Anda di halaman 1dari 14

PSPA XXXII

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

ARITMIA

1. Definisi penyakit
Aritmia didefinisikan sebagai hilangnya ritme jantung terutama
ketidakteraturan pada detak jantung (ISO farmakoterapi)
Aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari impuls, atau
gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal aktivasi
atrium dan ventrikel. Secara klinis, aritmia ventrikel dibagi atas yang benigna, yang
dapat menjadi maligna (potensial maligna) dan maligna yang dapat menyebabkan
kematian mendadak. Aritmia tersebut dapat timbul karena kelainan dalam
pembentukan impuls, konduksi impuls, atau keduanya (Farmakologi, 2009).
Aritmia atau gangguan irama jantung adalah kelainan elektrofisiologi jantung
yang dapat disebabkan oleh gangguan sistem konduksi jantung serta gangguan
pembentukan dan/ atau penghantaran impuls (Huikuri, 2007).
2. Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard


(miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

3. Manifestasi klinik
a. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak teratur, defisit
nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit pucat,
sianosis, berkeringat, edema; haluaran urine menurun bila curah jantung
menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat anti
angina, gelisah.
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siferfisial); kehilangan tonus otot/ kekuatan.

4. Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau


kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
 Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati,
dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia
jantung.
 Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner. Hal
ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat
mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
 Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
 Masalah pada Tiroid

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu
banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan
hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
 Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia.
 Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat
meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
 Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat
akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia)
juga dapat memicu terjadinya aritmia.
 Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang
terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung
dan fibrilasi atrium.
 Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),
membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls
elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.
 Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung
serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif
dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
 Konsumsi Kafein atau Nikotin

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat
dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan
mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi
ventrikel (ventricular fibrillation).
5. Tanda Dan Gejala Aritmia
Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b.Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
d.Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
f. Palpitasi
g.Pingsan
h.Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan (perasaan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k.Detak jantung lambat (bradycardia)

6. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung


a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk


menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di
rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek
obat antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

7. Drug Of Choise Ariatmia


Terapi farmakologi
Menurut Vaughan-Williams, antiaritmia diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu :
 Kelas IA : Antiaritmia yang mengakibatkan perpanjangan potensial aksi
seperti kinidin, prokainamid, disopiramid.
 Kelas IB : efektif untuk aritmia supraventrikuler seperti lidokain dan
meksiletin
 Kelas IC : efektif untuk aritmia supraventrikuler dan ventricular tapi
penggunaan untuk aritmia ventricular dibatasi karena dapat mengakibatkan
proaritmia. Contohnya propafenon, flekainid

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

 Kelas II : antiaritmia yang memblokir pengaruh ketekolamin terhadap


pembentukan rangsang dan hantaran impuls, serta menghambat reseptor b,
termasuk beta blocker : propanolol, atenolol,
 Kelas III : antiaritmia yang meninggikan fase repolarisasi misalnya amiodaron
dan sotalol
 Kelas IV : antiaritmia yang bersifat kardiodepresan, melalui hambatan
pemasukan ion Ca lambat (antagonis Ca) misalnya verapamil dan diltiazem.

Obat-Obat kelas IA :

1. Kinidin
a. indikasi : antikolinergik. Profilaktitk fibrilasi, fluttering serambi dan terapi
tachyaritmia supraventrikuler.
b. Mekanisme kerja : kuinidin bersifat penghambat adrenoseptor alfa yang dapat
menyebabkan atau meningkatkan refleks nodus sinoatrial
c. Dosis : profilaktik aritmia serambi oral 3-4 x sehari 200-400 mg, tablet retard 2 x
sehari 750 mg. Aritmia bilik semula 200 mg, lalu setiap 3 jam 200 mg sampai efek
tercapai, tablet retard 2x sehari 500-1250 mg.
d. Interaksi : kinidin dapat meningkatkan kadar digoksin dalam darah, juga khasiat
derivat kumarin dapat diperkuat. Enzim induktor seperti fenitoin, fenobarbital dan
rifampisin, dapat mempercepat perombakan kinidin.
e. Kontraindikasi : tidak untuk wanita hamil dan menyusui.
f. Efek samping obat : gangguan lambung-usus. Alergi kulit (exanthema) dan
gangguan darah (anemia hemolik, trombositopenia)

2. Disopiramida
a. indikasi : profilaksik aritmia serambi dan tachycardia supraventrikuler.
b. Mekanisme kerja : menghambat rangsangan parasimpatis pada nodus sinoatrial
(SA) dan antrioventrikuler (AV).

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

c. Dosis : Oral 4xsehari 100-150 mg, maks 1,2 g sehari. tablet retard 2xsehari 125-
375 mg. i.v. sebagai fosfat 2mg/kg dalam 10 menit, disusul oleh infus 0,4
mg/kg/jam, maks 800 mg sehari dengan pemantauan ECG.
d. Interaksi :
e. Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekompensasi: bradikardi; sick sinus
syndrome; blokade AV tingkat 2 dan 3; intoksikasi digitalis; glaukoma sudut
sempit; hipertrofi prostat
f. Efek samping obat : efek antikolinergic (mulut kering, obstipasi, gangguan
penglihatan, tachycardia, impotensi dan retensi urin). Kadang-kadang terjadi
gangguan lambung-usus, mual , muntah, nyeri dan lemah otot, rasa lelah, pusing
dan exanthema.

3. Prokainamida
a. indikasi : mirip kinidin, profilaktik dan terapi aritmia ventrikuler.
b. Mekanisme kerja : menghambat rangsangan parasimpatis pada nodus sinoatrial
(SA) dan atrioventrikuler (AV)
c. Dosis : oral 250-1000 mg setiap 3 jam (klorida), i.v. 0,5-1 g setiap 4-8 jam.
d. Interaksi :
e. Kontraindikasi : hipersensitivitas, blokade AV tingkat 2 dan 3, bradikardi,
insufisiensi jantung dengan dekompensasi, intoksikasi digitalis, Myastenia gravis
f. Efek samping obat : gangguan penyaluran impuls dengan AV-block dan
tachycardia bilik , kadang-kadang gangguan lambung-usus, reaksi kulit, pusing,
demam dan depresi. Jarang sekali lupus dan kelainan darah.

Obat-Obat Kelas IB :

1. Lidokain
a. indikasi : takikardi ventrikuler dan ekstrasistol (terutama sebagai akibat dari infark
miokard), anestesi lokal

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

b. Mekanisme kerja : menghambat konduksi disepanjang serabut saraf secara reversibel,


baik serabut saraf sensorik, motorik maupun otonom.
c. Dosis : awal 100 mg i.v. setelah itu dengan infus jangka panjang 4 mg/menit selama 3
jam, setelah itu pengurangan sampai separuhnya(sambil dikontrol EKG terus
menerus)
d. Interaksi :
e. Kontraindikasi : blockade AV total, bradikardi, insufisiensi jantung dengan
dekompensasi, insufisiensi hati.
f. Efek samping obat : agitasi, cemas, koma, bingung, disorientasi, pusing, mengantuk,
eforia, halusinasi, sakit kepala, hiperestesia, cemas

2. Meksiletin
a. indikasi : takikardi ventrikuler dan ekstrasistol
b. Mekanisme kerja : menghambat konduksi di sepanjang serabut saraf secara reversibel,
baik serabut saraf sensorik, motorik maupun otonom.
c. Dosis : oral 3x200 mg/hari, i.v; pada awal 250 mg/10 menit, 250 mg pada jam berikut,
setelah itu 0,5-1 mg/menit sebagai infus jangka panjang.
d. Perhatian : ada kesamaan struktur kimiawi dengan lidokain dan dengan demikian juga
memiliki efek lokal anestesi.
e. Kontraindikasi : blockade AV total, bradikardi, insufisiensi jantung dengan
dekompensasi, insufisiensi ginjal & hati, hipotensi
f. Efek samping obat : mual, muntah, tremor, hipotensi, sinur bradikardi, vibralasi atrial,
gangguan penglihatan.

Obat-Obat Kelas IC :

1. Propafenon
a. Indikasi : ekstrasistol, supraventrikuler dan takiaritmia; fibrilasi atrium paroksismal;
sindrom wolf-parkinson-white; takikardia ventrikuler
b. Mekanisme kerja : memperlambat konduksi dan menekan arus masuk Na+ kedalam
sel

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

c. Dosis : oral 3x200 mg/hari, i.v; pada awal 250 mg/10 menit, 250 mg pada jam
berikut, setelah itu 0,5-1 mg/menit sebagai infus jangka panjang.
d. Interaksi :
e. Kontraindikasi : infusiensi jantung yang serius, bradikardi, blokade AV tingkat 2 dan
3, blokade pada paha, hipotensi yang menonjol
f. Efek samping obat : gangguan GI, penglihatan & vertigo, konvulsi, disregulasi
ortostatik

2. Flekainid
a. Indikasi : hanya pada takiaritmia ventrikuler yang istimewa berat dan pada aritmia
ventrikuler yang bertahan dan mengancam jiwa.
b. Mekanisme kerja : memperlambat konduksi dan menekan arus masuk Na+ kedalam
sel
c. Dosis : 1 mg/kgBB i.v. atau 2x100-150 mg p.o/hari
d. Interaksi :
e. Kontraindikasi : blokade AV tingakat 2 dan 3, bradikardi, insufisiensi jantung yang
serius, hipotensi
f. Efek samping obat : gangguan SSP (diplopia, vertigo, nyeri kepala), bradikardi

Obat-Obat Kelas II (Beta blocker)

1. Propanolol
a. indikasi : aritmia, hipertensi, angina pektoris
b. Mekanisme kerja : antiaritmia yang memblokir pengaruh ketekolamin
terhadap pembentukan rangsang dan hantaran impuls, serta menghambat
reseptor b, termasuk beta blocker.
c. Dosis : sehari 3-4x 10-80 mg
d. Interaksi : pemberian bersama digitalis, epinefrina, fenilefrin dan
simptomimetik lain yang bekerja pada reseptor adrenergik, pemberian
bersama insulin, simetidin, aluminium hidroksida.

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

e. Kontraindikasi : penderita payah jantung, blokade atrioventrikular, penderita


dengan riwayat bronkospasme dan asidosis metabolik.
f. Efek samping obat : gangguan SSP, gangguan saluran pencernaan, lesu,
pening, bradikardi, parastesia, demam, ruam kulit dan miopati proksimal.

2. Atenolol
a. indikasi : antihipertensi, anti angina, terapi pendamping acute myocardial infarction
dan cardiac arrhytmia.
b. Mekanisme kerja : antiaritmia yang memblokir pengaruh ketekolamin terhadap
pembentukan rangsang dan hantaran impuls, serta menghambat reseptor b, termasuk
beta blocker.
c. Dosis : awal sehari 1x50 mg maksimal 100 mg.
d. Interaksi : dapat menimbulkan efek hipoglikemi dengan obat antidiabetes, antagonis
kalsium, reserpin, disopiramid, amidaron, indometasin, glikosida digitalis.
e. Kontraindikasi : asma bronkial, syok kardiogenik, gagal jantung, dan bardikardia
sinus, hipotensi simptomatik, hipersensitivitas, asidosis metabolik.
f. Efek samping obat : iritasi mata, alergi kulit, hipotensi, hilang keseimbangan,
ekstremitas terasa dingin, kelelahan, insomnia, depresi, mual muntal, diare, mulut
kering, pusing, rambut rontok.

Obat-obat Kelas III

1. Amiodaron
a. indikasi : sebagai aritmia cadangan, takiaritmia supraventrikuler dan ventrikuler,
takikardi pada sindrom Wolff-Parkinson-white.
b. Mekanisme kerja : memperlambat sistem konduksi jantung &menghambat
repolarisasi
c. Dosis : awal 3xsehari 200 mg(HCl) saat makan selama 1-2 minggu, pemeliharaan
200-400 mg sehari.

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

d. Interaksi : amiodaron menyebabkan peningkatan konsentrasi digoksin plasma,


pendesakan keluar jaringan. Amiodaron memperkuat efek penghambatan pembekuan
dari derivat kumarin.
e. Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekompensasi, bradikardi, gangguan
fungsi kelenjar tiroid, gangguan konduksi AV.
f. Efek samping obat : pada penggunaan jangka lama berupa gangguan fungsi tiroid dan
toksisitas paru-paru, endapan di selaput tanduk mata tanpa gejala (reversibel),
gangguan lambung-usus, reaksi kulit yang dapat berwarnaabu-abu biru akibat
fotosensibilisasi.

2. Sotalol
a. indikasi : takiaritmia supraventrikuler dan ventrikuler, angina pectoris, hipertensi
b. Mekanisme kerja : memperlambat sistem konduksi jantung dan menghambat
repolarisasi
c. Dosis : awal 160mg/hari, jika perlu dapat dinaikkan menjadi 320-480 mg/hari.
d. Interaksi :
e. Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekompensasi, bradikardi, sick sinus
syndrome, gangguan konduksi AV, hipotensi.
f. Efek samping obat : bradikardi, hipertensi postural, mual, diare, penglihatan kabur,
vatigue

Obat-Obat Kelas IV

1. Verapamil
a. indikasi : takikardia supraventrikuler, takiaritmia supraventrikuler, ekstrasistol atrium,
angina pectoris, hipertensi
b. Mekanisme kerja : menghambat secara selektif masuknya ion Ca2+ melewati slow
channel yang terdapat pada membran sel (sarkolema) otot jantung dan pembuluh
darah, sehingga mendilatasi arteri utama jantung, dan meningkatkan pengiriman
oksigen ke otot jantung dengan menghambat spasme arteri koroner.
c. Dosis : awal terapi 240-480 mg p.o., pengobatan jangka panjang 80-240 mg p.o.
setiap 6-8 jam.

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

d. Interaksi : kombinasi dengan beta bloker, bisa saling menguatkan efek kardiodepresif.
e. Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekompensasi, infark miokard yang baru,
syok cardiogenik, bradikardi, sick sinus syndrome, gangguan konduksi AV,
hipotensi, blokade reseptor beta.
f. Efek samping obat : blokade AV, sinus bradikardi, hipotensi, konstipasi, gagal
jantung memburuk.

2. Diltiazem
a. indikasi : semua bentuk angina pektoris, hipertensi, takikardia supraventrikuler,
ekstrasistol atrium, flutter dan fibrilasi atrium disertai takiaritmia.
b. Mekanisme kerja : menghambat secara selektif masuknya ion Ca2+ melewati slow
channel yang terdapat pada membran sel (sarkolema) otot jantung dan pembuluh
darah, sehingga mendilatasi arteri utama jantung, dan meningkatkan pengiriman
oksigen ke otot jantung dengan menghambat spasme arteri koroner
c. Dosis : 180-360 mg/hari p.o.
d. Interaksi :
e. Kontraindikasi : insufisiensi jantung dengan dekompensasi, infark miokard yang baru,
bradikardi, gangguan konduksi AV, hipotensi.
f. Efek samping obat : blockade AV, sinus bradikardia, hipotensi, gagal jantung
memburuk

4. DOC/ obat yang aman digunakan untuk pasien ibu hamil yang mengalami aritmia
adalah adenosine, kinidin, sotalol, verapamil. Sedangkan DOC yang aman untuk
pasien ibu menyusui adalah adenosine, beta-blocker, digoxin, lidokain, quinidine,
procainamid, sotalol, verapamil.

5. Terapi non farmakologi


Gejala yang parah dan baru mulai, pasien mungkin membutuhkan direct-
current cardioversion (DCC). Sebuah prosedur dimana disinkronisasi (sempurna

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

waktu) sengatan listrik disampaikan melalui dinding dada ke jantung melalui


elektroda khusus atau dayung yang diterapkan pada kulit dada dan punggung.
Tujuan DCC adalah untuk mengganggu sirkuit listrik abnormal (s) dalam hati dan
untuk mengembalikan jantung berdetak normal.
Shock dapat menyebabkan semua sel-sel jantung berkontraksi secara bersamaan,
sehingga mengganggu dan mengakhiri irama listrik abnormal (biasanya fibrilasi
atrium) tanpa merusak jantung. Selain DCC juga bisa dengan ablasi jantung. Kadang-
kadang, aliran listrik akan diblokir atau perjalanan jalur yang sama berulang kali
menciptakan sesuatu dari "hubungan pendek" yang mengganggu irama jantung
normal. Pengobatan ini sering membantu. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun,
perawatan yang paling efektif adalah untuk menghancurkan jaringan perumahan
sirkuit pendek. Prosedur ini disebut ablasi jantung.

6. Contoh soal
1. Obat antiaritmia yang masuk dalam golongan antagonis Ca adalah ...
a. Kinidin
b. Prokainamid
c. Lidokain
d. Propanolol
e. Verapamil
2. Atenolol termasuk obat antiaritmia golongan...
a. Betabloker
b. Antagonis Ca
c. Anestesi
d. Kalium bloker
e. Diuretik
3. Seorang wanita perempuan berumur 35 tahun dengan usia kehamilan 12 minggu
mengalami aritmia. Manakah obat yang direkomendasikan untuk wanita tersebut ?
a. Propafenon
b. Verapamil
c. Propanolol

©Copyright Mapro 32 UAD


PSPA XXXII
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

d. Disopiramid
e. Diltiazem
4. Mekanisme kerja obat prokainamid yaitu....
a. Memblok reseptor beta 1 dan beta 2
b. Menghambat konduksi di sepanjang serabut saraf secara reversibel
c. Menghambat rangsangan parasimpatis pada nodus SA dan AV
d. Meningkatkan rangsangan parasimpatis
e. Menghambat adrenoseptor alfa
5. Dosis penggunaan diltiazem adalah ....
a. 140-280 mg/hari
b. 160-380 mg/hari
c. 150-300 mg/hari
d. 180-360 mg/hari
e. 170-500 mg/hari

©Copyright Mapro 32 UAD

Anda mungkin juga menyukai