Anda di halaman 1dari 11

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 443

Tinjauan Pustaka

Proses Fiksasi pada Pemeriksaan Histopatologik

Zulda Musyarifah, Salmiah Agus

Abstrak
Proses fiksasi adalah tahap pertama dalam pembuatan sediaan histopatologik. Banyak faktor yang
mempengaruhi proses fiksasi sehingga dapat menghasilkan sedian histopatologik yang baik. Tujuan penulisan ini
adalah untuk mengetahui proses fiksasi agar menghasilkan sediaan yang baik pada pemeriksaan histopatologik.
Tujuan utama fiksasi adalah untuk menjaga sel dan komponen jaringan pada keadaan “life-like state”. Secara umum
terdapat dua tipe fiksasi untuk spesimen biologi yaitu fiksasi fisik dan fiksasi kimia. Mekanisme yang penting dalam
fiksasi kompleks protein yaitu denaturasi dan cross-linking atau gabungan keduanya. Banyak faktor yang
mempengaruhi proses fiksasi antara lain konsentrasi ion hidrogen (pH netral), temperatur fiksasi (suhu kamar),
kemampuan penetrasi (penetration rate) dan ketebalan pemotongan (3-4 mm), konsentrasi larutan, volume fiksasi
(20:1) dan durasi fiksasi. Pemilihan larutan fiksatif yang digunakan tergantung kepada jenis pewarnaan dan jenis
molekul yang ingin dilindungi. Saat ini larutan netral buffer formalin merupakan fiksatif yang paling baik dipakai untuk
pemeriksaan histopatologik.
Kata kunci: fiksasi, histopatologik, netral buffer formalin

Abstract
Fixation is the first step in tissue prosesing for histopathology. Many factor can influence fixation process to
have a good result. The objective of this literature review was to know the fixation process in order to produce a good
preparation in the histopathological examination. The main objective is to keep the cell fixation and network
components in a "life- like state". Generally there are two types of fixation for fixation of biological specimens , namely
physical and chemical fixation. An important mechanism in the fixation of a protein complex that is denaturation and
cross -linking or a combination of both. Many factors affect the fixation process include hydrogen ion concentration (
pH neutral ), the fixation temperature (room temperature), penetration (penetration rate) and cutting thickness (3-4
mm), solution concentration, volume fixation (20:1) and the duration fixation. The selection of the fixative solution used
depends on the type of staining and the type of molecules that want to be protected. Currently neutral buffered formalin
solution is the most excellent fixative used for histopathological examination .
Keywords: fixation, histopathology, neutral buffered formalin

Affiliasi penulis: Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran pengolahan jaringan dipengaruhi oleh banyak faktor,
Universitas Andalas Padang/ RSUP Dr.M.Djamil Padang
terutama dari tahap-tahap pengolahan jaringan itu
Korespondens: Zulda Musyarifah, Email:
1,2
zulda_lubis@yahoo.comTelp: (0751-21176) sendiri. Fiksasi adalah tahap awal dalam
pengolahan jaringan yang merupakan proses yang

PENDAHULUAN krusial agar dapat membuat slaid sediaan


histopatologi yang layak untuk dibaca.
Pemeriksaan histopatologik merupakan
pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk setiap
jaringan yang dikirim ke laboratorium patologi Isi
anatomik. Pengolahan jaringan yang baik akan Proses pengolahan jaringan dimulai dari proses
memberikan kualitas hasil sediaan yang memuaskan pengiriman status dan jaringan ke laboratorium
untuk dinilai oleh patolog. Kualitas sediaan hasil patologi anatomik, pemotongan jaringan, fiksasi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 444

jaringan, proses pembuatan blok parafin dan Tujuan Fiksasi


pewarnaan. Masalah dapat terjadi disebabkan oleh Tujuan utama fiksasi adalah untuk menjaga sel
banyak hal antara lain pemotongan yang tidak tepat, dan komponen jaringan pada keadaan “life-like state”.
fiksasi yang tidak sempurna, potongan yang terlalu Selama proses fiksasi dan tahap-tahap yang
tebal, pisau yang tidak tajam, pewarnaan yang tidak menyertainya terdapat perubahan substansial pada
sempurna dan lainnya. Kebutuhan pemeriksaan komposisi dan penampakan sel serta komponen
imunohistokimia dalam proses mendiagnosis sediaan jaringan dan keadaan ini dapat mengubah keadaan
6
yang dikirim ke laboratorium patologi anatomik dari “life-like state” yang ideal. Fiksasi yang baik akan
semakin rutin dilakukan. Kualitas sediaan blok parafin menghasilkan kualitas sediaan yang baik untuk dinilai
yang baik sangat menentukan hasil pewarnaan oleh patolog (Gambar 1).
3
imunohistokimia yang dilakukan. Fiksasi bertujuan untuk mencegah atau
Fiksasi adalah langkah dasar di balik studi menahan proses degeneratif yang dimulai segera
patologi dan sangat penting untuk mencegah autolisis setelah jaringan kehilangan pasokan darah. Proses
dan degradasi jaringan serta komponen jaringan autolisis akan menyebabkan jaringan dicerna dengan
sehingga mereka dapat diamati baik secara anatomis enzim intraseluler yang dilepaskan ketika membran
4
dan mikroskopis. Sekitar awal 400 tahun sebelum organel pecah. Salah satu proses yang harus dicegah
masehi, Hippocrates telah mendiskusikan efek biologik adalah bakteri pengurai atau pembusukan yang
merkuri dan alkohol sebagai cairan fiksatif, meskipun disebabkan oleh mikroorganisme yang mungkin sudah
keingintahuan tentang struktur histologik dimulai sejak ada dalam spesimen. Kehilangan dan difusi zat
1
penemuan mikroskop cahaya. terlarut harus dihindari sebisa mungkin dengan cara
Proses fiksasi biasanya merupakan tahap presipitasi atau koagulasi atau dengan melakukan
pertama dalam pembuatan sediaan histopatologi. cross-linking dengan komponen struktural tidak larut
Fiksasi adalah berbagai perlakuan yang dapat lainnya. Jaringan harus sebagian besar terlindungi dari
3
melindungi struktur sel dan komposisi biokimianya. efek buruk pengolahan jaringan termasuk infiltrasi
Tentu saja kualitas fiksasi adalah kunci untuk semua dengan lilin panas, tapi yang paling penting, jaringan
tahap selanjutnya yang penting dalam pembuatan harus mempertahankan reaktivitas untuk pewarnaan
sediaan histopatologik, oleh karena itu pengawetan sel dan reagen lainnya termasuk antibodi dan probe asam
5
dengan perubahan morfologi yang minimal dan secara nukleat.
kasat mata tanpa adanya kehilangan molekul sangat
penting dalam pengolahan jaringan. Fiksasi
diharapkan dapat melindungi spesimen biologi dari
efek denaturasi dehidrasi dan semua proses
3
pengolahan jaringan.
Studi sistematik tentang fiksatif dimulai pada
pertengahan abad 19. Fiksasi itu sendiri dapat
menimbulkan artefak dalam sediaan agar tercipta efek Gambar 1. Perbedaan kualitas sediaan antara fiksasi
1,2 7
protektif. Cairan fiksatif yang ada saat ini memiliki yang baik(kiri) dan yang buruk (kanan).
kelebihan dan kekurangan. Sejumlah cairan fiksatif
yang ada, seperti formaldehid dapat mengurangi Teknik histopatologi adalah seni dan ilmu
reaksi pengenalan antigen ketika dikombinasikan pengetahuan yang dilakukan oleh teknisi untuk
dengan pengolahan jaringan pada blok parafin. Saat membuat potongan jaringan dengan kualitas yang baik
ini telah diciptakan dan dipakai berbagai larutan fiksatif sehingga memungkinkan patologis untuk
5 6
lainnya dalam waktu 10 tahun terakhir. Banyak faktor mendiagnosis ada atau tidaknya suatu kelainan.
yang mempengaruhi proses fiksasi sehingga Fiksasi adalah faktor kunci pertama untuk memastikan
menghasilkan sediaan histopatologi yang baik. kualitas sediaan histopatologi. Pemilihan cairan fiksatif

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 445

dan protokol fiksasi tergantung kepada tambahan Fiksasi secara fisik menggunakan temperatur yang
tahap pengolahan jaringan dan analisis akhir yang sangat rendah (cryo-fixation) atau yang sangat tinggi
4
direncanakan. (boiling dan microwave). Fiksasi panas jarang
Struktur jaringan ditentukan oleh bentuk dan digunakan untuk spesimen jaringan, biasanya
ukuran makromolekul di dalam dan sekitar sel. digunakan untuk pemeriksaan smears atau
Makromolekul utama dalam sel adalah protein dan mikroorganisme, meskipun saat ini fiksasi microwave
asam nukleat. Sel dan komponen ekstraseluler telah banyak digunakan pada pemeriksaan rutin di
mengandung peptida, protein, lipid dan fosfolipid laboratorium. Berbeda dengan cryo-fixation yang
(membran), karbohidrat kompleks dan berbagai jenis digunakan pada pewarnaan histokimia tapi jarang
12
RNA, DNA dan sebagainya. Karbohidrat bersifat digunakan untuk diagnostik jaringan.
hidrofilik, mereka mengikat banyak air di ruang Fiksasi kimia biasanya dilakukan dengan
ekstraselular dengan ikatan hidrogen. Terdapat merendam jaringan pada larutan fiksatif atau pada
banyak air di dalam sel, di mana jumlahnya sekitar sebagian kecil organ seperti paru dengan
8 12
60% dari berat tubuh manusia. Pada tulang dan memasukkan cairan fiksatif pada sistem vaskuler.
hidroksiapatit gigi, kristal mineral yang mengandung Fiksasi kimia menjalankan perannya dalam
kalsium dan ion fosfat, mendominasi domain memproteksi sel dan jaringan dengan mendenaturasi
9
ekstraseluler bersama-sama dengan kolagen. protein menggunakan cara koagulasi (fiksasi non-
Bagian yang penting dalam semua teknik aditif), cross-linking (membentuk senyawa aditif) atau
1,4,9
histologi maupun sitologi adalah bagaimana menjaga dengan kombinasi keduanya. Fiksatif kimia adalah
sel dan jaringan seperti bentuknya yang biasa. Fiksatif yang paling umum digunakan untuk sediaan yang
dapat menstabilkan sel dan jaringan agar dapat dilihat menggunakan mikroskop.
melindungi dari kekakuan pada saat proses Tabel 1. Rincian metode fiksasi pada fiksatif yang
2 4
pengolahan dan teknik pewarnaan selanjutnya. berbeda.
Fiksatif Metode Kandungan
4,10 fiksasi
Ada empat tujuan dari fiksasi jaringan yaitu:
B5 Denaturasi 5.4% Mercuri Chlorida
1. Menghentikan autolisis jaringan dengan inaktivasi (w/v), 1.1% Sodium
Asetat (w/v), 4%
enzim hidrolisis dari lisosom dan dengan demikian
Formaldehid (v/v),
dapat memberikan morfologi seluler yang lebih Water
baik untuk dianalisis serta menstabilkan struktur Bouin’s Denaturasi, 25% of 37% lautan
cross-linking formaldehid, 70%
baik di dalam maupun di antara sel dengan picric acid, 5% acetic
membuat molekul menjadi resisten terhadap acid
Carnoy’s Denaturasi 60% etanol, 30%
disolusi air dan cairan lainnya. chloroform, 10%
2. Mengimobilisasi jaringan dan antigen seluler untuk Glacial acetic acid
Glutaraldehid Cross-linking 2% v/v dari
imunolabelling dari antigen. glutaraldehid dalam
3. Persiapan yang lebih baik dalam pemotongan air/PBS
Methacam Denaturasi 60% metanol, 30%
sampel histopatologi dengan cara memadatkan chloroform, 10%
dan mengeraskan jaringan. Glacial acetic acid
Neutral buffered Cross-linking 10% of 37% larutan
4. Mencegah proses pembusukan yaitu proses
formalin (NBF) formaldehid pada pH
penghancuran jaringan yang diakibatkan oleh netral
Paraformaldehid Cross-linking 4% w/v dari
aktifitas bakteri dan biasanya dengan
paraformaldehid
pembentukan gas. dalam air/PBS
Zenker’s Denaturasi 5% Mercuri Chloride
(w/v), 2.5% Potassium
Jenis fiksasi Dichromate (w/v), 5%
Secara umum terdapat dua tipe fiksasi untuk Glacial acetic acid
11
(v/v), Air
spesimen biologi yaitu fiksasi fisik dan fiksasi kimia.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 446

Mekanisme fiksasi baru terbentuk berbeda dari protein yang tidak


Secara garis besar terdapat dua mekanisme terdenaturasi pada profil antigenik dan kimia. Menurut
yang penting dalam fiksasi kompleks protein yaitu definisi, fiksatif mengubah komposisi kimia yang asli
denaturasi dan cross-linking atau gabungan dari jaringan yang terlibat serta menyebabkan
11
keduanya. perubahan fisik pada komponen seluler dan
ekstraseluler. Sel yang viable dilapisi oleh membran
1. Denaturasi yang impermeabel. Fiksasi merusak barier ini dan
Efek denaturasi paling umum disebabkan oleh memungkinkan molekul yang besar untuk melakukan
dehidran seperti alkohol dan aseton contohnya adalah penetrasi atau melepaskan diri, selanjutnya sitoplasma
4
larutan Carnoy’s dan Methacam. Reagen ini menjadi permeabel untuk makromolekul dan
mengubah komposisi jaringan dan menstabilkan membentuk jaringan protein yang cukup berpori untuk
- 2,9
jaringan dengan menghilangkan ikatan H pada memungkinkan penetrasi molekul besar lebih lanjut.
kelompok tertentu dalam molekul protein seperti ikatan
carboxyl bebas, hydroxyl, amino, amido dan imino dari
protein yang menyebabkan perubahan pada struktur
tersier protein dengan mendestabilisasi ikatan
hidropobik. Hal ini akan menyebabkan perubahan
pada solubilitas protein dimana protein yang larut
dalam air menjadi tidak larut, koagulasi protein dan
4,10
penyusutan sel. Larutan fiksatif Carnoy’s
menambahkan chloroform dan acetic acid ke dalam
campuran yang dapat melawan efek penyusutan sel
oleh etanol dan mengakibatkan terfiksasinya jaringan Gambar 2. Reaksi utama dari cross-link pada
melalui ikatan hidrogen sedangkan pada larutan formaldehid. A: grup aldehid dapat bereaksi dengan
Methacam, dimana etanol digantikan oleh metanol nitrogen dan beberapa atom protein, penambahan
4
yang bekerja dengan cara yang sama. formaldehid (methylene glycol) pada bagian rantai
2. Cross-linking lysine. B: Bentuk dari methylene bridge yang
9
Larutan fiksatif ini secara kimiawi bereaksi berdekatan dengan atom nitrogen.
dengan protein serta komponen sel dan jaringan
dimana suatu ikatan kimia larutan fiksatif diambil dan Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fiksasi
menjadi bagian dari jaringan dengan cara mengisi dan 1. Konsentrasi ion hidrogen (pH)
membentuk cross-link inter-molekul atau intra- Fiksasi sebaiknya dilakukan dengan pH netral,
4,9,10
molekul. Zat fiksatif ini adalah senyawa reaktif sekitar 6-8. Hipoksia pada jaringan dapat menurunkan
yang dapat mengikat berbagai komponen kimia di pH, sehingga harus ada fungsi buffering pada cairan
jaringan sehingga sering mempengaruhi komponen fiksatif untuk mencegah keasaman yang berlebihan.
10
pada tempat ia berikatan (Gambar 2). Hal ini Keasaman dapat mempengaruhi pembentukan
mempunyai efek pada karakteristik pewarnaan pigmen formalin-heme yang muncul sebagai warna
14
berikutnya dari partikel protein sehingga mengganggu hitam yang dideposit dalam jaringan. Buffer yang
konformasi molekul dan kelarutannya. Reaksi utama umum digunakan meliputi fosfat, bikarbonat,
dari cross-link terjadi antara bagian kelompok amino cacodylate dan veronal. Formalin yang biasa
dari lysine yang akan membentuk methylene bridges digunakan menggunakan buffer dengan fosfat pada
9,13
(gambar 2). pH 7. Fiksatif yang hipertonik akan menyebabkan sel
Hasil dari ikatan cross-linking ini adalah menjadi menyusut sedangkan fiksatif hipotonik akan
11,14
perubahan konformasi pada struktur protein dan mengakibatkan pembengkakan sel.
9
selanjutnya inaktivasi dari enzim. Kompleks yang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 447

2. Temperatur fiksasi 5. Volume fiksasi


Peningkatan suhu pada semua reaksi kimia, Rasio yang tinggi antara larutan fiksatif dengan
akan meningkatkan kecepatan fiksasi dan akan jaringan akan memastikan proses fiksasi yang baik.
meningkatkan dilusi dari agen fiksatif ke dalam Rasio optimal volume larutan fiksasi dengan jaringan
jaringan. Formalin dengan suhu tinggi akan adalah 20:1. Dalam praktek sehari-hari masih
memperbaiki jaringan yang lebih cepat dan ini sering didapatkan rasio yang lebih rendah dari ini. Dalam hal
sebagai langkah pertama pada proses jaringan ini, yang terbaik adalah untuk mengganti cairan fiksatif
14
otomatis. Namun, tetap dibutuhkan perhatian untuk secara periodik beberapa kali selama proses fiksasi.
menghindari spesimen terlalu ‘masak’. Fiksasi untuk 6. Durasi fiksasi
mikroskop cahaya secara rutin dilakukan pada suhu Fiksasi dilakukan secepatnya setelah jaringan
kamar dan ini harus dilanjutkan dengan fiksasi di eksisi. Waktu fiksasi optimal tergantung pada
o
selanjutnya pada suhu sampai 45 C selama beberapa faktor dan bervariasi tergantung dengan
10,14
pengolahan jaringan. jenis agen fiksatif yang digunakan, contohnya:
3. Kemampuan penetrasi (penetration rate) dan ketebalan spesimen jaringan dan sebagian besar fitur
ketebalan pemotongan yang disebutkan di atas dari proses fiksasi (suhu,
Penetrasi jaringan tergantung pada kapasitas buffering, penetrasi zat fiksatif, rasio
14
kemampuan berdifusi dan berat molekul dari setiap volume). Fiksasi berkepanjangan dapat
cairan fiksatif, dimana formalin dan alkohol menyebabkan dari hilangnya reaktivitas antigen,
16
mempunyai kemampuan penetrasi terbaik dan penyusutan dan pengerasan spesimen.
glutaraldehid yang terburuk. Mercuri dan yang lainnya Adapun karakteristik cairan fiksatif yang baik
berada di antara keduanya. Salah satu cara untuk adalah murah dan mudah didapat, stabil, aman,
mengatasi masalah ini dengan pemotongan jaringan mempunyai daya penetrasi yang kuat, dapat
tipis (2 sampai 3 mm). Penetrasi pada potongan tipis memfiksasi secara keseluruhan, menghambat
14
akan terjadi lebih cepat daripada bagian tebal. dekomposisi bakteri dan autolisis, memproduksi
Seperti yang didefinisikan oleh Medawar bahwa d = kerutan yang minimal pada jaringan dan bekerja cepat
12
K√t, dimana d adalah dalamnya penetrasi, K adalah dalam melakukan penetrasi jaringan. Formaldehid
koefisien difusi (spesifik pada tiap agen fiksatif) dan t menjadi fiksatif yang paling mendekati ciri-ciri tersebut
15
adalah waktu. Secara praktis, ini berarti bahwa walaupun sampai saat ini belum ada larutan fiksatif
13
koefisien difusi (K) adalah jarak dalam milimeter yang sempurna.
dimana agen fiksatif telah berdifusi ke jaringan dalam
waktu satu jam, contohnya formalin 10% mempunyai Zat Fiksatif
K=0,78, ini berarti bahwa formalin tidak dapat Berdasarkan komposisi dan cara kerjanya,
diharapkan untuk melakukan penetrasi lebih dari 1 mm fiksatif dibagi menjadi :
10
dalam satu jam. Ketebalan sebuah spesimen tidak 1. Aldehid
boleh lebih dari 4 mm. Idealnya spesimen dengan a. Formaldehid
tebal 3 mm dapat menghasilkan fiksasi dan Formaldehid (CH2O) adalah satu-satunya
13
pengolahan jaringan yang baik. aldehid gas dan mengandung polimer larut yang akan
4. Konsentrasi larutan mengalami depolimerisasi pada saat diencerkan.
Konsentrasi larutan fiksatif harus disesuaikan Formaldehid yang dilarutkan dalam air hingga
sampai ke tingkat serendah mungkin, karena dapat mencapai saturasi pada 37% - 40% w/v umumnya
menghemat dalam pembuatan cairan fiksatif tersebut. disebut sebagai "formalin" atau "larutan formaldehid
Formalin adalah yang terbaik di 10 %, glutaraldehid pekat". Untuk fiksasi, satu bagian formalin biasanya
umumnya 0,25% - 4% dan etanol pada konsentrasi diencerkan dengan sembilan bagian air atau buffer. Ini
9
70%. Konsentrasi terlalu tinggi dapat mempengaruhi menghasilkan larutan formalin 10% yang mengandung
jaringan dan menghasilkan artefak serupa dengan sekitar 4% formaldehid w/v, sebuah konsentrasi
10
panas yang berlebihan. optimal untuk fiksasi. Formalin juga mengandung

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 448

sekitar 10 % metanol, yang ditambahkan oleh glutaraldehid akan lebih ekstensif melakukan cross-
produsen untuk menghambat pembentukan polimer linked daripada formalin sehingga menyebabkan efek
yang lebih tinggi. Paraformaldehid, merupakan bentuk yang kurang baik pada pewarnaan imunohistokimia
dengan polimer yang lebih tinggi dapat disimpan tapi ia dapat memfiksasi sangat cepat serta memberi
sebagai endapan putih dalam solusi formaldehid detail terbaik pada sitoplasma dan inti dan menjaga
7
pekat. ultrastruktural dengan sangat baik sehingga digunakan
Agen fiksatif yang paling sering digunakan sebagai fiksatif utama untuk mikroskop elektron
2 7,14
untuk histopatologik adalah formalin 10%. Larutan (gambar 5). Glutaraldehid sangat buruk dalam
formalin tanpa buffer secara perlahan akan mengalami penetrasi dan direkomendasikan pada jaringan
7
oksidasi menjadi asam formik sehingga akan dengan ketebalan pemotongan < 1 mm. Glutaraldehid
17
menurunkan pH larutan. Kondisi ini menyebabkan secara perlahan akan terurai membentuk asam
asam formik akan bereaksi dengan hemoglobin glutarik dan akan berpolimerisasi menjadi bentuk
forming acid formaldehyde hematin, sebuah artefak cyclic dan oligomerik. Glutaraldehid biasanya
pigmen granular berwarna coklat-kehitaman yang ditambahkan buffer yang sesuai pada pH 7,2 – 7,4
dideposit pada jaringan yang mengandung banyak (biasanya cacodylate, phospate atau maleate)
7 14
darah (Gambar 3). menghasilkan konsentrasi larutan glutaraldehid 3%.

Gambar 3. Pigmen formalin Gambar 4. Spesimen yang difiksasi dengan


glutaraldehid. Sebuah mikroskop elektron

Pigmen ini dapat meragukan dengan menunjukkan incisura Schmidt-Lanterman pada


7
mikroorganisme atau pigmen patologis lainnya. serabut saraf bermielin.
Pigmen ini dapat dihilangkan dengan saturated
aqueous picric acid sebelum pewarnaan, tapi 2. Merkuri Chlorida

sebaiknya hal tersebut dihindari dari awal. Merkuri Chlorida (HgCl2) adalah salah satu

Pencegahan hal tersebut dan karena formaldehid reagen yang digunakan pertama kali untuk fiksasi

bereaksi paling efektif pada pH netral, penambahan jaringan. Mekanisme fiksasi belum sepenuhnya

buffer diperlukan untuk menjaga agar pH mendekati dipahami, merkuri chlorida bereaksi dengan amina,

netral (6,8 – 7,2) dan tekanan osmotik hampir sama amida, asam amino dan kelompok sulphydryl. Selama

dengan cairan ekstraseluler atau yang lebih dikenal fiksasi menggunakan larutan yang mengandung
2,7 mercuri dapat terbentuk pigmen merkuri yaitu artefak
dengan neutral buffer formalin (NBF). Saat ini
berbagai merk larutan neutral buffered formalin telah amorf berwarna coklat-kehijauan yang secara acak
7,9
dikemas dan siap digunakan dengan harga terjangkau dideposit di jaringan (gambar 5). Pigmen tersebut
dapat dihilangkan menggunakan iodine dan larutan

b. Glutaraldehid sodium thiosulfat sebelum pewarnaan. Contoh larutan

Glutaraldehid atau dialdehid glutarat yang mengandung mercuri chlorida adalah larutan B-5

(CHO(CH2)3CHO) dianggap sebagai aldehid dan Zenker’s. Ada beberapa kelemahan

bifungsional, memiliki kelompok aldehid di kedua menggunakan larutan fiksatif yang mengandung

ujung molekul yang memiliki potensi untuk bereaksi merkuri yaitu harganya yang lebih mahal dibandingkan

dengan kelompok kimia yang sama seperti larutan fiksatif lainnya, sangat korosif, sangat toksik,
9,10
formaldehid. Fiksasi jaringan menggunakan diabsorbsi kulit dan berakumulasi menjadi racun.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 449

pengganti formalin karena dianggap kurang toksik


7
dibandingkan formaldehid.
Larutan ini harus ditambahkan buffer sampai
pH sekitar 4 agar stabil dan mengandung sedikit
metanol yang dapat mengkatalisis reaksi glyoxal
dengan protein. Fiksasi adekuat dengan glyoxal
adekuat pada spesimen kecil dapat dicapai dalam satu
12
Gambar 5. Pigmen merkuri. jam. Saat ini belum ada bukti yang sudah
dipublikasikan mengenai keefektifan larutan fiksatif
3. Zinc Salt campuran dengan menggunakan glyoxal sebagai
9
Zinc sulphate (ZnSO4) dan zinc chloride bahan utama.
(ZnCl2) telah digunakan sebagai pengganti untuk Larutan glyoxal yang paten biasanya digunakan
merkuri chlorida. Garam ditambahkan ke larutan untuk histologi secara umum dan imunohistokimia.
formalin 10% dengan konsentrasi sekitar 1%, tapi Ada beberapa perbedaan glyoxal dengan formaldehid
terdapat beberapa masalah yang dilaporkan terkait (NBF) yaitu glyoxal dapat menekan pewarnaan pada
dengan presipitasi dari zinc atau garam buffer selama jaringan dengan protein arginin yang banyak, hanya
persiapan. Zinc salts akan bereaksi dengan grup akhir sedikit menguap pada suhu kamar karena mempunyai
dari jaringan meliputi amino, carboxyl dan sulphydryl, tekanan uap yang sangat rendah pada suhu kamar
membentuk produk reaksi reversibel yang dapat dan biodegradable sehingga lebih mudah terurai
7,9
dihilangkan dengan sitrat atau EDTA. Zinc dikatakan dibandingkan formalin.
dapat meningkatkan fiksasi dan pewarnaan,
khususnya inti sel dengan cara yang mirip dengan 6. Oxidizing Agent
merkuri klorida. Zinc diklaim memiliki keunggulan Oxidizing agents meliputi larutan fiksatif
dalam menjaga immuno-reaktivitas bila dibandingkan permanganate (potassium permanganate), dichromate
dengan formalin saja dalam menghindari kebutuhan (potassium dichromate) dan osmium tetroxide. Mereka
7
untuk pengambilan antigen pada beberapa epitop. merupakan fiksatif cross-links tapi menyebabkan
14
denaturasi yang ekstensif.
4. Acrolein
Acrolein atau acrylic aldehid (H2C=CH.CHO) 7. Picric Acid
bereaksi dengan molekul makro seperti formaldehid Picric acid atau trinitro phenol (C6H2(NO2)3OH)
melakukan cross-links yang reversibel. Acrolein adalah kristalin berwarna kuning cerah yang harus
bereaksi dengan asam lemak melalui ikatan ganda. disimpan basah dengn air untuk menghindari risiko
7
Penetrasi acrolein ke jaringan secara cepat, tapi meledak oleh panas dari material yang kering.
jarang dipakai sebagai larutan fiksatif karena tidak Picric acid sebagai larutan fiksasi yang selalu
nyaman digunakan, pH alkaline yang tidak stabil dan digunakan secara kombinasi dengan agen fiksatif
siap membentuk polimer. Acrolein biasanya digunakan lainnya (contohnya larutan Bouin’s dan Hollande’s).
7
untuk enzim histokimia dan untuk fiksasi tanaman. Picric acid adalah fiksatif koagulan yang mengubah
muatan pada rantai protein yang berion dan
5. Glyoxal mengganggu elektrostatis dan ikatan hidrogen. Hal
Glyoxal atau diformyl (CHO.CHO) merupakan tersebut akan membentuk garam (picrates) dengan
dialdehid sederhana dimana kedua rantainya dapat grup utama dari protein yang mengakibatkan
7,9 koagulasi. Picric acid tidak digunakan untuk lipid atau
membentuk cross-links. Glyoxal bereaksi hampir
sama dengan formaldehid menghasilkan gambaran karbohidrat tapi direkomendasikan sebagai komponen
7
morfologi yang sama. Glyoxal dianggap sebagai fiksatif untuk mempertahankan glikogen.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 450

8. Alkohol
Etanol (CH3CH2OH) dan metanol (CH3OH) pengolahan cepat manual dari spesimen yang kecil.
adalah fiksatif koagulan yang mendenaturasi protein. Aseton direkomendasikan sebagai fiksasi untuk
o
Mereka mengganti ikatan air pada jaringan sehingga histokimia dengan suhu yang rendah (4 C). Karena
mengganggu ikatan hidropobik dan hidrogen sangat mudah menguap dan mudah terbakar
kemudian mengekspos bagian hidropobik internal dari umumnya tidak digunakan pada pengolahan jaringan
7
protein dan mengganggu stuktur tersiernya dan otomatis.
7,9
solubilitasnya di air.
Metanol berinteraksi lebih kuat pada area 10. Asam asetat
hidropobik daripada etanol. Fiksasi dimulai dari Asam asetat ( CH3COOH ) adalah koagulan
konsentrasi 50-60% untuk etanol dan >80% untuk yang bereaksi dengan asam nukleat tetapi umumnya
7
metanol. Keduanya tidak digunakan secara rutin tidak memfiksasi protein. Umumnya aseton tergabung
untuk jaringan karena mereka menyebabkan jaringan dalam larutan fiksatif lainnya untuk membantu
14
menjadi terlalu rapuh dan keras. Etanol kadang- mencegah hilangnya asam nukleat dan karena dapat
kadang digunakan untuk menjaga glikogen tapi akan membuat kolagen membengkak, asam asetat
menyebabkan kerusakan pada detail inti dan digunakan untuk mengurangi penyusutan yang
sitoplasma. Metanol biasanya digunakan untuk fiksasi disebabkan oleh bahan-bahan lain seperti etanol.
blood film dan kultur sel sedangkan etanol 95% Asam asetat penetrasinya sangat cepat tapi fiksatif ini
7
digunakan sebagai fiksatif untuk apusan sitologi tetapi dapat melisiskan eritrosit.
biasanya dikombinasikan dengan reagen lain ketika Berbagai formulasi telah dibuat untuk berbagai
digunakan sebagai fiksatif untuk spesimen jaringan larutan fiksatif dan telah ditulis pada buku acuan
9,10,14
(contoh : larutan Carnoy dan Methacam). standar histokimia. Formulasi ini memiliki variasi yang
berbeda antara buku yang satu dengan yang lainnya,
9. Aseton tapi variasi ini tidak menyebabkan masalah dalam
Aseton (CH3COCH3) memiliki kerja yang sama pemakaiannya. Berbagai formulasi larutan fiksatif
11
dengan alkohol dan telah digunakan sebagai fiksatif dapat dilihat pada Tabel 2.
dan dehidran pada pengolahan jaringan, terutama

Tabel 2. Formulasi larutan fiksatif


Larutan fiksatif Komposisi Waktu Rekomendasi penggunaan
fiksasi
Phosphate  40% formaldehyde: 100 ml 12-24 jam Paling banyak digunakan untuk pemeriksaan rutin
buffered formalin  Distilled water: 900 ml histopatologi.
 Sodium dihydrogen phosphate monohydrate: 4 g
 Disodium hydrogen phosphate anhydrous 6.5 g
 pH of 6.8
Formal calcium  40% formaldehyde: 100 ml 12-24 jam Untuk mempertahankan lipid terutama fosfolipid
 Calcium chloride: 10 g
 Distilled water: 900 ml

Formal Saline  40% formaldehyde: 100 ml 12-24 jam Campuran formaldehid di dalam isotonik saline,
 Sodium chloride: 9 g biasa digunakan pada pemeriksaan histopatologi
 Distilled water: 900 ml rutin dan membentuk pigmen formalin

Zinc formalin  Zinc sulphate: 1 g 4-8 jam Dirancang sebagai alternatif larutan mercuri
(tanpa buffer)  Deionised water: 900 m klorida. Larutan ini dikatakan memberikan hasil
 Aduk sampai larut kemudian tambahkan 40 % yang lebih baik dengan imunohistokimia
formaldehid : 100 ml

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 451

Larutan fiksatif Komposisi Waktu Rekomendasi penggunaan


fiksasi
Larutan Zenker’s  Distilled water: 950 ml 4-24 jam Baik dalam pengawetan inti sel tapi melisis sel
 Mercuric chloride: 50 g darah merah karena adanya acetic acid.
 Potassium dichromate: 25 g Direkomendasikan untuk spesimen padat dan
 Glacial acetic acid: 50 ml memberikan hasil yang baik dengan pewarnaan
Ptah dan trichrome

Methacam  Methanol absolute: 60 ml 1-4 jam Sifat yang mirip dengan Carnoy tetapi kurang
 Chloroform: 30 ml menyebabkan pengerasan dan penyusutan
 Acetic acid glacial: 10 ml jaringan

Larutan Carnoy  Ethanol absolute: 60 ml 1-4 jam Bereaksi cepat, mempertahankan inti sel dengan
 Chloroform: 30 ml baik dan menahan glikogen. Melisis eritrosit dan
 Acetic acid glacial: 10 ml melarutkan lipid. Menghasilkan pengerasan
berlebihan dan penyusutan

Larutan Carnoy  Ethanol absolute: 60 ml 1-4 jam Bereaksi cepat, mempertahankan inti sel dengan
 Chloroform: 30 ml baik dan menahan glikogen. Melisis eritrosit dan
 Acetic acid glacial: 10 ml melarutkan lipid. Menghasilkan pengerasan
berlebihan dan penyusutan

Larutan Bouin’s  Picric acid saturated aqueous solution. (2.1%): 4-8 jam Memberikan hasil yang sangat baik untuk jaringan
750 ml yang akan diwarnai dengan
 40% formaldehyde: 250 ml trichrome.Mempertahankan glikogen tapi biasanya
 Acetic acid glacial: 50 ml melisis eritrosit. Kadang-kadang dianjurkan untuk
biopsi saluran gastro intestinal, embrio hewan dan
kelenjar endokrin

Larutan Hollande’s  Copper acetate: 25 g 4-8 jam Direkomendasikan untuk spesimen saluran gastro
 Picric acid: 40 g -intestinal dan fiksasi jaringan endokrin .
 40% formaldehyde: 100 ml Menghasilkan lisis yang lebih sedikit dari Bouin .

 Acetic acid: 15 ml Memiliki beberapa sifat dekalsifikasi. Fiksatif harus

 Distilled water: 1000 ml dicuci dari jaringan jika akan dimasukkan ke dalam

 Larutkan bahan dalam distilled fosfat buffered formalin pada mesin pengolahan

water tanpa panas karena akan membentuk endapan fosfat yang tidak
larut

Larutan B5  Stok Larutan: 4-8 jam untuk fiksasi jaringan hematopoietik dan limfoid .
 Mercuric chlorida: 12 g Ini menghasilkan detil inti yang sangat baik, dan
 Sodium acetate anhydrous: 2,5g direkomendasikan untuk imunohistokimia

 Distilled water ; 200 ml


 Larutan yang disiapkan segera sebelum
digunakan:
 B-5 larutan stok : 20ml
 40% formaldehid ; 2 ml

Larutan Clarke’s  Ethanol (absolute): 75 ml 3-4 jam Digunakan untuk frozen section dan smear.
 Acetic acid glacial: 25 ml Mempertahankan asam nukleat tetapi mengekstrak
lipid. Jaringan dapat ditransfer langsung ke etanol
95%

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 452

Larutan fiksatif Komposisi Waktu Rekomendasi penggunaan


fiksasi
Alcoholic formalin  40% Formaldehyde: 100 ml 12 - 24 jam Kombinasi fiksatif denaturasi dengan aditif dan.
 95% Ethanol: 900 ml Kadang-kadang digunakan selama pengolahan
 0.5 g calcium acetate can be added to ensure jaringan untuk menyempurnakan fiksasi. Dapat
neutrality digunakan sebagi fiksatif atau post fiksatif untuk
spesimen besar yang berlemak (contohnya
mammae) karena akan memudahkan KGB untuk
dideteksi
Formol acetic
 Ethanol absolute: 85 ml
1-6 jam Kadang-kadang digunakan untuk diagnostik
alcohol potongan cryostat. Jika digunakan sebagai fiksatif
 40% formaldehyde: 1 – 6 hours 10 ml
uataadapat dipindahkan langsung ke etanol 95%
 Acetic acid glacial: 5 ml untuk pengolahan jaringan

Helly’s fixative
 Distilled water: 1000 ml
4 – 24 jam Bagus untuk sumsum tulang, hematopoiesis
ekstramedular dan diskus interkalaris otot jantung.
 Potassium dichromate: 25 g
Menghasilkan pigmen merkuri yang harus dihapus
 Sodium sulphate: 10 g sebelum pewarnaan. Dapat menghasilkan pigmen
 Mercuric chloride: 50 g krom jika jaringan tidak dicuci dalam air sebelum
Ditambah 40% formaldehyde: 50 ml sebelum pengolahan, setelah dicuci, jaringan harus
digunakan disimpan dalam etanol 70 %. Karena pH rendah
pigmen formalin dapat terbentuk

SIMPULAN 5. Eltoum I, Fredenburgh J, Myers RB, Grizzle WE.


Banyak faktor yang mempengaruhi proses Introduction to the theory and practice of fixation of
fiksasi antara lain konsentrasi ion hidrogen (pH netral), tissues. J Histotechnol. Taylor & Francis; 2001 Sep
temperatur fiksasi (suhu kamar), kemampuan 18;24(3):173–90.
penetrasi (penetration rate) dan ketebalan 6. Bindhu P, Krishnapillai R, Thomas P, Jayanthi P.
pemotongan (3-4 mm), konsentrasi larutan, volume Facts in artifacts. J Oral Maxillofac Pathol. 2013
fiksasi (20:1) dan durasi fiksasi. Pemilihan larutan Sep;17(3):397–401.
fiksatif yang digunakan tergantung kepada jenis 7. Rolls G. Process of fixation and the nature of
pewarnaan dan jenis molekul yang ingin dilindungi. fixatives [serial online] 2017 (diunduh 23 Juli 2018).
Saat ini larutan netral buffer formalin merupakan Tersedia dari: https://www.leicabiosystems.com/
fiksatif yang paling baik dipakai untuk pemeriksaan pathologyleaders/fixation-and-fixatives-1-the-
histopatologik. process-of-fixation-and-the-nature-of-fixatives/
8. Khonsary S. Guyton and Hall: Textbook of Medical
physiology. Vol. 8, Surgical Neurology

DAFTAR PUSTAKA International. Philadelphia: WB Saunders; 2017.

1. Srinivasan M, Sedmak D, Jewell S. Effect of hlm. 275.

fixatives and tissue processing on the content and 9. Nowacek J. Special stains and H & E. Edisi ke-2

integrity of nucleic acids. Am J Pathol. Kumar G, editor. California, USA: DakoCytomation;

2002;161(6):1961–71. 2010. hlm 141-152.

2. Holliday JM. Guide to special stains. Wulff S, 10. Woods AE, Ellis RC. Laboratory histopathology : a

editor. California, USA: DakoCytomation; complete reference. Newyork: Churchill

2004.hlm.17-21. Livingstone; 1994. hlm 1-29.

3. Ganjali H. Tissue processing : An overview. Ann 11.Gamble M, Bancroft JD. Bancroft’s theory and
th
Biol Res. 2012;3(11):5374–8. practice of histological techniques. 6 Edisi ke-6.

4. Howat WJ, Wilson BA. Tissue fixation and the Philadelphia: Churcill Livingstone; 2013. hlm 536.

effect of molecular fixatives on downstream 12.Rolls G, Farmer Veville J HJB. Artifacts in

staining procedures. Methods. Elsevier Inc. histological and cytological preparations. Scientia

2014;70(1):12–9. Leica; 1994;21–6.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 453

13.Grizzle WE. Special symposium: fixation and tissue 16.Goldstein NS, Ferkowicz M, Odish E, Mani A,
processing models. Biotech Histochem. 2009; Farnaz H. Minimum Formalin fixation time for
84(5):185–93. consistent estrogen receptor immunohistochemical
14. Ganjali H, Ganjali M. Fixation in tissue processing. staining of invasive breast carcinoma. Am J Clin
Int J Farming Allied Sci. 2013;2(18):686–9. Pathol 2. 2003;120:86–92.
15. Medawar; P B. The rate of penetration of fixatives. 17.Rastogi V, Puri N, Arora S, Kaur G, Yadav L,
Comp Anat. 1947; 61(7):46–57. Sharma R. Artefacts: a diagnostic dilemma - a
review. J Clin Diagn Res. 2013; 7(10):2408–13.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(3)

Anda mungkin juga menyukai