Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN BAKTERIOLOGI II

(PEMERIKSAAN Staphylococcus sp)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

MOHAMAD ALFITRO HARUN 2320221009

IRMAWATI SUMA 2320221011

RISA SAPIYANTI 2320221020

JENNY DAMAYANTI 2320221021

GERIN CAHYANI VAN SOLANG 2320221028

AUZI SALSABILA 2320221031

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2023
LEMBAR ASISTENSI
Laporan Bakteriologi dengan judul Pemeriksaan Staphylococcus disusun oleh :
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas :A
Prodi : D-III Analis Kesehatan
No Hari/Tanggal Perbaikan Paraf
1.

2.

3.

4.

5.

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktikum, Laporan praktikum ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Bakteriologi II Program Analisis Kesehatan Universitas
Bina Mandiri Gorontalo.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Gorontalo, November 2023

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR ASISTENSI..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Praktikum.................................................................................. 2
D. Manfaat Praktikum................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
A. Staphylococcus .................................................................................... 3
B. Klasifikasi Staphylococcus .................................................................. 3
C. Jenis Jenis Staphylococcus................................................................... 4
D. Morfologi ............................................................................................. 5
E. Cara Penularan ..................................................................................... 6
F. Patogenitas............................................................................................ 7
G. Penyakit Yang Ditimbulkan.................................................................. 8
H. Diagnose Laboratorium........................................................................ 9
BAB III METODE PRAKTIKUM.................................................................. 11
A. Waktu dan Tempat................................................................................ 11
B. Alat dan Bahan...................................................................................... 11
C. Prosedur Kerja...................................................................................... 11
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN............................ 13
A. Hasil Pengamatan.................................................................................. 13
B. Pembahasan........................................................................................... 13
BAB V PENUTUP............................................................................................. 16
A. Kesimpulan........................................................................................... 16
B. Saran..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan
makanan, eksudat atau pus dari abses, dan darah Dari bahan tersebut
kemudian dilakukan pewarnaan gram, perbenihan pada medium Blood Agar
Plate (BAP), Manitol Salt Agar (MSA). Selanjutnya koloni yang tumbuh
dilakukan pewarnaan gram, tes biokimia, dan penentuan tipe bakteriofag
(Quinn, 2021).
Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak; bacteria adalah
kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini
termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil
(mikroskopik). Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk
dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad
ke-19 (setelah ditemukannya mikroskop), ilmu tentang mikroorganisme
terutama berkembang. (Jawetz, 2019)
Sebagian besar penyakit infeksi disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri.Bakteri merupakan patogen utama bagi manusia.Ciri khas dari bakteri
yang bersifat patogen adalah mempunyai kemampuan menularkan, melekat
pada sel pejamu, menginvasi sel penjamu dan jaringan, toksigenitas, dan
mampu menghindari system imun penjamu Beberapa bakteri yang merupakan
penyebab penting penyakit sering dibiakkan dengan flora normal, seperti
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonia (Jawetz, 2019).
Bakteri kelompok Staphylococcus dan Streptococcus merupakan bakteri
gram positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Pada saat system
imun menurun maka bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh baik melalui
mulut, inhalasi, maupun penetrasi kulit. Jika bakteri ini masuk ke dalam
peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya maka akan merusak
organ-organ tubuh tersebut dan menyebabkan berbagai penyakit. Misalnya
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit infeksi pada folikel
rambut dan kelenjar keringat, meningitis, endocarditis, pyelonephritis, dan

v
osteomyelitis. Sedangkan Streptococcus pneumonia menyebabkan
pneumonia, sinusitis, otitis media, conjunctivitis, meningitis, dan endocarditis
(Etnjang. 2018).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada praktikum ini yaitu
bagaimana bentuk dan warna koloni bakteri staphylococcus pada media
biakan, dan bagaimana bentuk gram bakteri staphylococcus pada pewarnaan
gram?
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengamati bentuk dan
warna koloni bakteri staphylococcus pada media biakan, dan mengamati
bentuk gram bakteri staphylococcus pada pewarnaan gram
D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengamati bentuk dan
warna koloni bakteri staphylococcus pada media biakan, dan mengamati
bentuk gram bakteri staphylococcus pada pewarnaan gram

vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Staphylococcus
Staphylococcus adalah bakteri coccus gram positif, yang cenderung.
muncul bergerombol menyerupai seikat anggur. Nama Staphylococcus
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata staphyle dan kokkos, yang
masing-masing berarti 'seikat anggur' dan 'buah berry'. Kurang lebih terdapat
30 spesies Staphylococcus secara komensal terdapat di kulit dan membran
mukosa; beberapa diantaranya dapat bersifat patogen oportunis menyebabkan
infeksi pyogenik (Quinn, 2021).
Pada Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi pada folikel
rambut, kelenjar keringat, luka, meningitis, endocarditis, pneumonia,
pyelonephritis, osteomyelitis dan pneumonia. Sedangkan di rumah sakit
sering menimbulkan nosocomial infections pada bayi, pasien luka bakar atau
pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil
rumah sakit. Pada Staphylococcus pyogenes penyakit yang ditimbulkannya
antara lain sepsis puerperalis (sepsis pada masa nifas), tonsilitis, acute
glomerulonephrytis, pharyngitis, peritosillar abses, otitis media, pneumonia
dan peritonitis (dr. Indan, 2018).
Staphylococcus saprophyticus dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
pada wanita muda, sedangkan staphylococcus epidermidis merupakan flora
normal pada kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan (Jawetz, dkk,
2019).
B. Klasifikasi Staphylococcus
Genus Staphylococcus mencakup 32 spesies. Kebanyakan tidak berbahaya
dan tinggal di atas kulit atau selaput lendir manusia dan organisme lainnya.
Mereka juga menjadi miroba tanah. Genus ini dapat ditemui di seluruh dunia.
Kingdom : Moner A
Diviso : Firmicutes
Class : Bacili
Order : Bacillales

vii
Family : Staphylococcacae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus albus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus
C. Jenis-jenis Staphylococcus
1. Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus merupakan organisme komensal pada manusia
dan menyebabkan infeksi yang dapat menyebar luas. Staphylococcus aureus
mempunyai berbentuk kokus, gram positif, koloni bergerombol dan bersifat
kagulase positif, sifat ini yang membedakan dengan spesies yang lain.
S.aureus biasanya membentuk koloni abu – abu hingga kuning emas dan
pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol dan berkilau serta
membentuk pigmen. Beberapa galur Staphylococcus aureus mempunyai
kapsul yang dapat menghambat fagositosis oleh leukosit polimornuklear
kecuali jika terdapat antibodi spesifik. S.aureus mempunyai toksin yang
dapat membunuh sel darah putih pada binatang. Protein pada permukaan
S.aureus dapat disintesis selama fase stasioner yaitu protein A dan adhesi.
Infeksi S.aureus tidak hanya melalui makanan dan minuman, tapi juga
berasal dari kontaminasi langsung terhadap luka (Jawetz et al, 2019).
Bakteri S.aureus tergolong flora normal pada kulit dan mukosa
manusia dan dapat menyebabkan penanahan, abses serta berbagai infeksi.
S.aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai
antigen dan merupakan substansi penting didalam struktur dinding sel, tidak
membentuk spora dan tidak membentuk flagel. Bakteri ini mampu tumbuh
cepat pada suhu 37ºC, tetapi paling baik pada suhu kamar 20º - 25ºC
(Greenwood et al, 2018).

viii
2. Staphylococcus epidermidis
S.epidermidis termasuk dalam golongan koagulase negatif. Koloni
bakteri ini berwarna abu – abu hingga putih terutama pada isolasi primer.
Bakteri S.epidermidis termasuk flora normal pada kulit manusia, saluran
respirasi dan gastrointestinal. Bakteri ini bersifat tidak patogen,
nonhemolitik, tidak bersifat invasive, tidak membentuk koagulase dan tidak
meragi monitol serta bersifat fakultatif. (Warsa, 2019).
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri pencemar, dalam habitat
aslinya merupakan flora normal, namun dalam habitat lain bakteri ini dapat
menimbulkan infeksi terutama dalam keadaan imunitas yang lemah. Infeksi
bakteri S.epidermidis sulit untuk disembuhkan, karena bakteri ini dapat
tumbuh pada alat prostese yang dimana bakteri ini dapat menghindar dari
sirkulasi sehingga mampu terhindar dari obat antimikroba, hampir 75%
strain S.epidermidis resisten terhadap nafsilin. Bakteri ini mampu bertahan
dalm lapisan kulit walaupun sudah diberi desinfektan saat pengambilan
darah sehingga masuk kedalam aliran darah menjadi batrekimia (Vandepitte
et al, 2018).
3. Staphylococcus saprophyticus
Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran urin pada wanita
usia muda. S.saprophyticus tidak mempunyai pigmen serta bakteri ini
resisten terhadap novobiosin dan non hemolitik. Bakteri ini termasuk dalam
golongan koagulase negative serta tidak mampu memfermentasi manitol.
Bakteri S.saprophyticus dapat menyebabkan sititis yaitu peradangan pada
kandung kemih (Jawezt et al, 2019).
D. Morfologi
Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur
yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini
umumnya sama dengan bakteri coccus yang lain yaitu (Vandepitte et al,
2018)
1. Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.
2. Warna koloni putih susu atau agak krem.

ix
3. Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.
4. Bersifat fakultatif anaerobic.
5. Pada umumnya tidak memiliki kapsul.
6. Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora).
7. Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan
(non motile).
8. Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik.
9. Menghasilkan katalase.
10. Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %.
11. Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentu
seperti Hexachlorophene 3%.
12. Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat
alamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.
E. Cara Penularan
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat hidup di tubuh
orang.nBanyak orang yang sehat membawa Staphylococcus aureus tanpa
terinfeksi. Fakta, 25-30 % atau 1/3 bagian tubuh kita terdapat
bakteri Staphylococcus aureus.Yang terdapat pada permukaan kulit, hidung,
tanpa menyebabkan infeksi. Jika sengaja dimasukan dalam tubuh melalui
luka akan menyebabkan infeksi. Biasanya sedikit dan tidak membutuhkan
perawatan khusus, Kadang-kadang, Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan masalah serius seperti luka atau pneumonia (radang paru-paru).
Menurut (Hardjoeno, 2019) Penularan dapat terjadi karena :
1. Mengkonsumsi produk makanan yang tercemar
Mengkonsumsi produk makanan yang mengandung enterotoksin
staphylococcus. Terutama yg diolah dengan tangan, baik yang tidak segera
dimasak dengan baik ataupun karena proses pemanasan atau penyimpanan
yang tidak tepat. Jenis makanan tersebut seperti pastries, custard, saus
salad, sandwhich, daging cincang dan produk daging. Bila makanan
tersebut dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa jam sebelum
dikonsumsi, maka staphylococcus yang memproduksi toksin akan

x
berkembang biak dan akan memproduksi toksin tahan panas. Masa
inkubasi mulai dari saat mengkonsumsi makanan tercemar sampai dengan
timbulnya gejala klinis yang berlangsung antara 30 menit sampai dengan 8
jam, biasanya berkisar antara 2-4 jam.
2. Ponsel
Karena sering dipegang dan disimpan di tempat yang hangat seperti tas
atau saku celana, ponsel menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi
Staphylococcus aureus. Bakteri yang secara normal terdapat di kulit
manusia ini bisa menyebabkan bisul dan jerawat, atau bahkan pneumonia
dan meningitis jika pertumbuhannya berlebihan. Menurut Joanna Verran,
profesor mikrobiologi dari Manchester Metropolitan University
menyarankan untuk rajin membersihkan ponsel dengan antiseptik. Selain
itu, biasakan untuk menyimpannya di tempat yang kering dan sejuk.
3. Make-up Tester
Penelitian di Jefferson Medical College menunjukkan, 100
persen sampel kosmetik di Pennsylvania ditumbuhi E. coli yang bisa
menyebabkan kram perut serta diare. Beberapa di antaranya juga
mengandung bakteri staphylococcus and streptococcus, bahkan HPV
penyebab herpes.
4. Mesin ATM
Sebuah penelitian di Skotlandia mengungkap, bakteri staphylococcus
yang memicu berbagai infeksi kulit juga banyak ditemukan di mesin
ATM. Jenis bakteri lain yang juga ditemukan adalah bacillus, penyebab
keracunan ketika mencemari makanan. Agar tidak tertular, tidak ada cara
lain kecuali membersihkan tangan setelah bersentuhan dengan mesin
ATM. Jangan memegang muka, mata, hidung dan mulut sebelum mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir.
F. Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat
poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan dari pernanahan
kecil, bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai bagian tubuh. Bakteri ini

xi
dapat masuk ke dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar
keringat dan luka-luka kecil. Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari
staphylococcus adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-
produk ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk berkembang
biak. (Hardjoeno, 2019)
G. Penyakit yang ditimbulkan
Menurut (Mayes, dkk, 2020) penyakit yang dapat ditimbulkan oleh
bakteri Staphlycoccus :
1. Infeksi Staphylococcus dari kulit dapat berlanjut ke impetigo (pengerasan
dari kulit) atau cellulitis (peradanagn dari jaringan penghubung dibawah
kulit, menjurus pada pembengkakan dan kemerahan dari area itu). Pada
kasus-kasus yang jarang, komplikasi yang serius yang dikenal
sebagai scalded skin syndrom.
2. Pada wanita-wanita yang menyusui, Staphylococcus dapat berakibat
pada mastitis (peradangan payudara) atau bisul bernanah dari payudara.
Bisul-bisul bernanah Staphylococcus dapat melepaskan bakteri-bakteri
kedalam susu ibu.
3. Staphylococcal pneumonia sebagian besar mempengaruhi orang-orang
dengan penyakit paru yang mendasarinya dan dapat menjurus pada
pembentukan bisul bernanah didalam paru-paru.
4. Infeksi dari klep-klep jantung (endocarditis) dapat menjurus pada gagal
jantung.
5. Penyebaran dari Staphylococci ke tulang-tulang dapat berakibat pada
peradangan yang berat/parah dari tulang-tulang dikenal
sebagai osteomyelitis.
6. Staphylococcal sepsis (infeksi yang menyebar luas dari aliran darah)
adalah penyebab utama dari shock (goncangan) dan keruntuhan peredaran,
menjurus pada kematian, pada orang-orang dengan luka-luka bakar yang
parah pada area-area yang besar dari tubuh.
7. Keracunan makanan Staphylococcal adalah penyakit dari usus-usus yang
menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi. Disebabkan oleh

xii
memakan makanan-makanan yang dicemari dengan racun-racun yang
dihasilkan oleh Staphylococcus aureus. Gejala-gejala biasanya
berkembang dalam waktu satu sampai enam jam setelah memakan
makanan yang tercemar. Penyakit biasanya berlangsung untuk satu sampai
tiga hari dan menghilang dengan sendirinya. Pasien-pasien dengan
penyakit ini adalah tidak menular, karena racun-racun tidak ditularkan dari
satu orang lainnya.
8. Toxic shock syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh racun-racun
yang dikeluarkan bakteri-bakteri Staph aureus yang tumbuh dibawah
kondisi-kondisi dimana ada sedikit atau tidak ada oksigen. Toxic shock
syndrome dikarakteristikan oleh penimbulan tiba-tiba dari demam yang
tinggi, muntah, diare, dan nyeri-nyeri otot, diikuti okeh tekanan darah
rendah (hipotensi), yang dapat menjurus pada guncangan (shock) dan
kematian. Mungkin ada ruam kulit yang menirukan terbakar sinar
matahari, dengan terkupasnya kulit. Toxic shock syndrome pertamakali
digambarkan dan masih terjadi terutama pada wanita-wanita yang
bermenstruasi yang menggunakan tampons.
H. Diagnosa Laboratorium
Menurut (Hardjoeno, 2019) Untuk pemeriksaan staphylococcus secara
laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
1. Nanah
2. Darah
3. Cairan otak
4. Usapan luka
Cara pemeriksaan
1. Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan / preparat, kemudian diadakan pewarnaan.
Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik dengan zat warna
Gram. Umumnya bersifat gram positif. Secara mikroskopis tidak dapat
dibedakan antara staphylococcus patogen dan yang non patogen.

xiii
2. Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu 37 oC akan
tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin, atau terbentuknya
pigmen. Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada infeksi campuran
penanaman pada media ditambah 75 % NaCl agar flora lain sukar tumbuh.
3. Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan pertumbuhan
Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang sama. Kemudian
ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi perjendelan berarti bahwa
Staphylococcus tersebut menghasilkan koagulase.Semua staphylococcus
aureus yang tes koagulase positif adalah bersifat patogen terhadap
manusia, kecuali staphylococcus albus yang dapat menyebabkan
endocarditis (radang selaput dalam jantung).
4. Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 % manitol +
phenol merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-24 jam akan
terjadi perubahan warna menjadi kuning; karena terbentuk asam.

xiv
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 19 oktober 2023, pukul 08.00
s/d 10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Analisis
Kesehatan, Fakultas Sains Teknologi dan Ilmu kesehatan, Universitas Bina
Mandiri Gorontalo.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, pipet tetes, objek
glass, ose, mikroskop, cawan petri, kapas, hot plate, spatula, magnetic
stirer, kaca arloji, neraca analitik, gelas kimia, lav, oven, erlenmeyer,
autoklaf,tabung reaksi, rak tabung, alumunium foil/kertas, alat SWAB,
autoklik dan inkubator.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, crystal violet,
iodin, alkohol, safranin, oil mersi, aquades, media blood agar, media TSB,
media MSA, darah kapiler, apus tenggorokan, dan apus hidung.
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Media Blood Agar (BA), TSB, dan MSA :
a) Siapkan alat dan bahan
b) Timbang setiap media di atas neraca analitik sebanyak (BA : 1,2gr,
TSB : 0,55gr, dan MSA : 6,6612gr)
c) Larutkan di aquades sebanyak (BA : 30Ml, TSB : 20Ml, dan MSA :
60Ml)
d) Panaskan diatas hot plate sampai jernih dan semua media larut dan
jangan lupa di aduk-aduk terus
e) Tuang kedalam erlenmeyer, tutup mulut erlenmeyer menggunakan
kapas dan bungkus erlenmeyer menggunakan aluminium foil/kertas
f) Masukkan kedalam autoklaf selama 15 menit disuhu 1200

xv
2. Penanaman Media BA, dan MSA :
a) Pindahkan media BA, dan MSA ke dalam cawan petri
b) Tunggu media sampai padat
c) Pada media BA goreskan sampel darah kapiler secara zigzag
d) Pada media MSA goreskan sampel apusan tenggorokan secara zigzag
e) Ingkubasi selama 2x24jam
3. Penanaman Media TSB :
a) Tuangkan media kedalam tabung reaksi sebanyak 9Ml
b) Tambahkan 1 mL sampel apusan hidung
c) Ingkubasi selama 2x24 jam
d) Setelah itu goreskan media TSB ke dalam media MSA
e) Ingkubasi selama 2x24 jam
4. Pewarnaan Gram :
a) Buat apusan setiap media 2x3
b) Teteskan kristall violet, diamkan selama 1-2 menit
c) Teteskan iodin, diamkan selama 2 menit
d) Teteskan alkohol, diamkan selama 20 detik
e) Teteskan safranin, diamkan selama 20-30 detik
f) Amati di bawah mikroskop, teteskan oil mersi

xvi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum dari pengamatan staphylococcus adalah:

No. Gambar Keterangan

1. Pada media tersebut tidak


(gambar media Blood Agar
terdapat koloni
menggunakan apusan darah)
staphylococcus sp

2.

Pada media tersebut tidak


terdapat staphylococcus sp
hanya terdapat basil pada
media TSB tersebut.
(gambar TSB menggunakan
apusan tenggorokan )

3. Pada media tersebut tidak


(gambar MSA menggunakan
terdapat bakteri
apusan hidung)
staphylococcus sp

4.2 Pembahasan
Staphylococcus adalah bakteri coccus gram positif, yang cenderung muncul
bergerombol menyerupai seikat anggur. Pada praktikum pemeriksaan bakteri
staphylococcus Sp menggunakan bakteri Staphylococcus Sp spesies
Staphylococcus aureus. Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk
memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga
diperoleh kultur murni atau biakan murni.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan koloni bakteri
Staphylococcus sp. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan media
yang akan diamati. Adapun media yang digunakan untuk penamatan koloni

xvii
bakteri Staphylococcus sp adalah media BAP (Blood Agar Plate). Tujuan
penggunakan dari Media Agar Darah yaitu digunakan untuk menumbuhkan
dan mengisolasi bakteri athogen, terutama Staphylococcus sp, serta
memberikan nutrisi tambahan bagi banyak jenis bakteri, terutama yang
memerlukan athog-faktor pertumbuhan khusus seperti athog hemin dan athog
NAD dan mendukung pertumbuhan berbagai mikroorganisme, termasuk
bakteri.
Pada hasil praktikum yang telah kami lakukan pada rmedia Blood Agar
menggunakan sampel Darah, tidak menemukan adanya koloni bakteri
Staphylococcus sp. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, seperti
Sterilitas Media, dimana Media BA harus disiapkan dengan benar dan steril.
Kontaminasi atau kegagalan sterilisasi media dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, Inkubasi yang Salah dimana Suhu dan kondisi inkubasi yang salah
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Berbagai bakteri memiliki suhu dan
kondisi yang optimal untuk pertumbuhan mereka, serta Usia atau Kualitas
Media yang Buruk dimana Media BA yang sudah kadaluwarsa atau media
yang tidak disimpan dengan baik mungkin tidak mendukung
pertumbuhan bakteri.
Pada media selanjutnya yaitu media TSB menggunakan sampel apusan
hidung. Adapun tujuan dari TSB yaitu sebagai Pertumbuhan Mikroorganisme,
TSB adalah media kultur yang sangat kaya nutrisi yang mendukung
pertumbuhan berbagai mikroorganisme, termasuk Staphylococcus sp.
Tujuannya adalah untuk memberikan kondisi yang optimal bagi bakteri
Staphylococcus untuk berkembang biak dengan cepat dalam lingkungan
laboratorium. Pada saat kami melakukan pemeriksaan pada Media TSB, media
tidak terdapat bakteri Staphylococcus sp, hanya terdapat basil/batang pada
media TSB tersebut. Kemungkinan ada beberapa factor mengapa tidak terdapat
staphylococcus sp pada media TSB, yaitu Kondisi Hidung, Setiap orang
memiliki mikrobiota hidung yang berbeda-beda, dan bakteri yang dominan
dalam hidung dapat bervariasi. Sebagian besar mikroorganisme hidung adalah

xviii
basil atau bakteri berbentuk batang. Staphylococcus, yang termasuk dalam
kategori coccus, juga bisa ada di hidung, tetapi tidak selalu mendominasi.
Pada media selanjutnya yaitu media MSA menggunakan apusan
tenggorokan.Tujuan media MSA pada pemeriksan Staphylococcus sp yaitu
mengidentifikasi Staphylococcus aureus: MSA digunakan untuk
mengidentifikasi Staphylococcus aureus, yaitu jenis Staphylococcus yang dapat
fermentasi manitol menjadi asam. Koloni Staphylococcus aureus yang tumbuh
pada MSA dapat menghasilkan asam dari manitol, yang menyebabkan
perubahan warna media menjadi kuning. Sementara itu, jenis Staphylococcus
lain yang tidak memiliki kemampuan fermentasi manitol akan tetap berwarna
merah muda atau merah. Ini memungkinkan untuk perbedaan visual yang jelas
antara Staphylococcus aureus dan jenis Staphylococcus lain. Dimana pada
pemeriksaan media MSA tidak terdapat Staphylococcus sp, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa factor Salah satu athoge yang paling mungkin adalah
bahwa sampel yang gunakan tidak mengandung Staphylococcus sp yaitu
bakteri yang digunakan jumlahnya sangat rendah, maka dari itu tidak terlihat
adanya pertumbuhan Staphylococcus pada media MSA.

xix
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami berikan yaitu pada praktikum kali
pada media BA, TSB, dan MSA tidak terdapat bakteri staphylococcus sp pada
media tersebut. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa factor yang dapat
mempengaruhinya.
Staphylococcus adalah bakteri coccus gram positif, yang cenderung.
Muncul bergerombol menyerupai seikat anggur. Nama Staphylococcus
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata staphyle dan kokkos, yang
masing-masing berarti ‘seikat anggur’ dan ‘buah berry’. Kurang lebih
terdapat 30 spesies Staphylococcus secara komensal terdapat di kulit dan
athogen mukosa; beberapa diantaranya dapat bersifat athogen oportunis
menyebabkan infeksi pyogenic.
B. Saran
Adapun saran yang kami berikan yaitu agar kiranya saat praktikum
diharapkan tidak melalkukan lelucon pada saat praktikum dan di harapkan
agar selalu menggunakan APD lengkap pada saat praktikum.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Entjang,indan. 2018. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatn


dan Sekolah tenaga Kesehatan yang Sederajat. PT. Citra Aditya Bakti.
Greenwood, D., Slack, R., Peutherer, J. And Barer, M. 2018. Medical
Microbiology. Elsevier, China
Hardjoeno, 2006. Interprestasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Lembaga
Penerbitan UNHAS. Makassar
Jawetz., et al. 2019. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg,
Ed.23, Translation of Jawetz, Melnick, and Adelberg’s Medical
Microbiology, 23thEd. Alih bahasa oleh Hartanto, H., et al. Jakarta: EGC
Mayes, dkk. 2020. Penyakit menular yang di sebabkan mikroorganisme Edisi 20.
25. Jakarta, Alih Bahasa Darmawan.J. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Quinn, P.J. Veterinary Microbiology and Microbial disease. Blackwell Publishing
Company USA. 2021
Vandepitte J., Narhaegen, K., Engbaek, Rohmer, P., Piot, P. And Heack, CG.
2018. Prosedur laboratorium dasar untuk bakteriologis klinis. Kedokteran
EGC, Jakarta
Warsa, UC. 2019. Mikrobiologi Kedokteran. Staf pengajar fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta

xxi

Anda mungkin juga menyukai