Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI

LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI

OLEH :

I NYOMAN WARTANA

NIM: 211310835

DOSEN PENGAMPU :
PUTU DENNY ANDREANA GATSU, A.Md.AK.

D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA

DENPASAR

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Makalah yang berjudul

“Laboratorium Patologi Anatomi” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Sitohistoteknologi.

Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat bimbingan serta

bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi.

Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan

maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.

Singaraja, 11 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 1

C. TUJUAN ................................................................................................ 2

D. MANFAAT ............................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. PATOLOGI ANATOMI ........................................................................ 3

B. KAPAN HARUS MELAKUKAN TES PATOLOGI ANATOMI? ...... 5

C. JENIS PENYAKIT YANG BISA DIIDENTIFIKASI OLEH


PATOLOGI ANATOMI .......................................................................... 5

D. PROSEDUR YANG DIGUNAKAN DALAM PATOLOGI 6


ANATOMI .............................................................................................

E. PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI ................................. 8

BAB III. PENUTUP ..................................................................................... 11

A. KESIMPULAN ..................................................................................... 11

B. SARAN ................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dengan jumlah 9.6 juta
kematian per-tahun. Di Indonesia menurut catatan Globocan pada tahun 2020, kasus baru
kanker sebanyak 396.314 kasus dengan kematian sebesar 234.511 orang.

Perempuan merupakan kelompok dengan risiko tinggi terkena kanker, tercatat kanker
payudara sebanyak 65.858 kasus, kanker Leher Rahim sebanyak 36.633 kasus. Kanker pada
laki-laki paling banyak kanker paru 25.943 kasus, kanker kolorektal (21.764 kasus).

Biopsi merupakan prosedur untuk mengambil sampel jaringan dari dalam tubuh.
Jaringan tersebut kemudian akan dilihat di bawah mikroskop, dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan lain. Hal ini bertujuan untuk memastikan, apakah jaringan tersebut berkaitan
dengan kanker atau tidak.

Biopsi itu sendiri merupakan pemeriksaan yang terdiri dari banyak jenis, seperti biopsi
jarum, aspirasi jarum halus, biopsi inti, biopsi eksisi atau insisional, biopsi endoskopi, biopsi
laparoskopi, torakoskopi, dan mediastinoskopi, laparotomi dan torakotomi, biopsi kulit, dan
pemetaan dan biopsi kelenjar getah bening sentinel.

Peran patologi anatomi selain untuk penyakit kanker, juga untuk mengetahui benjolan
yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, infeksi saluran pencernaan, bahkan kelainan kulit yang
sifatnya neoplasma.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu patologi anatomi?
2. Apa tujuan melakukan tes patologi anatomi?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui gambaran tentang patologi anatomi.
2. Untuk mengetahui tujuan melakukan tes patologi anatomi.

D. MANFAAT

Untuk dapat memberikan wawasan mengenai pentingnya peranan patologi anatomi


dalam kehidupan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PATOLOGI ANATOMI

Patologi anatomi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari organ dan jaringan
tubuh (kelompok sel). Ilmu ini dianggap sebagai salah satu cabang diagnostik kedokteran
bersama dengan radiologi dan spesialisasi patologi lainnya, misalnya, mikrobiologi dan
patologi kimia. Patologi Anatomi bertanggung jawab atas pemeriksaan semua spesimen yang
diambil dari pasien hidup dengan tujuan untuk menegakkan diagnosis atau untuk menentukan
penyebab kematian (otopsi klinik). Patologi Anatomi merupakan laboratorium khusus untuk
mendiagnosis penyakit melalui materi biologi yang berasal dari organ jaringan, sel, atau cairan
melalui proses sistematik tertentu. Sampel jaringan atau sel tersebut diperiksa di bawah
mikroskop cahaya oleh ahli Patologi Anatomi, lalu hasilnya dibuat laporan kepada klinisi yang
mengirimkan jaringan tersebut.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
disebutkan bahwa semua jaringan yang diambil dari tubuh manusia wajib dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi, kecuali gigi yang dicabut, ari-ari pada kelahiran normal, dan
kulit penis dari anak laki- laki yang disunat. Ini juga penting untuk bukti bagi penjamin asuransi
kesehatan, misalnya Badan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS).

Patologi anatomi memiliki dua subdivisi utama. Pertama, histopatologi, yang


melibatkan pemeriksaan seluruh jaringan sampel di bawah mikroskop. Histopatologi
melibatkan pemeriksaan jaringan utuh dari biopsi atau operasi di bawah mikroskop. Ini sering
dibantu oleh penggunaan teknik pewarnaan khusus dan tes terkait lainnya, seperti
menggunakan antibodi untuk mengidentifikasi berbagai komponen jaringan.

Sementara subdivisi kedua adalah sitopatologi, pemeriksaan sel tunggal atau kelompok
sel kecil dari cairan atau jaringan di bawah mikroskop. Sederhananya, prosedur ini dilakukan
dengan mengoleskan cairan sampel atau jaringan dari pengidap pada slide yang kemudian
diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat jumlah sel, jenisnya, dan bagaimana rinciannya.
Sitopatologi umumnya digunakan sebagai alat skrining untuk mencari penyakit dan

3
memutuskan apakah perlu dilakukan tes lanjutan. Contoh umum dari sitopatologi adalah pap
smear, sputum, dan gastric washing. Ada juga pemeriksaan sitologi non ginekologi, contohnya
Fine Needle Aspiration Citology (FNAC), pemeriksaan sputum atau dahak, pemeriksaan efusi
pleura, transthoracal biopsy (TTB), transthoracic needle aspiration (TTNA).

Tes patologi anatomi dilakukan untuk mendiagnosis secara paling pasti penyebab
penyakit tertentu, jenis penyakit tertentu, serta efeknya ke tubuh dalam membantu pilihan
perawatan yang akan diberikan.

Tes ini juga bisa dilakukan untuk menentukan apa yang menjadi penyebab kematian
seseorang. Prosedurnya dikenal dengan sebutan autopsi. Biasanya prosedur ini dilakukan
setelah mendapat izin dari keluarga.

Jika penyebab kematian mencurigakan atau terkait dengan aktivitas ilegal, maka
autopsi akan dilakukan oleh ahli patologi forensik.

Terkait pengobatan dan perawatan, tes patologi anatomi menjadi sangat penting. Ia
dilakukan untuk memberikan diagnosis definitif yang memungkinkan dokter untuk
memberikan saran dan pengobatan paling tepat untuk pasien.

Ada sembilan spesialisasi dalam patologi, yaitu:

• Patologi Kimia. Dilakukan untuk melihat bahan kimia dalam darah dan cairan tubuh
lainnya.

• Hematologi. Dilakukan untuk mengetahui gangguan darah.

• Patologi Anatomi. Dilakukan untuk melihat penyakit pada jaringan manusia, dilakukan
dengan pembedahan jaringan tubuh dari pasien.

• Mikrobiologi Medis. Dilakukan untuk menyelidiki infeksi yang disebabkan oleh


bakteri, virus, jamur dan parasit.

• Immunopathology. Dilakukan untuk melihat respon imun terhadap penyakit.

• Patologi Genetik. Dilakukan untuk mencari tahu penyakit genetik.

• Patologi Forensik. Digunakan untuk menemukan penyebab kematian mendadak atau


tidak terduga. Maupun dalam kasus di mana polisi menduga kematian bukan karena
penyebab alami
4
• Patologi Umum. Berkaitan dengan semua aspek penyelidikan laboratorium penyakit.

• Patologi Klinis. Dilakukan untuk membantu diagnosis penyakit yang menggunakan


pengujian laboratorium.

B. KAPAN HARUS MELAKUKAN TES PATOLOGI ANATOMI?

Kapan tes patologi anatomi perlu dilakukan tergantung pada kondisi dan jenis dan
tujuan dari pemeriksaan. Jika dalam sebuah pemeriksaan kesehatan dokter membutuhkan
eksplorasi lebih lanjut untuk mengetahui jenis penyakit dan bagaimana mengatasinya, tes ini
mungkin diperlukan.

Patologi anatomi juga bisa dilibatkan dalam pemeriksaan post mortem (autopsi).
Autopsi adalah prosedur yang dilakukan setelah seseorang meninggal karena suatu penyakit
yang tidak dapat didiagnosis dengan baik sebelum kematian. Dokter akan meminta persetujuan
dari keluarga untuk melakukan autopsi. Jika penyebab kematiannya mencurigakan atau terkait
dengan kegiatan ilegal, autopsi akan dilakukan oleh ahli patologi forensik.

Prosedur tes patologi anatomi berbeda-beda tergantung dari jenis tes yang dilakukan
dan tujuannya. Misalnya, untuk pemeriksaan penyakit tertentu, seperti diabetes, diperlukan tes
darah dengan melakukan puasa terlebih dahulu.

Sementara itu, dalam pemeriksaan urine, biasanya urine yang dikeluarkan di


pertengahan berkemih yang dibutuhkan bukan di awal ataupun akhir. Petugas medis akan
memandu kamu untuk mempersiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan serta apa-apa saja yang
diperlukan.

C. JENIS PENYAKIT YANG BISA DIIDENTIFIKASI OLEH PATOLOGI ANATOMI

Patologi anatomi sering dilakukan untuk membantu mengidentifikasi beberapa


penyakit berikut:

1. Kanker

5
Patologi anatomi bisa digunakan untuk mendiagnosis apakah terdapat sel kanker pada
tubuh seseorang. Melalui prosedur biopsi, sampel jaringan yang diduga terkena kanker akan
diambil dan diperiksa di bawah mikroskop. Dokter akan melihat apakah sel-sel pada organ
tersebut masih normal atau sudah berubah menjadi sel kanker. Hampir semua jenis kanker bisa
diidentifikasi melalui patologi anatomi, antara lain kanker payudara, kanker serviks, kanker
usus, dan kanker hati.

2. Tumor

Tumor adalah pertumbuhan sel-sel yang abnormal dalam tubuh. Sel-sel yang “berbeda”
ini bisa dideteksi dengan melakukan patologi anatomi. Melalui prosedur biopsi juga, dokter
dapat mengambil sampel tumor dan memeriksanya untuk memastikan ganas atau tidaknya
tumor tersebut.

3. Penyakit Ginjal dan Hati

Berbagai penyakit ginjal, seperti batu ginjal dan gagal ginjal kronis, serta penyakit hati,
misalnya hepatitis A, B, dan C bisa didiagnosis dengan pemeriksaan jaringan melalui patologi
anatomi.

4. Gangguan Autoimun

Lupus, multiple sclerosis, penyakit Graves, dan psoriasis adalah contoh-contoh


gangguan autoimun yang bisa diidentifikasi dengan patologi anatomi.

5. Infeksi

Tidak hanya penyakit, berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
maupun jamur pun bisa diidentifikasi dengan menjalani patologi anatomi.

D. PROSEDUR YANG DIGUNAKAN DALAM PATOLOGI ANATOMI

1. Pemeriksaan kasar

Pemeriksaan jaringan yang sakit dengan mata telanjang, yang khususnya penting untuk
fragmen jaringan yang besar, karena penyakit itu sering dapat dikenali secara visual. Pada

6
tingkat ini jualah patolog memilih daerah yang akan diproses untuk histopatologi. Kadang-
kadang mata dapat diberi suryakanta atau mikroskop stereo, khususnya saat memeriksa
organisme parasit.

2. Histopatologi

Pemeriksaan mikroskopik pada salah satu bagian jaringan yang dicat menggunakan
teknik histologis. Cat standar adalah hematoksilin dan eosin, tetapi lainnya juga ada.
Pemakaian kaca mikroskop yang dicat dengan hematoksilin dan eosin untuk menyediakan
diagnosis spesifik berdasarkan pada morfologi dianggap sebagai keahlian inti patologi
anatomi. Ilmu yang mempelajari pengecatan bagian jaringan disebut histokimia.

3. Imunohistokimia

Penggunakan antibodi untuk mendeteksi keberadaan, keberlimpahan, dan lokalisasi


protein spesifik. Teknik ini penting untuk membedakan antara gangguan dengan morfologi
yang mirip dan juga mencirikan sifat-sifat molekuler kanker tertentu.

4. Hibridisasi in situ

Molekul DNA dan RNA spesifik dapat dikenali pada bagian yang menggunakan teknik
ini. Bila probe dilabeli dengan celupan berpendar, teknik ini disebut FISH.

5. Sitopatologi

Pemeriksaan sel-sel lepas yang dicat pada kaca menggunakan teknik sitologi.

6. Mikroskopi elektron

Pemeriksaan jaringan dengan mikroskop elektron, yang memungkinkan pembesaran


yang jauh lebih besar, memungkinkan visualisasi organel dalam sel. Penggunaannya telah
banyak digantikan oleh imunohistokimia, tapi sering diumumkan untuk tugas tertentu,
termasuk diagnosis penyakit ginjal dan pengenalan sindrom silia imotil di antara lainnya.

7. Sitogenetika jaringan

Visualisasi kromosom untuk mengenali cacat genetik seperti translokasi kromosom.

7
8. Imunofenotipe arus

Penentuan imunofenotipe sel menggunakan teknik sitometri arus. Amat berguna untuk
mendiagnosis jenis-jenis leukemia dan limfoma yang berbeda.

E. PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI

Ada tiga fase dalam pembuatan preparat histopatologi, yaitu fase pra analitik, fase
analitik, dan fase post analitik. Fase pra analitik memegang peranan hingga 75% dalam
keakuratan diagnosis Patologi Anatomi, sisanya peran keakuratan diagnosis mengacu pada
tepatnya fase analitik dan post analitik sebesar 10% dan 15%. Fase pra analitik dimulai sejak
jaringan atau cairan dikeluarkan dari tubuh manusia. Fase pra analitik berlanjut dengan tahap
pengumpulan sampel, pemberian label pada sampel, packaging atau pengemasan sampel yang
adekuat, serta fase transportasi yaitu pengiriman sampel sampai ke laboratorium Patologi
Anatomi. Tahap pra analitik ini adalah tahap yang sangat esensial dan memegang peranan yang
paling besar pada keberhasilan dan ketepatan diagnosis Patologi Anatomi. Dengan diagnosis
yang tepat maka didapatkan pula patient safety contoh pelayanan pasien yang optimal.
Tahapan fiksasi merupakan langkah awal dimulainya fase pra analitik. Ketika jaringan
atau cairan sudah lepas dari tubuh, maka diperlukan upaya untuk mempertahankan struktur
jaringan atau cairan tersebut serupa dengan asalnya, Inilah yang disebut dengan fiksasi
jaringan. Fiksasi jaringan diperlukan untuk mempertahankan morfologi atau bentuk jaringan,
mempertahankan antigenissitas molekul target, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan
molekular untuk diagnosis lanjutan terhadap pasien.
Jika fiksasi jaringan tidak lengkap atau terlalu singkat maka dapat menyebabkan
kerusakan cepat pada protein target pada jaringan, serta mengurangi immunoreaktivitas
spesifik pada pemeriksaan lanjutan. Sebaliknya, jika fiksasi jaringan dikakukan terlalu lama,
maka dapat menutup epitop dan menghilangkan antigenisitas protein target. Lamanya jaringan
dilakukan fiksasi secara optimal adalah 24-72 jam. Jaringan yang sudah dikeluarkan dari tubuh
harus segera masuk ke dalam cairan fiksasi segera kurang dari 1 jam. Jika ada penundaan
jaringan yang dimasukkan ke dalam fiksasi, maka akan terjadi efek buruk terhadap sediaan
Patologi Anatomi. Bisa terjadi false negative maupun false positive atau kesalahan diagnosis
terhadap pasien.
Spesimen jaringan adalah jaringan atau organ tubuh hasil operasi baik berupa eksisi,
insisi, biopsi yang dikirimkan oleh dokter klinisi sebagai hasil tindakan operasi. Semua hasil

8
operasi oleh dokter klinisi berupa organ atau jaringan tubuh serta cairan harus dikirim ke
laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan dan diagnosis Patologi Anatomi.
Tahap pra analitik merupakan tanggung jawab dokter klinisi yang mengirimkan spesimen.
Tahapan penanganan jaringan adalah menyiapkan alat pelindung diri berupa sarung
tangan, masker, dan kacamata pelindung. Wadah disiapkan sesuai dengan besar jaringan atau
menggunakan wadah yang proporsional. Identitas pasien juga harus ditulis secara lengkap pada
formulir permintaan Patologi Anatomi, terdiri dari nama, umur, asal jaringan serta ditulis juga
identitasnya pada pot atau wadah. Riwayat klinis pasien serta pemeriksaan penunjang pasien
yang telah dilakukan juga sebaiknya disertakan pada formular permintaan Patologi Anatomi.
Penulisan blanko permintaan klinis yang lengkap sangatlah membantu penegakan diagnosis
pasien oleh seorang patolog. Talenan atau pisau cutter juga digunakan untuk melamelasi
jaringan, terutama dilakukan jika jaringan besar atau jaringan dengan diameter lebih dari 0,5
cm.
Lamelasi jaringan dengan jarak 0,5 sampai 1 cm tanpa memutus jaringan, tentukan pula
konsistensi, warna, serta adanya nekrosis atau hemoragik pada jaringan. Jaringan yang sudah
dilewati lalu dimasukkan ke dalam wadah serta diberikan cairan fiksasi berupa formalin buffer
10% yang dituangkan hingga tenggelam seluruhnya. Volume cairan fiksasi yang digunakan 10
sampai 20 kali dari volume jaringan. Wadah kemudian ditutup dan diisolasi untuk menghindari
cairan yang tumpah. Wadah kemudian dikirimkan ke laboratorium Patologi Anatomi beserta
formulir permintaan.
Penanganan spesimen sitologi atau sediaan apus berbeda dengan penanganan jaringan
histopatologi. Spesimen sitologi adalah seluruh bahan bukan jaringan yang dikeluarkan dari
tubuh manusia berupa cairan tubuh, urine, produk tumor atau proses patologi, maupun feses.
Spesimen sitologi dikirimkan ke laboratorium PA untuk dilakukan diagnosis sitopatologi.
Sediaan sitologi berupa apusan lendir serviks atau vagina atau dikenal dengan istilah pap smear
dilakukan fiksasi dengan fiksasi basah, berupa perendaman slide dengan alkohol 96% selama
30 menit.
Sediaan sitologi berupa pemeriksaan sitologi non ginekologi FNAC berupa slide
dilakukan fiksasi sebanyak dua jenis fiksasi, yaitu fiksasi kering dan fiksasi basah. Fiksasi
kering yaitu spesimen dikeringkan di udara dan fiksasi basah yaitu perendaman slide dengan
alkohol 96%. Slide tersebut dapat dikirimkan ke laboratorium PA.
Sediaan sitologi non ginekologi berupa urine atau cairan dari rongga tubuh, misalnya
efusi pleura dan asites, dapat dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi berupa cairan dan

9
difiksasi dengan alkohol 50% sebanyak 1:1. Sebagai contoh, jika ada 50 cc cairan asites yang
akan dikirim, maka perlu tambahan 50 cc alkohol 50% sebagai cairan fiksatifnya, dan di
campuran homogen. Setelah itu dilakukan pemberian label pada pot dengan keterangan cairan
fiksatif alkohol 50%.
Dampak fiksasi yang tidak adekuat terhadap jaringan (histopatologi) dan sel (sitologi)
adalah adanya kerusakan jaringan pada saat pembacaan mikroskopis. Sel sel bisa berubah
bentuknya dan sulit dikenali, dapat pula menimbulkan kesalahan diagnostik pada pemeriksaan
imunohistokimia. Kesalahan dalam tahap pra analitik adalah bersifat irreversibel dan tidak
dapat diperbaiki. Oleh karena itu, menjadi sangatlah penting bagi dokter klinisi melakukan
fiksasi dan lamelasi jaringan secara sesuai pada tahap pra analitik, sehingga kesalahan
diagnostik dapat dihindari dan pemeriksaan Patologi Anatomi dapat membantu penegakan
diagnosis pasien secara akurat.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Patologi anatomi berperan dalam mendeteksi kelainan jaringan tubuh dan melakukan
penapisan suatu penyakit. Peran Patologi Anatomi semakin meluas mencakup penentuan
pilihan terapi dan prediksi prognosis sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang patogenesis kanker


termasuk invasi dan metastasis kanker merupakan bagian yang penting dalam menentukan
prognosis pasien kanker. Metastasis merupakan alasan utama penyebab kematian dari pasien
dengan kanker. Proses terjadinya aktivasi invasi dan metastasis sel kanker di dalam tubuh
manusia sudah banyak diketahui. Perjalanan metastasis tumor memerlukan serangkaian
tahapan yang mengarah pada pembentukan tumor sekunder di organ yang jauh dan sebagian
besar bertanggung jawab atas mortalitas dan morbiditas kanker..

B. SARAN

Tentunya patologi anatomi tidaklah dapat berdiri sendiri, dan sangat pula bergantung
dengan bidang ilmu yang lain. Dengan kerjasama antar disiplin ilmu, perlu partisipasi aktif dan
komprehensif sehingga pasien juga baiknya harus semakin sadar bahwa pentingnya diagnosis
yang akurat atau menggunakan gold standar pada kasus – kasus penyakit tertentu. Setiap
jaringan atau bagian tubuh yang dilakukan prosedur operasi, maka sebaiknya diperiksakan
secara patologi anatomi agar dapat menegakkan diagnosis secara akurat sehingga pasien dapat
memperoleh tatalaksana yang tepat pula.

11
DAFTAR PUSTAKA

dr. Rizal Fadli. 2022. Patologi Anatomi. https://www.halodoc.com/kesehatan/patologi-


anatomi (diakses tanggal 10 Juni 2023 jam 13.45)
dr. Rizal Fadli. 2019. Patologi Anatomi dapat Membantu Mengidentifikasi 5 Penyakit ini.
https://www.halodoc.com/artikel/patologi-anatomi-dapat-membantu-mengidentifikasi-
5-penyakit-ini (diakses tanggal 10 Juni 2023 jam 13.45)
Anonim. 2023. Patologi_anatomi. https://id.wikipedia.org/wiki/Patologi_anatomi (diakses
tanggal 10 Juni 2023 jam 13.45)
dr. Nora Ramkita. 2022. Penanganan Jaringan Patologi Anatomi.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/285/penanganan-jaringan-patologi-anatomi
(diakses tanggal 10 Juni 2023 jam 13.45)
Globocan. The Global Cancer Observatory - All cancers. Int Agent Res Cancer - WHO 2020.
419: 199-2.

12

Anda mungkin juga menyukai