Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

ECLIA
Disusun untuk memenuhi tugas remedial
Mata Kuliah : Analisa Makanan dan Minuman
Dosen Pengampu : Mochamad Reza Desianto S.Tr.AK

DISUSUN OLEH :

Annisa Shafa Anandarianto


( 2111304089 )

KELAS B3
PRODI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022

i
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................ iii
BAB II....................................................................................................................................... iv
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ v

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan serologi atau imunoserologi adalah pemeriksaan dengan sampel darah (plasma
atau serum) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah individu tersebut telah
terpapar patogen tertentu dengan melihat respons kekebalan tubuhnya. Electro-
Chemiluminescence Immunoassay (ECLIA) Anti-SARS-CoV-2 merupakan pemeriksaan
laboratorium imunoserologi pada alat otomatik (autoanalyzer) untuk mendeteksi antibodi
terhadap SARS-CoV-2. Mulai dari sampel dimasukkan ke dalam alat sampai didapatkan hasil,
membutuhkan waktu sekitar 18 menit. Sedangkan total waktu yang diperlukan mulai dari
pengambilan sampel sampai didapatkan hasil kurang lebih 1 jam. Pemeriksaan semi-kuantitatif
ini berguna untuk mengidentifikasi individu dengan respons imun adaptif terhadap SARS-
CoV-2, yang timbul akibat infeksi virus, termasuk individu yang tidak bergejala dan telah
sembuh. Penting untuk dipahami bahwa pemeriksaan serologi tidak mendeteksi virus itu
sendiri, tetapi mendeteksi antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh.

Hasil ditentukan secara otomatis oleh perangkat lunak dengan membandingkan sinyal
electrochemiluminescence yang diperoleh dari produk reaksi antigen-antibodi pada sampel
dengan sinyal nilai batas (cutoff) yang diperoleh dengan kalibrasi. Hasil harus selalu
diinterpretasikan dengan melihat riwayat medis pasien, pemeriksaan klinis, dan penunjang
lainnya. Hasil tes negatif tidak mengesampingkan kemungkinan infeksi dengan SARS-CoV-2.
Sampel serum atau plasma pada fase awal (pra-serokonversi) dapat negatif. Oleh karena itu,
pemeriksaan ECLIA Anti-SARS‐CoV‐2 tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi
SARS‐CoV‐2 akut. Pemeriksaan dengan diagnostik molekuler (misalnya, RT PCR) harus
dilakukan untuk mengevaluasi infeksi aktif pada individu yang bergejala.

Hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk indeks cut off (COI; sampel sinyal/cut off). dan
berupa kata reaktif atau non-reaktif. Hasil pemeriksaan COI ≥ 1 menunjukkan reaktif terhadap
antibodi anti-SARS-CoV-2 (positif), sebaliknya, COI < 1 menunjukkan non-reaktif terhadap
antibodi anti-SARS-CoV-2 (negatif). Alat otomatik dengan teknologi ECLIA juga dapat
digunakan untuk pemeriksaan imunoserologi yang lain, yaitu, pengukuran kadar berbagai
hormon, antigen dan antibodi patogen (virus dan bakteri), petanda keradangan, petanda tumor,
petanda fungsi jantung, dan lain-lain.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan serologi atau imunoserologi adalah untuk mengidentifikasi apakah individu terpapar
patogen dengan cara melihat respons kekebalan tubuhnya. Electro Chemiluminescence
Immunoassay (ECLIA) untuk Anti-SARS-CoV-2 merupakan pemeriksaan imunoserologi
menggunakan alat otomatis (autoanalyzer) untuk mendeteksi respon antibodi terhadap SARS-CoV-2.
Pemeriksaan ini biasanya relative cepat, kira-kira hanya membutuhkan waktu sekitar 18 menit.

Pemeriksaa ini berguna untuk mengidentifikasi individu bergejala dan bahkan individu yang tidak
bergejala dan telah sembuh. Penting untuk dipahami bahwa pemeriksaan serologi tidak mendeteksi
virus itu sendiri, tetapi mendeteksi antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh. Hasil dari
pemeriksaan serologi imun akan diinterprestasikan dengan melihat riwayat medis pasien, pemeriksaan
klinis dan penunjang lainnya. Hasil tes negatif tidak mengesampingkan kemungkinan infeksi dengan
SARS-CoV-2. Sampel serum atau plasma pada fase awal (pra-serokonversi) sering kali negatif. Oleh
karena itu, pemeriksaan ECLIA Anti-SARS-CoV-2 tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi
SARS-CoV-2 akut. Pemeriksaan lanjutan dengan diagnostik molekuler (misalnya RT-PCR) harus
dilakukan untuk mengevaluasi infeksi aktif pada individu yang bergejala. Sensitivitas ECLIA Anti-
SARS-CoV-2 pada hari ke 0-6 dari mulainya gejala adalah 65,5%; hari ke 7-13, 88,%; dan hari ke ≥
14-40 adalah 90-100%. Sedangkan spesifisitasnya 99.81%.

Beberapa teknik skrining dan tes diagnostik yang baru dikembangkan mulai memenuhi permintaan
yang tak terpuaskan untuk diagnosis cepat di seluruh dunia. Real-time reverse-transcription polymerase
chain reaction (RT-PCR) yang mendeteksi SARSCoV-2 di tenggorokan dan usap hidung menjadi
standar emas untuk diagnosis COVID-19 [5]. Kinerja RT-PCR dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
keterampilan pengambilan sampel, interval antara pengambilan sampel dan munculnya gejala, viral
load, pemrosesan sampel yang salah, dan kualitas uji RT-PCR yang digunakan. Selain itu, hanya pasien
bergejala yang disarankan RT-PCR, kehilangan populasi tanpa gejala. Karena semakin banyak
penelitian tentang kasus tanpa gejala dan pasien yang pertama kali mengalami komplikasi COVID-19
seperti infark miokard, stroke, cedera ginjal akut, cedera hepatoseluler, dan komplikasi trombotik juga
mulai didokumentasikan [6-9]. Ini semakin mengintensifkan kebutuhan akan penyelidikan yang cepat,
mudah, sensitif, dan spesifik untuk mengidentifikasi individu-individu semacam itu yang
menambahkan lapisan kompleksitas pada situasi yang sudah membingungkan. Metode: Sebanyak 426
pasien yang telah diuji anti-SARS-CoV-2 dari 1 hingga 31 Agustus 2020 dipilih untuk penelitian ini.
Informed consent diperoleh dan kuesioner termasuk usia pasien, jenis kelamin, gejala, dan status reaksi
rantai polimerase (PCR) masa lalu diisi oleh pasien. Sampel dianalisis untuk antibodi anti-SARS-CoV-
2 pada Roche Cobas e601.

Kit uji serologi cepat yang mengidentifikasi antibodi yang berbeda (IgM, IgG) menghasilkan banyak
minat karena waktu penyelesaiannya yang lebih cepat, kesederhanaan, dan biayanya. Namun, nilai

iv
klinis dari tes ini terutama tergantung pada karakteristik kinerja seperti sensitivitas, spesifisitas, nilai
prediksi positif, dan nilai prediksi negatif. Kurangnya kewaspadaan yang memadai dari tes serologi
memprihatinkan mengingat bahwa tes serologi yang tersedia secara komersial sangat bervariasi,
memiliki prinsip yang berbeda, mendeteksi kelas antibodi variabel, dan memiliki sensitivitas yang tidak
konsisten. Banyak kit pengujian cepat didasarkan pada teknik lateral-flow immunoassay (LFIA) atau
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) yang memiliki hasil yang meragukan dan telah dipanggil
kembali dari banyak pusat [10].

Masalah tambahan adalah kurangnya pemahaman yang mendalam tentang bagaimana tes ini bekerja
dan yang lebih penting apa yang sebenarnya ditunjukkan. rekomendasi pabrikan. Rata-rata usia pasien
adalah 42,43±16,67 tahun. Proporsi terbesar pasien berada pada kelompok usia 21-40 tahun 42,7%
(n=182). Laki-laki merupakan 56,6% (n = 241) dari kelompok studi. Sebagian besar pasien tidak
menunjukkan gejala dan dinyatakan negatif COVID-19 RT-PCR. Baru-baru ini, electro-
chemiluminescence immunoassay (ECLIA) yang sepenuhnya otomatis telah diperkenalkan dan diklaim
sangat sensitif dan spesifik.

DAFTAR PUSTAKA
Gaw, A., Murphy, M. J., Cowan, R. A., O’Reilly, D. S. J., Stewart, M. J., & Shepherd, J. (2011). Biokimia

v
Klinis. 174.
Kovac, M., Risch, L., Thiel, S., Weber, M., Grossmann, K., Wohlwend, N., Lung, T., Hillmann, D.,
Ritzler, M., Bigler, S., Ferrara, F., Bodmer, T., Egli, K., Imperiali, M., Heer, S., Salimi, Y., Renz, H.,
Kohler, P., Vernazza, P., … Risch, M. (2020). EDTA-Anticoagulated Whole Blood for SARS-CoV-2
Antibody Testing by Electrochemiluminescence Immunoassay (ECLIA) and Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay (ELISA). Diagnostics, 10(8).
https://doi.org/10.3390/diagnostics10080593
Loré, K., Sönnerborg, A., Spetz, A. L., Andersson, U., & Andersson, J. (1998). Immunocytochemical
detection of cytokines and chemokines in Langerhans cells and in vitro derived dendritic cells.
Journal of Immunological Methods, 214(1–2), 97–111. https://doi.org/10.1016/S0022-
1759(98)00040-4
Wilson, C., Ebling, R., Henig, C., Adler, T., Nicolaevski, R., Barak, M., Cazabon, J., Maisin, D., Lepoutre,
T., Gruson, D., Hughes, R. G., & Parker, A. R. (2013). Significant, quantifiable differences exist
between IgG subclass standards WHO67/97 and ERM-DA470k and can result in different
interpretation of results. Clinical Biochemistry, 46(16–17), 1751–1755.
https://doi.org/10.1016/j.clinbiochem.2013.07.014
Yang, J., Sa, M., Huang, M., Yang, J., Xiang, Z., Liu, B., & Tang, A. (2013). The reference intervals for
HE4, CA125 and ROMA in healthy female with electrochemiluminescence immunoassay.
Clinical Biochemistry, 46(16–17), 1705–1708.
https://doi.org/10.1016/j.clinbiochem.2013.08.019

vi

Anda mungkin juga menyukai