“IMUNOHISTOKIMIA”
Disusun oleh:
Kelompok 3
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode imunohistokimia?
2. Apa saja metode yang dilakukan dalam melakukan proses
imunohistokimia?
3. Bagaimana teknik-teknik dalam melakukan proses imunohistokimia?
4. Bagaimana aplikasi imunohistokimia?
5. Bagaimana masalah-massalah dalam teknik imunohistokimia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode imunohistokimia
2. Untuk mengetahui metode yang dilakukan dalam melakukan
imunohistokimia.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik proses imunohistokimia.
4. Untuk mengetahui aplikasi imunohistokimia
5. Untuk mengetahui masalah-masalah teknik iminohistokimia.
1.4 Manfaat
1. Diharapkan dengan membaca makalah ini mahasiswa dapat mengetahui
dan lebih memahami tentang Imunohistokimia.
2. Menambah pengetahuan mahasiswa untuk bekal penunjang sebelum
melakukan praktikum imunohistokimia.
2
BAB 2 PEMBAHASAN
3
Gambar 1.0
4
untuk molekul) selanjutnya direaksikan dengan substrat chromogen (yaitu substrat
yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak larut) yang dapat diamati
dengan mikroskop bright fiekl (mikroskop bidang terang). Imunohistokimia yang
menggunakan fluorokrom untuk molekul antibodi, dapat langsung diamati
dibawah mikroskop fluorescence. (Sudiana, 2005).
Berbagai jenis molekul yang yang terkandung dalam sel dapat dideteksi
dengan teknik ini, termasuk berbagai jenis reseptor, onkoprotein, faktor
pertumbuhan dan protein-protein lainnya. Dengan ditemukannya teknik ini maka
berbagai pemahaman-pemahaman baru di bidang penyakit, termasuk onkologi,
menjadi semakin baik sehingga telah membawa dunia kedokteran kepada era yang
baru. (Hardjolukito, 2005).
Imunohistokimia menjadi teknik pilihan untuk menentukan petanda-petanda
biologik tersebut karena relatif mudah, murah dan dapat diterapkan pada sediaan
rutin histopatologik. Namun demikian perlu diperhatikan sejumlah faktor yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, dimana pengaruh faktor-faktor tersebut
dimulai dari tahap pembedahan, pengolahan jaringan hingga penilaian hasil
pulasan. (Hardjolukito, 2005; Sudiana, 2005).
Untuk dapat menagani penderita secara lebih sempurna, seyogyanya
pemeriksaan ini dijadikan pemeriksaan rutin bagi setiap penderita
kanker. (Hardjolukito, 2005).
5
seperti biotin atau enzim peroksidase, sehingga apabila diberikan substrat akan
memberikan warna pada jaringan tersebut.
2.2.2 Metode Indirect (Metode Tidak Langsung)
Prinsip metode imunohistokimia indirect menggunakan antibodi primer
yang tidak ada labelnya, namun digunakan juga antibodi sekunder yang sudah
memiliki label dan akan bereaksi dengan IgG dari antibodi primer. Metode tidak
langsung (indirect method) menggunakan dua macam antibodi, yaitu antibodi
primer (tidak berlabel) dan antibodi sekunder (berlabel). Antibodi primer
bertugas mengenali antigen yang diidentifikasi pada jaringan (first layer),
sedangkan antibodi sekunder akan berikatan dengan antibodi primer (second
layer). Antibodi kedua merupakan anti-antibodi primer. Pelabelan antibodi
sekunder diikuti dengan penambahan substrat berupa kromogen. Kromogen
merupakan suatu gugus fungsi senyawa kimiawi yang dapat membentuk
senyawa berwarna bila bereaksi dengan senyawa tertentu.
Penggunaan kromogen fluorescent dye seperti FITC, rodhamin, dan
Texas-red disebut metode immunofluorescence, sedangkan penggunaan
kromogen enzim seperti peroksidase, alkali
fosfatase, atau glukosa oksidase disebut metode immunoenzyme. Pada metode
ini antibodi spesifik yang mengenali antigen jaringan disebut sebagai antibodi
primer dan tidak dilakukan modifikasi pada antibodi ini. Namun diperlukan
antibodi lain yang dapat berikatan dengan antibodi primer yang disebut dengan
antibodi sekunder. Antibodi sekunder ini dimodifikasi sehingga memiliki
molekul indikator pada antibodi tersebut. Setiap 1 antibodi primer dapat dikenali
oleh lebih dari 1 antibodi sekunder, oleh karena itu, setelah diberikan substrat
akan terbentuk warna yang lebih jelas pada jaringan tersebut.
2.2.3 Metode Peroxidase – anti – Peroxidase (PAP)
Adalah analisis imunohistokimia menggunakan tiga molekul peroksidase
dan dua antibodi yang membentuk seperti roti sandwich. Teknik ini
memanfaatkan afinitas antibodi terhadap antigen (enzim) untuk membentuk
kompleks imun stabil sebagai perlawanan terhadap proses kimia terkonjugasi
Fitur unik dari prosedur ini adalah larutan enzim – antibodi dan kompleks imun
PAP. Enzim Horseradish Peroksidase, protein imunogenik, digunakan untuk
6
menyuntik spesies tertentu dan merespon imun poliklonal yang dihasilkan
terhadap enzim. Antiserum ini dipanen dan ditempatkan dalam larutan pada
enzim sehingga membentuk kompleks imun yang larut.
2.2.4 Metode Avidin-Biotin-Complex (ABC)
Adalah metode analisis imunohistokimia menggunakan afinitas terhadap
molekul avidin- biotin oleh tiga enzim peroksidase. Situs pengikatan beberapa
biotin dalam molekul avidin tetravalen bertujuan untuk amplifikasi dan
merespon sinyal yang disampaikan oleh antigen target.
7
1. Preparasi sampel adalah persiapan untuk membentuk preparat jaringan dari
jaringan yang masih segar. Preparasi sample terdiri dari pengambilan jaringan
yang masih segar, fiksasi jaringan biasanya menggunakan formaldehid,
embedding jaringan dengan parafin atau dibekukan pada nitrogen cair,
pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom, deparafinisasi dan
antigen retrieval untuk membebaskan epitop jaringan, dan bloking dari protein
tidak spesifik lain.
2. Labeling sampel adalah pemberian bahan-bahan untuk dapat mewarnai
preparat. Sampel labeling terdiri dari imunodeteksi menggunakan antibodi
primer dan sekunder, pemberian substrat, dan counterstaining untuk mewarnai
jaringan lain di sekitarnya.
IHC merupakan teknik deteksi yang sangat baik dan memiliki keuntungan
yang luar biasa untuk dapat menunjukkan secara tepat di dalam jaringan mana
protein tertentu yang diperiksa. IHC juga merupakan cara yang efektif untuk
memeriksa jaringan. Teknik ini telah digunakan dalam ilmu saraf, yang
memungkinkan peneliti untuk memeriksa ekspresi protein dalam struktur otak
tertentu. Kekurangan dari teknik ini adalah kurang spesifik terhadap protein
tertentu tidak seperti teknik imunoblotting yang dapat mendeteksi berat molekul
protein dan sangat spesifik terhadap protein tertentu. Teknik ini banyak digunakan
dalam diagnostik patologi bedah terhadap kanker, tumor, dan sebagainya.
Adapun marker untuk diagnosa IHC adalah sebagai berikut:
1. Carcinoembryonic antigen (CEA): digunakan untuk identifikasi
adenocarcinoma.
2. Cytokeratins: digunakan untuk identifikasi carcinoma tetapi juga dapat
terekspresi dalam beberapa sarkoma.
3. CD15 and CD30 : digunakan untuk identifikasi Hodgkin's disease
4. Alpha fetoprotein: untuk tumor yolk sac dan karsinoma hepatoselluler
5. CD117 (KIT): untuk gastrointestinal stromal tumors (GIST)
6. CD10 (CALLA): untuk renal cell carcinoma dan acute lymphoblastic
leukemia
7. Prostate specific antigen (PSA): untuk prostate cancer estrogens dan
progesterone staining untuk identifikasi tumor. (Valez and Howard, 2012)
8
8. Identifikasi sel B limfa menggunakan CD20
9. Identifikasi sel T limfa menggunakan CD 3.
9
2.5 Masalah-Masalah dalam Teknik Imunohistokimia
Menurut (Hardjolukito, 2005) menyatakan bahwa masalah-maslaah dalam
teknik imunohistokimia, meliputi:
1. Faktor-faktor pra analisis
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang relative mudah dan murah.
Keuntungan lain dari teknik ini adalah dapat diterapkan pada sediaan rutin yang
diterima pada laboratorium histopatologi dan dapat dilakukan secara retrospektif
pada sediaan-sediaan arsip.
Namun demikian, untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya hasilnya,
sejumlah persyaratan harus dipenuhi. Fiksasi sangat penting peranannya, karena
teknik ini bertumpu pada reaktifitas antigen dalam sel. Fiksasi yang suboptimal
dapat menurunkan bahkan meniadakan reaktifitas antigen, sehingga memberikan
sinyal yang lemah atau negative palsu. Secara umum, proses fiksasi jaringan harus
dilakukan sesegera mungkin tanpa penundaan dan dilakukan dengan sempurna.
Fiksasi yang dianjurkan adalah da;am formalin berdapar fosfat 10%. Waktu
fiksasi bervariasi antara 6 hingga 24 jam dan dalam keadaan terendam scara
merata. Jika jaringan tumor berukuran besar, maka harus dilakukan sayatan-
sayatan parallel menyerupai “toast rack” berjarak 1 cm untuk menjamin paparan
cairan formalin yang merata, dan jumlah cairan fiksatif minimal 5-10 kali volume
jaringan.
Selanjutnya, pengolahan jaringan harus dilakukan secara sempurna tahap demi
tahap melalui alcohol yang bertingkat kadarnya dan impregnasi dalam paraffin
dengan titik leleh maksimum 600 . Pengolahan jaringan yang tidak sempurna
dapat menghambat proses pulasan karena jaringan yang tidak homogen dalam
paraffin mudah terlepas dari kaca benda. Mudahnya jaringan terlepas dari kaca
benda disebabkan karena pada proses pulasan, dilakukan prosedur “antigen
retrieval” yaitu pemaparan terhadap gelombang elektromagnetik atau pemanasan;
serta pemaparan dengan larutan-larutan yang keras sifatnya, dimana tahapan-
tahapan ini tidak dilakukan pada prosedur pulasan hematoksilin eosin yang rutin.
2. “Quality Control dan “Quality Assurance”
Berbagai faktor menyebabkan perbedaan hasil pemeriksaan, antara lain jenis
antibody, metode “antigen retrieval”, factor-faktor preanalitik dan interpretasi
10
hasil. Untuk menekan perbedaan ini dianjurkan melakukan “quality control” dan
“quality assurance”.
3. Nilai Cut Off
Walupun sedikit, variasi dalam penggunaan nilai cut off masih dilaporkan.
Namun demikian, pada berbagai penelitian, untuk berbagai petanda lazimnya
digunakan nilai cut off 10%.
4. Teknik Pemeriksaan
Teknik ini relative mudah dalam arti prosedurnya sederhana, namun
diperlukan kecermatan yang tinggi dalam pelaksanaannya pada setiap tahap. Di
United State Kingdom, dianggap bahwa laboratorium yang ideal adalah yang
melakukan tes minimal 250 kasus dalam 1 tahun. Laboratorium lokal yang ingin
melakukan tes ini sangat dianjurkan untuk melakukan “quality assurance”.
11
BAB 3 PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Imunohistokimia merupakan suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat
imunitas atau kadar antibodi atau antigen dalam sediaan jaringan. Pewarnaan
sediaan jaringan menimbulkan ikatan antibodi pada antigen di permukaan atau
didalam sel yang selanjutnya dapat dideteksi dengan cara dilabel dengan enzim,
isotop, fluoropore,atau coloidal gel. Metode yang dilakukan dalam
Imunohistokimia adalah metode direct, metode indirect, Metode Peroxidase – anti
– Peroxidase (PAP), Metode Avidin-Biotin-Complex (ABC). Mekanisme
Imunohistokimia dimulai dengan pengambilan sampel lalu pembuatan paraffin
block. Setelah itu dilakukan pewarnaan imunohistokimia. Teknik
Imunohistokimia dapat digunakan untuk deteksi berbagai jenis kanker, tumor,
Hodgkin’s disease, identifikasi sel B dan sel T dan dapat digunakan pada jaringan
kuda laut untuk mengetahui aktivitas proteinnya.
1.2 Saran
Pemeriksaan imunohistokimia merupakan pemeriksaan yang penting dalam
menentukan diagonosis dari pasien. Sehingga perlu tingkat akurasi dan ketelitian
yang baik dalam melakukan pemeriksaan imunohistokimia. Untuk itu bagi
pemeriksa atau laboran perlu memperhatikan tahap-tahap dalam melakukan
pemeriksaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dako. 2002. Monoclonal Mouse Anti-Human Collagen IV Clone CIV 22 Code No.
M 0785 Lot 020. Edition 04.09.02
Hardjolukito, Endang SR. The 8th Course and Workshop, Basic Science In
Oncology, Modul A, Putaran Ke-3. Jakarta, 19 - 21 Mei 2005.
Rantam, F.A. 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press. Surabaya. Hal
3-88.
13