Anda di halaman 1dari 4

DASAR TEORI REGENERASI IKAN

Hewan ternyata mampu melakukan perbaikan jaringan akibat terjadinya luka.


Proses perbaikan mungkin dilakukan pada luka kecil atau pada penghancuran
sebagian jaringan dari tubuh hewan tersebut, atau luka yang mungkin melibatkan
kehilangan organ atau bagian yang lebih besar dari tubuh. Hal ini kadang-kadang
dapat diperbaharui, dan apabila hal ini terjadi maka proses ini disebut sebagai
regenerasi (Surjono, 2001), sedangkan menurut Yasin (1984), regenerasi adalah
memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali seperti semula. Kerusakan
itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan memar; ada yang sedang, yang
menyebabkan ujung sebagian tubuh terbuang; dan yang berat, yang menyebabkan
suatu bagian besar tubuh terbuang (Yatim, 1984). Regenerasi yang terjadi pada hewan
tentunya tidak selalu sama, hal ini bisa dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dari
hewan tersebut, serta bagian tubuh yang mengalami regenerasi. Semakin besar
individu tersebut dan bagian yang luka atau terpotong semakin banyak maka
regenerasinya akan semakin lama.
Menurut Surjono (2001), regenerasi yang terjadipadahewandapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Regenerasiepimorfosis, yaitu jika suatu potongan tubuh sekecil 1/200 bagian
tubuhnya masih dapat melakukan regenerasi mejadi satu individu hewan yang
lengkap. Dalam kasus ini jelas bahwa proses regenerasi bukan merupakan
proses penambahan bagian yang hilang melainkan pembentukan kembali tubuh
yang telah hilang dengan suatu masa tubuh yang baru.
2. Regenerasimorfolaksis, yaitu regenerasi yang melibatkan penambahan masa
dan pembentukan kembali seluruh bentuk individu.
Pada kelompok ikan regenerasi terjadi sangat terbatas. Sirip-sirip ikan dapat
mengalami regenerasi apabila rusak atau terpotong, tetapi ekor ikan (bagian sirip
juga) tidak dapat mengalami regenerasi. Regenerasi melibatkan proses histologis
yang sangat kompleks pada ujung tumpul bekas pemotongan kemudian menuju ke
pembentukan blastema regenerasi. Pada luka bekas pemotongan, beberapa lapis sel
mungkin terjepit, sobek bahkan hancur. Beberapa lapis sel yang lain akan mati karena
beradapada kondisi lingkungan yang tidak biasanya. Dengan demikian permukaan
luka selanjutnya akan tertutup oleh sisa-sisa yang mati tersebut. Pada kelompok
hewan yang memiliki sistem pembuluh darah, darah dari pembuluh yang terluka akan
mengalir ke luar dan mengalami koagulasi (penjendalan) yang menutup luka yang
terjadi.
Perbaikan kerusakan ekor ikan terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama adalah
penyembuhan luka melalui penutupan permukaan yang rusak, tahap kedua adalah
pertumbuhan ekor yang rusak hingga mencapai ukuran semula, dan tahap ketiga
adalah diferensiasi jaringan-jaringan yang baru terbentuk (Tenzer, 2000).
Tahap pertama adalah penutupan luka dengan sel-sel epitel . Epitel kulit akan
menyebar ke permukaan luka dan melakukan penetrasi ke bagian bawah jendalan
darah, kemudian melekat pada jaringan ikat. Penyebaran ini umumnya berkaitan
dengan sifat amoeboid epitel dan bukan karena adanya pembelahan sel epitel itu
sendiri, karena hingga saat ini tidak dijumpai pembelahan mitosis. Kemampuan
epitel menyebar hingga menutup luka ini sangat tergantung pada epitel hewan yang
beregenerasi dan besarnya luka yang harus ditutupi, disamping juga faktor
lingkungan seperti suhu lingkungan. Pada invertebrata, penutupan luka didukung oleh
kontraksi lapisan otot subepidermis.
Tahap kedua adalah terjadinya dediferensiasi jaringan yang mengalami luka.
Matrik intraselular dari tulang rawan akan melarut dan sel-selnya menyebar dengan
bebas dibawah luka yang telah tertutup epitel . Jaringan ikat juga mengalami
disintegrasi sehingga secara morfologis sukar dibedakan dari sel hasil disintegrasi
tulang rawan. Sel sel otot juga mengalami dediferensiasi.Miofibril menghilang dan
perbandingan plasma dengan inti sel meningkat dengan cepat. Semua sel menjadi
serupa dengan sel sel embrional diikuti dengan meningkatnya enzim proteolitik
terutama katepsin dan dipeptidase yang menyebabkan peningkatan asam amino bebas
di daerah luka. Disamping itu juga terjadi perubahan pada aktivitas glikolisis anaerob
menggantikan oksidasi yang terjadi pada daerah luka, sehingga tejadi akumulasi asam
laktat pada jaringan dan berakibat menurunkan pH dari keadaan normal 7,2 menjadi
6,6 pada waktu blastema terbentuk.
Tahap ketiga adalah pembentukan tunas regenerasi atau blastema. Sel yang
belum terdirerensiasi terakumulasi dibawah epidermis menutupi luka, dan bersama-
sama mereka membentuk tunas regenerasi. Disini ada dua pendapat yang berbeda
mengenai asal-usul blastema ini. Teori pertama menyatakan bahwa sel-sel yang
membentuk blastema ini berasal dari sel-sel yang ada di sekitar daerah itu sendiri,
yaitu dari jatingan-jaringan yang bergabung menutup permukaan luka. Kecuali sel
epitel yang menutup luka adalah sel lain yang berasa dari sel yang mengalami
dediferensiasi jaringan ikat, tulang, otot, dan lain-lain. Teori kedua menyatakan
bahwa sel-sel yang telah mengalami diferensiasi di sekitar luka tidak melakukan apa-
apa dalam pembentukan blastema (kecuali epitel yang sudah berperan dalam
penutupan permukaan luka). Blastema dibentuk dari sel-sel yang melakukan migrasi
ke bagian yang beregenerasi dari jarak yanga cukup jauh dengan cara gerakan
amuboid atau mengikuti aliran darah. Sel ini adalah sel khusus merupakan cadangan
sel yang khusus untuk memperbaiki luka atau regenerasi.

Sementara sel-sel mengalami dediferensiasi, sel pada bagian luka akan mulai
melakukan proliferasi dan pembelahan secara mitosis. Mitosis yang terjadi sangat
cepat seingga dalam waktu dekat bersama-sama sel yang sudah mengalami
dediferensiasi akan dibentuk suatu massa sel pada permukaan luka dan terbentuklah
blastema regenerasi yang kemudian tumbuh memanjang. Pertumbuhan paling cepat
terjadi pada tahap awal dan seterusnya akan menurun sesuai dengan kecepatan
normal pembelahan sel. Selama blastema, regenerasi tumbuh, ada perubahan
fisiologis yang terjadi yaitu menurunnya enzim proteolitik dan pH kembali ke arah
pH normal. Oksidasi selesai dan asam laktat akan hilang. Perkembangan organ yang
mengalamiregenerasi kemudain mengalami rediferensiasi dan mengikuti cara seperti
yang terjadi pada organogenesis biasa hingga terbentuk organ secara sempurna
( Shao, et al., 2009 )
Shao, J., Qian, X., Zhang, C. and Xu, Z. 2009. Fin Regeneration From Tail Segment
With Musculature, Endoskeleton and Scales. JOURNAL OF EXPERIMENTAL
ZOOLOGY (MOL DEV EVOL) (312B): 1-8
mpany Inc.
Surjono, Tien Wiati.2001.Perkembangan Hewan.Jakarta : Universitas Jambi
Tenzer, A dkk. (2000). Petunjuk Praktikum Perkembangan Hewan.JICA UM
Malang : Malang
Yatim, Wildan. 1984. Embriologi. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai