KELOMPOK PATOFISIOLOGI
Disusun oleh
Kelompok 6
SUCIPTOMOITO 22 21 0061
TASYA G. DAMONGAYO 22 21 0064
HEIFI V. MAKASAEHE 22 21 0029
NADIA DATU 22 21 0043
RAMLA TALALU 22 21 0054
SUKMA AYU ABAS 22 21 0062
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang
telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah patofisiologi yang berjudul
tentang “Bakteri bakteri penyebab infeksi” ini dapat kami selesaikan.
Makalah patofisiologi ini bertujuan untuk memberikan laporan kepada dosen atau
mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini disajikan informasi mengenai hasil
rangkuman materi yang kami lakukan mengenai penyebab infeksi bakteri.
Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran selalu penulis harapkan agar menjadi pedoman
di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan banyak Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan penyebab paling utama tingginya angka kesakitan
(mordibity) dan angka kematian (mortality) terutama pada negara-negara berkembang
seperti halnya Indonesia. Penyakit infeksi merupakan suatu penyakit yang disebabkan
karena adanya mikroba patogen (Darmadi, 2008). Salah satu penyebab penyakit
infeksi adalah bakteri (Radji, 2011). Bakteri yang dapat menyebabkan terjadiya
infeksi contohnya Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Escherichia coli merupakan
flora normal yang terdapat dalam usus dan dapat menyebabkan penyakit serta bersifat
patogen (Pratiwi, 2008). Penyakit infeksi yang disebabkan karena Escherichia coli
seperti infeksi sistem saluran kencing dan diare. Tanda dan gejala infeksi saluran
kencing meliputi frekuensi kencing, disuria, hematuria dan piuria (Jawetz et al.,
2005). Bakteri lainnya yang menyebabkan penyakit infeksi adalah Bacillus subtilis,
jumlahnya yang banyak di dalam usus mampu menyebabkan diare yang ditularkan
melalui kontaminasi makanan (Rahmaningsih et al., 2012). Timbulnya berbagai
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mendorong untuk terus dilakukannya
penelitian baru yang mampu menghasilkan antibiotik baru serta memiliki efikasi yang
optimal untuk mengobati penyakit infeksi. Salah satu mikroorganisme penghasil
antibiotik adalah Actinomycetes. Actinomycetes merupakan salah satu bakteri yang
mirip jamur dan tergolong dalam bakteri Gram positif (Waluyo, 2009).
Actinomycetes banyak menghasilkan senyawa bioaktif yang kemungkinan besar
dapat menghasilkan senyawa-senyawa antibiotik untuk mengobati gejala infeksi
(Manjula et al., 2009). Salah satu anggota dari Actinomycetes yaitu Streptomyces
mampu menghasilkan 80% antibiotik (Kumar et al., 2010). Dari 22. 500 senyawa
aktif yang diperoleh dari mikroba, Actinomycetes memproduksi 45% senyawa
antimikroba, 38% senyawa berasal dari fungi dan 17% dari bakteri uniseluler 2
(Rahman et al., 2011). Actinomycetes merupakan mikroorganisme alam yang banyak
terdapat di tanah (Kumar et al., 2010) dan juga paling banyak ditemukan di rizosfer,
hal ini disebabkan karena rizosfer mampu mengeluarkan eksudat – eksudat yang
berguna sebagai sumber energi bagi kehidupan mikroorganisme yang ada di sekitar
perakaran (Rao, 1994). Actinomycetes yang diperoleh dari tanah telah dikenal mampu
memproduksi metabolit sekunder (Sharma et al., 2011) dan saat ini banyak produk
dari Actinomycetes yang digunakan sebagai antibiotik seperti antibiotik golongan
aminoglikosida, β-laktam, makrolida, polien, dan tetrasiklin (Jeffrey, 2008). Beberapa
penelitian telah berhasil mengisolasi Actinomycetes dari tanah (Oskay et al 2004
Ceylan et al 2008 & Arifuzzaman et al 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bakteri?
2. Bagaimana mekanisme infeksi bakteri?
3. Apa saja jenis jenis bakteri?
4. Bagaimana mengatasi bakteri penyebab infeksi?
5. Apa saja gangguan yang disebabkan oleh bakteri?
C. Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami mekanisme bakteri, dan bisa mengatasi gangguan bakteri
penyebab infeksi
Mengetahui apa itu infeksi bakteri dan jenis jenis bakteri
D. Manfaat Penulisan
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan
Meningkatkan daya pikir kritis
Menyelesaikan tugas mata kuliah
Menjadi bahan referensi
Mengembangkan serta meningkatkan kreatifitas mahasiswa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bakteri
Bakteri selalu dihubungkan dengan hal yang berhubungan dengan penyakit. Padahal,
bakteri memiliki pengertian yang lebih dari itu. Bakteri merupakan kelompok
mikroorganisme bersel satu yang diklasifikasikan pada tingkat domain.
Bakteri, umumnya memiliki bentuk seperti bola, batang, atau spiral, yang berukuran
sangat kecil, yang dapat dihitung dalam satuan mikrometer. Bakteri, merupakan salah satu
bentuk kehidupan pertama di Bumi, dan resiliensi yang baik dari bakteri, membuatnya bisa
hidup dan menghuni banyak benda seperti tanah, air, asam, limbah radioaktif, bahkan kerak
bumi. Bakteri memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Mikroorganisme bersel satu (uniseluler)
2. Tidak memiliki membran inti (prokariotik)
3. Memiliki ukuran yang sangat kecil
4. Dapat dihitung dalam satuan mikrometer
5. Sebagian besar bakteri tidak berklorofil
6. Memiliki bentuk bulat (coccus), batang (basil), atau spiral (spirilia)
7. Dapat bertahan hidup di berbagai lingkungan
8. Perkembangbiakkan yang cepat
9. Hidup berkoloni atau secara soliter
STRUKTUR BAKTERI Dilansir dari laman IPB, struktur morfologi dari bakteri, terdiri
dari membran plasma, ribosom, nukleoid, dinding sel, flagel, pili, glycocalyx, dan
kromosom. Membran plasma berfungsi untuk membungkus sitoplasma. Ribosom, berperan
dalam sintesis protein. Nukleotida, merupakan tempat sel DNA berada. Dinding sel menjadi
struktur kaku di luar membran plasma. Flagela, merupakan organ yang digunakan untuk
bergerak. Fimbriae atau biasa disebut pili, merupakan struktur yang digunakan untuk
perlekatan pada permukaan. Glycocalyx merupakan lapisan luar dari banyak prokariota, dan
kromosom yang berisi material genetik dari bakteri.
B. KLASIFIKASI BAKTERI
Bakteri, dapat dibagi dalam 3 bagian besar, berdasarkan ciri-cirinya, sumber nutrisi, dan
juga tingkat kebutuhan oksigen.
1. Pengelompokan Eubacteria atau Bakteri Sejati Pengelompokan ini membagi bakteri
sesuai dengan ciri-ciri dari masing-masing bakteri. Terdapat proteobacteria yang
merupakan kelompok bakteri yang terdiri dari bakteri ungu, kemoautotrof, dan
kemoheterotrof. Setelah itu, terdapat bakteri gram positif yang merupakan kelompok
bakteri yang dapat melakukan fotosintesis dan memiliki sifat kemoheterotrof. Lanjut,
Spirochetes yang tergolong sebagai bakteri gram negatif dan bersifat kemoheterotrof,
Chylamdydias yang hanya hidup sebagai parasit dalam sel makhluk hidup lain, dan
Cyanobacteria yang memiliki sel satu dan dikenal dengan nama ganggang hijau biru.
2. Pengelompokan Berdasarkan Sumber Nutrisi Apabila diklasifikasikan berdasarkan
sumber nutrisi, bakteri dapat dibagi dua, yaitu bakteri autotrof, yang mampu mengubah
zat anorganik menjadi organik sebagai sumber makanan dan bakteri heterotrof, yaitu
bakteri yang mendapatkan energi dari bahan organik di sekitar tempat hidupnya.
3. Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Pada jenis ini, bakteri dapat dibagi
menjadi dua, yaitu bakteri aerob yang membutuhkan oksigen, dan bakteri anaerob yang
tidak membutuhkan oksigen.
Secara langsung
Penularan bakteri dapat terjadi ketika seseorang melakukan kontak dengan penderita
infeksi. Kontak tersebut dapat terjadi melalui hubungan seksual, ciuman, serta percikan
dahak dari batuk atau bersin. Ibu hamil juga dapat menularkan bakteri ke janin yang
dikandungnya melalui plasenta atau kontak dengan jalan lahir saat persalinan.
Secara tidak langsung
Bakteri dapat tertinggal pada benda, seperti handuk, meja, atau gagang pintu. Bakteri di
benda tersebut bisa berpindah ketika orang lain menyentuh benda tersebut kemudian
menyentuh mata, mulut, atau hidung, sebelum mencuci tangan terlebih dahulu.
Makanan atau minuman
Bakteri dapat ke luar melalui tinja dan mencemari makanan atau minuman, kemudian
menginfeksi seseorang yang mengonsumsi makanan atau minuman tersebut. Jenis bakteri
yang menular melalui makanan adalah Salmonella typhii yang menyebabkan tipes
Gigitan hewan
Hewan dapat menjadi perantara penularan bakteri, misalnya penyakit lyme yang
ditularkan oleh gigitan kutu.
Menderita HIV/AIDS
Menderita kanker atau kondisi lain yang memengaruhi daya tahan tubuh Selain
memiliki daya tahan tubuh yang lemah, risiko terkena infeksi bakteri juga dapat
meningkat pada seseorang yang memiliki beberapa faktor berikut:
Batuk
Bersin
Mual dan muntah
Diare
Lemas
Demam
Selain gejala di atas, ada beberapa gejala spesifik yang dapat dialami ketika seseorang
menderita infeksi bakteri pada kulit, seperti:
Ruam
Kemerahan
Pembengkakan
Nyeri
Benjolan berisi nanah
Gatal
Pencegahan Dikutip dari Healthline, terdapat beberapa tips untuk membantu mencegah
infeksi virus, di antaranya: Menerapkan gaya hidup sehat, seperti: a. Mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir setelah atau saat ingin melakukan sesuatu b. Hindari
menyentuh wajah, mulut, atau hidung jika belum cuci tangan c. Tidak berbagi peralatan
pribadi, seperti peralatan makanan, gelas, handuk, baju, dan sikat gigi d. Memasak
makanan hingga matang sempurna e. Konsumsi makanan bernutrisi Lakukan vaksinasi
untuk mencegah terinfeksi bakteri Tidak keluar rumah ketika sedang sakit Hal ini
dilakukan untuk mencegah penularan infeksi kepada orang lain Melakukan hubungan
seksual yang aman, seperti: a. Menggunakan kondom untuk mencegah penyakit menular
seksual (PMS) b. Membatasi jumlah pasangan seksual c. Tidak berganti-ganti pasangan
seksual d. Tidak melakukan seks bebas Menggunakan masker ketika berada di tempat
umum atau menemui orang yang sedang sakit.
Apa saja gangguan yang di sebabkan oleh bakteri
Ada beberapa cara bakteri dapat menyebabkan penyakit atau seseorang penderita sakit.
Cara itu antara lain melalui transmisi (penularan atau pemindahan bakteri), perlekatan
pada permukaan sel inang, menyerang (invasive) dan toksigenitas (melepaskan toksin
atau racun).
a. Transmisi atau Penularan Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang pindah
dari sumber luar disebut eksogen. Penyakit lain yang disebabkan oleh flora normal dari
tubuh inangnya sendiri yang bertindak selaku bakteri oportunistik disebut endogen.
Penularan dapat terjadi melalui:
Inhalasi yaitu melalui jalur udara
Ingesti yaitu melalui jalur penelanan makanan dan minuman yang terkontaminasi
Inokulasi yaitu melalui kontak seksual, jarum suntik terkontaminasi, kontak kulit,
transfusi darah atau gigitan serangga. Mikroorganisme dapat masuk ke tubuh melalui
kulit, saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran genitourinaria. Contoh bakteri
pathogen:
Kulit yaitu Clostridium tetani (penyakit tetanus),
Saluran pernafasan yaitu Streptococcus pneumoniae (penyakit pneumoniae),
Haemophilus influenza (penyakit meningitis), Mycobacterium tuberculosis (penyakit
tuberculosis)
Saluran pencernaan yaitu Shigella dysentriae (penyakit disentri), Vibrio cholera
(penyakit kolera)
Saluran genital yaitu Neisseria gonorrhoeae (penyakit gonoroe), Treponema pallidum
(penyakit sifilis)
b. Perlekatan pada permukaan sel atau jaringan inang Merupakan tahap awal infeksi.
Beberapa bakteri dan fungi mempunyai struktur khusus atau menghasilkan bahan khusus
yang sehingga dapat melekat pada permukaan sel inang termasuk pada protesa gigi, katup
jantung buatan dan sebagainya sehingga dapat meningkatkan kemampuan bakteri untuk
berkolonisasi dan menjadi penyakit. Mekanisme perlekatan adalah hal yang esensial bagi
mikroorganisme untuk melekat pada membran mukosa misalnya rambut yang menyerupai
pili pada Neisseria gonorrhoeae, Streptococcus mutans membantunya menempel pada
permukaan email gigi.
c. Daya serang Bakteri (Invasif) Daya invasif bakteri berfungsi dalam patogenesis. Daya
serang ini berhubungan dengan enzim yang disekresikan oleh bakteri. Enzim-enzim
tersebut adalah:
Kolagenase atau hialuronidase Merusak substansi interseluler jaringan inang, sehingga
bakteri mudah masuk dan menyebar di jaringan, khususnya pada infeksi di kulit yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
Koagulase Enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus berfungsi untuk
mempercepat pembentukan bekuan fibrin (dari fibrinogen). Kondisi ini melindungi
bakteri dari proses fagositosis yakni proses sel darah putih manusia memakan bakteri
tersebut dengan cara membentengi daerah yang terinfeksi dan melingkupi bakteri dengan
lapisan fibrin.
Immunoglobulin A (IgA) protease enzim yang dihasilkan bakteri yang dapat merusak
IgA inang pada permukaan mukosa, sehingga bakteri-bakteri seperti N. gonorrhoeae,
Haemophilus influenza dan Streptococcus pneumonia melekat pada membrane mukosa.
Leukosidin Racun yang dihasilkan bakteri yang dapat menghancurkan sel-sel darah
putih manusia jenis netrofil dan makrofaga. Toksin ini dimiliki oleh bakteri-bakteri
penyebab penyakit periodontal seperti Actinobacillus actinomycetemcommitans. d.
Toksigenitas 74 Toksigenitas ialah faktor penentu patogenesis bakteri. Toksin yang
dihasilkan bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok utama yaitu: eksotoksin dan
endotoksin.
Endotoksin adalah komponen lipopolisakarida (LPS) dinding sel bakteri Gram negatif
(kokus maupun basil) yang tersimpan dan tidak secara aktif dikeluarkan oleh bakteri.
Bakteri Gram positif tidak menghasilkan toksin ini. Endotoksin dapat menyebabkan
demam, syok dan gejala umum lainnya. Endotoksin akan dilepaskan dari tubuh bakteri
jika bakteri mengalami lisis (hancur, mati).
Eksotoksin adalah toksin yang dihasilkan dan dikeluarkan dari badan bakteri Gram
positif dan Gram negatif. Eksotoksin dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh
tertentu setelah menyebar atau terbawa melalui jalur sistemik misalnya bakteri penyebab
tetanusyang masuk melalui luka di kaki menghasilkan eksotoksin yang dapat
menyebabkan rahang terkunci atau kejang otot masseter (pengunyahan) di daerah wajah.
Eksotoksin labih toksik dibandingkan dengan endotoksin. Contohnya toksin tetanus dapat
menyebabkan kematian pada kadar < 1 µg. Polipeptida eksotoksin merupakan antigen
kuat yang dapat merangsang antibody tubuh membentuk antitoksin berguna untuk
mencegah atau mengobati penyakit contohnya tetanus. Toksisitas eksotoksin dapat
dinetralisir oleh formaldehyde, asam, pemanasan dan toksoid yang dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan vaksin. 75 Secara umum eksotoksin bakteri dapat dibagi menjadi :
Neurotoksin yaitu toksin yang berpengaruh terhadap saraf. Contohnya : toksin tetanus
(dihasilkan oleh Clostridium tetani), toksin difteria (dihasilkan oleh Corynebacterium
diptheriae) dan toksin botulinum (yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum).
Enterotoksin yaitu toksin yang berefek racun terhadap mukosa usus dan dapat
menyebabkan gangguan gastrointestinal. Contohnya toksin yang dihasilkan oleh
Eschericia coli, Vibrio cholera dan Bacillus cereus.
Eksotoksin lainnya, Contohnya toksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium
perfringens dapat menyebabkan gas gangrene pada luka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bakteri adalah organisme mikroskopik yang ditemukan diseluruh dunia, yang
memiliki kemampuan untuk hidup di berbagai lingkungan, termasuk ditanah, air,
udara, dan bahkan ditubuh manusia. Beberapa bakteri memiliki manfaat besar bagi
manusia, seperti membantu mencernakan makanan atau menghasilkan obat-obatan
sedangkan yang lain dapat menyebabkan penyakit dan infeksi yang serius.
Penyebaran bakteri dapat terjadi melalui beberapa cara, seperti melalui kontak
dengan benda yang terkontaminasi, kontak dengan hewan, makanan dan minuman
yang terkontaminasi, dan memperkuat udara, kebersihan yang buruk, atau kondisi
medis tertentu.
Maka untuk mencegah penyebaran infeksi bakteri, penting untuk menjaga
kebersihan, menghindari kontak dengan orang sakit atau benda yang terkontaminasi
dan memperkuat system kekebalan tubuh dengan menerapkan gaya hidup yang
sehat. Sementara itu, penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengebangkan
pengobatan dan pencegahan terhadap infeksi yang lebih efektif dan aman.
B. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam identifikasi bakteri dengan metode lebih
akurat, misalnya menggunakan teknologi DNA. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai waktu yang remediasi menggunakan campuran bakteri dalam
memperbaiki kualitas limbah cair batik yang sesuai baku mutu yang telah
ditetapkan. Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai kemampuan dan mekanisme
campuran isolate bakteri menggunakan metode yang lebih mendukung proses
remediasi, misalnya menggunakan metode biofilm.. dan perlu adanya penelitian
lebih lanjut menggunakan campuran bakteri indegenus dalam remediasi limbah cair
batik tanpa adanya penambahan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/infeksi-bakteri
https://kmp.im/app6
https://health.kompas.com/penyakit/read/2021/09/21/100000068/infeksi-bakteri-.
https://www.alodokter.com/infeksi-bakteri