KELAS:
A3 2022
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang konsep patologi
dan patofisiologi. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah ilmu dasar keperawatan. Adapun isi dari makalah ini disusun secara
sistematis dan menggunakan referensi dari beberapa sumber yang menjadi acuan
dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, Kami
mengharapkan kritikan dan saran yang mendukung demi penyempurnaan penulisan
makalah ini. Akhir kata, penulis berdoa semoga makalah ini dapat berguna bagi
kita semua.
Penulis
PENDAHULUAN
Setelah operasi, sangat penting untuk membuat pasien bergerak secepat mungkin.
Teknik ambulasi dini melibatkan membangunkan pasien dan bangun dari tempat tidur
segera setelah secara medis aman dilakukan setelah prosedur.
Penting untuk membuat pasien bergerak secepat mungkin karena sistem tubuh
melambat setelah operasi. Ambulasi meningkatkan aliran darah, yang pada gilirannya
dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
Jika pasien dibiarkan tidak bergerak setelah operasi, konstipasi, nyeri gas, dan
kelemahan biasanya dilaporkan. Perilaku menetap juga mengurangi kekuatan tubuh
untuk melawan infeksi, dan membuat pasien berisiko lebih tinggi mengalami
pembekuan darah dan pneumonia.
Ambulasi penting bagi orang, terutama orang tua, bahkan tanpa operasi.
Ketidakaktifan mengurangi massa otot, kekuatan, dan mengurangi kapasitas oksigen
dalam darah. Saat otot mulai terasa kaku dan sakit, gerakan secara bertahap menjadi
semakin sulit dan menyakitkan. Untuk alasan ini, ambulasi merupakan tujuan harian
yang penting untuk segala usia.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu patologi
2. Untuk mengetahui apa itu patofisiologi
3. Untuk mengetahui apa saja contoh dari patologi dan patofisiologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PATOLOGI
Patologi merupakan salah satu dasar ilmu yang dipelajari pada jurusan
kedokteran dan memainkan peran yang sangat mendasar. Saat ingin mendiagnosis
suatu penyakit yang pasti, dapat ditentukan dengan patologi (histopatologi).Lalu
pengertian patologi dalam arti luas yaitu sebuah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari sebab dan akibat penyakit atau kelainan pada tubuh. Namun yang
terpenting dari patofisiologi itu sendiri adalah respon fungsi tubuh terhadap penyakit
yang menyerang tubuh.
Patologi adalah studi dan diagnosis penyakit dengan memeriksa organ, jaringan,
cairan tubuh dan seluruh tubuh (otopsi). Patologi juga mencakup studi ilmiah tentang
proses penyakit, yang dikenal sebagai patologi umum. Lalu patologi umum, juga
dikenal sebagai patologi investigasi, patologi eksperimental, atau patologi teoretis,
yang merupakan disiplin ilmu yang luas dan kompleks serta berupaya memahami
mekanisme kerusakan sel dan jaringan dan cara tubuh merespons dan memperbaiki
kerusakan.
1. Pembagian Patologi
a. Patologi anatomi
1) Hispatologi
b. Patologi klinik
c. Patologi forensik
d. Patologi Molekuler
a. Patologi makroskopik
1. Otopsi Klinis
2. Otopsi Forensik
b. Miskroskop Cahaya
c. Histokimiawi
d. Mikroskop Elektron
e. Teknik Hematologi
g. Mikrobiologi Medis
B. PATOFISIOLOGI
Diketahui bahwa pasien yang menderita stres, sehingga sakit maag pada
pasien dapat ditelusuri antara lain dengan peningkatan konsumsi asam
lambung dan alkohol sebelumnya, yang menyebabkan :
d. Sekiresi Pepsin
C. KELAINAN KONGENITAL
A. PENGERTIAN
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetic. Anomali
kongenital disebut juga cacat lahir, kelainan kongenital atau kelainan bentuk
bawaan.
1. Malformasi
3. Disrupsi
Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya
normal. Ini biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan
deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat
disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-
helaian membran amnion, yang disebut pita amnion, dapat terlepas dan
melekat ke berbagai bagian tubuh, termasuk ekstrimitas, jari-jari,
tengkorak serta muka .
4. Displasia
a. Spina bifida
Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect yaitu suatu
celah pada tulang belakang yang terjadi karena bagian dari satu atau
beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh.
Kelainan ini biasanya disertai kelainan di daerah lain, misalnya
hidrosefalus, atau gangguan fungsional yang merupakan akibat langsung
spina bifida sendiri, yakni gangguan neurologikyang mengakibatkan
gangguan fungsi otot dan pertumbuhan tulang pada tungkai bawah serta
gangguan fungsi otot sfingter (Kyle, 2014).
c. Hidrosefalus
d. Anensefalus
e. Omfalokel
Salah satu obstruksi pada usus besar yang agak sering dijumpai
adalah gangguan fungsional pada otot usus besar yang dikenal sebagai
hirschsprung disease dimana tidak dijumpai pleksus auerbach dan pleksus
meisneri pada kolon. Umumnya kelainan ini baru diketahui setelah bayi
berumur beberapa hari atau bulan (Effendi, 2014).
i. Atresia ani
Penyakit jantung bawaan ada beraneka ragam. Pada bayi yang lahir
dengan kelainan ini, 80% meninggal dunia dalam tahun pertama,
diantaranya 1/3 meninggal pada minggu pertama dan separuhnya dalam 1-
2 bulan. Sebab PJB dapat bersifat eksogen atau endogen. Faktor eksogen
terjadi akibat adanya infeksi, pengaruh obat, pengaruh radiasi dan
sebagainya. Pada periode organogenesis faktor eksogen sangat besar
pengaruhnya terhadap diferensiasi jantung karena diferensiasi lengkap
susunan jantung terjadi sekitar kehamilan bulan kedua. Sebagai faktor
endogen dapat dikemukakan pengaruh faktor genetik, namun peranannya
terhadap kejadian penyakit PJB kecil. Dalam satu keturunan tidak selalu
ditemukan adanya PJB (Effendi, 2014).
2. Faktor mekanik
3. Faktor infeksi
4. Faktor Obat
E. Tindakan pencegahan
a. Pencegahan primer
Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak
mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital yaitu dengan:
1. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi seperti usia lebih dari 35
tahun agar tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
3. Perawatan antenatal
b. Pencegahan sekunder
1. Diagnosis
2. Pengobatan
c. Pencegahan Tersier
Banyak orang tua yang syok dan bingung pada saat mengetahui
bayinya lahir dengan kelainan. Memiliki bayi yang baru lahir dengan
kelainan adalah masa masa yang sangat sulit bagi para orang tua. Selain
stres, orang tua harus menyesuaikan dirinya dengan cara-cara khusus.
Untuk membantu orang tua.
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai tujuan ambulasi pasien, mereka mungkin memerlukan
bantuan sebelum mereka dapat berjalan sendiri. Membantu pasien untuk
ambulasi dianggap tugas berisiko tinggi karena tuntutan fisik yang terkait
dengan dukungan berat badan, serta gerakan tiba-tiba yang terkait dengan
hilangnya keseimbangan atau jatuh, menciptakan beban berlebihan pada
jaringan lunak tulang belakang. Oleh karena itu, penting untuk menentukan
kapan ambulasi harus dilakukan dengan bantuan manual versus teknologi
penanganan pasien. Pengasuh mungkin harus memajukan perangkat ambulasi
atau menarik kursi roda serta mendukung pasien.