Oleh
Nurul Ramadhanty Aditya Putri 04054822022078
Ilona Anaisela Salsabila 04054822022109
Muhammad Ifzar Akbari 04054822022078
Umrohtul Habibah 04054822022066
Pembimbing
Dr. dr. Rose Mafiana, SpAn. KNA. KAO. MARS
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Stase Anestesi di Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya periode 02 Juni s.d 18 Juni 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. atas berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah referat kami dengan judul “Pemeriksaan Laboratorium Dalam
Menegakkan Diagnosis Covid, Tatacara Pemeriksaan, Serta Kelebihan Dan
Kekurangannya” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Stase
Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Rose Mafiana,
SpAn. KNA. KAO. MARS dan dr. Aldiar selaku pembimbing yang telah menyempatkan
waktu untuk memberikan ilmu kepada kami pada saat referat.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Demikianlah penulisan makalah ini, semoga bermanfaat.
DAFTAR ISI
BAB 1
LATAR BELAKANG
pemeriksaan lain yaitu, rapid test yang digunakan untuk mendeteksi antibodi dan antigen
pada pasien yang terpapar COVID-19. Namun saat ini metode diagnosis COVID-19 ini
masih dikembangkan oleh ahli sehingga tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan
pilihan pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan dalam mendiagnosis COVID-19 saat
ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru
ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum
terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.3
2.2 Epidemiologi
Pada tanggal 31 Desember 2019 Kantor WHO di Cina melaporkan kasus pneumonia di
Wuhan, Cina yang etiologinya belum diketahui. Pada 7 Januari 2020 Cina menyatakan
pneumonia tersebut sebagai penyakit baru. 30 Januari 2020 WHO menetapkan virus korona
kondisi KKMMD. 2 Maret 2020 Indonesia melaporkan 2 kasus yang terkonfirmasi
COVID-19. 11 Maret 2020 WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi. Jumlah kasus
baru, sembuh, dan meninggal terus meningkat setiap jamnya., kasus terkonfirmasi per
tanggal 4 Juni 2020 adalah 6.4.16.828 kasus dengan jumlah kematian 382.867 kematian
(CFR 6,0%). Di Indonesia per 4 Juni 2020, jumlah kasus diperiksa 251.736 orang, dengan
kasus positif COVID-19 sebesar 28.818 kasus, dan pasien meninggal sebesar 1.721 pasien
(CFR6,0%).4
2.3 Etiologi
Koronavirus sendiri adalah kelompok besar virus yang dapat menyebabkan penyakit di
hewan dan manusia. Beberapa penyakit-penyakit pada manusia yang ditimbulkan virus dari
keluarga koronavirus adalah selesma, Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS), dan penyakit yang dinyatakan pandemi tertanggal 11
Maret 2020 oleh WHO, Coronavirus Disease 19.3
Secara umum, virus korona memiliki struktur sampul yang melingkupi materi genetik.
Pada sampul terdapat berbagai protein dengan berbagai fungsi salah satunya berikatan
dengan reseptor membran sel sehingga dapat masuk sel. Struktur sampul dan protein ini
menyerupai mahkota atau crown sehingga virus ini dinamai virus korona atau coronavirus.
Karena struktur sampul yang bersifat hidrofobik ini pulalah ketika diperlukan sabun atau
handrub dengan kandungan alkohol minimal 60%. Sabun atau alkohol 60% dapat berikatan
dengan kapsul dan memecah struktur virus.5
4
Virus korona ditularkan antara manusia dan hewan (zoonosis) karena mengalami
spillover. Spillover ini dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya mutasi atau peningkatan
kontak antara manusia dengan hewan yang memiliki virus korona. Saat ini, kelelawar diduga
sebagai hewan yang berperan menjadi sumber penularan dan trenggiling menjadi reservoir
sementara SARS-CoV-2.5
Selain zoonosis, penyakit ini juga menular antar manusia. Berdasarkan bukti ilmiah,
COVID-19 menular melalui droplet (yang keluar ketika batuk, bersin, atau menghembuskan
napas) dan kontak erat, berbeda dengan tuberkulosis yang menular melalui udara atau
menjaga jarak satu meter satu sama lain. ditemukan pula pada feses sehingga diduga airborne.
Virus yang keluar bersama droplet menempel di permukaan benda. Orang lain dapat tertular
COVID-19 bila menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang telah berkontak
benda dengan droplet yang mengandung virus. Virus dapat bertahan di lingkungan sekitar
tiga jam hingga beberapa hari (pada tembaga hingga 4 hari, hingga 24 jam pada papan kardus,
serta hingga 2-3 hari pada plastik dan stainless steel).3,8
Droplet yang dikeluarkan ketika batuk atau bersin dapat menempel pada benda berjarak
satu meter. Oleh karena itu, penting untuk menjaga jarak satu sama lain. Penelitian lain
menemukan bahwa virus ini berpotensi sebagai salah satu rute transmisi. Selain itu, pada
biopsi sel epitel rektum, duoodenum, dan gaster ditemukan bukti infeksi SARS-CoV-2. Lebih
lanjut, ditemukan 23% pasien yang virusnya masih terdeteksi dari sampel feses padahal
sudah tidak terdeteksi.3,6
Golongan yang berisiko tertular dan menularkan adalah penduduk yang tinggal atau
dengan riwayat bepergian ke daerah terjangkit dalam waktu 14 hari terakhir berpotensi tinggi
tertular dan menularkan. Selain itu, orang yang berkontak erat dengan pasien COVID-19,
termasuk petugas kesehatan dan pelaku rawat pasien, juga berisiko. Penyebaran nosokomial
juga menjadi isu penting. Pada enam minggu pertama epidemi di Cina, terdapat 1.716 kasus
COVID-19 di petugas kesehatan dan 5 orang diantaranya meninggal. Di akhir Maret, 12%
pasien COVID-19 di Spanyol dan 8% pasien COVID-19 di Italia adalah petugas kesehatan.
Tanggal 28 Maret, 51 dokter meninggal di Itali akibat COVID-19.4,8
Kelompok rentan yang dimaksud adalah:
1) Golongan berusia lebih dari 50 tahun
2) Orang dengan penyakit medis sebelumnya (komorbid), seperti hipertensi, penyakit
jantung, penyakit paru, kanker, atau diabetes.
5
Kondisi penyakit hati kronik atau sirosis juga mengalami penurunan kondisi imun.
Penelitian pada 261 pasien COVID-19 dengan komorbid menemukan bahwa 23
pasien dengan hepatitis B dan 10 pasien dengan kanker.
Kanker dikaitkan dengan kadar sitokin yang berlebihan, gangguan pematangan sel
dendriti, dan supresi agen proinflamasi.
Orang dengan imunokompromi, seperti pasien kemoterapi dan Orang Dengan HIV
dan AIDS (ODHA).3,5
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk
kering (sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak.18.24
B. Pemeriksaan Virologi
Pemeriksaan molekular untuk semua pasien suspek (ODP dan PDP) direkomendasikan
oleh WHO. Untuk pasien asimtomatis atau tidak memenuhi kriteria suspek (OTG) boleh
menjalani pemeriksaan molekular pula setelah mempertimbangkan epidemiologi dan
ketersediaan alat. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan di fasilitas dengan minimal
biosafety level 2 (BSL-2). Metode yang dianjurkan untuk pemeriksaan virologi adalah
amplifikasi asam nukleat dengan real-time reverse transcriptase polymerase chain reactions
(rRT-PCR) dan sequencing. Gen virus yang ditargetkan sejauh ini mencakup gen
nukleokapsid (N), selubung/envelop (E), gen spike (S), Open reading frame (ORF), dan RNA
dependent RNA polymerase/helikase (RdRp).3 Pasien disebut konfirmasi COVID-19 bila:
Hasil rRT-PCR positif minimal dua target genom (RdRP, N, E, atau S) spesifik
SARS-CoV-2; atau
rRT-PCR positif betacoronavirus
Ditunjang dengan hasil sequencing, yaitu ditemukannya seluruh atau sebagian genom
virus yang sesuai SARS- CoV-2
Teknik rRT-PCR yang menargetkan RNA- dependent RNA polymerase (RdRp)/helikase
atau gen untuk nukleokapsid SARS-CoV-2 dapat membantu penegakan diagnosis COVID-19.
Dibandingkan pemeriksaan RdRp-P2 yang dipakai di kebanyakan lab Eropa, tes ini lebih
sensitif dan spesifik. Protokol RT-PCR yang mendeteksi SARS-CoV-2 pada dua target RdRp
(IP2 dan IP4) dari WHO dapat dilihat di pada.31
Selain itu, alat deteksi SARS-CoV-2 berbasis PCR kuantitatif (qPCR) sudah semakin
banyak tersedia, dengan primer yang berbeda-beda. Berdasarkan WHO, metode ini
menggunakan spesimen respiratori yang diambil dari swab nasofaringeal atau orofaringeal
12
pada pasien rawat jalan. Sejumlah faktor dapat menyebabkan hasil negatif pada individu
yang terinfeksi, diantaranya:
• Kualitas spesimen yang buruk, mengandung sedikit bahan pasien (sebagai kontrol,
pertimbangkan untuk menentukan apakah ada DNA manusia yang memadai dalam
sampel dengan memasukkan target manusia dalam pengujian PCR).
• Spesimen dikumpulkan terlambat atau sangat awal dalam infeksi.
• Spesimen tidak ditangani dan dikirim dengan benar (tidak ada pemeliharaan rantai
dingin).
• Alasan teknis yang melekat dalam tes, misalnya mutasi virus atau penghambatan
PCR.
Pada pasien dengan gejala pernapasan berat, dapat diambil sampel sputum (jika ada)
dan/atau aspirat endotrakeal atau bronchoalveolar lavage. Kemungkinan false-negative PCR
perlu diperhatikan, salah satunya akibat materi virus pada spesimen kurang. Kasus tertentu
(radiologis dan klinis cocok, namun PCR inkonklusif), perlu dilakukan beberapa kali PCR
karena jumlah virus di nasal-faring kemungkinan bertambah seiring waktu. Swab nasofaring
dan tenggorok tidak nyaman bagi pasien dan lebih berisiko pada petugas kesehatan. Studi
menunjukkan bahwa sampel saliva orofaring posterior dapat dilakukan dan lebih nyaman
bagi pasien dan petugas kesehatan.33-35
Sebuah studi pada 82 pasien menunjukkan viral load di swab tenggorok dan sampel
sputum mencapai puncak sekitar 5-6 hari sejak gejala muncul, berkisar 104-107 salinan per ml.
Studi pada sampel saliva orofaringeal: pasien COVID-19 menunjukkan viral-load tertinggi di
awal muncul gejala, berbeda dari SARS-cov (hari ke-10 gejala) atau MERS-cov (minggu
kedua dari gejala). Viral load median saat pasien datang dari studi ini 5,2 log10 salinan per
ml (IQR 4,1-7,0).35
Viral load yang lebih tinggi mungkin berhubungan dengan gejala klinis yang lebih parah.
Namun masih dibutuhkan studi prospektif yang lebih besar untuk menggunakan viral load
SARS-cov-2 sebagai cara menilai keparahan dan prognosis COVID-19.
hal ini sangat sensitif dengan konteks epidemiologis lokal dan fase wabah global. Jika PCR
tersedia, lakukan PCR.
Menurut studi kohort terbesar hingga saat ini, limfositopenia terdapat pada 83,2% pasien,
trombositopenia 36,2%, leukopenia 33,7%. Sebagian besar pasien mengalami sedikit
peningkatan C-reactive protein (CRP). Prokalsitonin saat masuk cenderung normal. D-Dimer
memiliki nilai prognostik yang cukup baik di mana pasien yang meninggal cenderung
mengalami peningkatan tajam d-dimer di hari 10 juga diasosiasikan dengan sepsis). Analisis
multivariat menunjukkan D-dimer 1μg/mL menunjukkan hubungan signifikan dengan
kematian di rumah sakit dengan OR 18,4 (2,6-129, p=0,003).31
b. Kelompok ODP
Kelompok ini perlu melakukan pemeriksaan RT antibodi. Bila hasil pemeriksaan
pertama:
• Negatif: isolasi diri di rumah dan pemeriksaan ulang di hari ke 10.
Bila hasil pemeriksaan ulang positif: RT PCR dua kali dua hari berturut- turut.
• Positif: isolasi diri di rumah dan pemeriksaan konfirmasi dengan RT PCR dua kali
dua hari berturut-turut.
c. Kelompok PDP
Kelompok ini perlu melakukan pemeriksaan RT antibodi. Bila hasil pemeriksaan
pertama:
• Negatif: isolasi diri di rumah dan pemeriksaan ulang di hari ke 10.
Bila hasil pemeriksaan ulang positif: RT PCR dua kali dua hari berturut-turut
Bila terdapat perburukan gejala segera ke rumah sakit
14
• Positif:
Gejala ringan: isolasi diri di rumah
Gejala sedang: isolasi di RS darurat
Gejala berat: isolasi di RS rujukan. Kelompok ini akan menjalani pemeriksaan
konfirmasi dengan RT-PCR dua kali dua hari berturut-turut.
c. Dapat digunakan dengan beberapa merek komersil yang sudah siap pakai atau
dengan mencampur beberapa bahan (Hanks BSS; antifungal dan antibiotik
dengan komposisi tertentu) dan disatukan dalam wadah steril.
d. Swab dakron atau flocked swab
e. Tongue spatel
f. Kontainer steril untuk sputum
g. Parafilm
h. Plastik klip
i. Marker atau label
3. Siapkan bahan dan alat (spesimen darah/serum)
a. Spuit disposable 3 mL atau 5 mL atau sistem vacutainer
b. Wing needle
c. Kapas alkohol 70%
d. Kapas kering
e. Vial 1,8 mL atau tabung tutup ulir (wadah spesimen serum)
f. Marker atau label.
4. Siapkan bahan pengepakan/pengiriman spesimen:
a. Ice pack dan cold box (diutamakan menggunakan sistem tiga lapis)
b. Label alamat
c. Lakban/perekat
Spesimen Nasofaring
1. Persiapkan cryotube yang berisi 1,5 ml media transpor virus (Hanks BSS + antibiotika),
dapat juga digunakan VTM komersil yang siap pakai.
2. Berikan label yang berisi nama dan kode nomor spesimen. Jika label bernomor tidak
tersedia, penamaan menggunakan marker/pulpen pada bagian berwarna putih di dinding
cryotube. (Jangan gunakan Medium Hanks bila telah berubah warna menjadi kuning)
3. Gunakan swab dari dakron steril dengan tangkai plastik atau jenis flocked swab. Jangan
gunakan swab kapas atau swab yang mengandung calcium alginate karena mungkin
mengandung substansi yang menginaktifasi virus dan menghambat proses pemeriksaan
molekular
4. Pastikan tidak ada obstruksi pada lubang hidung
5. Masukkan swab perlahan, posisikan swab pada septum bawah hidung
6. Arahkan swab ke nasofaring
17
10. Pastikan label kode spesimen sesuai dengan yang ditulis di formulir
11. Cryotube dililit parafilm dan dimasukkan ke klip plastik.
Spesimen Sputum
Pasien berkumur dengan air, kemudian diminta mengeluarkan dahaknya dengan batuk
yang dalam. Sputum lalu ditampung di wadah steril antibocor.
Spesimen Serum
Ambil sampel serum berpasangan untuk konfirmasi. Serum awal dikumpulkan pada
minggu pertama, serum kedua dikumpulkan 2-3 minggu kemudian. Untuk anak-anak dan
dewasa dibutuhkan sampel whole blood (3-5 mL) lalu disentrifugasi sehingga mendapat
serum sebanyak 1,5-3 mL. Untuk bayi diperlukan minimal 1 mL whole blood.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) pertama kali
dilaporkan di Kota Wuhan, Cina pada 31 Desember 2019. WHO mendeklarasikan Covid-19
sebagai Kegawatdaruratan Dunia pada Januari 2020 dan setelah berbagai negara melaporkan
kasus Covid-19 dan penyebarannya yang luas akhirnya pada Maret 2020 Covid-19
dinyatakan sebagai Pandemi oleh WHO. Transmisi dari manusia ke manusia diduga terutama
terjadi ketika ada kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui droplet pernapasan ketika
mereka bersin, batuk, atau bahkan berbicara.
Covid-19 memiliki gejala utama demam, batuk, dan kelelahan, sementara gejala lainnya
termasuk produksi dahak, sakit kepala, hemoptisis, diare, dyspnea, dan limfopenia bersifat
subjektif, bergantung pada kekebalan tubuh masing-masing penderita. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa pada seseorang dengan penyakit komorbid gejala akan lebih berat.
Disisi lain seseorang yang terinfeksi Covid-19 namun memiliki daya tahan tubuh baik
terkadang tidak timbul gejala sehingga tetap dapat menularkan kepada orang lain tanpa
disadari.
Tingkat penyebaran yang sangat cepat dan manifestasi klinis Covid-19 dari ringan
hingga berat menyebabkan pentingnya skrinning dan diagnosis yang baik untuk memutus
rantai penyebaran dan menentukan tatalaksana Covid-19. Skrinning dapat dilakukan dengan
metode serologi. Metode serologi rata-rata membutuhkan waktu singkat yaitu 20-30 menit
namun tingkat positif palsu maupun negatif palsu cukup tinggi. Oleh sebab itu metode ini
tidak dianjurkan oleh WHO sebagai diagnosis Covid-19. Saat ini RT-PCR masih ditetapkan
WHO sebagai baku emas diagnosis Covid-19. RT-PCR mampu mendeteksi keberadaan virus
Covid-19 pada fase akut. Meskipun demikian, diagnosis menggunakan RT-PCR memiliki
beberapa kekurangan diantaranya kurangnya fasilitas PCR di laboratorium sedangkan jumlah
spesimen banyak sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil lama, diperlukan
tenaga profesional dalam pengambilan spesimen, dan pada beberapa penelitian virus sulit
dideteksi jika telah melewati 14 hari.
20
DAFTAR PUSTAKA
15. Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical characteristics and
intrauterine vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine pregnant
women: a retrospective review of medical records. Lancet. 2020;395(10226):809-15.
16. Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, Liang WH, Ou CQ, He JX, et al. Clinical Characteristics of
Coronavirus Disease 2019 in China. New Engl J Med. 2020; published online February 28.
DOI: 10.1056/NEJMoa2002032.
17. Kam KQ, Yung CF, Cui L, Lin Tzer Pin R, Mak TM, Maiwald M, et al. A Well Infant
with Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) with High Viral Load. Clin Infect Dis. 2020;
published online February 28. DOI: 10.1093/cid/ciaa201.
18. World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory infection
when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva: World Health
Organization; 2020.
19. Chen J, Qi T, Liu L, Ling Y, Qian Z, Li T, et al. Clinical progression of patients with
COVID-19 in Shanghai, China. J Infect. 2020; published online March 19. DOI:
10.1016/j.jinf.2020.03.004.
20. Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, et al. Clinical Characteristics of 138
Hospitalized Patients With 2019 Novel Coronavirus-Infected Pneumonia in Wuhan, China.
JAMA. 2020; published online February 7. DOI: 10.1001/jama.2020.1585.
21. Zhou F, Yu T, Du R, Fan G, Liu Y, Liu Z, et al. Clinical course and risk factors for
mortality of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective cohort
study. Lancet. 2020; published online March 20. DOI: 10.1016/S2468-1253(20)30084-4.
22. Guo L, Ren L, Yang S, Xiao M, Chang, Yang F, et al. Profiling Early Humoral Response
to Diagnose Novel Coronavirus Disease (COVID-19). Clin Infect Dis. 2020; published
online March 28. DOI: 10.1101/2020.03.05.20030502.
23. Woelfel R, Corman VM, Guggemos W, Seilmaier M, Zange S, Mueller MA, et al.
Clinical presentation and virological assessment of hospitalized cases of coronavirus
disease 2019 in a travel-associated transmission cluster. medRxiv. 2020; published online
March 8. DOI: 10.1101/2020.03.05.20030502.
24. World Health Organization. Global Surveillance for human infection with novel
coronavirus (2019-nCoV). [Internet]. [dikutip 5 Juni 2020]. Tersedia pada:
(https://www.who.int/publicationsdetail/globalsurveillance-for-human-infection-withnovel
coronavirus-(2019-ncov) (Mar 20th 2020)
25. Burhan, Elina, dkk. 2020. Pneumonia Covid-19: Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
22
26. Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19). Jakarta: Kemenkes RI
27. Q&A on coronaviruses (COVID-19) [Internet]. [dikutip 19 Maret 2020]. Tersedia pada:
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses
28. Rothan, Husin A., Byrareddy, Siddappa N. 2020. The Epidemiology and Pathogenesis of
Coronavirus Disease (COVID-19) Outbreak. USA: Elsevier
29. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan, dkk.
Coronavirus disease 2019: Review of current literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia.
2020;7(1):45–67.
30. Kamps BS, Hoffmann C. COVID reference. Hamburg: Steinh user Verlag; 2020.
31. Isbaniah F, Saputro DD, Sitompul PA, Manalu R, Setyawaty V, Kandun IN, dkk.
Pedoman pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Jakarta:
Kementeran Kesehatan RI; 2020.
32. Ozma, Mahdi. Et al. 2019. Clinical Manifestation, Diagnosis, Prevention, and Control of
SARS-COV-2 COVID-19) During the Outbreak Period. Iran:Le inf Med
33. WHO. Advice on the use of point-of-care immunodiagnostic tests for COVID-19. [Serial
on The Internet]. Cited Jun 5th 2020. Available on:
https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/advice-on-the-use-of-point-of-care-i
mmunodiagnostic-tests-for-covid-19.
34. Zhao J, Yuan Q, Wang H, Liu W, Liao X, et al. Antibody responses to SARS-CoV-2 in
patients of novel coronavirus disease 2019. medxriv [Internet]. 2020; Available from:
https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.02.20030189v1.full.pdf
35. Lin D, Liu L, Zhang M, Hu Y, et al. Evaluation of Serological Tests In The Diagnosis of
2019 Novel Coronavirus (SARS-CoV-2) Infections During The COVID-19 Outbreak.
medxriv [Internet]. 2020; Available from: https://doi.org/10.1101/2020.03.27.20045153