Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Uji Korelasi Pemeriksaan Antigen Metode RT-PCR dengan Tes Rapid


Antigen Untuk Diagnosis COVID-19

BIDANG KEGIATAN PKM


RISET EKSAKTA

Diusulkan oleh:

Sabila Assyifa Khairunnisa 5117002 / 2017


Gina Asyukurilah Nur Azizah 5117030 / 2017
Anti Zulfitri Fauziah 3119010 / 2018
Rifan Khaerul Fitra 3120050 / 2018
Insan Barokah 7120037 / 2018

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI


BANDUNG
2021
PENGESAHAN USULAN PKM-RISET

1. Judul Kegiatan : Uji Korelasi Pemeriksaan Antigen


Metode RT-PCR dengan Tes Rapid
Antigen Untuk Diagnosis COVID-19
2. Bidang Kegiatan : PKM Riset Eksakta
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap :Sabila Assyifa Khairunnisa
b. NIM :5117002
c. Jurusan :D-IV Teknologi Laboratorium Medik
d. Universitas :Institut Kesehatan Rajawali
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP :Kp. Tugu 01, RT 01 RW 07, Desa
Tugumukti, Kec.Cisarua, Kab. Bandung
Barat, Jawa Barat, Kode Pos 40551
(083100517871)
f. Email : assyifasabila@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 5 Orang
5. Dosen Pendamping :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Feldha Fadhila, Amd.AK., S.Si., M.Kes.
b. NIDN : 307.112.001
c. Alamat Rumah dan No.Tel./HP : (081220875560)
6. Biaya Kegiatan Total :
a. Kemristekdikti :
b. Sumber lain :
7. Jangka Waktu Pelaksanaan :

Bandung, 03 Februari 2021


Menyetujui,
Dekan Fakultas Kesehatan, Ketua Pelaksana Kegiatan,

Aziz Ansori Wahid, S.T., M.T. Sabila Assyifa Khairunnisa


NIK. 307.301.025 NPM. 5117002

Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan, Dosen Pendamping,

Arie J. Pitono, dr., M.Kes. Feldha Fadhilla, S.Si., M.Kes


NIK. 307.105.061 NIK. 307.112.001
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah penyakit baru yang teridentifikasi pada
manusia. Infeksi pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember 2019 di Wuhan, Hubei, China.
Penyakit COVID-19 ini disebabkan oleh virus Severe Acute Respriratory Syndrome Coronavirus-2
(SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan manusia (Bai, Cai and Zhang, 2020).
Penyebaran kasus penyakit virus corona 2019 (COVID-19) di dunia meningkat sangat cepat,
sehingga dinyatakan sebagai suatu pandemi global oleh World Health Organization (WHO).
Sampai pada 13 januari 2021, World Health Organization melaporkan kasus COVID-19 secara
global yang terkonfirmasi adalah sebanyak 90.335.008 kasus positif dengan angka kematian
sebanyak 1.954.336 (CFR 2,2%) yang menyebar di 222 Negara yang terjangkit dan 183 Negara
transmisi lokal. Angka tersebut terus meningkat terutama di negara –negara berpenduduk padat
seperti Amerika Serikat, brasil dan India. Indonesia sendiri, termasuk ke dalam negara yang
terjangkit dengan konfirmasi kasus positif COVID-19 tertinggi di ASEAN, dengan jumlah kasus
konfirmasi sebanyak 858,043 kasus positif dengan angka kematian 24. 645 kasus (CFR 2,9%)
(Kemenkes, 2020).
Sebagian besar individu yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 sangat tidak spesifik, dengan
tidak menunjukan gejala, atau hanya bergejala ringan sampai sedang yang mirip dengan gejala
infeksi flu yang lainnya seperti gejala pernapasan, batuk, demam, dyspnea (sesak napas) dan
pneumonia (Huang et al., 2020). Oleh karena itu pemeriksaan laboratorium memegang peranan
penting untuk menentukan status seseorang terkait dengan infeksi COVID-19 ini sangat dibutuhkan
untuk konfirmasi cepat terhadap dugaan kasus, skrining pasien dan melakukan virus surveillance,
serta mencegah terjadinya penyebaran sekunder (Nguyen et al., 2020).
Terdapat dua kategori test laboratorium untuk mendeteksi SARS-CoV-2 yaitu test untuk
mendeteksi virusnya sendiri dan mendeteksi respon dari host dengan masing-masing test
mempunyai keunggulan dan kekurangan (Pusparini, 2020). Untuk mendiagnosis infeksi SARS-
CoV-2, uji reaksi berantai reverse transcriptasepolymerase (RT-PCR) yang real time digunakan
untuk mendeteksi gen RNA virus. Saat ini, reverse transcriptasepolymerase (RT-PCR) menjadi
standar rujukan yang direkomendasikan WHO (Omer dan Osman, 2020). Organization, 2020).
Kekurangan test RT-PCR ini yaitu, dibutuhkan waktu yang lama yaitu 3-4 jam dan hanya dapat
dilakukan oleh teknisi yang ahli dengan harga yang tidak murah dikalangan masyarakat (Agustina
dkk, 2020).
Penentuan surveilans epidemiologi test imunologi dapat dianggap sebagai bantuan
diagnostik tambahan dan penunjang penting. Salah satu jenis test diagnostik cepat (RDT) adalah
dengan mendeteksi adanya protein virus (antigen) COVID-19 yang disebut juga RDT antigen.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mendeteksi presensi dari protein virus (antigen) COVID-19 pada
sampel yang berasal dari saluran pernapasan seseorang (World Health Organization, 2020). Tes
cepat Rapid Test digunakan untuk pengujian skrinning dalam mempercepat pencegahan dan
pengendalian penyakit karena harga yang jauh lebih murah dari RT-PCR dan tidak membutuhkan
tenaga ahli dengan waktu yang lebih cepat yaitu 15-30 menit. Tetapi, kekurangan dari Rapid Test
Antigen adalah adanya cross reactivity dengan coronavirus lainnya, selain itu sensitivitas dan
spesitifitas yang bervariasi (Agustina dkk, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chaimayo et al pada tahun 2020
dilakukan uji rapid antigen yang dibandingkan dengan uji RT-PCR dari 454 sampel yang diperoleh
dari kasus terduga COVID-19 dan kontak individu termasuk pasien pra operasi. Didapatkan
sensitivitas uji deteksi antigen SARS-COV2 yang cepat dan spesitifitas masing masing 98,33%
dan 98,73%. Terdapat hasil satu sampel negatif palsu dan lima hasil tes positif palsu yang berasal
dari spesimen asca operasi. Menurutnya, pengujian cepat untuk deteksi antigen SARS-COV-2
menunjukkan sensitivitas dan spesitifitas yang sebanding dengan uji RT-PCR artinya ada potensi
penggunaan uji deteksi antigen SARS-COV2 sebagai tes skrinning. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Florence Fenollar et al pada tahun 2021 yaitu pengujian RT-PCR dengan Uji Rapid
Antigen pada sampel sejumlah 182 pasien bergejala dan 159 orang subjek asimtomatik yang pernah
kontak dengan pasien. Dihasilkan dari 204 sampel postif PCR, uji rapid antigen dapat mendeteksi
154 sampel positif dengan sensitivitas 75,5% dan spesitifitas 95%. Sensitivitas dari uji rapid
antigen hanya baik digunakan untuk deteksi SARS-COV-2 pada sampel dengan nilai CT lebih
rendah dari 25 dan uji rapid antigen sebagai uji skrinning massal dapat membantu ketika uji RT-
PCR tidak cukup tersedia, khususnya pada pasien bergejala. Berdasarkan tersebut peneliti tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “ Uji Korelasi Pemeriksaan Antigen Metode RT-PCR dengan Tes
Rapid Antigen Untuk Diagnosis COVID-19”.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut: “Bagaimana korelasi metode RT-PCR dengan Uji Rapid Antigen dalam diagnosis
COVID-19 ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui korelasi hasil pemeriksaan Rapid Test sebagai uji skrinning dan hasil
RT-PCR sebagai gold standart untuk pemeriksaan virus SARS-CoV-2.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengetahui hasil pemeriksaan COVID-19 metode Rapid Test Antigen
1.3.2.2. Mengetahui hasil pemeriksaan COVID-19 metode RT-PCR
1.3.2.3. Menganalisis korelasi hasil pemeriksaan COVID-19 metode Rapid Test dan RT-PCR.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang korelasi metode RT-PCR dan uji Rapid
Antigen dalam diagnosis infeksi COVID-19
1.5. Keutamaan Penelitian
Metode RT-PCR merupakan metode yang digunakan sebagai gold standar untuk diagnosis COVID-19
dengan Uji Rapid Antigen sebagai skrinning test yang saat ini digunakan secara masal . Evaluasi yang
dilakukan mengenai korelasi antara metode RT-PCR dengan Tes Rapid Antigen dalam deteksi
COVID-19 dapat membantu dalam mempercepat pencegahan dan pengendalian penyakit
1.6. Temuan yang Ditargetkan
Diperoleh data hasil uji korelasi antara metode RT-PCR dengan Uji Rapid antigen
1.7. Kontribusi Penelitian
Bagi ilmu pengetahuan khususnya penelitian dapat menjadi salah satu referensi yang digunakan dalam
penelitian mengenai metode pemeriksaan untuk deteksi COVID-19
1.8. Luaran yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan luaran berupa publikasi jurnal pada Jurnal Ilmiah
Dikti : e-jurnal dikti dan dimuat dalam Jurnal Ilmiah Nasional ber-ISNN.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit COVID-19


2.1.1 Definisi
COVID-19 atau novel Coronavirus merupakan nama penyakit yang diberikan oleh WHO
(World Heath Organization) pada tanggal 11 Februari 2020 untuk penyakit yang disebabkan oleh
jenis baru dari virus Corona. Penyakit ini disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acute
Respiratory Syndrome-Coronavirus-2) jenis virus Corona yang dapat menyebabkan infeksi saluran
pernafasan pada manusia. SARS-CoV-2 dapat menyerang paru-paru sel inang melalui reseptor
Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE2) yaitu entry receptor (pintu masuk) virus ini ke dalam sel
inang. Keberadaan virus di dalam sel inang akan menginisiasi berbagai respon proteksi yang
mengarah ke pneumonia dan sindrom pernafasan akut (Astuti dan Ysrafil, 2020).
Menurut penelitian Zhao et al ,(2020) dalam Herawati (2020), menemukan bahwa 83% sel
yang dapat mengekspresikan reseptor ACE2 adalah sel epitel alveolus tipe II (alveolar epithelial
type II/ACEII) yang membuat sel-sel ini seperti menjadi reservoir virus. Hal inilah yang
menjelaskan mengapa gejala COVID-19 adalah pada saluran pernafasan dan paru-paru menjadi
organ yang paling rentan terdampak virus SARS-CoV-2.
2.1.2 Struktur Virus
Virus SARS-CoV-2 merupakan virus RNA positif dengan untai tunggal, memiliki selubung
lipid bilayer, virus ini berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran 80-160 nm dengan tonjolan-
tonjolan (spike) dipermukaannya dan membentuk seperti mahkota atau corona dalam bahasa latin.
Genom virus SARS-CoV-2 memiliki dua UTR ( untranslated regions) pada ujung 5’ dan 3’ juga 11
open ORF (reading frames) yang dapat mengkode 27 protein dan 9.860 asam amino. ORF pertama
meliputi 2/3 genom virus dan mampu mengkode 16 nonstructural protein (nsp1-nsp16) (Yusra dan
Pangestu, 2020).

Gambar 2.1 Struktur Coronavirus


(Sumber : PDPI, 2020)
Secara struktural Coronavirus memiliki empat jenis protein utama, yaitu spike (S)
glikoprotein, small envelope (E) glikoprotein, membran (M), dan protein nucleocapsid (N), serta
beberapa protein tambahan lainnya. Struktur Coronavirus membentuk seperti kubus dengan protein
S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen
utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam
penempelan dan masuknya virus kedalam sel host karena adanya interaksi protein S dengan
reseptornya disel inang.Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit,
eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan
chloroform(PDPI, 2020).
2.1.3 Epidemiologi
COVID-19merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru.
Kasus penyakit ini berawal dari laporan dari China kepada World Health Organization (WHO)
bahwa terdapat 44 pasien dengan pneumonia yang berat di suatu wilayah yaitu Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, China, tepatnya di hari terakhir tahun 2019 Cina. Dugaan awal penyakit ini muncul
terkait dengan pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lain. Pada 10 Januari
2020 penyebab penyakit COVID-19 ini mulai teridentifikasi dan didapatkan kode genetiknya yaitu
virus corona baru (Handayani dkk, 2020).
Ancaman pandemi COVID-19 semakin besar ketika berbagai kasus diseluruh negara di
dunia menunjukkan penularan antar manusia (human to human transmission) pada dokter dan
petugas medis yang merawat pasien tanpa ada riwayat berpergian ke pasar yang sudah ditutup.
Pada akhir bulan Januari 2020 penularan langsung antar manusia semakin meningkat hingga
jumlah kasus yang luar biasa mengalami peningkatan 2000 kasus terkonfirmasi dalam 24 jam.
Hingga pada 31 Januari 2020 WHO menetapkan status Global Emergency pada kasus
Coronavirusini dan pada 11 Februari 2020 WHO menamakannya sebagai COVID-19 (Handayani
dkk, 2020).
Kasus pertama COVID-19 di Indonesia berawal dari pemerintah Indonesia mengumumkan
secara resmi kasus COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020. Dalam laporannya mengatakan bahwa
dua warga Indonesia yang positif telah melakukan kontak langsung dengan WNI asal Jepang yang
sedang berkunjung ke Indonesia. Pada tanggal 11 maret 2020, untuk pertama kalinya ada kasus
meninggal diakibatkan karena virus corona tersebut (Sukur dkk, 2020).
Laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tanggal 30
Juni 2020, melaporkan bahwa ada 56.385 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus
meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki.
Kasus paling banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5
tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia lansia yaitu 55-64 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh CDC China, diketahui bahwa kasus paling banyak
terjadi pada pria 51,4% dengan rentang usia 30-79 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia pada
usia 0-5 tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun
(Kemenkes RI, 2020).
2.1.4 Etiologi
Virus SARS-CoV-2 diklasifikasikan dibawah genus Betacoronavirus (subgenus
Sarbecovirus) dari famili Coronaviridae. Virus ini merupakan virus berselubung (enveloped)
dengan asam ribunonukleat untai tunggal sense positif dengan genom 30 kb . Virus ini memiliki
mekanisme proofreadingyang menjaga laju mutasinya relatif rendah. Genom virus ini mengodekan
protein-protein nonstruktural beberapa protein ini diperlukan untuk membentuk kompleks
transkripterase replikase, empat protein struktural spike(S), selubung (E), membran (M),
nukleokapsid (N) dan protein aksesori putative. Virus ini menempel pada reseptor enzim pengubah
angiotensin 2 (ACE2) untuk memasuki sel sebagai reseptor masuk dan menggunakan serine
protease TMPRSS2 untuk priming S protein, meskipun hal ini masih membutuhkan penelitian
lebih lanjut (WHO, 2020).
SARS-CoV-2 adalah Coronavirus ketujuh yang teridentifikasi dan diketahui menginfeksi
manusia (HCoV). Empat virus jenis ini, yaitu HCoV-229E, HCoV-NL63, HCoV-HKU1, dan
HCoV-OC43, bersifat endemik, musiman, dan cenderung menyebabkan penyakit saluran napas
ringan. Dua virus lainnya adalah coronavirus Middle East Respiratory Syndrom (MERS-CoV) dan
Coronavirus Severe Acute Respiratory Syndrome tipe 1 (SARS-CoV-1) yang bersifat zoonotik dan
lebih virulen. SARS-CoV-2 secara genetik paling mirip dengan SARS-CoV-1, dan kedua virus ini
masuk dalam subgenus Sarbecovirus di bawah genus Betacoronavirus. Namun, SARS-CoV-1 saat
ini tidak diketahui sedang bersirkulasi pada populasi manusia (WHO, 2020).
Virus ini termasuk superdomain biota, kingdom virus. Virus ini adalah kelompok virus
terbesar dalam ordo Nidovirales. Semua virus dalam ordo Nidovirales adalah nonsegmented
positive-sense RNA viruses. Subgenus Sarbecovirus meliputi Bat-SL-CoV, SARS-CoV dan 2019-
nCoV. Famili coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus, yaitu:alpha coronavirus
(alphaCov), beta coronavirus (betaCov), delta coronavirus (deltaCov), gamma coronavirus
(gammaCov) (Albertus, 2020).
2.1.5 Patogenitas
Patogenesis infeksi COVID-19 belum diketahui seutuhnya. Pada awalnya diketahui virus ini
mungkin memiliki kesamaan dengan SARS dan MERS CoV, tetapi dari hasil evaluasi genomik
isolasi dari 10 pasien, didapatkan kesamaan mencapai 99% yang menunjukkan suatu virus baru,
dan menunjukkan kesamaan (identik 88%) dengan batderived severe acute respiratory syndrome
(SARS)- like coronaviruses, bat-SL-CoVZC45 dan bat-SLCoVZXC21, yang diambil pada tahun
2018 di Zhoushan, Cina bagian Timur, kedekatan dengan SARS-CoV adalah 79% dan dengan
MERS-CoV 50% (Handayani dkk, 2020).
Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring, kemudian
memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius. Selanjutnya, virus akan menyerang organ target
yang mengekspresikan Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2), seperti paru-paru, jantung,
sistem renal dan traktus gastrointestinal.Protein S pada SARS-CoV-2 memfasilitasi masuknya virus
corona ke dalam sel target. Masuknya virus bergantung pada kemampuan virus untuk berikatan
dengan ACE2, yaitu reseptor membran ekstraselular yang diekspresikan pada sel epitel, dan
bergantung pada priming protein S ke protease selular, yaitu TMPRSS2.Protein S pada SARS-
CoV-2 dan SARS-CoV memiliki struktur tiga dimensi yang hampir identik pada domain receptor-
binding. Protein S pada SARS-CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 pada
manusia(Gennaro dkk., 2020).
Pada analisis lebih lanjut, ditemukan bahwa SARS-CoV-2 memiliki pengenalan yang lebih
baik terhadap ACE2 pada manusia dibandingkan dengan SARS-CoV.Periode inkubasi untuk
COVID-19 antara 3-14 hari. Ditandai dengan kadar leukosit dan limfosit yang masih normal atau
sedikit menurun, serta pasien belum merasakan gejala. Selanjutnya, virus mulai menyebar melalui
aliran darah, terutama menuju ke organ yang mengekspresikan ACE2 dan pasien mulai merasakan
gejala ringan. Empat sampai tujuh hari dari gejala awal, kondisi pasien mulai memburuk dengan
ditandai oleh timbulnya sesak, menurunnya limfosit, dan perburukan lesi di paru. Jika fase ini tidak
teratasi, dapat terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome(ARSD), sepsis, dan komplikasi lain.
Tingkat keparahan klinis berhubungan dengan usia (di atas 70 tahun), komorbiditas seperti
diabetes, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hipertensi, dan obesitas. Sistem imun innate
dapat mendeteksi RNA virus melalui RIG-I-like receptors, NOD-like receptors, dan Toll-like
receptors(Zhang dkk., 2020)
Hal ini selanjutnya akan menstimulasi produksi interferon (IFN), serta memicu munculnya
efektor anti viral seperti sel CD8+, sel Natural Killer (NK), dan makrofag. Infeksi dari
betacoronavirus lain, yaitu SARS-CoV dan MERS-CoV, dicirikan dengan replikasi virus yang
cepat dan produksi IFN yang terlambat, terutama oleh sel dendritik, makrofag, dan sel epitel
respirasi yang selanjutnya diikuti oleh peningkatan kadar sitokin proinflamasi seiring dengan
progres penyakit. Infeksi dari virus mampu memproduksi reaksi imun yang berlebihan pada
inang(Allegra dkk., 2020; Lingeswaran dkk., 2020).
Pada beberapa kasus, terjadi reaksi yang secara keseluruhan disebut “badai sitokin”. Badai
sitokin merupakan peristiwa reaksi inflamasi berlebihan dimana terjadi produksi sitokin yang cepat
dan dalam jumlah yang banyak sebagai respon dari suatu infeksi. Dalam kaitannya dengan Covid-
19, ditemukan adanya penundaan sekresi sitokin dan kemokin oleh sel imun innate dikarenakan
blokade oleh protein non-struktural virus. Selanjutnya, hal ini menyebabkan terjadinya lonjakan
sitokin proinflamasi dan kemokin (IL-6, TNF-α, IL-8, MCP-1, IL-1 β, CCL2, CCL5, dan
interferon) melalui aktivasi makrofag dan limfosit. Pelepasan sitokin ini memicu aktivasi sel
imunadaptif seperti sel T, neutrofil, dan sel NK, bersamaan dengan terus terproduksinya sitokin
proinflamasi. Lonjakan sitokin proinflamasi yang cepat ini memicu terjadinya infiltrasi inflamasi
oleh jaringan paru yang menyebabkan kerusakan paru pada bagian epitel dan endotel. Kerusakan
ini dapat berakibat pada terjadinya ARDS dan kegagalan multi organ yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu singkat.Seperti diketahui bahwa transmisi utama dari SARS-CoV-2 adalah
melalui droplet(Gennaro dkk., 2020; Lingeswaran dkk., 2020).
Akan tetapi, ada kemungkinan terjadinya transmisi melalui fekal-oral. Penelitian oleh Xiao
dkk. (2020) menunjukkan bahwa dari 73 pasien yang terkena Covid-19, terdapat 53,42% pasien
yang diteliti positif RNA SARS- CoV-2 pada fesesnya. Bahkan, 23,29% dari pasien tersebut tetap
terkonfirmasi positif RNA SARS- CoV-2 pada fesesnya meskipun pada sampel pernafasan sudah
menunjukkan hasil negatif. Lebih lanjut, penelitian juga membuktikan bahwa terdapat ekspresi
ACE2 yang berlimpah pada sel glandular gaster, duodenum, dan epitel rektum, serta ditemukan
protein nukleokapsid virus pada epitel gaster, duodenum, dan rektum. Hal ini menunjukkan bahwa
SARS-CoV-2 juga dapat menginfeksi saluran pencernaan dan berkemungkinan untuk terjadi
transmisi melalui fekal-oral.
2.1.6 Cara Penularan
Coronavirusmerupakan penyakit yang memungkinkan dapat ditularkan dari hewan
kemanusia (zoonosis). Pada COVID-19 belum diketahui dengan pasti proses penularan dari hewan
ke manusia, tetapi data filogenetik memungkinkan COVID-19juga merupakan zoonosis.
Perkembangan data penelitian selanjutnya menunjukkan bawa COVID-19 dapatmenularan antar
manusia (human to human),yaitu melalui droplet yang dikeluarkan oleh pasien penderita COVID-
19.Hal ini sesuai dengan kejadianpenularan kepadapetugas kesehatan yang merawat pasien
COVID-19, disertai bukti lain penularan di luar Cina dari seorang yang datang dari Kota
Shanghai,Cina ke Jerman dan diiringi penemuan hasil positif pada orang yang ditemui dalam
kantor. Pada laporan kasus ini bahkan dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum
mengalami gejala(asimtomatik) atau masih dalam masa inkubasi.Laporan lain mendukung
penularan antar manusia adalah laporan 9 kasus penularan langsung antar manusia di luar China
dari kasus index ke orang kontak erat yang tidak memiliki riwayat perjalanan manapun (Handayani
dkk, 2020).
COVID-19 akibat virus SARS-CoV-2 utamanya ditularkan melalui orang yang bergejala
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet (percikan). Droplet merupakan
partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada
pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya,
batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva
(mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di
sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui
kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi seperti stetoskop atau termometer (Kemenkes,
2020).
2.1.7 Gejala Klinis dan Masa Inkubasi
Tanda-tanda dan gejala khas penyakit COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk
kering, kelelahan. Gejala ringan hingga sedang berupa produksi dahak, sesak napas, sakit
tenggorokan, sakit kepala, mialgia dan arthralgia, menggigil, mual atau muntah, hidung tersumbat,
diare, hemoptisis dan kongesti kongjuntiva (Sukmana dan Yuniarti, 2020).
Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang muncul ini
bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa serius infeksi yang terjadi.
Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan:
• Hidung beringus
• Sakit kepala
• Sakit tenggorokan
Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah.
Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19), yang
mengakibatkan gejala seperti:
• Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia
• Batuk dengan lender

Masa inkubasi penyakit COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari
namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh dihari-hari pertama penyakit
yang disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat
langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan
sampai dengan 14 hari setelah onset gejala (Kemenkes, 2020).
Masa inkubasi menjadi salah satu titik kritis penularan, karena seseorang yang terinfeksi
tetap bisa menularkan virus Corona meski belum atau tidak muncul gejala. Bahkan bagi pasien
yang bergejala, salah satu fase paling infectious atau paling menularkan adalah beberapa hari
sebelum munculnya gejala.Dengan alasan tersebut, selama masa inkubasi COVID-19 sangat
dianjurkan untuk melakukan isolasi. Jika tidak tahu pasti apakah seseorang terinfeksi atau tidak
karena tidak ada gejala, maka isolasi dianjurkan setelah melakukan kegiatan berisiko seperti
kumpul-kumpul atau bepergian.Berdasarkan sebuah penelitian, rata-rata masa inkubasi COVID-19
selama lima hari. Untuk menentukannya, tim peneliti mempelajari 138 pasien COVID-19 yang
berada di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan, China sejak awal pandemi (Alam, 2021).
Hasilnya menunjukkan, rata-rata pasien di sana membutuhkan waktu lima hari itu sampai gejala
awal seperti sesak napas muncul. Hal ini juga selaras dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (CDC) yang mengungkapkan bahwa masa inkubasi bisa berlangsung selama empat
sampai lima hari pandemic (Alam, 2021).
Menurut penelitian lain yang dikutip dari Harvard Medical School, diperkirakan masa
inkubasi COVID-19 selama 3 hingga 14 hari. Gejala infeksi akibat virus tersebut biasanya akan
muncul dalam 4-5 hari setelah terpapar, dan mungkin bisa menular ke orang lain selama 48 jam
sebelum gejala muncul.Namun, di beberapa kasus masa inkubasi ini bisa membutuhkan waktu
hingga 27 hari sampai gejalanya berkembang.Gejala khas yang muncul pertama kali setelah pasien
terinfeksi virus biasanya meliputi demam, batuk kering, anosmia atau kehilangan kemampuan indra
penciuman dan perasa, hingga kelelahan. Pada 85 persen pasien, gejala-gejala tersebut bisa hilang
dalam waktu minimal satu minggu dan bisa lebih lama tergantung kondisi pasien saat itu pandemic.
Pada pasien dengan kondisi yang parah dan mengalami gejala seperti sesak napas bisa
berkembang selama 7-10 hari. Rata-rata mereka yang mengalami gejala ini akan diarahkan untuk
melakukan perawatan intensif di hari ke-10.Peneliti China juga mengatakan, gejala awal ini bisa
terus berkembang sekitar 18-22 hari jika mereka berhasil melalui masa perawatan
intensif.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pasien membutuhkan masa pemulihan
selama dua sampai enam minggu. Tetapi, hal ini tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan
juga cara pengobatannya.Pada kasus ringan, masa pemulihan bisa terjadi 2-3 minggu. Namun,
untuk kasus yang parah atau kritis bisa lebih lama sekitar 3-6 minggu. Untuk itu, pada masa
inkubasi COVID-19 selama 2-14 hari benar-benar harus dioptimalkan untuk mengetahui
perkembangan gejala Corona yang muncul pasca seseorang terinfeksi(Alam, 2021).
2.2 Pemeriksaan Laboratorium COVID-19
2.2.1 Rapid test Antigen
Antigen merupakan suatu zat atau benda asing, misalnya racun, kuman, atau virus, yang
dapat masuk ke dalam tubuh. Sebagian antigen dapat dianggap berbahaya oleh tubuh, sehingga
memicu sistem imunitas untuk membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi). Reaksi ini merupakan
bentuk pertahanan alami tubuh untuk mencegah terjadinya penyakit.
Covid 19 yang masuk ke dalam tubuh akan terdeteksi sebagai antigen oleh sistem imunitas.
Antigen ini juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan rapid test antigen. Rapid test antigen untuk
Covid 19 dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan melalui
proses swab. Untuk memberikan hasil yang lebih akurat, pemeriksaan rapid test antigen perlu
dilakukan paling lambat 5 hari setelah munculnya gejala COVID-19.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan rapid test antigen Covid 19 memiliki
tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan rapid test antibodi. Akan tetapi, pemeriksaan rapid
test antigen dinilai belum seakurat tes PCR untuk mendiagnosis COVID-19.

RAT ini adalah tes imunokromatografi; Oleh karena itu, kepekaannya tergantung pada
kinetika pengikatan antibodi monoklonal yang digunakan di setiap RAT. Komposisi buffer lisis,
proporsinya spesimen dalam analit, dan metode yang digunakan untuk memvisualisasikan hasil
juga mempengaruhi sensitivitas.Akibatnya pabrikan tidak mengungkapkan komposisi buffer lisis.

Rapid Antigen digunakan untuk mengetahui infeksi awal dari sampel. Pemeriksaan ini
spesifik terhadap Covid 19, namun sensitivitas rapid antigen kurang baik terutama pada sampel
tingkat virus rendah. Sensitivitas antigen rapid test (tes cepat antigen) untuk SARS-CoV-2
berdasarkan berbagai merk antigen yang diteliti menunjukkan variasi dengan rentang 0 - 94%,
namun spesifisitasnya tinggi (>97%) (Blairon L , Diao B , Lambert-Niclot S , Mak GC , Merten P,
Nagura-Ikeda M, Omi K , Porte L, Scoby A, Weitzel T).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari rapid antigen
• Influenza mempengaruhi 30-80% pada hasil pemeriksaaan
• Kualitas spesimen
• Formulasi reagen bisa menunjukan negatif/positif palsu pada hasil

Prinsip kerja Rapid test Antigen yaitu mendeteksi protein virus pada sampel dari saluran
pernafasan. Antigen terdeteksi bila virus aktif bereplikasi (berkembang biak).Rapid antigen ini
dilengkapi teknologi membrane nanopartikelkolodial yang menggunakan antibodi monoclonal
untuk mendeteksi presensi dari nucleoprotein. Uji antigen spesifik SARS-CoV-2, alternatif
sederhana dan cepat untuk uji amplifikasi asam nukleat. Tujuan Rapid tes Antigen ini untuk
memeriksa IgG dan IgM secara bersamaan dalam waktu yang singkat.
Hasil pemeriksaan antigen rapid test (tes cepat antigen) memiliki kesesuaian baik dengan
hasil RT-PCR pada nilai Ct yang berbeda untuk masing-masing merk rapid test. WHO
mengumumkan kesesuaian yang baik dengan nilai Ct ≤ 25 (pada pemeriksaan dengan nilai Ct
maksimal 40) atau > 106 salinan genomik virus/mL; yang menggambarkan fase prasimptomatik (1-
3 hari sebelum munculnya gejala) dan fase simptomatik awal (dalam waktu 5-7 hari pertama
perjalanan penyakit)
Interpretasi hasil dari pemeriksaan Rapid test Antigen:
• Negatif bila didapatkan satu garis merah pada garis kontrol (C)
• Positif bila didapatkan satu garis hitam pada garis tes (T) dan satu garis merah pada garis
kontrol (C)
• Invalid bila tidak ada garis pada garis kontrol (C). Direkomendasikan untuk pemeriksaan
ulang.

2.2.2 RT-PCR
PCR adalah singkatan dari polymerase chain reaction. PCR merupakan metode
pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA virus. Uji ini akandidapatkan hasil apakah
seseorang positif atau tidak SARS Co-2. Dibanding rapid test, pemeriksaan RT-PCR lebih akurat.
Metode ini direkomendasikan WHO untuk mendeteksi Covid-19. RT-PCR memiliki keunggulan
mampu mendeteksi antigen dengan konsentrasi rendah, namun RT-PCR memiliki kelemahan
seperti membutuhkan peralatan yang mahal.Standar untuk deteksi SARS-CoV-2 adalah SARS-
CoV-2 real time reverse transcription quantification polimerase chain reaction (RT-PCR)
menggunakan sampel bahan swab nasofaring atau orofaring, sputum atau cairan bilas bronkial
(bronkhial lavage). Penggunaan RT-PCR memerlukan protokol standar antara lain ribo nucleic acid
(RNA) harus diekstraksi dan adanya virus RNA dikonfirmasi dengan RT-PCR (Pusparini, 2020).

Ada beberapa gen target yang digunakan untuk mendeteksi SARS-CoV-2 yaitu gen E
(Envelope), gen N (nukleokapsid), gen S (Spike) dan gen RdRp. Seseorang disebut terkonfirmasi
COVID-19 bila pada deteksi dengan RT-PCR ditemukan urutan unik dari RNA virus. Hasil positif
RT-PCR menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang terinfeksi COVID-19, sedangkan hasil
negatif belum dapat menyingkirkan seseorang terinfeksi COVID-19. Pemeriksaan RT-PCR untuk
SARSCoV-2 saat ini merupakan tes kualitatif dan sampai sekarang belum ada standarisasi untuk
menentukan ambang batas viral load pada host yang berbeda-beda. Jika terdapat hasil yang berbeda
maka harus dilakukan pengambilan sampel ulang. Pada individu yang dicurigai terinfeksi COVID-
19, tetapi hasil RT-PCR-nya negatif, hal berikut yamg dapat diketahui:

1. Kualitas spesimen yang buruk atau hanya mengandung sangat sedikit sampel;
2. Virus tidak terdapat pada tempat sampel diambil;
3. Spesimen diambil pada fase infeksi yang tidak tepat seperti terlalu lambat atau terlalu cepat;
4. Penanganan spesimen tidak baik;
5. Adanya mutasi virus dan inhibisi PCR.
Hal-hal tersebut yang mendasari mengapa hasil RT-PCR yang negatif memerlukan sampel
ulangan beberapa hari kemudian untuk mengurangi adanya individu yang terinfeksi tetapi tidak
terdeteksi. Beberapa hal yang memengaruhi hasil RT-PCR untuk SARS-CoV-2 adalah sensitifitas
dan spesifitas tes yang digunakan, tipe sampel yang digunakan, waktu pengambilan, target gen
yang digunakan (satu atau multipel), dan kemungkinan adanya mutasi virus. Seseorang dalam fase
penyembuhan (sudah dua kali tes NAAT negatif) harus tetap diperiksa secara regular dan
melakukan karantina mandiri di rumah selama 14 hari karena seseorang tersebut masih mungkin
menjadi positif kembali pada tes berikutnya(Pusparini, 2020).

2.3 Kerangka Teori


BAB 3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik korelasional dengan desain cross
sectional. Menurut Arikunto (2013), penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan
perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Desain penelitian
dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor beresiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada satu waktu tertentu dan pengamatan hanya dilakukan satu kali selama satu
penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggambarkan mengenai hasil korelasi atau
hubungan pemeriksaan Antigen RT-PCR dengan tes Rapid Antigen untuk Diagnosis COVID-19.

3.1 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu dimulai dengan studi literatur,
pengumpulan dan pencatatan data sekunder dari dokumen, kemudian pengolahan dan analisis data
menggunakan program SPSS untuk mengetahui hasil uji korelasi.
3.1.1 Studi Literatur
Studi literatur atau studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah
yang ingin dipecahkan (Nazir, 1998)
Referensi tersebut berisikan tentang :
a. Kasus pandemi COVID-19
b. Epidemiologi, Etiologi, dan Patofisiologi Infeksi COVID-19
c. Diagnostik infeksi COVID-19
d. Skrinning pemeriksaan infeksi COVID-19
e. Gold standart pemeriksaan infeksi COVID-19
Output dari Studi literatur ini adalah terkumpulnya referensi yang relefan dengan perumusan
masalah. Tujuannya adalah untuk memperkuat permasalahan serta sebagai dasar teori dalam
melakukan studi dan juga menjadi dasar untuk melakukan uji korelasi pemeriksaan Antigen RT-
PCR dengan tes Rapid Antigen untuk Diagnosis COVID-19.
3.1.2 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing, coding, dan
tabulating.
a. Editing
Editing adalah pemeriksaan ulang terhadap data hasil penelitian meliputi kelengkapan data,
keseragaman data, dan kebenaran pengisian data (Notoatmojo, 2010).
b. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian ini, peneliti memberikan kode sebagai berikut :
Sampel 1 Kode S1
Sampel 2 Kode S2
Positif Kode 1
Negatif Kode 2
c. Tabulating
Tabulasi yaitu membuat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh
peneliti (Notoatmojo, 2010). Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel yang
menggambarkan prevalensi hasil pemeriksaan Rapid test antibodi juga RT-PCR. Data
demografi (jenis kelamin dan usia) dan data hasil pemeriksaan akan dideskripsikan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan diagram.
3.2 Luaran dan Indikator Capaian
Luaran dari penelitian ini adalah diperolehnya laporan penelitian dan publikasi jurnal ilmiah
yang berisikan Data hasil uji korelasi hasil pemeriksaan RT-PCR dan Rapid Antigen di
Laboratorium Klinik X di Kota Bandung.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2017), sumber sekunder adalah merupakan data yang tidak secara
langsung diberikan kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Dalam
penelitian ini pengumpulan data sekunder diperoleh dari dokumen hasil pemeriksaan RT-PCR
dan Rapid Antigen di Laboratorium Klinik X di Kota Bandung.

3.4 Analisis Data


Analisis data menggunakan SPSS 24 dengan analisis univariant untuk menjelaskan
karakteristik dari setiap variabel penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentase dari setiap variabel. Analisis bivariant menggunakan Chi-square untuk mengetahui
hubungan atau korelasi hasil pemeriksaan Rapid test Antibodi terhadap hasil RT-PCR COVID-
19. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α=0,05). Jika P-value lebih kecil dari α (p
< 0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari kedua variabel yang diteliti.
Bila p-value lebih besar dari α (p > 0,05), artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara
kedua variabel yang diteliti.
3.5 Cara Penafsiran
belum
3.6 Cara Penyimpulan Hasil Penelitian
Simpulan hasil penelitian mengacu pada penelitian yang telah disusun, serta menjawab
pertanyaan penelitian.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Rencana Anggaran Biaya


Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Perlengkapan yang diperlukan
2 Bahan habis pakai
3 Perjalanan
4 Lain-lain
Jumlah

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabel 4.2. Jadwal kegiatan
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
1
DAFTAR PUSTAKA

Budi Yanti. 2020,. Perbedaan uji diagnostik antigen, antibodi, RT-PCR dan tes cepat molekuler pada
Coronavirus Disease 2019. URL: http://www.e-repository.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/18719.
Diakses tanggal 22 Februari 2020
Diah H. (2020). Corona Virus Disease 2019. Jurnal Respiro Indonesia. Vol. 40 No. 2, 119-129
Diao B, Wen K, Chen J, Liu Y, Yuan Z, Han C, et al.2020. Diagnosis of Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 Infection by Detection of Nucleocapsid Protein. medRxiv.
2020:2020.03.07.20032524,
Dr Audric A. 2020. Etiologic Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). URL:
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-disease-2019-covid-19/etiologi. Diakses
tanggal 21 Februari 2021

Dr. Kariadi.2020. Pemeriksaan rapid test antigen. URL:


http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/issue/view/36. Diakses
tanggal 22 Februari 2020
Pusparini. (2020). Tes serologi dan polimerase chain reaction (PCR) untuk deteksi SARS CoV
2/COVID-19. Jurnal Biomedika dan Kesehatan, Vol. 3 No. 2, 46-48.
LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping


1.1. Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Sabila Assyifa Khairunnisa
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medik
4 NIM 5117002
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bandung, 08 Maret 1999
6 Alamat E-mail assyifasabila@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 083100517871

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikutii


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat
1 Himpunan Mahasiswa Sekertaris BPA Institut Kesehatan
TLM Rajawali Periode
2019/2020
2 IMATELKI DPW Staff Public Relations DPW Jawa Barat Periode
JABAR JILID VII 2018-2019
3 IMATELKI PUSAT Staff Public Relations Ikatan Mahasiswa
JILID VIII Teknologi Laboratorium
Medik Indonesia Pusat
Periode 2018-2019
C. Penghargaan yang Pernah Diterima
No Institusi Pemberi
Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.

Bandung, 22 Februari 2021


Ketua Tim,

(Sabila Assyifa Khairunnisa)


1.2. Biodata Anggota
1. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Gina Asyukurilah
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medik
4 NIM 5117030
5 Tempat dan Tanggal Lahir Cianjur, 15 Februari 1999
6 Alamat E-mail Ginaazizah93@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085871615596

2. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikutii


No Status dalam
Jenis Kegiatan Waktu dan Tempat
Kegiatan
1 Himpunan Mahasiswa Anggota Institut Kesehatan
Rajawali Periode
2019/2020

3. Penghargaan yang Pernah Diterima


No Institusi Pemberi
Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.

Bandung, 22 Februari 2021


Anggota Tim

(Gina Asyukurilah N. A)
3.1. Biodata Anggota 2
1. Identitas Diri Anggota

1 Nama Lengkap Anti Zulfitri Fauziah


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi DIII Analis Kesehatan
4 NIM 3119010
5 Tempat dan Tanggal Bandung, 29 November 2001
Lahir
6 Alamat E-mail Antyf29@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 083820518686

4. Kegiatan Mahasiswa Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status Dalam Waktu dan Tempat
Kegiatan
1. Himpunan Mahasiswa Komunikasi dan Institut Kesehatan
Informasi Rajawali Periode
2020/2021

5. Penghargaan yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Tahun
Penghargaan
1

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan
sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.
Bandung, 22 Februari 2021
Anggota Tim

( Anti Zulfitri Fauziah)


1.4 Biodata Anggota 3
1. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Rifan Khaerul Fitra
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi D-III Analis Kesehatan
4 NIM 3120050
5 Tempat dan Tanggal Lahir Majalengka, 28 Desember 2001
6 Alamat E-mail Rifankhaerul33@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081994575982

2. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikutii


No Status dalam
Jenis Kegiatan Waktu dan Tempat
Kegiatan
1 Institut Kesehatan
IMATELKI Human Capital Rajawali Periode
2020/2021
3. Penghargaan yang Pernah Diterima
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.

Bandung, 22 Februari 2021


Anggota Tim

(Rifan Khaerul Fitra)


1.5 Biodata Anggota 4

1. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Insan Barokah
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi S1 Farmasi
4 NIM 7120037
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bandung, 23 Juli 2002
6 Alamat E-mail Barokahinsan9@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085794114088

2. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikutii


No Status dalam
Jenis Kegiatan Waktu dan Tempat
Kegiatan
1
3. Penghargaan yang Pernah Diterima
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.

Bandung, 22 Februari 2021


Anggota Tim

(Insan Barokah)
1.6 Biodata Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Feldha Fadhila, Amd.AK., S.Si., M.Kes.
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi DIV Teknologi Laboratorium Medik
4 NIK 307.112.001
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sawah Lunto 21 Juli 1983
6 Alamat E-mail feldhaf@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081220875560

B. Riwayat Pendidikan
No. Jenjang Institusi Fakultas / Bidang Tahun Gelar
Jurusan Spesialisasi Lulus
1 Magister Universitas Kedokteran / Mikrobiologi 2016 Magister
Padjadjaran, Ilmu dan Kesehatan
Bandung Kedokteran Parasitologi (M.Kes)
Dasar
2 Sarjana Universitas Biologi Biomedik 2010 Sarjana
Nasional, Sains
Jakarta. (S.Si)
3 Diploma Politeknik Jurusan Analis 2004 Ahli
Kesehatan Analis Kesehatan Madya
KEMENKES Kesehatan Analis
Bandung Kesehatan
(Amd.AK)
4 SMA / Sekolah - Analis 2001 -
SMK Menengah Kesehatan
Analis
Kesehatan
DEPKES
Jakarta

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT Pendidikan/Pengajaran


No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Bakteriologi Klinik Wajib 3 SKS
2 Parasitologi Wajib 3 SKS
3 Pengendalian Mutu Laboratorium Wajib 3 SKS
Penelitian / Publikasi
No. Judul Penelitian Waktu Publisher
1 Pengaruh Waktu Inkubasi 8-9 Oktober 2015. Pertemuan Ilmiah Tahunan
terhadap Jumlah Sel pada Nasional Perhimpunan
Biofilm Escherichia coli yang Mikrobiologi Indonesia
diisolasi dari Air Bersih (PERMI)
Perpipaan. (Presentasi Poster)
2 Gambaran Pembentukan 16 Maret 2019 The First Proceeding
Biofilm Escherichia coli yang Publication of Creativity
Diisolasi dari Air Bersih and Research Medical
Perpipaan. Publikasi Oral. Laboratory Technology
(Presentasi Oral) DIV.

3 Penetapan Nilai Titik Retak Maret 2019 Jurnal Kesehatan Rajawali.


Klorinasi (Breakpoint
Chlorination / BCP) Pada e-issn : 2085-7764
Limbah Cair Rumah Sakit X di
Kota Bandung.

4 Pemanfaatan Ubi Jalar Putih 6-8 September 2019 Prosiding Rapat Kerja
(Ipomea Batatas L.) sebagai Nasional V AIPTLMI.
Medium Alternatif Penguatan Pendidikan TLM
Pertumbuhan Aspergillus Bagi Terwujudnya Kualitas
flavus. (Presentasi Poster) Lulusan Melalui
Standarisasi Mutu
Pendidikan.
5 Pengujian Aktivitas September 2020 Jurnal Kesehatan Rajawali
Antimikroba Ekstrak Kulit
Ranting Sehat Sengon e-issn : 2085-7764
(Paraserianthes falcataria)
dengan Pelarut N-Heksana
terhadap Proteus mirabillis,
Pseudomonas aeruginosa, DAN
Staphylococcus aureus

6 Pengujian Aktivitas Desember 2020 Jurnal Media Analis


Antimikroba Ekstrak Kulit dan Kesehatan
Kayu Ranting Sengon e-issn : 2621-9557
(Falcataria Mollucana) dengan p-issn : 2087-1333
Pelarut N-Heksana, Etil Asetat,
dan Metanol terhadap
Enterobacteriaceae,
Staphylococcus aureus, dan
Candida albicans
7 Pengujian Aktivitas Antibakteri Desember 2020 Jurnal Mitra Kesehatan
Ekstrak Kulit Ranting Sengon e-issn : 2580-3379
Dengan Pelarut Metanol Dan N- p-issn : 2716-0874
Heksana
Pengabdian Kepada Masyarakat
Waktu
No Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Penyandang Dana
Pelaksanaan
1 Pemeriksaan Kadar Gula Darah pada Guru- Institut Kesehatan 2019
guru di SMAN 6 Bandung Rajawali
2 Pemeriksaan Tuberculosis di RW 004 Desa Institut Kesehatan 2019
Cihanjuang Kabupaten Bandung Barat Rajawali
3 Penyuluhan Kesehatan dengan tema “Bahaya Institut Kesehatan Februari
Demam Typhoid” di SMAS Pasundan 7 Rajawali 2020
Bandung
4 Penyuluhan Kesehatan dengan tema “Bahaya Institut Kesehatan Februari
Demam Typhoid” di SMAS Handayani 1 Rajawali 2020
Pameungpeuk Kabupaten Bandung.
5 Sebagai Pembicara pada Webinar “Kiprah Institut Kesehatan 15 Mei 2020
ATLM di Masa Tanggap Darurat COVID-19 Rajawali
dalam Aspek Medis Maupun Psikologis
Masyarakat”

Penghargaan
No. Judul Penghargaan Tahun
1 The Best Poster Performance 16 Maret 2019
Gambaran Pembentukan Biofilm Escherichia coli yang Diisolasi dari
Air Bersih Perpipaan. Publikasi Oral. The First Proceeding
Publication of Creativity and Research Medical Laboratory
Technology DIV.
Organisasi
Waktu
No. Nama Organisasi Jabatan
Keanggotaan
1 Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Anggota Dewan Perwakilan 2018-
Kesehatan Indonesia (PATELKI). Cabang Kota Bandung sekarang
2 Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Pengurus Regional III 2019-
Teknologi Laboratorium Medik Indonesia sekarang
(AIPTLMI) Bidang Penjaminan Mutu
dan Pengembangan
Pendidikan
3 Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Anggota 2019-
(PERMI sekarang

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan
kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
PKM-RE.

Bandung, 02 Februari 2021


Dosen Pendamping

(Feldha Fadhila, Amd.AK., S.Si.,


M.Kes)
NIK 307.112.001
.
LAMPIRAN 2. Justifikasi Anggaran Dana Lampiran 2.
Justifikasi Anggaran Kegiatan

Harga Satuan
1. Perlengkapan yang diperlukan Volume Nilai (Rp)
(Rp)
-
Sub total
2. Bahan Habis Pakai
-
Sub total
3. Perjalanan
-
Sub total
4. Lain-lain
- Biaya publikasi
- Kuota Internet
- Biaya tak terduga
Sub total
Total 1+2+3+4 (Rp)

LAMPIRAN 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

Alokasi Uraian Tugas


No Nama/Tim Program Bidang Waktu
Studi Ilmu (jam/mi
nggu)
1 D-IV 20 jam/
Teknologi minggu
Laboratorium
Medik

2 D-IV 20 jam/
Teknologi minggu
Laboratorium
Medik

3 D-IV 20 jam/
Teknologi minggu
Laboratorium
Medik
4 D-III Analis 20 jam/
Kesehatan minggu
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
Terakreditasi “ B ” BAN-PT Nomor 176 / SK / BAN-PT / Akred / PT / VIII / 2018

Kampus I : Jalan Rajawali Barat Nomor 38 Bandung 40184 Tel. ( 022 ) 6079141
Kampus II : Jalan Cihanjuang Nomor 303 (km 6,3) Bandung Barat 40559 Tel. ( 022 ) 6649197

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Sabila Assyifa Khairunnisa
NIM : 5117002
Program Studi : D-IV Teknologi Laboratorium Medik
Fakultas : Kesehatan

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-R saya dengan judul Uji Korelasi Pemeriksaan
Antigen Metode RT-PCR dengan tes Rapid Antigen untuk Diagnostis COVID-19 adalah asli
karya kami dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Bandung, 02 Februari 2021

Dosen Pendamping, Yang menyatakan,

Materai
Rp.6000

Feldha Fadhila, Amd.AK., S.Si., M.Kes. Sabila Assyifa Khairunnisa


NIK. 307.112.001 NPM. 5117030

Mengetahui,
Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan,

Arie J. Pitono, dr., M.Kes.


NIK. 307.105.061
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
Terakreditasi “ B ” BAN-PT Nomor 176 / SK / BAN-PT / Akred / PT / VIII / 2018

Kampus I : Jalan Rajawali Barat Nomor 38 Bandung 40184 Tel. ( 022 ) 6079141
Kampus II : Jalan Cihanjuang Nomor 303 (km 6,3) Bandung Barat 40559 Tel. ( 022 ) 6649197

Anda mungkin juga menyukai