Anda di halaman 1dari 15

BIOCHEMICAL DIAGNOSIS FOR COVID-19

EB2101 Dasar Teknik Biomedis

Laporan I

Kelompok A2:

Razi Deniwa Zakiyudin /18319028


Finna Alivia Nabila /18319029
Nabila Primadiya Rahmawati /18320004
Hani Rafifah /18320006
Michelle Angelina /18320007

SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

TEKNIK BIOMEDIS

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

LATAR BELAKANG 3

PEMBAHASAN 4
Tes Molekuler 4
PCR 4
RT Lamp 4
Tes Antigen 5
Tes Antibodi (Serologi) 6
Rapid Test Antibodi 6
Alat dan Prinsip Kerja Rapid Test Antibodi 7
ECLIA (Electrochemiluminescent Immunoassay) Test Serologi 8
Tes Lainnya 9

ANALISIS 10
Kelebihan dan Kekurangan Tes Diagnosis Covid-19 10
Tes Molekuler 10
Tes Antigen 10
Tes Antibodi 10
Perbandingan Tes Diagnosis Covid-19 11
Kelebihan dan Kekurangan Tes GeNose (Gadjah Mada Electronic Nose) 12

KESIMPULAN 13

DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I

LATAR BELAKANG

[1] Pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir dua tahun. Virus yang menyebar dengan
cepat ini pertama kali ditemukan orang yang terinfeksi di Wuhan, China, yang kemudian menyebar ke
hampir seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Warga Negara Indonesia pertama yang
terkonfirmasi positif Covid-19 pertama kali ditemukan di daerah Depok pada Maret 2020. Kasus
terkonfirmasi positif Covid-19 meningkat terus-menerus membuat pemerintah terpaksa menutup
tempat umum, mulai dari mall, sekolah, kantor, sampai tempat ibadah. Indonesia sempat kewalahan
menangani kasus positif Covid-19 yang terus bertambah setiap harinya dan sempat meledak di bulan
Juni-Juli 2021. Pada bulan Oktober 2021, Kasus terkonfirmasi Covid-19 mulai menurun dan semakin
terkendali sampai saat ini. Walaupun di Indonesia sudah cukup bagus dalam pengendalian kasus
terkonfirmasi positif Covid-19, masyarakat perlu tetap waspada dan turut bekerja sama dalam
mencegah gelombang ketiga. Per tanggal 3 November 2021, Kasus positif Covid-19 di Indonesia
cukup rendah dan kasus sembuh cukup meningkat.

Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 ini dapat didata oleh Satuan Tugas Penanganan
Covid-19 dengan cara diagnosis atau uji menggunakan sampel dari individu. Masyarakat umum
mengenal metode-metode diagnosis tersebut dengan sebutan tes PCR, rapid test, dan SWAB antigen.
Bahkan, saat ini marak peraturan bepergian yang mewajibkan tes saat keluar kota ataupun ke tempat
umum. Namun, masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui perbedaan dari ketiga tes positif
Covid-19 tersebut. Ketiga tes tersebut bisa digunakan untuk menentukan apakah seseorang sedang
atau pernah terpapar virus SARS-CoV-2. Masyarakat diberi kesempatan untuk memilih jenis tes yang
ingin digunakan jika membutuhkan diagnosis Covid-19. Setiap tes memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing tetapi tetap efektif untuk menentukan apakah terpapar virus atau tidak.
Tes positif Covid-19 dapat membantu penekanan angka kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di
Indonesia dengan cara 3T, testing, tracing, dan treatment. Masyarakat akan diuji apakah positif
Covid-19. Jika hasilnya positif, tenaga medis dapat melakukan tracing kepada orang-orang yang
pernah melakukan kontak fisik dengan pasien. Dengan demikian, orang yang terpapar dapat segera
ditangani dan diisolasi supaya tidak melakukan kontak fisik dengan orang lain lagi.

Mengetahui perbedaan setiap uji positif Covid-19 akan bermanfaat bagi masyarakat. Selain
menimbang-nimbang harga tes, masyarakat juga bisa menentukan tes mana yang lebih akurat dan
hasil yang lebih cepat keluar jika membutuhkan dalam waktu yang singkat. Masyarakat juga perlu
mengetahui makna hasil yang tertera dalam surat tes positif Covid-19. Oleh karena itu, pengetahuan
mengenai perbedaan metode-metode diagnosis Covid-19 diperlukan bagi seluruh masyarakat supaya
dapat menentukan perlu mengikuti tes apa sesuai dengan kebutuhan. Menggunakan tes yang paling
akurat juga dapat membantu penanganan kasus Covid-19 di Indonesia supaya penekanan dapat
dilakukan dengan baik. Tes diagnosis Covid-19 ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel dari
individu kemudian diamati dalam ukuran molekul secara biokimia. Sampel yang diambil dapat berupa
ludah, cairan dalam hidung, ataupun darah karena virus SARS-CoV-2 utamanya menyerang bagian
pernapasan.
BAB II

PEMBAHASAN

[2] Tes diagnosis terkonfirmasi positif Covid-19 yang paling umum digunakan adalah tes
SWAB antigen, PCR, dan rapid test. SWAB antigen termasuk dalam jenis tes antigen, PCR
(polymerase chain reaction) termasuk dalam tes molekuler, sedangkan rapid test termasuk dalam jenis
tes antibodi/serologi.

II.1. Tes Molekuler

II.1.1. PCR

Tes polymerase chain reaction (PCR) adalah salah satu metode tes untuk mendeteksi virus
SARS-CoV-2 dengan menemukan DNA atau RNA patogen atau menemukan sel yang abnormal. Tes
PCR dapat mendeteksi virus saat awal terjadinya infeksi [10]. Oleh karena itu tes PCR biasa
digunakan untuk mendeteksi penyakit menular dan perubahan genetik seperti virus SARS-CoV-2
dengan cepat dan akurat. Tes PCR biasanya digunakan untuk orang yang memiliki gejala virus
SARS-CoV-2 seperti demam, batuk, sesak, pegal-pegal, pusing, hilang penciuman, sakit tenggorokan,
dan diare [11].

Tes PCR akan mengambil sampel mukus atau lendir dari hidung. Sampel akan dimasukkan ke
dalam mesin khusus. Enzim polimerase ditambahkan ke dalam sampel untuk menghasilkan milyaran
salinan selama satu jam. Untuk virus SARS-CoV-2 yang memiliki materi genetik RNA akan diubah
terlebih dahulu RNA menjadi DNA. Proses mengubah RNA menjadi DNA disebut reverse
transcription PCR (rtPCR) [10].

Tujuan RNA diubah menjadi DNA agar dapat mudah dideteksi. rtPCR juga memanfaatkan
prinsip replikasi DNA untuk memperbanyak strand DNA sehingga dapat lebih terlihat. DNA yang
telah diperbanyak akan berikatan dengan probes supaya visualisasi keberadaan DNA virus
SARS-CoV-2 dapat terlihat [15].

Ada dua hasil tes PCR yaitu, positif dan negatif. Hasil tes positif artinya terinfeksi virus
SARS-CoV-2. Hasil tes negatif artinya tidak terinfeksi virus SARS-CoV-2. Akan tetapi bisa saja ada
kemungkinan virus tidak terdeteksi biasanya terjadi ketika baru saja terinfeksi sehingga tidak ada
gejala yang muncul atau ketika telah terinfeksi selama lebih dari satu minggu sebelum dites [11].

II.1.2. RT Lamp

RT LAMP (Reverse Transcription Loop Mediated Isothermal Amplification) adalah salah satu
metode tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 menggunakan teknik
amplifikasi asam nukleat. Berbeda dengan PCR, sampel dari tes ini tidak hanya dapat diambil dari
nasofaring dan orofaring, tetapi juga saliva (air liur). Sampel yang telah diambil akan dimasukkan ke
dalam tabung lalu dimasukkan ke alat RT LAMP untuk perbanyakan sampel DNA. Metode RT LAMP
ini juga merupakan metode yang menggunakan suhu tetap atau isotermal dalam prosesnya.

Dalam proses RT LAMP, RNA SARS-Cov-2 harus diubah dulu menjadi DNA. Oleh karena
itu, proses reverse transcription digunakan untuk mengubah RNA menjadi DNA. Setelah itu, primer
berbeda yang berjumlah empat hingga enam jenis primer akan mengenali wilayah spesifik pada gen
DNA target. Setelah itu, salah satu strand dari DNA akan melakukan hibridisasi di mana ujung dari
strand tersebut akan berbentuk seperti setengah lingkaran. Kemudian, strand pada DNA tersebut akan
ditranskripsi kembali menjadi strand RNA yang baru .lalu, strand yang baru ditranskripsi tersebut
akan melakukan hibridisasi dengan bentuk ujung yang sama. Siklus ini berlangsung hingga banyak
DNA yang tercipta agar SARS-Cov-2 dapat dideteksi.

Hasil tes dari perbanyakan DNA tersebut akan divisualisasikan oleh cairan fluoresen yang
sebelumnya telah ditambahkan ke dalam tabung tempat sampel tes dan RNA virus berada. Jika cairan
di dalam tabung berwarna kekuning-kuningan, subjek yang diambil sampelnya dinyatakan positif
SARS-CoV- 2 sedangkan subjek dinyatakan negatif SARS-Cov-2 jika cairan dalam tabung berwarna
keungu-unguan.

II.2. Tes Antigen

[12] Tes antigen merupakan salah satu jenis tes yang didasarkan dengan metode lateral flow
immunoassay yang mendeteksi keberadaan antigen SARS-CoV-2 pada tubuh seseorang. Keberadaan
antigen tersebut mengindikasikan infeksi SARS -CoV-2. Dalam hal ini, secara spesifik adalah active
infection atau terkadang disebut juga dengan current infection. Dengan begitu, tes antigen tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi apakah seseorang sudah pernah terinfeksi SARS -CoV-2 sebelumnya.
Selain di klinik, rumah sakit, atau tempat dengan latar belakang medis lainnya, tes antigen ini dapat
pula dilakukan di rumah. Kit untuk tes antigen dijual di pasaran sehingga orang-orang dapat
menggunakannya untuk self-test.

Source: https://www.stethoscoop-centrum.nl/47136-thickbox_default/roche-sars-cov-2-rapid-antigen-test-nasal-25-pcs.jpg
Gambar 2.1 Rapid Antigen Test Kit

Prosedur tes antigen tidak jauh berbeda dengan tes molecular. Perbedaannya, waktu yang
dibutuhkan untuk memperoleh hasil tes hanya berkisar 15-30 menit. [13] Tes antigen dilaksanakan
dengan melakukan swab dengan area target nasal hingga pangkal-tengah tenggorokan. Setelah
melakukan swab, sampel dicampurkan ke dalam larutan buffer lisis. Hal tersebut dilakukan untuk
merusak partikel virus yang mungkin ada di dalamnya agar mengeluarkan nukleoprotein. Kemudian,
sampel diletakkan pada strip khusus yang mengandung reagen. Antigen kemudian terjebak pada suatu
lokasi dan dapat terdeteksi dengan bantuan partikel luminesens. Hasil positif ditunjukkan dengan
munculnya dua garis berwarna pada strip, yaitu pada bagian C (Control) dan pada bagian T (Test).
Jika garis warna hanya muncul pada bagian C, hasil tes adalah negatif. Selain itu, tes dianggap invalid
jika garis warna tidak muncul di bagian C. Kemungkinan besar terdapat kesalahan dalam proses
testing.
Pada tes antigen, hasil positif mengindikasikan bahwa pasien sedang terinfeksi SARS-CoV-2.
Menurut FDA, hasil positif pada tes antigen memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Namun, hasil
negatif memerlukan tes molecular lanjutan untuk memastikan status negatif seseorang terutama jika
orang tersebut telah mengalami gejala Covid-19. [14] Tes antigen memiliki sampling variability yang
rendah sehingga hasil negatif pada sampel belum dapat mewakili keseluruhan populasinya. Selain itu,
berdasarkan pengalaman menggunakan metode ini untuk influenza, metode ini kurang sensitif pada
tahap early infection.

II.3. Tes Antibodi (Serologi)

II.3.1. Rapid Test Antibodi

Tes antibodi/serologi merupakan salah satu tes yang biasa digunakan untuk mendeteksi virus
SARS-CoV-2 dalam tubuh seseorang. [2] Tes ini mengambil sampel darah pasien dengan cara
menusukkan jarum pada jari, kemudian sampel tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tes
antibodi bertujuan untuk mendeteksi adakah antibodi untuk virus SARS-CoV-2 dalam tubuh pasien.
Dengan kata lain, tes ini mendeteksi apakah pasien pernah terpapar virus Covid-19 dan membentuk
antibodi untuk virus SARS-CoV-2. Tes ini dapat mendeteksi adanya penularan virus Covid-19 di
dalam tubuh pasien yang sudah sembuh. Biasanya, tes ini digunakan untuk OTG (Orang Tanpa
Gejala) karena sulit dideteksi tanpa adanya gejala yang terlihat. Antibodi dihasilkan oleh sistem imun
di dalam darah saat virus menyerang di dalam tubuh pasien. Saat terjadi penyerangan virus, IgM
(Immunoglobulin M) diproduksi pertama kali untuk melawan virus. Jika pasien saat tes sedang
terinfeksi virus, hasil tes yang terlihat berasal dari IgM ini. Jika pasien saat tes sudah sembuh dari
infeksi virus, hasil tes yang terlihat adalah IgG (Immunoglobulin G). Berbeda dengan IgM, IgG
merupakan antibodi yang terbentuk setelah IgM dan bersifat jangka panjang, sedangkan IgM hanya
bertahan sekitar 1-2 minggu. IgG dapat bertahan selama bertahun-tahun. IgG terbentuk karena sistem
imun sudah mengenal pola penyerangan virus SARS-CoV-2 sehingga sistem imun tubuh bisa menjadi
kebal terhadap virus tersebut. Antibodi di dalam darah ini juga bisa digunakan untuk membantu
pasien lain melalui plasma darah yang dapat didonorkan. Maka dari itu, tes antibodi ini berguna untuk
mendeteksi antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 dalam tubuh pasien. Namun, virus Covid-19 yang
bermutasi masih dapat menginfeksi pasien apabila antibodi yang ada tidak dapat mengenali varian
virus Covid-19 lainnya. Hal ini terbukti pada virus varian Delta yang lebih ganas dan lebih cepat
menginfeksi dibandingkan varian aslinya.

[4] Hasil tes antibodi, atau rapid test yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, bisa
berupa positif/reaktif dan negatif/non reaktif. Hasil positif atau reaktif menunjukkan bahwa pasien
pernah terinfeksi virus Covid-19. Pasien dapat tertular kembali jika antibodi yang dihasilkan sistem
imun tidak kuat. Namun, hasil tes tidak menunjukkan bahwa pasien sedang terinfeksi virus
SARS-CoV-2. Hasil tes hanya menunjukkan bahwa ada antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 yang
telah terbentuk di dalam tubuh akibat pernah terinfeksi dan berhasil melawan virus. Rapid test tidak
dapat menunjukkan kondisi yang sedang dialami pasien saat ini, karena tes tidak menunjukkan waktu
terbentuknya antibodi tersebut. Hasil negatif atau non reaktif bisa berarti pasien belum pernah
terinfeksi atau antibodi belum terbentuk. Bisa saja pasien pada saat itu baru terinfeksi virus
SARS-CoV-2 dan sistem imun belum sempat membentuk antibodi untuk Covid-19. Namun, jika tes
antibodi menunjukkan antibodi yang terbentuk adalah IgM, kita dapat menyimpulkan pasien sedang
terinfeksi baru-baru ini karena IgM terbentuk 1-3 hari dan dapat terlihat setelah 4-7 hari setelah
infeksi dan sebelum terbentuknya IgG.
II.3.2. Alat dan Prinsip Kerja Rapid Test Antibodi

Source: https://www.antibodies.com/covid-19-rapid-test-kit-igg-igm-colloidal-gold-a122152
Gambar 3.1 Antibody Test IgG/IgM Kit

[3] Alat tes antibodi IgG/IgM dijual di pasaran dengan harga yang lumayan terjangkau sehingga
masyarakat dapat menguji antibodi Covid-19 di rumah masing-masing. Kit yang dijual berisi kaset,
larutan buffer, jarum steril, dan dropper. [4] Prosedur yang dilakukan cukup sederhana. Pasien
menggunakan jarum dan dropper untuk mengambil sampel darah dari jari. Kemudian, sampel darah
yang telah didapatkan diletakkan dalam kaset antibodi. Pasien cukup menunggu selama 20-30 menit
sampai garis strip muncul.

Source: https://www.antibodies.com/covid-19-rapid-test-kit-igg-igm-colloidal-gold-a122152
Gambar 3.2 Kemungkinan Hasil Antibody Test IgG/IgM

[8] Jika hasil yang terlihat adalah strip pada C dan IgM, antibodi pasien yang terbentuk
menunjukkan antibodi IgM dan belum memiliki antibodi IgG. Kemungkinan besar pasien sedang
terinfeksi virus dan baru mulai mengalami gejala. Pasien terinfeksi virus SARS-CoV-2 sekitar 2-3
minggu sebelum melakukan tes. Jika hasil tes menunjukkan strip pada C, IgM, dan IgG, antibodi
pasien yang terbentuk adalah IgG dan IgM. Hal ini dapat menunjukkan pasien sedang terinfeksi dan
sistem imun sedang membentuk antibodi IgG. Hasil tes tidak menunjukkan waktu yang spesifik kapan
IgG terbentuk, tetapi dapat disimpulkan pasien masih reaktif dan memiliki kemungkinan menular
kepada orang lain. Pasien belum memiliki imun yang stabil. Jika hasil tes menunjukkan strip pada C
dan IgG, pasien telah membentuk IgG dan antibodi IgM telah hilang. Pasien telah memiliki respons
imun yang dapat bertahan selama beberapa tahun. Tingkat penularan pasien kemungkinan besar tidak
reaktif, tetapi tetap waspada jika masih ada sisa virus dalam tubuh yang dapat menular ke orang lain.
Hasil ini biasanya terlihat setelah 7-9 minggu. Hasil ini tidak bisa menunjukkan waktu kapan pasien
tertular.

II.3.3. ECLIA (Electrochemiluminescent Immunoassay) Test Serologi

Bentuk tes lainnya yang menguji antibodi adalah ECLIA (Electrochemiluminescent


Immunoassay) Test Serologi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan rapid test antibodi. Hasil
yang dikeluarkan lebih lama tetapi hasil tes lebih akurat. ECLIA membutuhkan peralatan dan mesin
yang lebih rumit.

Source: http://www.cloud-clone.com/topic/201511200859289789.htm
Gambar 3.3 Prinsip Kerja ECLIA

Tes ECLIA memerlukan alat laboratorium menggunakan metode biomolekuler. Terdapat dua
bagian, yaitu ruthenium dan biotin anchor. [9] Kedua molekul ini akan berikatan dengan antibodi
dalam darah membentuk kompleks sandwich. Kemudian, sampel akan ditambahkan sebuah biotin
paramagnetik yang akan berikatan dengan biotin anchor. Wadah sampel akan diberi aliran listrik
sehingga biotin paramganetik akan menempel pada bagian dasar wadah pada elektroda karena adanya
medan magnet. Kemudian sampel diberi larutan oksidatif sehingga ruthenium akan menyala
menghasilkan fluoresensi yang terlihat oleh mata. Hal ini akan menunjukkan adanya antibodi yang
terikat pada ruthenium. [10] Tes ECLIA memiliki spesifisitas tinggi 99,8% tetapi kegunaannya
dibatasi oleh sensitivitas yang buruk. Sensitivitasnya adalah 37,6% bila digunakan kurang dari 14 hari
sejak timbulnya gejala, jadi tidak disarankan untuk skrining penyakit tanpa gejala (mis. skrining
massal, pelacakan kontak atau izin kembali bekerja). Sensitivitasnya adalah 82,4% bila digunakan
setidaknya 14 hari sejak timbulnya gejala, jadi mungkin ada gunanya pada pasien dengan: sakit
berkepanjangan lebih dari 14 hari. Mungkin juga berguna untuk studi seroprevalensi.
Source: indonesian.alibaba.com/product-new-ECLIA-Analyzer.html
Gambar 3.4 Antibody Test ECLIA Kit

Alat ini cukup mahal untuk tes positif Covid-19 di masyarakat umum. Alat ini jarang
digunakan dan pemerintah Indonesia tidak menganjurkan tes ini karena metodenya yang cukup sulit
jika digunakan di masyarakat umum. Hasil tes juga keluar cukup lama sehingga rapid test antibodi
lebih efektif digunakan.

II.4. Tes Lainnya

Tes GeNose (Gadjah Mada Electronic Nose) adalah alat uji yang dikembangkan oleh Prof. Dr.
Eng. Kuwat Triyono, MSi., dan dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, M.Sc, Ph.D, Sp.A, Universitas
Gadjah Mada (UGM). Tes GeNose memanfaatkan artificial intelligence untuk melakukan screening
terhadap infeksi SARS-CoV-2 melalui napas pasien. GeNose dapat mendeteksi seperti indra
penciuman manusia. Artificial Intelligence dapat membedakan suatu molekul senyawa Volatile
Organic Compound (VOC) yang ada pada hembusan napas pasien, [17]. Tes GeNose berbentuk
sebuah kantong yang akan digunakan untuk menampung hembusan napas pasien.

Source: res.cloudinary.com/dk0z4ums3/image/upload/mengenal-genose-alat-untuk-mendeteksi-virus-corona.jpg
Gambar 3.4 Bentuk Tes GeNose

Prosedur tes ini dilakukan dengan cara membuka katup pada kantong. Kemudian, pasien
cukup menghembuskan napas menggunakan mulut sebanyak 2-3 kali. Tes GeNose ini hanya
membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Hasil tes ditunjukkan melalui tulisan prediksi positif atau negatif
pada dokumen hasil tes GeNose.
BAB III

ANALISIS

III.1. Kelebihan dan Kekurangan Tes Diagnosis Covid-19

III.1.1. Tes Molekuler

KELEBIHAN KEKURANGAN

Akurasi tinggi Durasi hasil keluar cenderung lebih lama

Mendeteksi langsung RNA virus dalam tubuh Harga tes cenderung lebih mahal
Tabel 1.1 Kelebihan dan Kekurang Tes Molekuler

III.1.2. Tes Antigen

KELEBIHAN KEKURANGAN

Akurasi tinggi untuk hasil positif Akurasi rendah untuk hasil negatif

Durasi tes dan hasil keluar cepat Akurasi rendah untuk early infection

Harga tes cenderung tidak mahal

Bisa dilakukan masing-masing karena alat dijual


pasaran
Tabel 1.2 Kelebihan dan Kekurang Tes Antigen

III.1.3. Tes Antibodi

KELEBIHAN KEKURANGAN

Akurasi tinggi apabila dibutuhkan untuk deteksi Akurasi rendah apabila antibodi virus
keberadaan antibodi virus SARS-CoV-2 SARS-CoV-2 belum terbentuk

Dapat mendeteksi infeksi virus di masa lalu Tidak dapat mendeteksi infeksi virus yang aktif,
pasien tidak bisa disimpulkan pasien belum terinfeksi

Dibutuhkan saat ada darurat kebutuhan plasma Tidak dapat digunakan untuk bukti terpapar
darah dengan antibodi virus SARS-CoV-2 Covid-19 aktif

Durasi tes dan hasil keluar cepat Bisa menghasilkan hasil false test karena tes ini
dapat cross-react dengan jenis coronavirus
selain SARS-CoV2.

Bisa dilakukan masing-masing karena alat dijual Beberapa jenis tes antibodi memiliki sensitivitas
pasaran (true positive rate) yang rendah dan spesifitas
sehingga hasil tes kurang terpercaya
Tabel 1.3 Kelebihan dan Kekurang Tes Antibodi
III.2. Perbandingan Tes Diagnosis Covid-19

Tes Molekuler Tes Antigen Tes Antibodi

Durasi Tes 15-30 menit 15-30 menit 10-15 menit

Durasi Hasil Keluar 1-7 hari 1 jam - 1 hari 30 menit - 2 hari

Sampel Mucus Mucus Darah


(Nasal)/Tenggorokan (Nasal)/Tenggorokan

Terdeteksi di Hasil Materi genetik virus Antigen virus Antibodi (IgG dan
IgM)

Hasil yang positif Tertera pada surat hasil Strip T dan C pada alat Strip C, IgG, dan IgM
tes rapid test antigen pada alat rapid test

Arti Hasil yang Sedang terinfeksi virus Sedang terinfeksi virus Pernah terinfeksi virus
Positif aktif aktif

Hasil yang negatif Tertera pada surat hasil Strip C pada alat rapid Strip C pada alat rapid
tes test antigen test antibodi

Arti Hasil yang Sedang tidak terinfeksi Tidak terdeteksi Belum pernah
Negatif virus aktif adanya aktivitas terinfeksi virus atau
protein virus antibodi belum
SARS-CoV-2 terbentuk

Akurasi Tinggi Tinggi, rendah jika Rendah jika diinginkan


hasil negatif mendeteksi infeksi
aktif

Kegunaan utama Menentukan apakah Menentukan apakah Menentukan apakah


pasien sedang terinfeksi pasien sedang pasien mempunyai
virus aktif dan memiliki terinfeksi virus aktif antibodi virus
tingkat penularan yang dan memiliki tingkat SARS-CoV-2 karena
tinggi penularan yang tinggi pernah terinfeksi di
masa lalu
Tabel 2.1 Perbandingan Tes Diagnosis Covid-19

Tes diagnosis Covid-19 pada tes molekuler, tes antigen, dan tes antibodi memiliki tujuan yang
berbeda-beda. Tes molekuler paling cocok digunakan saat pasien membutuhkan status kondisi yang
saat ini dialami. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia menetapkan beberapa peraturan yang
mewajibkan tes PCR saat ingin bepergian. Hal ini dapat membantu mencegah penyebaran Covid-19
ke daerah lain serta mencegah interaksi orang sehat dengan orang yang terkonfirmasi positif
Covid-19. Tes antigen paling cocok untuk orang-orang yang memerlukan keluaran hasil status kondisi
secepatnya. Jika seseorang memperoleh hasil negatif pada tes antigen, orang tersebut belum dapat
dipastikan tidak sedang terinfeksi SARS-CoV-2. Jika orang tersebut telah mengalami gejala Covid-19,
sangat disarankan untuk juga melakukan tes molekuler terutama.Tes antibodi sangat akurat apabila
diinginkan pencarian imun terhadap virus SARS-CoV-2. Tes antibodi dapat menentukan orang yang
memiliki antibodi sehingga bisa mendapatkan donor plasma darah jika dibutuhkan. Plasma darah ini
bisa didonorkan kepada pasien lain yang sedang dirawat akibat infeksi virus Covid-19 sehingga
pasien tersebut dapat sembuh dan membentuk antibodi lebih cepat.
III.3. Kelebihan dan Kekurangan Tes GeNose (Gadjah Mada Electronic Nose)

KELEBIHAN KEKURANGAN

Hasil tes tidak memerlukan reagan, cukup Akurasi sangat rendah karena VOC milik
menggunakan Artificial Intelligence SARS-CoV-2 sama dengan infeksi pernapasan
lainnya

Biaya tes sangat murah, RP15.000-Rp25.000 Hasil tes mudah terkontaminasi hal lainnya
saja seperti asap rokok, kondisi udara eksternal

Pengambilan sampel tidak sulit, cukup


menghembuskan napas ke dalam kantong
Tabel 3.1 Kelebihan dan Kekurangan GeNose

Tes GeNose termasuk tes yang sangat cepat dan mudah dilakukan. Selain itu, harga tes
GeNose sangat murah. Namun, penggunaan tes GeNose hanya untuk screening, bukan untuk
mendiagnosis SARS-CoV-2. Hal ini dikarenakan VOC pada SARS CoV-2 tidak unik. Dengan kata
lain, VOC infeksi pernapasan memiliki kemiripan yang tinggi sehingga membuat akurasi tes GeNose
sangat rendah. Pasien yang menderita sakit batuk biasa bisa dianggap positif apabila menjalani tes
tersebut. Kontaminasi sampel yang diambil untuk tes GeNose juga sangat rawan, baik dari dalam atau
luar tubuh pasien. Pasien perokok aktif maupun pasif yang menghirup asap rokok dapat didiagnosis
sebagai positif Covid-19 karena partikel kotor dari asap rokok dalam paru-paru yang mengganggu
artificial intelligence GeNose.

Dari Kontan.co.id, banyak kasus masyarakat yang memilih tes GeNose untuk mendapatkan
hasil yang negatif saat mudik. Pemerintah meminta tes GeNose dihentikan sementara karena akurasi
tes GeNose rendah. Selain itu, validasi dari eksternal UGM dan kampus merdeka belum ada sehingga
tes GeNose tidak dapat dijadikan syarat bepergian secara resmi, [19].
BAB IV

KESIMPULAN

Diagnosis Covid-19 kini dibagi menjadi 3 jenis tes yang sering digunakan, yaitu tes
molekuler, tes antigen, dan tes antibodi. Setiap tes diagnosis terkonfirmasi positif Covid-19
memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Tujuan utama dari diagnosis-diagnosis
tersebut juga berbeda. Tes molekuler lebih banyak digunakan untuk mendeteksi infeksi virus
pada pasien yang aktif atau terjadi baru-baru ini. Tes ini biasa digunakan sebagai bukti bahwa
pasien sedang tidak terpapar virus SARS-CoV-2 sehingga tidak terlalu berbahaya jika
melakukan kontak fisik. Tes ini banyak digunakan sebagai syarat bepergian di Indonesia,
contohnya adalah tes PCR. Namun, biaya tes ini cukup mahal dan durasi hasil keluar lama.
Tes antigen memiliki fungsi yang mirip dengan tes molekuler, yaitu mendeteksi infeksi virus
pada pasien yang aktif. Tes ini memiliki akurasi tinggi sehingga bisa digunakan sebagai
alternatif tes PCR untuk mendeteksi pasien yang positif Covid-19. Namun, saat hasil tes
antigen negatif, akurasi tes antigen kurang akurat sehingga diperlukan tes PCR. Tes antibodi
memiliki akurasi yang tinggi untuk mendeteksi adanya antibodi virus SARS-CoV-2 dalam
tubuh pasien meskipun pasien sudah sembuh dan dinyatakan negatif. Tes ini berfungsi untuk
mencari plasma darah berisi antibodi virus SARS-CoV-2 untuk didonorkan kepada pasien
yang dirawat karena infeksi virus aktif.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kodaz, H. (2020). A Review of COVID19 Coronavirus Disease2019 Diagnosis Treatments


and Prevention. India: Academia.

[2] Texas Department of State Health Services. (2021). COVID-19 Testing: Molecular, Antigen,
and Antibody Tests Explained. Texas: Texas Health and Human Services.

[3] https://www.antibodies.com/covid-19-rapid-test-kit-igg-igm-colloidal-gold-a122152,
Accessed at 05 November 2021, 17:49 WIB.

[4] https://www.traveloka.com/en-id/explore/activities/tes-covid-19-mana-yang-harus-dipilih/404
88, Accessed at 05 November 2021, 18:07 WIB.

[5] https://clinic.vaxcorpindo.com/product/rapid-test-covid-19-cellex/, Accessed at 05 November


2021, 18:14 WIB.

[6] Jacofsky, D. Jacofsky, E. M. Jacofsky, M. (2020). Understanding Antibody Testing for


COVID-19. US: Elsevier. Available at:
https://www.arthroplastyjournal.org/article/S0883-5403(20)30442-3/fulltext, Accessed at 05
November 2021, 19:02 WIB.

[7] Center for Disease Control and Prevention. (2021). Test For Past Infection. US: Department
of Health and Human Services. Available at:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/testing/serology-overview.html#print, Accessed
at 05 November 2021, 19:15 WIB.

[8] Dr. Falah, N. (2020). Interpretasi Hasil Rapid Test IgG Dan IgM Untuk COVID-19.
Indonesia: Alomedika. Available at:
https://www.alomedika.com/interpretasi-hasil-rapid-test-igg-igm-covid19, Accessed at 05
November 2021, 19:28 WIB.

[9] ELECSYS. (2017). Electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA) for the in vitro


quantitative determination of total Tau in human Cerebrospinal fluid (CSF). Available at:
https://www.roche.at/content/dam/rochexx/roche-at/roche_diagnostics/documents/Roche-Fact
sheet-Elecsys-Total-Tau-CSF-EN-web.pdf, Accessed at 05 November 2021, 19:58 WIB.

[10] Tan-Lim, C., & Burog, A. (2020). Should electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA)
tests be used in the diagnosis of COVID-19. Accessed at 07 November 2021, 22:00 WIB.

[11] MedlinePlus. (2021). PCR Test. Available at: https://medlineplus.gov/lab-tests/pcr-tests/,


Accessed at 06 November 2021, 14:44 WIB

[12] Cleveland Clinic. (2021). Covid-19 and PCR Testing. Available at:
https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/21462-covid-19-and-pcr-testing, Accessed at
06 November 2021, 14:16 WIB.

[13] Antigen Testing for SARS-CoV-2. (2020). Centers for Disease Control and Prevention.
Available at:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/lab/resources/antigen-tests-guidelines.html,
Accessed at 07 November 2021, 08:51 WIB.
[14] Clip COVID Rapid Antigen Test - Instructions for Use. (2020). Luminostics, Inc.

[15] Tang, Y. W., et all. (2020). Laboratory Diagnosis of COVID-19: Current Issues and
Challenges. Journal of Clinical Microbiology, 58(6).

[16] Tiner, Sara. (2020). The Science Behind The Test For The COVID-19 Virus . Available at:
https://discoverysedge.mayo.edu/2020/03/27/the-science-behind-the-test-for-the-covid-19-vir
us/, Accessed at 07 November 2021, 21:46 WIB.

[17] Tim DITPUI. (2021). FAQ GENOSE C19. Available at: https://ditpui.ugm.ac.id/faq/,
Accessed at 30 November 2021, 19:09 WIB.

[18] Adrian, dr. Kevin. (2021). Mengenal GeNose, Alat untuk Mendeteksi Virus Corona. Available
at: https://www.alodokter.com/mengenal-genose-alat-untuk-mendeteksi-virus-corona,
Accessed at 30 November 2021, 19:32 WIB.

[19] https://nasional.kontan.co.id/news/ahli-minta-tes-genose-dihentikan-sementara-ini-alasannya,
Accessed at 30 November 2021, 20:14 WIB.

Anda mungkin juga menyukai