Diusulkan oleh:
Masa inkubasi penyakit COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari
namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh dihari-hari pertama penyakit
yang disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat
langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan
sampai dengan 14 hari setelah onset gejala (Kemenkes, 2020).
Masa inkubasi menjadi salah satu titik kritis penularan, karena seseorang yang terinfeksi
tetap bisa menularkan virus Corona meski belum atau tidak muncul gejala. Bahkan bagi pasien
yang bergejala, salah satu fase paling infectious atau paling menularkan adalah beberapa hari
sebelum munculnya gejala.Dengan alasan tersebut, selama masa inkubasi COVID-19 sangat
dianjurkan untuk melakukan isolasi. Jika tidak tahu pasti apakah seseorang terinfeksi atau tidak
karena tidak ada gejala, maka isolasi dianjurkan setelah melakukan kegiatan berisiko seperti
kumpul-kumpul atau bepergian.Berdasarkan sebuah penelitian, rata-rata masa inkubasi COVID-19
selama lima hari. Untuk menentukannya, tim peneliti mempelajari 138 pasien COVID-19 yang
berada di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan, China sejak awal pandemi (Alam, 2021).
Hasilnya menunjukkan, rata-rata pasien di sana membutuhkan waktu lima hari itu sampai gejala
awal seperti sesak napas muncul. Hal ini juga selaras dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (CDC) yang mengungkapkan bahwa masa inkubasi bisa berlangsung selama empat
sampai lima hari pandemic (Alam, 2021).
Menurut penelitian lain yang dikutip dari Harvard Medical School, diperkirakan masa
inkubasi COVID-19 selama 3 hingga 14 hari. Gejala infeksi akibat virus tersebut biasanya akan
muncul dalam 4-5 hari setelah terpapar, dan mungkin bisa menular ke orang lain selama 48 jam
sebelum gejala muncul.Namun, di beberapa kasus masa inkubasi ini bisa membutuhkan waktu
hingga 27 hari sampai gejalanya berkembang.Gejala khas yang muncul pertama kali setelah pasien
terinfeksi virus biasanya meliputi demam, batuk kering, anosmia atau kehilangan kemampuan indra
penciuman dan perasa, hingga kelelahan. Pada 85 persen pasien, gejala-gejala tersebut bisa hilang
dalam waktu minimal satu minggu dan bisa lebih lama tergantung kondisi pasien saat itu pandemic.
Pada pasien dengan kondisi yang parah dan mengalami gejala seperti sesak napas bisa
berkembang selama 7-10 hari. Rata-rata mereka yang mengalami gejala ini akan diarahkan untuk
melakukan perawatan intensif di hari ke-10.Peneliti China juga mengatakan, gejala awal ini bisa
terus berkembang sekitar 18-22 hari jika mereka berhasil melalui masa perawatan
intensif.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pasien membutuhkan masa pemulihan
selama dua sampai enam minggu. Tetapi, hal ini tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan
juga cara pengobatannya.Pada kasus ringan, masa pemulihan bisa terjadi 2-3 minggu. Namun,
untuk kasus yang parah atau kritis bisa lebih lama sekitar 3-6 minggu. Untuk itu, pada masa
inkubasi COVID-19 selama 2-14 hari benar-benar harus dioptimalkan untuk mengetahui
perkembangan gejala Corona yang muncul pasca seseorang terinfeksi(Alam, 2021).
2.2 Pemeriksaan Laboratorium COVID-19
2.2.1 Rapid test Antigen
Antigen merupakan suatu zat atau benda asing, misalnya racun, kuman, atau virus, yang
dapat masuk ke dalam tubuh. Sebagian antigen dapat dianggap berbahaya oleh tubuh, sehingga
memicu sistem imunitas untuk membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi). Reaksi ini merupakan
bentuk pertahanan alami tubuh untuk mencegah terjadinya penyakit.
Covid 19 yang masuk ke dalam tubuh akan terdeteksi sebagai antigen oleh sistem imunitas.
Antigen ini juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan rapid test antigen. Rapid test antigen untuk
Covid 19 dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan melalui
proses swab. Untuk memberikan hasil yang lebih akurat, pemeriksaan rapid test antigen perlu
dilakukan paling lambat 5 hari setelah munculnya gejala COVID-19.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan rapid test antigen Covid 19 memiliki
tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan rapid test antibodi. Akan tetapi, pemeriksaan rapid
test antigen dinilai belum seakurat tes PCR untuk mendiagnosis COVID-19.
RAT ini adalah tes imunokromatografi; Oleh karena itu, kepekaannya tergantung pada
kinetika pengikatan antibodi monoklonal yang digunakan di setiap RAT. Komposisi buffer lisis,
proporsinya spesimen dalam analit, dan metode yang digunakan untuk memvisualisasikan hasil
juga mempengaruhi sensitivitas.Akibatnya pabrikan tidak mengungkapkan komposisi buffer lisis.
Rapid Antigen digunakan untuk mengetahui infeksi awal dari sampel. Pemeriksaan ini
spesifik terhadap Covid 19, namun sensitivitas rapid antigen kurang baik terutama pada sampel
tingkat virus rendah. Sensitivitas antigen rapid test (tes cepat antigen) untuk SARS-CoV-2
berdasarkan berbagai merk antigen yang diteliti menunjukkan variasi dengan rentang 0 - 94%,
namun spesifisitasnya tinggi (>97%) (Blairon L , Diao B , Lambert-Niclot S , Mak GC , Merten P,
Nagura-Ikeda M, Omi K , Porte L, Scoby A, Weitzel T).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dari rapid antigen
• Influenza mempengaruhi 30-80% pada hasil pemeriksaaan
• Kualitas spesimen
• Formulasi reagen bisa menunjukan negatif/positif palsu pada hasil
Prinsip kerja Rapid test Antigen yaitu mendeteksi protein virus pada sampel dari saluran
pernafasan. Antigen terdeteksi bila virus aktif bereplikasi (berkembang biak).Rapid antigen ini
dilengkapi teknologi membrane nanopartikelkolodial yang menggunakan antibodi monoclonal
untuk mendeteksi presensi dari nucleoprotein. Uji antigen spesifik SARS-CoV-2, alternatif
sederhana dan cepat untuk uji amplifikasi asam nukleat. Tujuan Rapid tes Antigen ini untuk
memeriksa IgG dan IgM secara bersamaan dalam waktu yang singkat.
Hasil pemeriksaan antigen rapid test (tes cepat antigen) memiliki kesesuaian baik dengan
hasil RT-PCR pada nilai Ct yang berbeda untuk masing-masing merk rapid test. WHO
mengumumkan kesesuaian yang baik dengan nilai Ct ≤ 25 (pada pemeriksaan dengan nilai Ct
maksimal 40) atau > 106 salinan genomik virus/mL; yang menggambarkan fase prasimptomatik (1-
3 hari sebelum munculnya gejala) dan fase simptomatik awal (dalam waktu 5-7 hari pertama
perjalanan penyakit)
Interpretasi hasil dari pemeriksaan Rapid test Antigen:
• Negatif bila didapatkan satu garis merah pada garis kontrol (C)
• Positif bila didapatkan satu garis hitam pada garis tes (T) dan satu garis merah pada garis
kontrol (C)
• Invalid bila tidak ada garis pada garis kontrol (C). Direkomendasikan untuk pemeriksaan
ulang.
2.2.2 RT-PCR
PCR adalah singkatan dari polymerase chain reaction. PCR merupakan metode
pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA virus. Uji ini akandidapatkan hasil apakah
seseorang positif atau tidak SARS Co-2. Dibanding rapid test, pemeriksaan RT-PCR lebih akurat.
Metode ini direkomendasikan WHO untuk mendeteksi Covid-19. RT-PCR memiliki keunggulan
mampu mendeteksi antigen dengan konsentrasi rendah, namun RT-PCR memiliki kelemahan
seperti membutuhkan peralatan yang mahal.Standar untuk deteksi SARS-CoV-2 adalah SARS-
CoV-2 real time reverse transcription quantification polimerase chain reaction (RT-PCR)
menggunakan sampel bahan swab nasofaring atau orofaring, sputum atau cairan bilas bronkial
(bronkhial lavage). Penggunaan RT-PCR memerlukan protokol standar antara lain ribo nucleic acid
(RNA) harus diekstraksi dan adanya virus RNA dikonfirmasi dengan RT-PCR (Pusparini, 2020).
Ada beberapa gen target yang digunakan untuk mendeteksi SARS-CoV-2 yaitu gen E
(Envelope), gen N (nukleokapsid), gen S (Spike) dan gen RdRp. Seseorang disebut terkonfirmasi
COVID-19 bila pada deteksi dengan RT-PCR ditemukan urutan unik dari RNA virus. Hasil positif
RT-PCR menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang terinfeksi COVID-19, sedangkan hasil
negatif belum dapat menyingkirkan seseorang terinfeksi COVID-19. Pemeriksaan RT-PCR untuk
SARSCoV-2 saat ini merupakan tes kualitatif dan sampai sekarang belum ada standarisasi untuk
menentukan ambang batas viral load pada host yang berbeda-beda. Jika terdapat hasil yang berbeda
maka harus dilakukan pengambilan sampel ulang. Pada individu yang dicurigai terinfeksi COVID-
19, tetapi hasil RT-PCR-nya negatif, hal berikut yamg dapat diketahui:
1. Kualitas spesimen yang buruk atau hanya mengandung sangat sedikit sampel;
2. Virus tidak terdapat pada tempat sampel diambil;
3. Spesimen diambil pada fase infeksi yang tidak tepat seperti terlalu lambat atau terlalu cepat;
4. Penanganan spesimen tidak baik;
5. Adanya mutasi virus dan inhibisi PCR.
Hal-hal tersebut yang mendasari mengapa hasil RT-PCR yang negatif memerlukan sampel
ulangan beberapa hari kemudian untuk mengurangi adanya individu yang terinfeksi tetapi tidak
terdeteksi. Beberapa hal yang memengaruhi hasil RT-PCR untuk SARS-CoV-2 adalah sensitifitas
dan spesifitas tes yang digunakan, tipe sampel yang digunakan, waktu pengambilan, target gen
yang digunakan (satu atau multipel), dan kemungkinan adanya mutasi virus. Seseorang dalam fase
penyembuhan (sudah dua kali tes NAAT negatif) harus tetap diperiksa secara regular dan
melakukan karantina mandiri di rumah selama 14 hari karena seseorang tersebut masih mungkin
menjadi positif kembali pada tes berikutnya(Pusparini, 2020).
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik korelasional dengan desain cross
sectional. Menurut Arikunto (2013), penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan
perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Desain penelitian
dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor beresiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada satu waktu tertentu dan pengamatan hanya dilakukan satu kali selama satu
penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggambarkan mengenai hasil korelasi atau
hubungan pemeriksaan Antigen RT-PCR dengan tes Rapid Antigen untuk Diagnosis COVID-19.
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu dimulai dengan studi literatur,
pengumpulan dan pencatatan data sekunder dari dokumen, kemudian pengolahan dan analisis data
menggunakan program SPSS untuk mengetahui hasil uji korelasi.
3.1.1 Studi Literatur
Studi literatur atau studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah
yang ingin dipecahkan (Nazir, 1998)
Referensi tersebut berisikan tentang :
a. Kasus pandemi COVID-19
b. Epidemiologi, Etiologi, dan Patofisiologi Infeksi COVID-19
c. Diagnostik infeksi COVID-19
d. Skrinning pemeriksaan infeksi COVID-19
e. Gold standart pemeriksaan infeksi COVID-19
Output dari Studi literatur ini adalah terkumpulnya referensi yang relefan dengan perumusan
masalah. Tujuannya adalah untuk memperkuat permasalahan serta sebagai dasar teori dalam
melakukan studi dan juga menjadi dasar untuk melakukan uji korelasi pemeriksaan Antigen RT-
PCR dengan tes Rapid Antigen untuk Diagnosis COVID-19.
3.1.2 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing, coding, dan
tabulating.
a. Editing
Editing adalah pemeriksaan ulang terhadap data hasil penelitian meliputi kelengkapan data,
keseragaman data, dan kebenaran pengisian data (Notoatmojo, 2010).
b. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian ini, peneliti memberikan kode sebagai berikut :
Sampel 1 Kode S1
Sampel 2 Kode S2
Positif Kode 1
Negatif Kode 2
c. Tabulating
Tabulasi yaitu membuat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh
peneliti (Notoatmojo, 2010). Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel yang
menggambarkan prevalensi hasil pemeriksaan Rapid test antibodi juga RT-PCR. Data
demografi (jenis kelamin dan usia) dan data hasil pemeriksaan akan dideskripsikan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan diagram.
3.2 Luaran dan Indikator Capaian
Luaran dari penelitian ini adalah diperolehnya laporan penelitian dan publikasi jurnal ilmiah
yang berisikan Data hasil uji korelasi hasil pemeriksaan RT-PCR dan Rapid Antigen di
Laboratorium Klinik X di Kota Bandung.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2017), sumber sekunder adalah merupakan data yang tidak secara
langsung diberikan kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Dalam
penelitian ini pengumpulan data sekunder diperoleh dari dokumen hasil pemeriksaan RT-PCR
dan Rapid Antigen di Laboratorium Klinik X di Kota Bandung.
Budi Yanti. 2020,. Perbedaan uji diagnostik antigen, antibodi, RT-PCR dan tes cepat molekuler pada
Coronavirus Disease 2019. URL: http://www.e-repository.unsyiah.ac.id/JKS/article/view/18719.
Diakses tanggal 22 Februari 2020
Diah H. (2020). Corona Virus Disease 2019. Jurnal Respiro Indonesia. Vol. 40 No. 2, 119-129
Diao B, Wen K, Chen J, Liu Y, Yuan Z, Han C, et al.2020. Diagnosis of Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 Infection by Detection of Nucleocapsid Protein. medRxiv.
2020:2020.03.07.20032524,
Dr Audric A. 2020. Etiologic Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). URL:
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-disease-2019-covid-19/etiologi. Diakses
tanggal 21 Februari 2021
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.
(Gina Asyukurilah N. A)
3.1. Biodata Anggota 2
1. Identitas Diri Anggota
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan
sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.
Bandung, 22 Februari 2021
Anggota Tim
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.
1. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Insan Barokah
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi S1 Farmasi
4 NIM 7120037
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bandung, 23 Juli 2002
6 Alamat E-mail Barokahinsan9@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085794114088
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan PKM-RE.
(Insan Barokah)
1.6 Biodata Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Feldha Fadhila, Amd.AK., S.Si., M.Kes.
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi DIV Teknologi Laboratorium Medik
4 NIK 307.112.001
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sawah Lunto 21 Juli 1983
6 Alamat E-mail feldhaf@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081220875560
B. Riwayat Pendidikan
No. Jenjang Institusi Fakultas / Bidang Tahun Gelar
Jurusan Spesialisasi Lulus
1 Magister Universitas Kedokteran / Mikrobiologi 2016 Magister
Padjadjaran, Ilmu dan Kesehatan
Bandung Kedokteran Parasitologi (M.Kes)
Dasar
2 Sarjana Universitas Biologi Biomedik 2010 Sarjana
Nasional, Sains
Jakarta. (S.Si)
3 Diploma Politeknik Jurusan Analis 2004 Ahli
Kesehatan Analis Kesehatan Madya
KEMENKES Kesehatan Analis
Bandung Kesehatan
(Amd.AK)
4 SMA / Sekolah - Analis 2001 -
SMK Menengah Kesehatan
Analis
Kesehatan
DEPKES
Jakarta
4 Pemanfaatan Ubi Jalar Putih 6-8 September 2019 Prosiding Rapat Kerja
(Ipomea Batatas L.) sebagai Nasional V AIPTLMI.
Medium Alternatif Penguatan Pendidikan TLM
Pertumbuhan Aspergillus Bagi Terwujudnya Kualitas
flavus. (Presentasi Poster) Lulusan Melalui
Standarisasi Mutu
Pendidikan.
5 Pengujian Aktivitas September 2020 Jurnal Kesehatan Rajawali
Antimikroba Ekstrak Kulit
Ranting Sehat Sengon e-issn : 2085-7764
(Paraserianthes falcataria)
dengan Pelarut N-Heksana
terhadap Proteus mirabillis,
Pseudomonas aeruginosa, DAN
Staphylococcus aureus
Penghargaan
No. Judul Penghargaan Tahun
1 The Best Poster Performance 16 Maret 2019
Gambaran Pembentukan Biofilm Escherichia coli yang Diisolasi dari
Air Bersih Perpipaan. Publikasi Oral. The First Proceeding
Publication of Creativity and Research Medical Laboratory
Technology DIV.
Organisasi
Waktu
No. Nama Organisasi Jabatan
Keanggotaan
1 Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Anggota Dewan Perwakilan 2018-
Kesehatan Indonesia (PATELKI). Cabang Kota Bandung sekarang
2 Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Pengurus Regional III 2019-
Teknologi Laboratorium Medik Indonesia sekarang
(AIPTLMI) Bidang Penjaminan Mutu
dan Pengembangan
Pendidikan
3 Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Anggota 2019-
(PERMI sekarang
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat di
pertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan
kenyataan, saya sanggup mnerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
PKM-RE.
Harga Satuan
1. Perlengkapan yang diperlukan Volume Nilai (Rp)
(Rp)
-
Sub total
2. Bahan Habis Pakai
-
Sub total
3. Perjalanan
-
Sub total
4. Lain-lain
- Biaya publikasi
- Kuota Internet
- Biaya tak terduga
Sub total
Total 1+2+3+4 (Rp)
2 D-IV 20 jam/
Teknologi minggu
Laboratorium
Medik
3 D-IV 20 jam/
Teknologi minggu
Laboratorium
Medik
4 D-III Analis 20 jam/
Kesehatan minggu
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
Terakreditasi “ B ” BAN-PT Nomor 176 / SK / BAN-PT / Akred / PT / VIII / 2018
Kampus I : Jalan Rajawali Barat Nomor 38 Bandung 40184 Tel. ( 022 ) 6079141
Kampus II : Jalan Cihanjuang Nomor 303 (km 6,3) Bandung Barat 40559 Tel. ( 022 ) 6649197
Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-R saya dengan judul Uji Korelasi Pemeriksaan
Antigen Metode RT-PCR dengan tes Rapid Antigen untuk Diagnostis COVID-19 adalah asli
karya kami dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan
seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Materai
Rp.6000
Mengetahui,
Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan,
Kampus I : Jalan Rajawali Barat Nomor 38 Bandung 40184 Tel. ( 022 ) 6079141
Kampus II : Jalan Cihanjuang Nomor 303 (km 6,3) Bandung Barat 40559 Tel. ( 022 ) 6649197