Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENANGANAN UJI SARING HEPATITIS B REAKTIF DENGAN METODE CLHIA


DAN NAT

DI UPTD RSUP dr SARDJITO

Disusun Oleh:

DIII TEKNOLOGI TRANSFUSI DARAH

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI SETYA INDONESIA

YOGYAKARTA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan

Disusun oleh:

1. Sri Febrina J. Ruchban (18114079)


2. Ni Putu Melisa Yunda Dewi (18114058)
3. Ni Luh Putu Suanitini (18114057)
4. Nicken Hesti Saraswati (18114060)

Oleh

Pembimbing Dosen Pembimbing


Lapangan

Ari Setiawan Resmi Aini M.Sc

Mengetahui
Ka.Prodi DII TTD

Windadari Murni Hartini, SKM.,MPH


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan terimakasih kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PKL ini yang berjudul “PENANGANAN HASIL
PEMERIKSAAN HBsAg REAKTIF MENGGUNAKAN METODE Nucleic Acid Test (NAT)
dengan baik.

Dalam penyusunan laporan PKL ini penulis telah mendapatkan banyak dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan dan bimbingan
kepada:

1. Dra. Hj. Yuli Puspitorini, M.Si, selaku Direktur Poltekkes Bhakti Setya Indonesia
Yogyakarta
2. Ibu Windadari Murni Hartini, S.KM, M.PH, selaku Kaprodi D3 Teknologi Transfusi
Darah
3. Ibu Resmi Aini M.sc selaku dosen pembimbing PKL
4. Dr. dr Teguh Triyono M.kes sp.PK selaku kepala UPTD RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKL di UPTD RSUP dr.
Sardjito Yogyakarta
5. Bapak Nurudin, Bapak Ari Setiawan, Ibu Tri Maryani, Bapak Arif Budiyanto selaku
pembimbing lapangan dan kepada seluruh petugas teknisi lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah memberikan arahan, bantuan, motivasi serta
bimbingan selama kami melaksanakan praktek kerja lapangan.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan laporan PKL ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu dengan senang hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun supaya
lebih baik dalam penyusunan laporan PKL. Atas perhatian dan bantuannya penulis ucapkan
terimakasih.

Yogyakarta, April 2021

Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Unit

Transfusi Darah yang selanjutnya disingkat UTD, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darahPelayanan transfusi

darah sebagai salah satu upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan sangat membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman,

mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan

pelayanan transfusi darah yang aman, bermanfaat, mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. .(PP NO7 2011)

Darah dan produk darah memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan.

Ketersedian, keamanan dan kemudahan akses terhadap darah dan produk darah harus dapat

dijamin. Pengamanan pelayanan transfusi darah harus dilaksanakan pada tiap tahap kegiatan

mulai dari pengerahan dan pelestarian pendonor darah, hingga penyerahan darah, serta tindakan

medis pemberian darah kepada pasien. Pelayanan transfuse darah sangat rentan terhadap

penularan penyakit infeksi. Salah satu upaya pengamanan darah adalah dilakukannya uji saring

terhadap infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD). Uji saring Infeksi Menular Lewat

Transfusi Darah (IMLTD) bertujuan untuk menghindari risiko penularan infeksi dari donor

kepada resipien yang merupakan bagian yang kritis dari proses penjaminan bahwa transfusi

dilakukan dengan cara seaman mungkin. Uji saring darah terhadap infeksi paling sedikit wajib
ditujukan untuk deteksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan Sifilis. Untuk jenis infeksi lain seperti

Malaria, dan lainnya tergantung prevalensi infeksi tersebut di masing-masing daerah

( Permenkes No 91, 2015).

Hepatitis B merupakan penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B

(VHB). Hepatitis virus merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan

masyarakat dan memerlukan upaya penanggulangan melalui pencegahan, pengendalian dan

pemberantasan agar kesakitan, kematian, dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dapat

ditekan serendah-rendahnya (KEMENKES RI, 2015). Hepatitis disebabkan oleh virus yang

menular secara parenteral. Penyebab lain yang dapat memperparah penyakit hepatitis adalah

akibat efek toksik dari obat-obatan, alkohol, racun, jamur, dan lain-lain. Infeksi hepatitis B sering

tidak disadari oleh pasien, selain itu gejala penyakit tidak khas yang dapat menyebabkan tidak

tepatnya pengobatan. Diperkirakan pasien terdeteksi infeksi hepatitis B setelah terjadinya

komplikasi (Puspita dan Kamilah, 2016).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), menyebutkan Indonesia merupakan negara terbesar

kedua dengan endemisitas tertinggi hepatitis B setelah Myanmar di negara South East Asian

Region (SEAR). Uji saring Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah donor PMI menunjukkan

terdapat sekitar 28 juta penduduk Indonesia terinfeksi hepatitis B, 14 juta diantaranya berpotensi

menjadi kronis dan dari yang kronis tersebut 1,4 juta orang berpotensi menderita kanker hati

(Andriyani et all, 2020). Unit Transfusi Darah kelas utama sebagaimana dimaksud dalam pasal 3

ayat (2) huruf b menjelaskan paling sedikit memiliki kemampuan pelayanan melakukan uji

saring darah terhadap Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) dengan motode Nucleic

Acid Amplification Technology (NAT), Chemiluminescence Imnunno Assay (CHLIA) ,


Enzyme-linked imunnosobrant Assay (ELISA), Rapid Test dan slide test malaria untuk daerah

endemis (PERMENKES NO 83)

B. Tujuan
Untuk mengetahui cara penanganan hasil skrining IMLTD reaktif terhadap virus hepatitis
B di UPTD RSUP dr Sardjito

C. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kasus HbsAg reaktif dan
penangannya di UTD PMI Kota Bandung

D. Ruang Lingkup
Tempat : UPTD RSUP dr Sardjito

Waktu : Maret-April 2021


BAB II
KASUS HEPATITIS B Reaktif

Kasus IMLTD yang didapatkan di Lahan PKL UPTD RSUP dr Sardjito

Menggunakan Sampel dengan syarat seperti dibawah ini:

1. Sampel di ambil langsung dari lengan donor atau dari selang kantong donor
2. Berupa darah lengkap
3. Memiliki label barcode, yang berisi informasi : tanggal pengambilan,nomor
kantong darah, dan golongan darah
4. Tidak hemolisis, tidak lipemik dan tidak terkontaminasi bakteri
5. Memiliki masa simpan maksimal 6 hari
1. Tabel kasus CHLIA
NO Nomor Sampel Jam Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan

1 2104029000 09:31 07-04-2021

2 2104051800 12:55 07-04-2021

3 2104014300 22:04 07-042021

4 2104045300 23:57 07-04-2021

2. Tabel kasus NAT

NO Nomor Sampel Jam Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan

1 2104029000 10:05 08-04-2021

2 2104051800 10:20 08-04-2021

3 2104014300 11:05 08-04-2021

4 2104045300 11:15 08-04-2021


BAB III
HASIL PEMERIKSAAN

Hasil pemeriksaan uji saring Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah pada darah

donor di UPTD RSUP dr Sarsjito dengan metode CLHIA DAN Nucleic Acid Test (NAT)

adalah sebagai berikut :

1. Table hasil pemeriksaan CHLIA

No Nomor Assay S/CO Hasil

Sampel
1 2104029000 HBsAg 5599.14 Reaktif

2 2104051800 HBsAg 3527.45 Reaktif


3 2104014300 HBsAg 2282.58 Reaktif

4 2104045300 HBsAg 6276.04 reaktif

2. Table hasil pemeriksaan NAT

No Nomor Sampel Ic/Rlu Ic Result RLU S/Co Hasil

1 2104029000 192020 Valid 1306759 13.38 Reaktif


Hepatitis B
2 2104051800 170378 Valid 1351467 14.48 Reaktif
Hepatitis B

3 2104014300 200538 Valid 13043999 13.98 Reaktif


Hepatitis B
4 2104045300 211243 Valiid 1318942 14.13 Reaktif
Hepatitis B

Keterangan :

IC = Internal Control
RLU= relative light unit
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengertian HBsAg

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan karena virus Hepatitis B yang merusak

hati dengan masa inkubasi selama 14-160 hari. Penyebaran penyakit ini melalui darah dan

produknya, suntikan yang tidak aman, transfusi darah, proses persalinan dan melalui

hubungan seksual. Dengan melihat masa inkubasi diatas maka pemberian imunisasi aktif

diberikan pada waktu kurang dari 7 hari. Infeksi pada anak seringkali subklinis dan biasanya

tidak menimbulkan gejala. Resiko infeksi lebih besar terjadi awal kehidupan dibandingkan

dengan infeksi pada usia dewasa. Infeksi pada masa bayi mempunyai resiko untuk menjadi

carrier cronis sebesar 95% chirosis hepatitis, kanker hati dan menimbulkan kematian

(Juliansyah dan Diati, 2017).

HBsAg adalah antigen permukaan virus hepatitis B, yang dapat dideteksi 2 minggu

setelah terinfeksi VHB dan menghilang pada masa konvalesen (penyembuhan), tetapi dapat

juga menetap lebih dari 6 bulan pada penderita VHB karier. HBsAg positif menandakan

seseorang terinfeksi hepatitis B akut, kronis, ataupun karier (Ventiani, 2014). HBsAg positif

dapat ditemukan pada pengidap sehat (healthy carrier), hepatitis B akut (simtomatik atau

asimtomatik), hepatitis B kronik, sirosis hati, maupun kanker hati primer. Pemeriksaan

HBsAg biasanya dilakukan untuk monitoring perjalanan penyakit hepatitis B akut, skrining

sebelum dilakukan vaksinasi. (Atmarina, 2006)

Penularan virus hepatitis B (VHB) adalah melalui parenteral dan menembus

membran mukosa, terutama berhubungan seksual (Price & Wilson, 2012). Penanda HBsAg

telah diidentifikasi pada hampir setiap cairan tubuh dari orang yang terinfeksi yaitu saliva,
air mata, cairan seminal, cairan serebrospinal,asites, dan air susu ibu. Beberapa cairan tubuh

ini (terutama semen dan saliva telah diketahui infeksius dan dapat menularkan virus

Hepatitis B) (Thedja, 2012).

B. Tindakan yang dilakukan beserta hasil Laboratorium

1. Pada kasus nomor kantong 2104029000 hasil pemeriksaan uji saring IMLTD

dengan metode CHLIA diperoleh hasil reaktif dengan nilai 5599.14 S/CO yang

menandakan sampel tersebut reaktif pada assay HbsAg. Pada sampel reaktif

tersebut juga sudah dilakukan pemeriksaan NAT dan hasil menunjukan reaktif

denagn nilai13.38 S/CO dengan pemeriksaan internal control yang Valid.

Karena pemeriksaan NAT yang reaktif pemeriksaan di ulangi pada tabung

sampel yang sama dengan reagen diskriminatori, hasil diskrimantori yang reaktif

pemeriksaan NAT disimpulkan reaktif, darah dimusnahkan.

2. Pada kasus nomor kantong 2104051800 hasil pemeriksaan uji saring IMLTD

dengan metode CHLIA diperoleh hasil reaktif dengan nilai 3527.45 S/CO yang

menandakan sampel tersebut reaktif pada assay HbsAg. Pada sampel reaktif

tersebut juga sudah dilakukan pemeriksaan NAT dan hasil menunjukan reaktif

denagn nilai 14.48 S/CO dengan pemeriksaan internal control yang Valid.

Karena pemeriksaan NAT yang reaktif pemeriksaan di ulangi pada tabung

sampel yang sama dengan reagen diskriminatori, hasil diskrimantori yang reaktif

pemeriksaan NAT disimpulkan reaktif, darah dimusnahkan

3. Pada kasus nomor kantong 2104014300 hasil pemeriksaan uji saring IMLTD

dengan metode CHLIA diperoleh hasil reaktif dengan nilai 2282.58 S/CO yang

menandakan sampel tersebut reaktif pada assay HbsAg. Pada sampel reaktif
tersebut juga sudah dilakukan pemeriksaan NAT dan hasil menunjukan reaktif

denagn nilai 13.98 S/CO dengan pemeriksaan internal control yang Valid.

Karena pemeriksaan NAT yang reaktif pemeriksaan di ulangi pada tabung

sampel yang sama dengan reagen diskriminatori, hasil diskrimantori yang reaktif

pemeriksaan NAT disimpulkan reaktif, darah dimusnahkan

4. Pada kasus nomor kantong 2104045300 hasil pemeriksaan uji saring IMLTD

dengan metode CHLIA diperoleh hasil reaktif dengan nilai 6276.04 S/CO yang

menandakan sampel tersebut reaktif pada assay HbsAg. Pada sampel reaktif

tersebut juga sudah dilakukan pemeriksaan NAT dan hasil menunjukan reaktif

denagn nilai 14.13 S/CO dengan pemeriksaan internal control yang Valid.

Karena pemeriksaan NAT yang reaktif pemeriksaan di ulangi pada tabung

sampel yang sama dengan reagen diskriminatori, hasil diskrimantori yang reaktif

pemeriksaan NAT disimpulkan reaktif, darah dimusnahkan

C. Bagan Alur Uji Saring IMLTD

D. Solusi

Uji skrining IMLTD di UPTD RSUP dr Sardjito pada sampel donor yang

dikerjakan pada tanggal 7 April 2021 dengan metode CHLIA nomor kantong

2104029000 nilai (599.14 S/CO), 2104051800 nilai (3527.45 S/CO), 2104014300

nilai (2282.58 S/CO), 2104045300 nilai (6276.04 S/CO) berurutan dengan nilai

tersebut UPTD RSUP dr Sardjito menetapkan bahwa sampel tersebut reaktif.

Selain melakukan pemeriksaan menggunakan metode CHLIA, UPTD RSUP dr


Sardjito juga melakukan pemeriksaan NAT pada semua sampel donor tanpa

terkecuali. Hasil pemeriksaan NAT yang reaktif akan dilakukan pemeriksaan

ulang pada sampel yang sama menggunakan reagen diskriminatori, jika hasil

NAT tetap reaktif darah donor tidak bisa dikeluarkan dan dimusnahkan.

Penanganan sampel reaktif tinggi Menurut Permenkes No 91

Tahun 2015 adalah sampel reaktif tinggi di ulang pemeriksaan dengan

assay yang sama jika tetap reaktif tinggi maka sampel harus di

karantina. Untuk pendonor dengan hasil uji reaktif tinggi harus diberi

tahu, dikonseling dan di rujuk untuk pemeriksaan konfirmasi. Vaksin

hepatitis B menjadi salah satu jenis vaksin yang wajib dari pemerintah

untuk mecegah hepatitis B.


A. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan uji saring IMLTD yang dilakukan dapat disimpulkan, bahwa

pada sampel yang reaktif Hepatitis B dilakukan pemeriksaan ulang atau duplo dengan

assay yang sama dan sampel yang saama. Sampel hasil duplo yang reaktif tersebut

diarantina lalu dimusnahkan, Untuk pendonor dengan hasil uji reaktif harus diberi tahu,

dikonseling dan di rujuk untuk pemeriksaan konfirmasi.

B. Saran

1. Tindakan pencegahan penularan infeksi Hepatitis B melalui transfusi darah dapat

dilakukan dengan cara memperketat proses pemeriksaan kesehatan pada tahap seleksi

donor oleh petugas UPTD RSUP dr Sardjito.

2. Sedikit saran kepada pihak UPTD RSUP dr Sardjito agar dapat mensosialisasikan bahaya

penularan infeksi penyakit Hepatitis B melalui transfusi darah kepada pendonor dan

masyarakat di wilayah UPTD RSUP dr Sardjito.


Atmarina, Rina., dkk. 2006. Faktor Risiko Hepatitis B Pada Tenaga Kesehatan kota Pekanbaru.
Bagian Biologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Juliansyah E, Diati Y. 2017. Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Hepatitis B. Jurnal
Mahasiswa dan Penelitian kesehatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya.
Lin YH, Wang Y, Loua A, Day GJ, Qiu Y, Allain JP, et al. 2008. Evaluation of anew hepatitis B
virus surface antigen rapid test with improved sensitivity. JClin Micobiol. 46(10):3319.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 Tentang Standar
Pelayanan Darah.

Rosalina I. 2012. Hubungan polimorfisme gen TLR 9(RS5743836) Dan TLR 2(RS3804099 dan
RS3804100) dengan pembentukan anti-HBs pada anak pascavaksinasi Hepatitis B. IJAS.
2(3):123-7.
Thedja MD. 2012. Genetic diversity of hepatitis B virus in Indonesia : Epidemiological and
clinical significance. Jakarta : DIC creative.
World Health Organization. 2002. Hepatitis B. Department of Communicable
Diseases Surveillance and Response

Anda mungkin juga menyukai