SGD 6 LBM 3
ANGGOTA KELOMPOK :
1. ADETIYA DENTI WIJAYA K (31101800002)
2. ARIKA INDAH MARHAYU P (31101800015)
3. DESSY ADHIRA NUR SAFITRI (31101800023)
4. DIANA ISMALIA (31101800024)
5. DINDA NABILA ALFANI (31101800026)
6. FITRADI RIONO PANJI (31101800038)
7. KARINA DEPRAS NOFIT (31101800050)
8. MEGYA AGUSTINA DENTISARI (31101800054)
9. MUHAMMAD JODIE SETIAWAN (31101800060)
10. NURUL AZKIA ELHAKAMY (31101800071)
11. PUTRI AZZAH FARHANAH (31101800073)
12. REGINA NADYA AURELLIA D (31101800076)
1
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 6 LBM 3
Tutor Tanggal
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung patogen
di sekelilingnya. Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus,
matahari, dan polusi. Mikroba patogen tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi
bakteri (Judarwanto, 2012). Infeksi bakteri dapat disebabkan oleh bakteri ekstraseluler
maupun bakteri intraseluler. Terdapat 3 kelompok bakteri dipandang dari sisi
kemampuan invasi ke dalam sel eukariot yaitu bakteri intraseluler fakultatif, bakteri
intraseluler obligat, dan bakteri ekstraseluler. Salmonella typhi adalah bakteri
intraseluler yang sering menyebabkan infeksi pada manusia terutama di Indonesia.
(Basuki, 2013).
Sistem imun merupakan suatu sistem koordinasi respon biologik yang bertujuan
melindungi individu dari infeksi, baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan patogen yang lain
(Kresno, 2004). Respon imun akan timbul karena adanya reaksi yang dikoordinasi oleh
sel-sel di dalam tubuh. Sistem imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik
maupun spesifik memiliki peran masing-masing. Keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan namun sebenarnya kedua system imun tersebut memiliki kerja sama yang
erat (Male & Roitt, 1993). Pada imunitas spesifik ada dua cabang imunitas spesifik,
namun tujuan dari dua jenis imunitas ini sama yaitu mengeliminasi antigen. Kedua
sistem imun ini berinteraksi satu sama lain dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan
akhir yaitu eliminasi antigen. Dari dua jenis imunitas spesifik, satu diperantarai terutama
oleh sel B dan antibodi dalam sirkulasi, dan dinamakan respon imun humoral,
sedangkan satu sistem imun spesifik lainnya diperantarai oleh sel T, yang tidak
mensistesis antibodi tetapi menghasilkan dan melepaskan bermacam-macam sitokin
yang mempengaruhi sel-sel lainnya (Kresno, 2004).
Bagi patogen ekstraseluler sistem imun ditujukan untuk menghancurkan patogen,
sedangkan dalam merespon patogen intraseluler terdapat 2 pilihan, sel T dapat bersifat
sitotoksik menghancurkan sel yang terinfeksi atau dapat mengaktivasi sel untuk
menghadapi patogen tersebut, sebagai contoh adalah sel T helper melepas sitokin
untuk mengaktivasi makrofag untuk menghancurkan organisme yang mengalami
endositosis (Basuki, 2013).
Infeksi dapat terjadi ketika patogen berhasil menginvasi pejamu (host) dan
menyebabkan sakit. Keberhasilan patogen bergantung pada kemampuan untuk
menghindar dari respon imun. Salmonella typhi merupakan satu contoh bakteri
4
intraseluler patogen yang dapat menyebabkan penyakit demam tifoid. Bakteri
salmonella dapat menginfeksi host karena memiliki beberapa mekanisme yang
membuatnya dapat menyebabkan sakit diantaranya dapat bertahan dengan baik dalam
makrofag.
B. Skenario
Judul : Aduh kena tipus!
Anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke dokter anak dengan keluhan lemah,
lesu, demam yang hilang timbul, dan diare selama 1 minggu. Hasil pemeriksaan darah
menunjukkan Salmonella typhii positif. Dokter menjelaskan bahwa kondisi tersebut
disebabkan karena infeksi bakteri patogen intraseluler akibat sanitasi yang buruk atapun
makanan yang tercemar.
C. Identifikasi Masalah
1. Apa perbedaan dari bakteri pathogen intrasel dan ekstrasel?
2. Apa perbedaan dari bakteri gram positif dan bakteri gram negatif?
3. Bagaimana mekanisme bakteri dapat menginvasi sel tubuh?
4. Bagaimana stuktur penghalang (barrier) pada setiap site of infection?
5. Bagaimana respon tubuh terhadap infeksi bakteri patogen intrasel dan ekstrasel?
6. Bagaimana struktur morfologi dan sifat fisiologi bakteri Salmonella typhii?
7. Apa pemeriksaan yang harus dilakukan agar infeksi Salmonella typhii dapat
dideteksi?
8. Bagaimana cara demam typhoid ditularkan ke individu lain?
9. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi Salmonella typhii?
10. Bagaimana dalam pandangan Islam mengenai adab makan?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bakteri Patogen Intrasel dan Ekstrasel
a. Perbedaan Bakteri Intrasel dan Ekstrasel
1) Bakteri Intrasel
Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang mampu membelah diri di luar sel host,
contohnya pada sirkulasi, jaringan ikat ekstraselular, dan berbagai macam
ruangantar jaringan seperti saluran gastrointestinal dan saluran genitourinaria.
Contoh bakteri ekstraselular yang bersifat pathogen:
- Bakteri gram positif atau Pyogenic cocci (Staphilococcus, Streptococus)
- Gram negatif (Meningococcus dan gonococcus, Neisseria)
- Basil gram negatif (umumnya bakteri anaerob: spesies clostridium)
Bakteri ekstraselluler dapat menimbulkan penyakit melalui beberapa mekanisme
yaitu :
Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkan destruksi jaringan di
tempatinfeksi. Sebagai contoh misalnya kokus piogenik yang sering
menimbulkan infeksi supuratif yang hebat
Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek patologik. Toksin dapat
berupa endotoksin dan eksotoksin.
- Eksotoksin merupakan protein bakteri yang diproduksi dan dikeluarkan
kelingkungan selama pertumbuhan bakteri patogen. Ada beberapa cara
eksotoksin untuk dapat menimbulkan penyakit. Pertama, eksotoksin
dikeluarkan ke makanan akibatnya manusia terserang penyakit asal
makanan. Kedua, eksotoksin dikeluarkan ke permukaaan mukosa
menyerang sel inangatau dapat terbawa ke sistem peredaran darah
untuk menyerang jaringan yangrentan. Ketiga, bakteri patogen
membentuk abses (luka) dan mengeluarkaneksotoksin untuk merusak
jaringan sehingga mempermudah pertumbuhan bakteri.
- Endotoksin merupakan lipid sebagai lipopolisakarida membran luar
bakteri Gram negatif. Ketika bakteri patogen terbenam dalam
permukaan sel inang, akan menyebabkan pelepasan senyawa protein
seperti komplemen dan sitokin berlebih yang dapat ikut merusak sel
atau jaringan inang disekitarnya.
6
2) Bakteri Intrasel
Karakteristik utama bakteri intraselular adalah kemampuannya untuk hidup
dan bereplikasi di dalam sel-selsel fagosit. Dimana mikroba berhasil
menemukan tempat yang tidak dapat dijangkau oleh antibodi. Bakteri
intraseluler terbagi atas dua jenis,yaitu :
- Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah difagositosis
tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis.
- Bakteri intraseluler obligat adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan
berkembang biak di dalam sel host. Hal ini dapat terjadi karena bakteri
tidak dapat dijangkau oleh antibody dalam sirkulasi, sehingga
mekanisme respons imun terhadap bakteri intraseluler juga berbeda
dibandingkan dengan bakteri ekstraseluler.
-
b. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
Bakteri dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Salah satu klasifikasi
yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan hasil pewarnaan Gram.
Pewarnaan Gram adalah prosedur mikrobiologi dasar untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi bakteri. Pewarnaan Gram ditemukan oleh H. C. J. Gram, seorang
histologis berkebangsaan Denmark, pada tahun 1884. Prosedur pewarnaan Gram
dimulai dengan pemberian pewarna basa, kristal violet. Larutan iodin yang
kemudian ditambahkan menyebabkan semua bakteri terwarnai biru pada fase ini.
Sediaan kemudian diberi alkohol. Sel Gram positif akan tetap mengikat senyawa
kristal violet-iodine sehingga bewarna biru, sedangkan Gram negatif akan hilang
warnanya oleh alkohol. Sebagai langkah terakhir ditambahkan counterstain
(misalnya safranin yang berwarna merah) sehingga sel Gram negatif yang tidak
berwarna akan mengambil warna kontras; sedangkan sel Gram positif terlihat dalam
warna biru keunguan (violet). Perbedaan ini terjadi karena perbedaan penyusun
peptidoglikan pada struktur dinding selnya. Berikut dipaparkan kedua macam
golongan bakteri berdasarkan pewarnaan Gram.
1) Bakteri Gram Positif
Golongan ini memiliki peptidoglikan setebal 20-80 nm dengan
komposisi terbesar teichoic, asam teichuroni, dan berbagai macam
polisakarida. Asam Teikhoat berfungsi sebagai antigen permukaan pada
Gram positif. Letaknya berada antara lapisan membran sitoplasma dan
lapisan peptidoglikan. Selain itu, golongan ini memiliki 40 lembar
peptidoglikan pada dinding selnya, yang merupakan 50% dari seluruh
komponen penyusun dinding sel. Polisakarida dan asam amino pada lembar
7
peptidoglikan bersifat sangat polar, sehingga pada bakteri Gram Positif yang
memiliki dinding sel yang sangat tebal, dapat bertahan dari aktivitas cairan
empedu di dalam usus. Sebaliknya, lembar peptidoglikan rentan terhadap
lisozim sehingga dapat dirusak oleh senyawa bakterisidal.
2) Bakteri Gram Negatif
Golongan ini hanya memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis (5-10
nm) dengan komposisi utama: lipoprotein, membran luar dan
lipopolisakarida. Membran luar pada Gram negatif juga memiliki sifat
hidrofilik, namun komponen lipid pada dinding selnya justru memberikan sifat
hidrofobik. Selain itu, terdapat saluran spesial terbuat dari protein yang
disebut Porins yang berfungsi sebagai tempat masuknya komponen hidrofilik
seperti gula dan asam amino yang penting untuk kebutuhan nutrisi bakteri.
Lipoprotein mengandung 57 asam amino yang merupakan ulangan sekuen
15 asam amino yang saling bertaut dengan ikatan peptida dengan residu
asam diaminopimelic dari sisi tetrapeptida rantai peptidoglikan. Komponen
lipidnya terdiri dari diglyseride thioether yang terikat pada sistein terminal.
Lipoprotein berfungsi sebagai penstabil membran luar dan tempat perlekatan
pada lapisan peptidoglikan. Membran luarnya merupakan struktur bilayer;
komposisi lembar dalamnya mirip dengan membran sitoplasma, hanya saja
fosfolipid pada lapisan luarnya diganti dengan molekul lipopolisakarida
(LPS). Selain itu, terdapat ruang antara membran dalam dengan membran
luarnya yang disebut ruang periplasma, terdiri dari lapisan murein dan
larutan protein mirip gel (protein pengikat substrat tertentu), enzim hidrolitik,
dan enzim detoksifikasi.
LPS dari dinding sel Gram negatif terdiri dari lipid kompleks yang
disebut lipid A, dimana melekat polisakarida yang terangkai dengan pusat
dan ujung dari unit pengulangan, inti polisakarida, dan antigen O. LPS terikat
pada membran luar dengan ikatan hidrofobik. LPS disintesis pada membran
sitoplasma dan dibawa ke posisi akhir di sebelah luar. Lipopolisakarida
berfungsi sebagai antigen (Antigen O pada rantai karbohidratnya) dan toxin
(Endotoxin yang berasal dari komponen lipid A).
8
c. Mekanisme Invasi Oleh Bakteri
1) Bakteri Ekstraseluler
Pada sel inang terdapat struktur pili, yang merupakan organel
polymeric-hair like yang menonjol dari permukaan dan merupakan struktur
pertama yang berperan dalam penempelan bakteri – sel inang.
Pili lalu akan mengikat bakteri, pada fase ini bakteri dapat hancur dengan
adanya aliran darah yang kuat. Akan tetapi beberapa bakteri memiliki anti-
shear stress yang mengakibatkan bakteri tidak hancur dan dapat
berproliferasi di permukaan jaringan inang.
Selain itu, sifat virulence-like yang dimiliki bakteri menghalangi regenerasi
pada sel inang. Pada hal ini sel-sel yang sudah mati atapun rusak pada
permukaan seharusnya digantikan oleh sel-sel baru, akan tetapi akibat
penetrasi substansi yang dihasilkan oleh bakteri yang sudah menempel,
maka proses regenerasi tidak bisa dilakukan dan mengakibatkan gagalnya
9
eliminasi bakteri ekstraseluler. Bakteri yang berproliferasi akan menyebarkan
toxin ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
2) Bakteri Intraseluler
Mekanisme masuknya bakteri ke dalam sel inang dapat dilakukan melalui
dua cara yaitu,
a) Zipper Mechanism
Zipper mechanism menggunakan protein yang terdapat di permukaan
bakteri untuk berikatan dengan reseptor di membrane sel inang, hal
ini akan memicu sinyal kaskade yang akan mengubah actin
cytoskeleton untuk masuknya bakteria. Contoh dari bakteri yang
menggunakan mekanisme ini adalah bakteri Listeria
monocytogenesis.
b) Trigger Mechanism
Mekanisme ini melibatkan sistem sekresi bakteri tipe III (T3SS) atau
sistem sekresi tipe IV (T4SS) untuk menghantarkan protein melewati
membrane plasma sel inang agar secara langsun berinteraksi
dengan komponen selular yang meregulasi aktin. Setelah berada di
lingkungan internal, bakteri dapat merusak vakuola dan hidup
didalamnya atau berada di sitosol sel.
10
d. Lapisan Pertahanan Tubuh
1) Pertahanan Fisik
Kulit dan membrane mukosa merupakan perlindungan fisik pada jalur
respirasi, gastrointestinal, dan saluran genitourinary sebagai perlindungan
pertama terhadap invasi patogen.
a) Kulit
Lapisan epidermis
- Keratinosit
Sel ini dapat bekerjasama dengan neutrophil pada sel
epitel untuk membentuk antimicrobial peptides. Toll-
like Receptors (TLRs) diekspresikan pada sel ini yang
berfungsi untuk menginisiasi respon dari Th1 dan
produksi IFNS. Beberapa sitokin seperti IL-1β dan
TNF.
- Sel Langerhans
Jika ada stimulant (antigen) yang mengenai sel ini,
maka Langerhans cell akan melakukan elongasi
dendritnya untuk menangkap antigen tersebut.
Lapisan dermis
- Dermal Dendrit Cells
Sel dendrit dapat menstimulasi sel B untuk
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mensekresi
IgH. Fungsi utama sel ini adalah untuk menyediakan
11
immunosurveillance melawan patogen dengan ikut
serta dalam respon inflamasi.
- Mast Cells
Sel ini mengandung histamine yang berperan dalam
reaksi alergi, serta mengandung tryptase yaitu
proteinase yang membantu sel imun untuk menembus
lapisan dermis, dan chymase yang merupakan enzim
untuk mengaktivasi beberapa sel imun.
b) Membran mukosa
Mukosa yang terdapat pada saluran respirasi memiliki beberapa sel
yaitu :
- Sel cilia : merupakan sel yang berbentuk seperti
rambut-rambut dan berfungsi mengeliminasi patogen
yang terperangkap dengan gerakan menyapu
- Sel goblet : yaitu sel yang menghasilkan mucus untuk
memerangkap mikroorganisme
- Sel club : berfungsi untuk menghasilkan komponen
antimicrobial
- Sel basal : bersama dengan sel club berfungsi
sebagai sel progenitor
12
2) Pertahanan Biokimia
Beberapa substansi kimia tidak secara langsung berperan dalam mekanisme
perlawanan tubuh terhadap patogen. Namun, mereka dapat menekan
patogen. Sebagai contoh, substansi kimia seperti enzim pencernaan dapat
menghambat enzim serupa yang dihasilkan bakteri, dan membatasi
pertumbuhan bakteri. Selain itu juga terdapat transferrin yang berfungsi
untuk mengikat molekul besi yang masuk ke aliran darah melalui saluran
pencernaan. Hal ini diperlukan karena bakteri pada dasarnya membutuhkan
zat beso untuk berkembang. Ketika zat besi diikat oleh transferrin, maka
bakteri tidak mendapat cukup nutrisi dan menghambat perkembangannya.
3) Pertahanan Selular
Saat mikroba patogen tidak dapat dieliminasi oleh pertahanan fisik dan
biokimia, maka sel-sel imun akan bekerja untuk membunuh mikroba
tersebut. Pertahanan selular merupakan pertahanan bawaan (non-spesifik)
dan yang termasuk dalam pertahanan ini adalah sel-sel seperti Natural Killer
cell, makrofag, dan granulosit.
13
b. Sitokin
Respon utama pejamu terhadap bakteri ekstrasel adalah produksi sitolin oleh
makrofag yang diaktifkan yang menimbulkan inflamasi dan syok septik . toksin
sepeeti superantigen mampu mengaktifkan banyak sel T, sehingga menimbulkan
produksi sitokin dalam jumlah besar dan kelainan klinikopatologi seperti yang terjadi
pada syok septik.
14
Tersusun atas T-bet(+) IFN-γ-producing group 1 ILCs (ILC1 and natural killer
cells), CD8(+) cytotoxic T cells (TC1), CD4(+) TH1 cells, makrofag, dan IgG
opsonizing isotypes. Respon tipe ini mengeliminasi patogen intrasel, termasuk
bakteri dan virus.
b. Tipe II
Komposisi dari sistem tipe ini adalah GATA-3(+) ILC2s, TC2 cells, dan TH2 cells
yang menghasilkan IL-4, IL-5, dan IL-13, termasuk didalamnya adalah mast cell,
basophil, dan eosinophil. Antibodi IgE juga berperan dalam tipe respon yang
mengeliminasi helminths dan venom ini.
c. Tipe III
Tipe ini dimediasi oleh retinoic acid-related orphan receptor γt(+) ILC3s, TC17
cells, dan TH17 cells yang memproduksi IL-17, IL-22 atau keduanya, dan dapat
mengaktivasi fagosit mononuclear dan neutrophil untuk merespon patogen
ekstraseluler.
15
2. Bakteri Salmonella typhii
a. Sifat Morfologi dan Fisiologi Bakteri Salmonella typhii
Salmonella thypii merupakan bakteri batang gram negatif,yang tidak memiliki
spora, bergerak dengan flagel periatrik, bersifat intraseluler fakultatif dan anaerib
fakultatif. Bakteri ini berukuran berkisar antara 0,7 sampai 1,5 kali 2-5 Ym, memiliki
antigen spesifik somatic (o), antigen flagel (H) dengan dua fase dan antigen kapsul
(Vi). Bakteri ini tahan terhadap selenit dan natrium deoksikolat yang dapat
membunuh bakteri enteric lain dengan cara menghasilkan endotoksin, protein
invasion dan MRHA (Mannosa Resistant Haemeglutinin). Salmonella thypii mampu
bertahan hidup selama beberapa bulan atau tahun jika melekat dalam tinja,
mentega, keju, susu, dan air beku. Salmonella thypii adalah parasite intraseluler
fakultatif yang dapat hidup dalam makrofag dan menyebabkan gejala
gastrointestinal hanya pada akhir perjalanan penyakit,biasanya sesudah demam
yang lama dan bersifat bacteremia.
Adapun sifat fisiologis dari bakteri ini adalah :
- Bakteri gram negative, sebab merupakan jenis bakteri yang tidak dapat
mempertahankan metil ungu pada metode pewarnaan gram
16
- Hidup dalam kondisi aerobic dan anerob fakultatif
- Tumbuh pada suhu 5-47 derajat celcius
- Beberapa sel tetap dapat bertahan hidup selama penyimpanan beku
- Salmonella Thipii dapat tumbuh pada PH 4,1 – 9,0 dalam larutan asam
asetat dengan PH 5 dan asam sitrat 4,05
- Berkembang biak pada suhu hangat
- Dapat bergerak
- Memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi monitol dan sorbitol
- Memberikan hasil negative pada reaksi indol,
DNAse,fenilanin,desiminase,urose,reaksi fermentasi sukrosa dan laktosa
b. Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Aglutinin
yang spesifik terhadap Salmonella tiphii terhadap dalam serum penderita demam
tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella tiphii dan pada orang yang
pernah mendapatkan vaksin demam tifoid. Pemeriksaan ini di lakukan di
laboratorium untuk mengetahui hasil dari algutinasi, dan mengetahui penyebab dari
demam tifoid dari bacteri Salmonella tiphii.
Untuk mendiagnosis demam typhoid melalui uji widal, dapat dilakukan
dengan cara yaitu
1) Penentuan Kualitatif
- Memipet 20 μl serum diletakkan diatas obyek glas.
- Menambahkan satu tetes antigen pada masing - masing serum tadi,
aduk dengan stik pengaduk.
- Mencampur dengan menggoyang - goyangkan secara melingkar
selama 1 menit.
17
- Mengamati hasil reaksi yang terjadi dengan menggunakan
mikroskop.
- Hasil positif apabila terjadi aglutinasi sebelum 1 menit.
2) Penentuan Semi kuantitatif
- Memipet masing - masing 0,08 ml; 0,04 ml; 0.02 ml; 0,01 ml; dan
0,005 ml serum yang tidak diencerkan pada kaca benda.
- Menambahkan masing - masing serum dengan 1 tetes suspensi
antigen, lalu aduk selama 1 menit dan amati hasilnya.
- Menentukan hasil akhir titernya.
Titer antibodi ekuivalen dengan pengenceran
18
– endemik makanan yang terkontaminasi oleh carrier merupakan hal yang paling
bertanggung jawab terhadap penularan demam tifoid.
Penularan demam tifoid selain didapatkan dari menelan makanan atau
minuman yang terkontaminasi dapat juga dengan kontak langsung jari tangan yang
terkontaminasi tinja, urin, secret saluran nafas atau dengan pus penderita yang
terinfeksi. Proses makanan atau minuman terkontaminasi didukung oleh faktor lain
yakni manusia yang terlibat langsung dengan pengolahan bahan makanan serta
perilaku kebersihan diri perorangan yang baik karena bakteri sering ditemukan pada
tangan.
Kebersihan diri salah satu penularan dari penyakit saluran pencernaan
adalah melalui tangan yang tercemar oleh mikroorganisme yang merupakan
penyebab penyakit. Mencuci tangan sesudah buang air besar, mencuci tangan
sebelum makan akan melindungi seseorang dari infeksi penyakit kemudian kondisi
kuku jari tangan seseorang juga mempengaruhi terjadinya demam tifoid, mencuci
tangan dengan benar harus menggunakan sabun serta air yang mengalir karena
menggosok sela-sela jari dan kuku dapat mencegah bakteri yang berada di kuku jari
tangan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan dapat
menghilangkan mikroba yang terdapat pada tangan-tangan yang kotor atau
terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen dari tubuh, tinja atau
sumber lain ke dalam makanan atau minuman. Kombinasi antara aktivitas sabun
sebagai pembersih, penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan partikel
kotoran yang banyak mengandung mikroba.
Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu dikenal
dengan 5F yaitu (food, finger, fomitus, fly, feses) Feses dan muntahan dari
penderita demam tifoid dapat menularkan bakteri Salmonella typhi kepada orang
19
lain. Kuman tersebut ditularkan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi dan melalui perantara lalat, di mana lalat tersebut akan hinggap di
makanan yang akan dikonsumsi oleh orang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar oleh bakteri Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui
mulut selanjutnya orang sehat tersebut akan menjadi sakit.
Pathogenesis demam tifoid secara garis besar terdiri 3 proses, yakni :
- Proses invasi bakteri Salmonella typhi ke dinding sel epitel usus
- Proses kemampuan hidup dalam makrofaq
- Proses berkembang biaknya kuman dalam makrofaq.
Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut bersamaan
dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Setelah bakteri sampai di
lambung maka akan timbul usaha pertahanan non-spesifik yang bersifat kimia
dengan adanya suasana asam di lambung dan enzim yang dihasilkannya.
20
Abu Hafs Umar bin Abi Salamah Radhiyallahu ‘anhu menuturkan,
Ketika aku berada dalam bimbingan Rasulullah, pernah suatu kali tanganku
bergerak di atas piring ke segala arah, hingga Rasulullah pun berkata
kepadaku,”Wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu
serta makanlah dari apa yang dekat denganmu.” Maka demikianlah cara makanku
sejak saat itu.
Dari Salamah bin Al Akwa’, bahwa pernah seorang laki-laki makan dengan tangan
kirinya di sisi Rasulullah, maka Beliau berkata,”Makanlah dengan tangan kananmu.”
Laki-laki itu menjawab,”Aku tidak bisa.” Beliau pun berkata,”Engkau tidak bisa, tidak
ada yang mencegahmu melakukannya melainkan kesombonganmu.” Akhirnya ia
benar-benar tidak bisa mengangkat tangannya ke mulutnya.
Disunnahkan makan dengan tiga jari dan menjilatinya selesai makan serta
mengambil suapan yang jatuh
Dari Ka’ab bin Malik ia berkata,”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
makan dengan tiga jarinya dan setelah selesai Beliau menjilatinya.”
21
Dari Abu Juhaifah, ia berkata, Rasulullah bersabda,”Tidaklah aku makan dengan
bersandar.”
Dari Abi Hurairah, ia berkata,”Nabi tidak pernah mencela makanan sedikitpun. Jika
Beliau suka, Beliau memakannya. Dan bila tidak suka, Beliau meninggalkannya.”
22
B. Kerangka Konsep
Bakteri
Intraseluler Ekstraseluler
Invasi bakteri
Barrier/pertahanan
Respon imun
Spesifik Non-spesifik
Lisis bakteri
23
BAB III
KESIMPULAN
Salmonella typhi adalah bakteri intraseluler yang dapat menginvasi dan bereplikasi di
dalam makrofag. Bakteri jenis ini dapat mengakibatkan penyakit demam typhoid yang dapat
menular ke individu lain melalui berbagai media.
Untuk melawan infeksi patogen, manusia memiliki sistem pertahanan baik spesifik
maupun non-spesifik. Pada imunitas non-spesifik, makrofag dan neutrofil memegang
peranan penting sebagai pertahanan pertama dalam melawan infeksi salmonella.
Sedangkan pada imunitas spesifik, dibutuhkan bantuan sel T CD 8 untuk mengeliminasi
patogen.
Dalam Islam telah diatur mengenai adab makan, diantaranya yaitu berdoa sebelum
makan. Anjuran-anjuran tersebut dimaksudkan agar umat Islam senantiasa memiliki tubuh
yang sehat dan mengamalkan hal tersebut dalam niat beribadah pada Allah Swt.
24
DAFTAR PUSTAKA
8. Ribet D, Cossart P. 2015. How Bacterial Pathogens Colonize Their Hosts and Invade
Deeper Tissue. Vol 17. No 3. Hal 173 – 183
25