perempuan (4,6%) dibandingkan
• Peningkatan massa otot polos pada
dengan laki-laki (4,4%)
jalan napas yang diakibatkan oleh
ETIOLOGI hipertrofi, hiperplasia, atau migrasi.

1. Fenotip Selular : • Hiperplasia kelenjar mukosa

• Eosinofilik, paling sering pada • Fibrosis sub epitelial


pasien asma dengan atopi dan
• Inflitrasi sel inflamasi pada dinding
alergi
bronkial 
• Neutrofilik, paling sering pada
Secara singkat kaskade abnormalitasnya
asma yang berkaitan dengan
adalah:
iritan, polutan dan obesitas
• Aktivasi sel epitel
2. Fenotip Klinis : Induksi oleh virus,
Induksi oleh alergen, Induksi oleh • Sel inflamasi masuk ke saluran napas
aktifitas
• Terjadi respon remodelling pada
3. Fenotif Molekular : Bedasarkan epitel dan matriks subepitelial
Sitokin (Asma Okupasional)
DIAGNOSIS
FAKTOR RISIKO
1. Anamnesis : Mengi, batuk, sesak
• Predisposisi genetik napas, dada terasa berat, yang
biasanya memberat pada malam atau serius dan berkembang secara
pagi hari dan dieksaserbasi oleh progresif.
aktifitas. Riwayat atopi, keluarga,
• PPOK merupakan salah satu penyebab
paparan polutan/iritan.
kematian utama pada pasien geriatrik.
2. Pemeriksaan fisik: Adanya mengi
• Ditandai dengan adanya obstruksi
atau wheezing walaupun bukan suatu
patognomonik. aliran udara kronik di paru. Obstruksi
aliran udara kronik pada PPOK
PENATALAKSANAAN disebabkan oleh gabungan dari
kerusakan saluran nafas (bronkiolitis
1. Asma serangan ringan : salbutamol 4- obstruktif) dan kerusakan parenkim
10 puff dg paru (emphysema).
menggunakan spacer, diberikan sekali
dan keadaan pasien dinilai ulang EPIDEMIOLOGI
setelah 20 menit. Prednison diberikan
• Dari hasil Riset Kesehatan Dasar
pada pasien yang tidak respon.
(RISKESDAS) 2013 menunjukkan
2. Asma serangan sedang : salbutamol 4- bahwa prevalensi PPOK di Indonesia
10 puff dengan sebanyak 3,7%.
menggunakan spacer, diberikan setiap
• Pada tahun 2015 saja, dapat dilihat
20 menit sampai maksimal pemberian
yang ketiga kalinya. Prednison bahwa penduduk berusia 15 tahun
keatas yang mengkonsumsi rokok
diberikan pada pasien yang tidak
respon. sebesar 22,57% di perkotaan dan
25,05% di pedesaan.
3. Asma serangan berat :  salbutamol 4-
10 puff dengan ETIOLOGI
menggunakan spacer diberikan setiap Kerusakan jalan nafas atau kerusakan
20 menit dalam 1 jam dan pada parenkim paru, dapat disebabkan oleh :
pemberian yang ketiga kalinya
dilakukan penilaian ulang. Bila 1. Merokok
membaik, kurangi frekuensi
2. Faktor lingkungan
pemberian salbutamol, bila
memburuk lanjutkan 20 menit 3. Defisiensi enzim Alpha1-antitrypsin
berikutnya. Bila keadaan makin (AAT)
memburuk, berikan ipatropium
bromida 4-6 puff (20 mcg/puff) PATOFISIOLOGI
dengan menggunakan spacer setiap
 Perubahan pada saluran nafas, tapi
20 menit dalam 1 jam. Aminofilin
dapat juga ditemukan perubahan
diberikan bila asma sangat
pada jaringan parenkim paru dan
memburuk.
pembuluh darah paru.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
 Sebagian besar kasus PPOK
• Chronic Obstructive Pulmonary disebabkan karena paparan zat
Disease (COPD) suatu kondisi yang
berbahaya, paling sering disebabkan
oleh asap rokok.

 Mekanisme patofisiologi masih belum


jelas, namun diperkirakan disebabkan
oleh banyak faktor.

DIAGNOSIS

Anamnesis :

• Batuk produktif, yang biasanya lebih


berat pada pagi hari disertai produksi
sputum.

• Sesak nafas yang biasanya memberat


pada usia 60 tahun ke atas.

Wheezing terutama pada saat aktifitas.

PENATALAKSANAAN

1. Terapi Non Farmakologis :

a. Edukasi : berhenti merokok

b. Rehabilitasi : toleransi aktifitas fisik

c. Nutrisi

2. Terapi Farmakologis :

a. Golongan Beta 2 Agonis : Salbutamol,


salmeterol

b. Golongan Antikolinergik : Iptatropium


Bromide Oxitropium Bromie,
Tiotropium

c. Golongan Methylxanthines :
Aminophylline, Theophylline

d. Kortikosteroid : Metilprednisolon

e. Mukolitik : N-acetylcysteine

Anda mungkin juga menyukai