Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Proses
Patofisiologi : proses immunitas, proses peradangan, proses infeksi, proses
keganasan, proses terjadinya syok, dan kelainan dan interaksi genetic.” dengan
tepat waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................5
PEMBAHASAN .....................................................................................................................5
A. Sistem Imunitas ..............................................................................................................5
B. Peradangan (Inflamasi) .................................................................................................12
C. Infeksi............................................................................................................................17
D. Keganasan.....................................................................................................................24
E. Syok...............................................................................................................................27
F. Kelainan Genetika .........................................................................................................30
BAB III................................................................................................................................35
PENUTUP...........................................................................................................................35
A. Kesimpulan............................................................................................................35
B. Saran .....................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh manusia adalah entitas
yang kompleks dan multifaset yang berhubungan dengan infiltrasi patogen
seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit. Beberapa upaya tubuh untuk
melawan patogen tersebut adalah melalui respon imun spesifik dan non
spesifik. Kekebalan non-spesifik, seperti fagosit, sel NK dan sistem
komplemen, selalu ada pada individu sehat dan dengan cepat
menghilangkan invasi mikroba ke jaringan dalam 12 jam pertama setelah
infeksi. Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik
memiliki kemampuan untuk mengenali benda-benda yang dianggap asing
dan memiliki memori untuk memproses paparan ulang secara cepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang terdapat dalam konsep proses patofisilogi?
2. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi imunitas?
3. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi peradangan?
4. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi infeksi?
5. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi keganasan?
6. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi syok?
7. Bagaimana dapat mengetahui proses patofisilogi kelainan dan interaksi
genetik?
C. Tujuan Penelitian
1. Agar dapat mengetahui tentang konsep proses patofisiologi.
2. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi imunitas.
3. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi peradangan.
4. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi infeksi.
5. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi keganasan.
6. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi syok.
7. Agar dapat mengetahui tentang proses patofisilogi kelainan dan
interaksi genetik.
D. Manfaat Penelitian
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan jawaban dari
permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dan dapat memberikan
kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis. Makalah ini juga
diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai konsep proses
patofisiologis serta dapat menambah literatur atau referensi untuk
pengembangan tugas makalah selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem Imunitas
1. Pengertian Imunitas
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari pertahanan ataU kekebalan
terhadap senyawa makromolekul atau organisme asing yang masuk ke
dalam tubuh. Secara histroris, istilah ini kemudian digunakan untuk
menggambarkan perlindungan terhadap penyakit menular. Untuk
melindungi dirinya sendiri, tubuh memerlukan mekanisme yang dapat
memisahkan sel-sel itu sendiri. Contoh, (Dharma, 2022: 100). Artiya dari
buku pak Kelana pada halaman 100
Sistem kekebalan atau sistem kekebalan adalah sistem yang
melindugi terhadap efek biologis yang dibuat oleh sel dan organ tertentu
dari organisme. Ketika sistem kekebalan bekerja dengan baik, ia
melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan virus serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lainnya. Ketika sistem kekebalan melemah,
kemampuannya untuk melindungi tubuh juga melemah, memungkinkan
patogen, termasuk virus penyebab pilek dan flu, berkembang biak di
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memantau sel tumor dan memblokir
sistem ini juga dialporkan meningkatkan resiko kanker tertentu.
Sistem imunitas adalah kumpulan dari sel, jaringan dan
molekul yang memediasi resistensi terhadap infeksi. Sistem imun
memiliki tujuan untuk melindungi sekaligus mencegah serangan dari
organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak
dirinya (Abbas et al., 2012; Munasir, 2001).
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi
organism easing dengan membedakan “diri” (self) dari “bukan-diri”
(non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungi pejamu dari
faktor eksternal seperti mikro-organisme atau toksin tetapi juga
mencegah dan menolak serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau
fenomena autoimun. Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun
menimbulkan beragam penyakit klinis dengan ekspresi dan keparahan
yang bervariasi dari penyakit atopik hingga artritis rheumatoid, severe
combined immunodeficiency, dan kanker.
2. Macam – macam imunitas
Sistem kekebalan tubuh manusia dibagi 2 yaitu :
a. Sistem kekebalan tubuh non spesifik
Disebut juga non-adaptive atau innate immunity, artinya
mekanisme pertahanan tidak hanya menargetkan satu jenis
antigen, tetapi antigen yang berbeda. Kekebalan bawaan hadir
sejak lahir dan terdiri dari beberapa elemen non-spesifik. Oleh
karena itu bukan pertahanan spesifik terhadap antigen tertentu.
1) Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap pertama
Tahap pertama dari proses pertahanan ini juga bisa disebut
kekebalan alami. Tubuh memberikan resistensi atau
penghalang masuknya patogen /antigen. Kulit menjadi
penghalang masuknya patogen karena lapisan luar kulit
mengandung keratin dan Sebagian air, yang mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Air mata melawan zat asing
dengan membasuh dan melarutkan mikroorganisme ini.
Minyak yang dihasilkan oleh glandula sebaceae memilik efek
antimikroba. Slime atau lender digunakan untuk mejebak
patogen yang menyerang ke dalam hidung atau bronkus dan
keluar dari paru-paru. Rambut hidung juga berperan, karena
bertanggung jawab untuk menyaring partikel berbahaya dari
udara. Semua zat cair yang diproduksi oleh tubuh (air mata,
lendir, air liur) mengandung enzim yang disebut lisozim.
Lisozim adalah enzim yang dapat menghidrolisis dinding sel
bakteri atau patogen lain sehingga menyebabkan sel rusak dan
mati. Jika patogen mengatasi fase pertahanan pertama,
pertahanan kedua aktif.
2) Proses pertahanan tubuh non spesifik tahap kedua
Peradangan adalah proses pertahanan non-spesifik di mana
ketika patogen atau antigen memasuki tubuh dan menyerang
sel, sel yang rusak melepaskan sinyal kimia yang disebut
histamin. sinyal kimia. Berefek pada pelebaran pembuluh
darah (dilatasi) dan akhirnya pecah. Sel darah putih seperti
neutrofilik, asidofilik, dan monosit bocor keluar dari pembuluh
darah karena gerakan yang diinduksi oleh senyawa kimia
(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifat fagositiknya, sel
darah putih ini segera memakan sel asing tersebut. Peristiwa
ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, bila
benda cair dimakan disebut pinositosis. Makrofag atau monosit
mencoba membunuh patogen dengan menutupinya dengan
pseudopoda dan menggunakan lisosom untuk membunuh
patogen. Dengan bantuan lisosom, pembunuh dapat
menempuh dua cara, yaitu lisosom menghasilkan senyawa
toksik bagi patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosom
yang mencerna bagian tubuh mikroba. Bagian tubuh tertentu
memiliki makrofag yang tidak bermigrasi ke bagian tubuh
lainnya, antara lain:
di paru-paru (makrofag alveolar), hati (sel Kupffer), ginjal (sel
mesangial), otak (mikrosit), jaringan ikat (histiosit) dan nodul
dan limpa. Acidophilus / eosinophils berperan dalam
mengendalikan parasit besar. Sel ini menempel pada dinding
luar parasit dan melepaskan enzim pengurai dari butiran
sitoplasmanya. Selain leukosit, protein antimikroba terlibat
dalam penghancuran patogen. Protein antimikroba utama
dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem
komplemen, yang memainkan peran penting dalam proses
pertahanan non-spesifik dan spesifik, dan interferon. Sel yang
terinfeksi virus menghasilkan interferon, yang mencegah
produksi virus di sel tetangga. Jika patogen berhasil mengatasi
semua pertahanan non-spesifik, patogen segera menghadapi
pertahanan spesifik yang dimediasi oleh limfosit.
a. Sistem kekebalan tubuh spesifik
Pertahanan Khusus: Imunitas yang dimediasi antibodi
dalam respon imun yang dimediasi antibodi, limfosit B
berperan dalam proses ini, dengan limfosit B mengalami
dua proses, yaitu respon imun primer dan respon imun
sekunder. Ketika limfosit B bertemu dengan antigen dan
cocok, limfosit B membelah dengan mitosis dan
menghasilkan banyak limfosit B. Semua limfosit B segera
melepaskan antibodinya, merangsang sel mast untuk
menghancurkan antigen atau sel yang ditargetkan oleh
antigen untuk melepaskan histamin. 1 sel limfosit B
dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang sama
sebelum serangan. Limfosit B yang tersisa ini disebut
limfosit B memori. Ini adalah proses respon imun primer.
Jika antigen yang sama menyerang lagi, limfosit B dengan
cepat menghasilkan lebih banyak limfosit B daripada
sebelumnya. Semua antibodi rilis dan merangsang sel mast
untuk mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen.
Kemudian 1 limfosit B tetap hidup untuk
mempertahankan antibodi sebelumnya. Karena itu, respon
imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun
primer. Jika suatu saat orang tersebut tidak terpapar antigen
yang sama dengan orang yang menyerang sebelumnya,
kemungkinan mereka tertular antigen yang sama karena
limfosit B yang mengingat antigen tersebut mati. Limfosit B
memori biasanya berumur panjang dan tidak menghasilkan
antibodi kecuali terkena antigen tertentu. Jika antigen yang
sama tidak menyerang untuk waktu yang lama, limfosit B
bisa mati dan orang yang seharusnya resisten terhadap
antigen tersebut bisa sakit lagi q!`saat antigen menyerang,
sehingga seluruh proses respon imun harus diulang dari
awal.
a. Proses/cara kerja imunitas dalam tubuh manusia
Sistem kekebalan tubuh bekerja ketika mikroorganisme (bakteri atau
virus) terdeteksi menyerang tubuh, maka "unit" sel sistem kekebalan
membentuk semacam barikade untuk mencegah serangan berbahaya ini
Dalam proses ini, beberapa jenis sel bekerja sama untuk mengenali dan
merespons antigen. Sel-sel ini kemudian merangsang limfosit B untuk
menghasilkan antibodi. ini tidak lebih dari sebuah protein yang kemudian
berikatan dengan agen penyakit (antigen). Juga, limfosit T berpindah ke
antigen yang telah ditunggangi oleh limfosit B dan kemudian
menghancurkan antigen tersebut. Antibodi, setelah terbentuk, tetap berada
di dalam tubuh untuk beberapa waktu. Jadi ketika bakteri (antigen)
kembali, antibodi tersedia untuk melakukan tugasnya.
Selain itu, antibodi juga berperan dalam menetralkan racun yang
dibawa oleh mikroorganisme dan merangsang protein komplemen untuk
melawan virus dan bakteri.
a. Macam – macam gangguan imunitas pada manusia
1. Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensitivitas adalah peningkatan aktivitas atau kepekaan
terhadap antigen yang telah terpapar sebelumnya atau yang
diketahui. Reaksi imun non-spesifik dan spesifik umumnya
bermanfaat bagi tubuh, bertindak sebagai perlindungan terhadap
infeksi atau pertumbuhan kanker, tetapi juga dapat menyebabkan
hal-hal yang merugikan bagi tubuh, seperti: reaksi
hipersensitivitas. Komponen sistem imun yang berperan dalam
fungsi proteksi sama dengan komponen yang menyebabkan reaksi
hipersensitivitas.
Hipersensitivitas mengacu pada peningkatan sensitivitas atau
reaktivitas terhadap antigen yang diketahui sebelumnya. Dengan
kata lain, tubuh Anda menjadi lebih sensitif terhadap antigen
tertentu. Respon imun berlebihan dan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan. Pada umumnya setiap orang memiliki gejala
alergi yang berbeda-beda, namun ada beberapa gejala yang sama
yang dimiliki oleh penderita alergi. Gejala-gejala ini termasuk
gatal-gatal, ruam, mata merah, kram berlebihan dan kesulitan
bernapas.
2. Autoimun
Autoimun merupakan penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh seseorang dan biasanya terjadi pada wanita.
Autoimun adalah gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh kegagalan pertahanan tubuh yang stabil, dimana
sistem kekebalan menyerang tubuh yang sehat sebagai benda asing
yang harus dihancurkan. Penyakit autoimun ini merusak organ
tubuh manusia karena dapat merusak organ sel yang sehat di
dalam tubuh manusia. Contoh penyakit autoimun yang paling
umum adalah rheumatoid arthritis, lupus eritematosus sistemik,
penyakit celiac, sindrom Sjogren, rematik polymyalgia, multiple
sclerosis, ankylosing spondylitis, diabetes tipe 1, alopecia,
vaskulitis, dan sebagainya arteritis.
Munculnya penyakit autoimun menyebabkan beberapa
penyakit yang gejalanya sulit dikenali dan bisa menyerang siapa
saja, terutama wanita. Gejala penyakit autoimun dapat menyerang
tubuh kapan saja dan membahayakan sistem imun seseorang.
Umumnya wanita menganggap gejala tersebut biasa saja dan
menyepelekan masalahnya, namun ketika menyadari sudah berada
pada tahap kritis, mereka berinisiatif memeriksakan diri ke dokter
dan menunda pengobatan. Ketika tubuh terasa tidak fit, perlu
bertindak cepat dan berkonsultasi dengan dokter, agar penyakit
yang dihadapi seseorang tidak serius dan dapat dicegah. Untuk
memudahkan pencegahan penyakit autoimun dan menemukannya
berdasarkan gejala tertentu dari seseorang maka dibuatlah aplikasi
untuk mengetahui apakah seseorang mengidap penyakit autoimun
atau tidak.
3. Imunodefisiensi
Immunodeficiency adalah suatu kondisi di mana efektivitas
sistem kekebalan tubuh berkurang atau sistem kekebalan tubuh
tidak mampu bereaksi terhadap antigen. Ada dua jenis
imunodefisiensi, yaitu imunodefisiensi kongenital dan AIDS.
Orang dengan defisiensi imun bawaan perlu hidup di lingkungan
yang steril karena mereka dilahirkan dengan defisiensi sel B dan
T. Pada saat yang sama, jumlah sel T penolong pada pasien AIDS
terus berkurang sehingga melemahkan sistem kekebalan tubuh.
AIDS disebabkan oleh virus HIV.
B. Peradangan (Inflamasi)
1. Pengertian Peradangan
C. Infeksi
1. Pengertian Infeksi
2. Macam-macam infeksi
a) Pilek
Gejala berupa pilek, bersin-bersin, dan kongesti. Penderitanya,
terutama anak-anak, harus segera ke dokter jika mengalami demam
tinggi atau gejala berat.
b) Flu
Gejalanya meliputi demam, menggigil, nyeri otot, batuk, pilek,
sakit kepala, dan kelelahan.
f) Selulitis
Selulitis dapat cepat menyebar. Kulit yang terkena akan bengkak
dan merah dan mungkin panas dan lunak.
h) Pilek
Kebanyakan orang sembuh dengan sendirinya dalam waktu dua
minggu. Bisa juga dengan cara irigasi hidung, permen pelega
trnggorokan, dan mentol.
i) Flu
Flu diobati terutama dengan beristirahat dan cairan untuk
membantu tubuh melawan infeksi. Penghilang rasa sakit anti
peradangan yang tersedia bebas dapat membantu meringankan
gejala. Vaksin tahunan juga dapat membantu mencegah flu dan
membatasi komplikasinya. Bisa juga dilakukan dengan istirahat
total dan permen pelega tenggorokan.
k) Selulitis
Pengobatan yang digunakan yaitu terdiri dari antibiotik, tanpa
pengobatan dengan antibiotik, selulitis dapat mengancam jiwa.
l) Flu Perut
Pengobatan yang di gunakan terdiri dari cairan, menghindari
makanan dan air yang terkontaminasi sertamencuci tangan dapat
membantu mencegah infeksi. Istirahat dan rehidrasi adalah
penanganan yang utama.
n) Penyakit Kelamin
Penanganan yang digunakan bervariasi salah satunya adalah
pengobatan dan mempraktikan hubungan seks yang aman untuk
menghindari penyebaran penyakit kepada oranglain.
D. Keganasan
1. Pengertian Keganasan
2. Klasifikasi Keganasan
4. Proses Keganasan
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa karsinogenesis adalah
proses bertingkat yang membutuhkan periode latensi yang panjang,
disebut sebagai teori inisiasi-promosi karsinogenesis. Sel kanker muncul
dari sel normal melalui proses kompleks yang disebut transformasi, yang
terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Iskandar, 2007).
E. Syok
1. Pengertian Syok
Syok didefinisikan sebagai suatu sindrom gangguan patofisiologi
yang parah, yang jika dilanjutkan dengan perfusi jaringan yang buruk,
mungkin berhubungan dengan metabolisme sel yang abnormal. Lebih
lanjut, syok adalah kegagalan total sirkulasi darah prifer sehingga perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat.
Syok adalah sindrom klinis kompleks yang mencakup sejumlah
kondisi dengan manifestasi hemodinamik yang berbeda, Namun indikasi
umum adalah perfusi jaringan yang tidak mencukupi Ketika kemampuan
jantung untuk memompa darah terganggu (Muttaqin, 2009).
2. Macam – macam syok
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme
terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam :
a. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai penurunan
volume darah yang bersirkulasi dibandingkan dengan
kapasitas total pembuluh darah. Syok hipovolemik adalah
syok yang disebabkan oleh hilangnya cairan infus, biasanya
dalam bentuk darah atau plasma. Kehilangan darah dari luka
terbuka adalah salah satu penyebab paling umum, tetapi
kehilangan darah yang tidak terlihat dapat terjadi di perut, di
jaringan retroperitoneal, atau di sekitar fraktur. Sementara itu,
kehilangan protein plasma dapat dikaitkan dengan kondisi
seperti pankreatitis, peritonitis, luka bakar, dan anafilaksis.
b. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi ketika kemampuan jantung
untuk berkontraksi dan memompa darah terganggu dan
suplai oksigen ke jantung dan jaringan tubuh tidak
mencukupi. Penyebab syok kardiogenik adalah: infark
miokard akut, infark ventrikel kiri, takiaritmia atau
bradiaritmia. Tanda dan gejala syok kardiogenik meliputi:
tekanan darah rendah (<80-90 mm Hg), nadi cepat dan
lemah, aritmia, nyeri angina, ketidakstabilan hemodinamik,
oliguria (urin <20 ml/jam), takipnea dan dalam, takikardia,
ronki basah di kedua dasar paru-paru, kebisingan jantung
Kelemahan, sianosis, berkeringat (berkeringat), ekstremitas
dingin dan perubahan mental Studi pendukung termasuk
elektrokardiogenesis (EKG), radiografi dada, ekokardiografi,
pemantauan hemodinamik, saturasi oksigen.
c. Syok distributive
Syok distributif karena vasodilatasi umum yang
disebabkan oleh vasodilator. Ada tiga jenis syok vasogenik:
Syok septik dan syok anafilaksis, yang dapat menyertai
infeksi yang meluas, disebabkan oleh vasodilator yang
disekresikan oleh agen infeksius. Demikian pula, pada reaksi
alergi yang parah, pelepasan histamin yang berlebihan dapat
menyebabkan vasodilatasi menyeluruh (syok anafilaktik)
dan syok neurogenik, dengan vasodilatasi yang terjadi akibat
hilangnya tonus simpatis.
3. Tanda dan Gejala syok
a. Nadi cepat dan halus (> 112 per menit)
b. Menurunnya tekanan darah (diastolic < 60)
c. Pernafasan cepat (respirasi > 32 per menit)
d. Pucat (terutama pada konjungtiva palpebra, telapak tangan, bibir)
e. Berkeringat, gelisah, apatis/bingung atau pingsan/tidak sadar
4. Cara mengatasi syok
a. Tempatkan pasien secara perlahan dalam posisi terlentang.
b. Jangan memindahkan atau memindahkan pasien kecuali
diperlukan.
c. Longgarkan atau lepaskan pakaian ketat.
d. Periksa denyut nadi dan jantung. Jika pasien tidak bernapas atau
tidak ada denyut nadi, lakukan resusitasi kardiopulmoner (CPR).
Berikan penderita selimut agar tetap hangat dan nyaman.
e. Jangan biarkan orang yang terkena dampak minum atau makan.
f. Segera berikan epinefrin dalam bentuk auto-injector jika syok
disebabkan oleh alergi dan ditemukan pasien injeksi tersebut.
g. Tutupi area yang berdarah dengan seprai atau kain jika pasien
berdarah.
h. Jika pasien muntah atau darah keluar dari mulut, miringkan
pasien untuk menghindari risiko mati lemas.
Setelah ditangani oleh tenaga medis, pasien mendapat pertolongan
pertama hingga kondisinya stabil. Tindakan yang dapat dilakukan
antara lain:
a. Pemberian cairan intravena (ventilasi cairan)
b. berikan oksigen
c. pembukaan saluran udara
d. Pemberian obat-obatan untuk memulihkan tekanan darah dan
mengatur detak jantung, seperti : Norepinefrin
5. Cara mencegah syok
a. Lakukan pemeriksaan jantung rutin dan minum obat rutin untuk
penderita penyakit jantung untuk menghindari syok kardiogenik.
b. Tangani tanda-tanda infeksi sesegera mungkin untuk menghindari
syok septic.
c. Berlatih mengemudi dengan aman untuk menghindari syok
neurogenik akibat cedera tulang belakang.
d. Hati-hati dan hindari pemicu alergi yang dapat menyebabkan syok
anafilaksis dan selalu bawa adrenalin dalam bentuk auto-injector
(pena).
e. Hindari merokok
f. Rajin olahraga
F. Kelainan Genetika
1. Pengertian Kelainan Genetika
Kelainan dan penyakit genetik adalah penyimpangan dari sifat
umum atau sifat rata-rata manusia, serta merupakan penyakit yang muncul
karena tidak berfungsinya faktor-faktor genetik yang mengatur struktur
dan fungsi fisiologi tubuh manusia.
b. Gangguan-gangguan kromosom
Pertanyaan :
1. Apa yang menarik dari topik yang kelompok anda bahas?
Jawab : karena dari topik yang kelompok kami bahas adalah tentang
konsep proses patofisiologi, jadi kami dapat mengetahui lebih dalam
tentang proses imunitas, proses peradangan, proses infeksi, proses
keganasan, proses terjadinya syok serta kelainan dan interaksi genetik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Novanti, Dwi Ishmi. (2016). Uji Aktivitas Anti Bakteri. Online (diakses pada
tanngal 09 – Maret – 2023).
https://repository.ump.ac.id/1025/3/BAB%20II_DWI%20ISHMI%20N
OVANTI_FARMASI%2716.pdf
Untuk sumber menggunakan buku, harus di tuliskan halamannya. Contoh, (Dharma, 2022: 100). Artiya dari
buku pak Kelana pada halaman 100
Untuk sumber Jurnal, tidak perlu menuliskan halamannya. Contoh, (Dedi, 2022)
Untuk Teknik penulisan kita menggunakan APA STYLE Edisi ke 6 (2010)
PENGETIKAN
1. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12
2. Spasi yang digunakan untuk teks dalam naskah 1,5 spasi, kecuali
3. Untuk daftar isi, abstrak, kutipan langsung, judul tabel, judul gambar,
dan daftar pustaka
diketik dengan jarak 1 spasi.
4. Rumus diketik dengan jarak spasi sesuai dengan kebutuhan.
5. Batas tepi pengetikan diatur dari tepi kertas:
a. Tepi kiri: 4 cm
b. Tepi atas, tepi bawah dan tepi kanan: 3 cm
6. Alinea baru dimulai dari karakter yang ke-6 dari batas tepi kiri.
7. Awal kalimat harus menggunakan huruf besar.
8. Penulisan judul, sub judul, dan anak sub judul diakhiri tanpa titik.
9. Apabila dalam penulisan naskah terdapat rincian ke bawah tidak boleh menggunakan tanda baca,
penghubung atau simbol lainnya melainkan harus dengan huruf atau angka.
PENOMORAN
1. Bagian awal Skripsi diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil dan ditempatkan
pada bagian bawah tengah secara simetris.
2. Bagian utama dan bagian akhir untuk usulan/laporan penelitian Skripsi diberi nomor
dengan menggunakan penomoran umum, khusus untuk halaman yang memuat judul bab
maka nomor halaman diletakkan di bagian bawah secara simetris, sedangkan halaman
berikutnya diletakkan pada bagian kanan atas.
3. Penomoran bab, sub bab dan anak sub bab Berikut aturan penomoran