Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau
batang, bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ditemukan pertama kali oleh ilmuwan
Belanda bernama Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian
menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,
ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari bakteri
disebut bakteriologi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya.

Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es,
hingga lautan. Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada yang
merugikan. Bakteri memiliki ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup
lainnya. Bakteri adalah organisme uniseluler, prokariot, dan umumnya tidak
memiliki klorofil. Ukuran tubuh bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12 mikron
sampai yang panjangnya ratusan mikron. Bakteri dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Bakteri yang paling
renik adalah Mycoplasma yang berukuran 0,12 mikron. Sebaliknya bakteri
terbesar adalah Thiomargarita yang berukuran 200 mikron. Bentuk dasar bakteri
beraneka ragam, yaitu kokus (bulat), basil (batang), dan spirilia (spiral). (Sri
Maryati, 2007).

Dalam kemajuan IPTEK seperti yang ada pada saat ini, menuntut manusia
untuk bekerja lebih keras lagi. Didalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat
resiko dari pekerjaan tersebut sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja ini di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
faktor biologi, fisik, kimia, fisiologi dan psikologi. Sebagai contoh orang yang
bekerja pada sektor peternakan atau pada sektor pekerjaan yang berkontak

1
langsung dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja itu tidak selalu
bersih dalam artian bebas dari sumber–sumber penyakit yang berupa virus,
bakteri, protozoa, jamur, cacing, kutu, bahkan hewan dan tumbuhan besarpun
dapat menjadi sumber penyakit. Akan tetapi virus dan bakterilah yang menjadi
penyebab utama penyakit dalam kerja, khususnya pekerjaan yang berkontak
langsung dengan lingkungan. Untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang
diakibatkan oleh bakteri tidak hanya membutuhkan tindakan pengobatan saja
tetapi juga diperlukan pengetahuan tentang itu bakteri bagaimana bakteri tersebut
dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
Dewasa ini, pembicaraan tentang makhluk mini yang biasa disebut bakteri tentu
tidak akan ada habisnya. Karena bakteri merupakan salah satu kajian dari
mikrobiologi yang keberadaannya sangat diperhitungkan baik dari segi
manfaatnya maupun kerugian yang dapat ditimbulkan oleh bakteri. Selain itu
bakteri juga merupakan agen hayati yang dapat dimanfaatkan aktivitas
metabolismenya dalam hal segi peningkatan mutu pangan, salah satunya
pemanfaatan bakteri Lactobacillus bulgaricus dalam pembuatan yogurt yang kami
bahas dalam makalah ini.
Kajian biologi terapan sangat minim jika tidak menggunakan jasa bakteri,
karena biologi terapan membutuhkan jasa bakteri - bakteri yang dapat
dimanfaatkan dalam hal penerapan konsep biologi seperti sub bidang
mikrobiologi, genetika, ekologi mikroorganisme dan lain sebagainya. Oleh karena
itu keberadaan bakteri tentu sangat berjasa dalam kajian biologi terapan dalam hal
pemanfaatannya dari segi pangan, makanan, minuman, pertanian, perkebunan, dan
lain sebagainya. Namun disisi lain bakteri juga dapat merugikan manusia yang
dapat menimbulkan berbagai penyakit. Dengan adanya konsep tersebut
diharapkan manusia dapat meminimalisir dampak negatif dari bakteri.

2
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu bakteri?


2. Bagaimana sejarah ditemukannya bakteri?
3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri?
4. Bagaimana bakteri berkembang biak?
5. Apa saja bentuk bakteri?
6. Apa saja jenis-jenis Bakteri?
7. Apa itu bakteri Lactobacillus bulgaricus?
8. Bagaimana optimalisasi peran bakteri Lactobacillus bulgaricus dalam
proses produksi yogurt?
9. Bagaimana peranan bakteri secara umum dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu bakteri.
2. Memahami sejarah ditemukannya bakteri.
3. Menjelaskan bagaimana bakteri berkembang biak.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk bakteri.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis bakteri.
6. Untuk mengetahui apa itu bakteri Lactobacillus bulgaricus.
7. Memahami optimalisasi peran bakteri Lactobacillus bulgaricus dalam
proses produksi yogurt.
8. Menjelaskan peran bakteri dalam kehidupan sehari-hari.
9. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bakteri

Bakteri (dari kata Latin bacterium ; jamak: bacteria) adalah kelompok


organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk
kedalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta
memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri
dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya
dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur
sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar
perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks. Bakteri
dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis
dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam
tubuh manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada bakteri
tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm, yaitu Thiomargarita. Mereka
umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan
bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat
motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.

Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular, termasuk kelas


Sschizhomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel.
Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup
bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia,
hewan dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer
(sampai 10 km di atas bumi), di dalam lumpur, dan di laut.

Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung. Bentuk


bakteri juga dapat dipengaruhi umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri
dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan faktor

4
makanan, suhu, dan lngkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain
itu dapat mengalami pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur
walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan yang sesuai.

Berdasarkan klasifikasi artifisial yang dimuat dalam buku “Bergey’s


Manual of Determinative Bacteriologi” tahun 1974, bakteri di klasifikasikan
berdasarkan deskripsi sifat morfologi dan fisiologi. Menurut Bergey’s manual,
bakteri dibagi menjadi 1 kelompok, dengan Cyanobacteria pada kelompok 20.
Pembagian ini berdasarkan bentuk, sifat gram, kebutuhan oksigen, dan apabila
tidak dapat dibedakan menurut ketiganya maka dimasukkan kedalam kelompok
khusus.

A. Sel Prokariotik
Tipe sel prokariotik mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan
dengan sel eukariotik. Beberapa sel bakteri Pseudomonas hanya berukuran
0,4-0,7µ diameternya dan panjangnya 2-3µ. Sel ini tidak mempunyai organel
seperti mitokondria, khloroplas dan aparat golgi. Inti sel prokariotik tidak
mempunyai membran. Bahan genetis terdapat di dalam sitoplasma, berupa
untaian ganda (double helix) DNA berbentuk lingkaran yang tertutup.
“Kromosom” bakteri pada umumnya hanya satu, tetapi juga mempunyai satu
atau lebih molekul DNA yang melingkar (sirkuler) yang disebut plasmid. Sel
prokariotik tidak mengandung organel yang dikelilingi oleh membran.
Ribosom yang dimiliki sel prokariot lebih kecil yaitu berukuran 70S. Ukuran
genom sel prokariot berbeda dengan sel eukariot. Jumlah DNA penyusun
pada sel prokariot berkisar antara 0,8-8.106 pasangan basa (pb) DNA. DNA
pada sel eukariot mempunyai pasangan basa lebih tinggi, sebagai contoh:
Neurospora 19.106; Aspergillus niger 40.106; Jagung 7.109; dan manusia
29.109. Sel prokariotik tidak seluruhnya membutuhkan oksigen, misalnya
pada bakteri anaerob.

5
B. Sel Eukariotk

Sel eukariotik mempunyai inti sejati yang diselimuti membran inti. Inti sel
mengandung bahan genetis berupa genome/ DNA. Seluruh bahan genetis tersebut
tersusun dalam suatu kromosom. Di dalam kromosom terdapat DNA yang
berasosiasi dengan suatu protein yang disebut histon. Kromosom dapat
mengalami pembelahan melalui proses yang dikenal sebagai mitosis. Sel
eukariotik juga mengandung organel-organel seperti mitokondria dan khloroplas
yang mengandung sedikit DNA. Bentuk DNA dalam kedua organel tersebut
adalah sirkuler tertutup (seperti DNA prokariot). Ribosom pada sel eukariotik
lebih besar dibandingkan prokariotik, berukuran 80S. Di dalam sel ini juga
dijumpai organel lain yang bermembran, yaitu aparatus golgi. Pada tanaman
organel ini mirip dengan diktiosom. Kedua organel tersebut berperan dalam
proses sekresi.

2.2 Sejarah Bakteri

Secara klasik, jasad hidup digolongkan menjadi dunia tumbuhan (plantae)


dan dunia binatang (animalia). Jasad hidup yang ukurannya besar dengan mudah
dapat digolongkan ke dalam plantae atau animalia, tetapi mikroba yang ukurannya
sangat kecil sulit untuk digolongkan ke dalam plantae atau animalia. Selain
karena ukurannya, sulitnya penggolongan juga disebabkan adanya mikroba yang
mempunyai sifat antara animalia dan plantae. Menurut teori evolusi, setiap jasad
akan berkembang menuju ke sifat plantae atau animalia. Hal ini digambarkan
sebagai pengelompokan jasad berturut-turut oleh Haeckel, Whittaker, dan Woese
berdasarkan perbedaan organisasi selnya.

Whittaker membagi jasad hidup menjadi tiga tingkat perkembangan, yaitu:


(1) Jasad prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisio Monera), (2) Jasad
eukariotik uniseluler yaitu algae sel tunggal, khamir dan protozoa (Divisio
Protista), dan (3) Jasad eukariotik multiseluler dan multinukleat yaitu Divisio
Fungi, Divisio Plantae, dan Divisio Animalia. Sedangkan Woese menggolongkan
jasad hidup terutama berdasarkan susunan kimia makromolekul yang terdapat di

6
dalam sel. Pembagiannya yaitu terdiri Arkhaebacteria, Eukaryota (Protozoa,
Fungi, Tumbuhan dan Binatang), dan Eubacteria.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik. Hal ini menyebabkan


organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya
mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama
bakteri (bakteriologi), mulai berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi,
perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti
Robert Hooke, Antony van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch.
Istilah bacterium diperkenalkan dikemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828,
diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-
batang kecil". Pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah serangkaian
percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu
mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi
bakteri.

Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarahwan


berkebangsaan Inggris penemu sel pertama kali, menulis sebuah buku yang
berjudul Micrographia pada tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan yang
dilakukan dengan menggunakan mikroskop sederhana. Akan tetapi, Robert Hooke
masih belum dapat menumukan struktur bakteri. Dalam bukunya tersebut,
tergambar hasil penemuannya mengenai tubuh buah kapang. Walau demikian,
buku inilah yang menjadi sumber deskripsi awal dari mikroorganisme.

Antony van Leeuwenhoek (1632—1723), bapak mikrobiologi, penemu


lensa optik pertama, hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di mana
pengamatan dengan mikroskop masih sangat sederhana. Terinspirasi dari kerja
Robert Hooke, ia membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat baik
untuk mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun
1684. Antoni van Leeuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama
kalinya di dunia pada tahun 1676. Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society

7
of London yang kemudian dipublikasikan pada tahun 1684. Penemuan ini segera
mendapat banyak konfirmasi dari ilmuwan lainnya. Sejak saat itulah, tidak hanya
ilmu tentang bakteri tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai
berkembang.

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berkebangsaan


Breslau (sekarang Polandia) penemu bakteri yang resisten terhadap panas. Hasil
penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang resisten terhadap panas.
Ketertarikannya pada kelompok bakteri ini mengarahkannya pada penemuan
kelompok bakteri penghasil endospora yang resisten terhadap suhu tinggi.
Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus hidup bakteri Bacillus yang
sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas. Selanjutnya, ia
juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan mengembangkan beberapa
metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri, seperti penggunaan
kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung reaksi. Metode ini
kemudian digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch.

Robert Koch (1843-1910), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman,


banyak melakukan penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Ilmuwan pada awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak
menyerang hewan ternak. Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah
satu bakteri penghasil endospora. Robert Koch juga merupakan orang pertama
yang berhasil mendapatkan isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri
penyebab penyakit tuberkulosis. Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit
ini, Robert Koch berhasil membuat Postulat Koch, sebuah teori mengenai
mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang spesifik. Dia juga berhasil
menemukan metode untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri. Penemuan
lainnya adalah penggunaan media kultur padat untuk menumbuhkan bakteri di
luat habitat aslinya. Pada awalnya ia menggunakan potongan kentang dan
kemudian dikembangkan dengan menggunakan nutrien gelatin. Penggunaan
nutrien gelatin masih memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya

8
penggunaanya digantikan dengan agar (sejenis polisakarida) yang digagas oleh
istri Walter Hesse yang juga bekerja bersama Robert Koch.

John Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukung


pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam
yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu,
ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan,
tetapi apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan
Tyndall ditemukan adanya fase termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri
melakukan pertumbuhan) dan termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap
panas). Dari penyelidikan ahli botani Jerman yang bernama Ferdinand Cohn,
dapat diketahui secara mikroskopis bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat
membentuk endospora. Dengan penemuan tersebut, maka dicari cara untuk
sterilisasi bahan yang mengandung bakteri pembentuk spora, yaitu dengan
pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali atau dikenal sebagai
Tyndallisasi. Pemanasan dilakukan pada suhu 100 oC selama 30 menit, kemudian
dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam, cara ini diulang sebanyak 3 kali. Saat
dibiarkan pada suhu kamar, bakteri berspora yang masih hidup akan berkecambah
membentuk fase pertumbuhan / termolabil, sehingga dapat dimatikan pada
pemanasan berikutnya.

2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri


Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan
peningkatan ukuran populasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum antara lain; suhu, derajat
keasaman atau pH, konsenterasi garam, sumber nutrisi, zat – zat sisa metabolisme,
zat kimia, dan perkembangbiakan bakteri.

2.4 Cara Bakteri Berkembang Biak


Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara
aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada
bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua.

9
Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan
bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau
rekombinasi DNA.

Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen


saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.
2. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel
bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu
bakteriofage (virus bakteri).
3. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara
langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan
di antara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri
gram negatif.

2.5 Bentuk Bakteri


Ukuran bakteri umumnya dinyatakan dalam satuan micron, di mana 1
mikron sama dengan 0,001 mm atau 1 mm di bagi 1000. Satuan ini disengaja
digunakan untuk memudahkan pengucapan ukuran bakteri yang memang sangat
kecil. Secara umum, bakteri memiliki panjang antara 0,5 sampai 3 mikron dan
lebar antara 0,1 sampai 0,2 mikron. Ukuran tersebut bervariasi tergantung seperti
apa bentuk-bentuk bakteri yang diukur.
Adapun bakteri berdasarkan bentuknya dikelompokkan menjadi 3 macam,
yaitu bakteri bentuk batang atau silinder (bacil), bentuk bulat (coccus), dan bentuk
spiral (spirillum). Perbedaan bentuk pada bakteri maupun koloninya ini,
umumnya dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti umur, arah pembelahan, serta
faktor pertumbuhan (makanan, suhu, dan inhibitor).
Berikut bentuk-bentuk bakteri :
1. Coccus
Coccus merupakan bakteri sperik (lensa) atau oval yang memiliki
beberapa rangkaian yang didasarkan pada belahannya hasil pembelahan

10
sel. Bakteri dalam bentuk bulat (coccus) juga dapat ditemukan dalam
keadaan tunggal, berpasangan, membentuk rantai, atau membentuk
gumpalan seperti buah anggur.
Berikut ini bentuk-bentuk bakteri coccus, baik dalam keadaan tunggal
maupun berkoloni beserta contohnya.
 Monokokus adalah bakteri berbentuk bulat tunggal. Contoh bakteri ini
adalah Monococcus gonorrhoeae.
 Diplokokus adalah bakteri berbentuk bulat dan berpasangan. Contoh
bakteri ini adalah Diplococcus pneumoniae.
 Streptokokus adalah bakteri berbentuk bulat bergandengan menyerupai
bentuk rantai. Bentuk rantai sendiri merupakan hasil reproduksinya yang
melakukan pembelahan dalam satu garis ke satu atau dua arah. Contoh
bakteri ini adalah Streptococcus lactis, Streptococcus salivarius, dan
Streptococcus pneumoniae.
 Tetrakokus adalah bakteri berbentuk bulat yang terdiri atas 4 sel dengan
susunan menyerupai bentuk bujur sangkar hasil dari pembelahan sel ke
dua arah.
 Sarkina adalah bakteri berbentuk bulat yang terdiri dari 8 sel dengan
susunan menyerupai bentuk bujur sangkar hasil dari pembelahan sel ke
tiga arah. Contoh bakteri ini adalah Sarcina sp.
 Stafilokokus adalah koloni bakteri berbentuk bulat yang tersusun
menyerupai kelompok buah anggur hasil dari pembelahan sel ke segala
arah. Contoh bakteri ini adalah Staphylococcus aureus.

11
2. Batang atau Basil
Basil merupakan bakteri yang berbentuk batang. Basilli, semuanya dibagi
dalam satu belahan yang menghasilkan basil, rangkaian streptobasillus
atau kokobasil. Bakteri yang berbentuk batang atau silinder (basil) dapat
kita temukan dalam keadaan tunggal (basil), berpasangan (diplobasil),
maupun koloni yang membentuk rantai (streptobasil).
Berikut bentuk-bentuk bakteri Basil :

 Bakteri basil (tunggal) sesuai namanya, sering ditemukan dalam


keadaan menyendiri. Contoh bakteri ini misalnya Salmonella typhi dan
Escherichia coli.
 Bakteri diplobasil (berpasangan) adalah bakteri yung ditemukan sering
dalam keadaan berpasang-pasangan alias berdua-duaan. Contoh
bakteri ini misalnya Renibacterium salmoninarum.
 Bakteri streptobasil (rantai) adalah koloni bakteri yang saling
bergandengan membentuk rantai. Contoh bakteri ini antara lain
Azotobacter sp. dan Streptobacillus moniliformis.

3. Spiral
Spiral merupakan bakteri yang berbentuk lengkung. Spiral meliputi satu
dari tiga bentuk ini : vibrio, spirillum atau spirochete.

12
Bentuk-bentuk bakteri Spiral :
 Koma (vibrio) adalah bakteri yang bentuknya melengkung
setengah lingkaran atau kurang. Contoh bakteri dengan bentuk ini
adalah Vibrio comma alias bakteri penyebab penyakit kolera.
 Spiral adalah bakteri yang bentuknya melengkung lebih dari
setengah lingkaran. Contoh bakteri dengan bentuk ini adalah
Sprillum minor atau bakteri penyebab demam pada manusia yang
menjadikan gigitan tikus dan hewan pengerat lainnya sebagai
medium (perantara).
 Spiroseta adalah bakteri yang bentuknya berupa spiral dengan
tekstur halus dan lentur. Contoh bakteri dengan bentuk ini adalah
Treponema pallidum alias bakteri penyebab penyakit sifilis.

2.6 Jenis-jenis Bakteri


Berdasarkan cara memperoleh makanannya, bakteri dapat digolongkan menjadi
dua golongan yaitu bakteri heterotroph dan bakteri autotroph.

A. Bakteri Heterotroph

Bakteri ini hidup dengan memperoleh makanan berupa zat organik dari
lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang
dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa-sisa organisme lain. Bakteri yang
mendapatkan zat organik dari sampah, kotoran, bangkai dan juga sisa makanan,

13
disebut sebagai bakteri saprofit. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam
makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi dan mineral.

B. Bakteri Autotroph

Bakteri autotroph adalah bakteri yang dapat menyusun zat makanan sendiri dari
zat anorganik yang ada. Dari sumber energi yang digunakannya,bakteri autotroph
(auto = sendiri, trophein = makanan) dibedakan menjadi dua anggota, yaitu:

a. Bakteri aerob
yaitu bakteri yang menggunakan oksigen bebas dalam proses respirasinya.
Misalnya: Nitrosococcus, Nitrosomonas dan Nitrobacter.
b. Bakteri anaerob
yaitu bakteri yang tidak menggunakan oksigen bebas dalam proses
respirasinya. Misalnya: Streptococcus lactis.

2.7 Pengertian Bakteri Lactobacillus bulgaricus


Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus atau biasa disebut Lactobacillus
bulgaricus adalah bakteri yang membantu dalam proses fermentasi yoghurt.
Bakteri ini pertama kali diidentifikasi oleh seorang dokter yang bernama Stamen
Grigorov, pada tahun 1905 asal Bulgaria. Oleh karena itu dinamakan menurut
Bulgaria. Bakteri ini mengubah laktosa menjadi asam laktat. Asam ini sekaligus
dapat mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa sehingga orang yang toleran
terhadap susu murni dapat mengkonsumsi yoghurt tanpa mendapat masalah
kesehatan.

Lactobacillus bulgaricus adalah salah satu mikroorganisme simbiotik yang


dapat mengecilkan atau memperbanyak dalam lingkungan lapisan mukosa saluran
gastro-intestinal, juga disebut "mukosa usus". Lingkungan ini dijelaskan dalam
jurnal medis sebagai antarmuka antara penyerapan nutrisi yang dibutuhkan dan
pengalihan mikroba dan racun berbahaya. Lactobacillus bulgaricus memiliki
beberapa peran penting di saluran pencernaan. Mekanisme ini termasuk
mengurangi infeksi usus dengan mengeluarkan akhir produk metabolisme seperti

14
asam yang mengubah pH saluran pencernaan. Lactobacillus bulgaricus juga
merupakan antibiotik alami, yang dapat memiliki spektrum yang luas dari fungsi
kekebalan. Membantu mekanisme probiotik lainnya termasuk pemblokiran situs
adhesi patogen dalam lapisan mukosa usus. Lactobacillus bulgaricus
menunjukkan kemampuan yang terbukti untuk menarik diri racun dan
mengalahkan bakteri berbahaya, sementara menjajah mukosa usus dalam
simbiosis yang menguntungkan.

2.8 Optimalisasi Peran Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Produksi


Yogurt

Yoghurt atau yogurt adalah dairy product yang dihasilkan melalui


fermentasi bakteri pada susu. Berbagai jenis susu dapat digunakan untuk membuat
yoghurt, tapi produksi yoghurt yang modern kini didominasi oleh susu sapi.
Pembuatan yoghurt merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi
asam laktat yang menyebabkan tekstur yoghurt menjadi kental. Biasanya yaghurt
dijual dengan rasa buah, vanila, atau coklat, tapi ada juga tanpa penambahan rasa
(plain). Yoghurt dibuat dengan menambahkan bakteri yang menguntungkan ke
dalam susu yang tidak dipasteurisasi (untuk mengatur keseimbangan antara
bakteri dan enzim dari susu) pada suhu dan kondisi lingkungan yang dikontrol.

Bakteri akan mengolah gula susu alami menjadi asam laktat. Hal itu akan
meningkatkan keasaman sehingga menyebabkan protein susu menyusut menjadi
masa yang padat atau kental. Peningkatan keasaman (pH 4-5) juga mencegah
proliferasi (perbanyakan sel) dari bakteri patogen lainnya. Umumnya kultur
yoghurt melibatkan dua atau lebih bakteri yang berbeda untuk proses fermentasi,
biasanya yaitu Streptococcus salivarius dan thermophilus dari genus
Lactobacillus, seperti L.acidophilus, bulgaricus, casei dan bifidus.
Karena kultur yoghurt mengandung enzim-enzim yang dapat memecah laktosa,
beberapa individu yang menderita lactose intolerant dapat menikmati yoghurt
tanpa efek yang merugikan. Secara nutrisi, yoghurt memang kaya akan protein
dan beberapa vitamin B serta mineral penting lainnya.

15
Fermentasi yang bertujuan mengoptimalkan konversi substrat menjadi
massa microbial adalah operasi utama dalam produksi protein sel tunggal.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan digunakan sebagai
sumber protein untuk hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus.
Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat tidak menyebabkan
penyakit terhadap tanaman, hewan, dan manusia. Selain itu dapat digunakan
sebagai bahan makanan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya
produk yang dibutuhkan rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai
protein sel tunggal, antara lain alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari
khamir Candida utylis; dari kapang berfilamen Fusarium gramineaum maupun
dari bakteri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar fermentasi dapat berjalan dengan


optimal, maka harus memperhatikan faktor-faktor berikut ini:

1. Aseptis yaitu terbebas dari kontaminan bahan yang di gunakan untuk


fermentasi yogurt harus steril.

2. Volume kultur relatif konstan (tidak bocor atau menguap). Kultur ini dapat
menghasilkan enzim yang mejadikan yogurt memiliki tingkat keasaman yang
rendah. Kerja dari kultur tersebut saling melengkapi antara bakteri Lactobacillus
bulgaricus dengan Streptococcus thermopiles.

3. Kadar oksigen harus memenuhi standar kadar Lactobacillus bulgaricus jika


tidak memenuhi standart maka produksi yogurt akan mengalami kegagalan.

4. Kondisi lingkungan seperti suhu, pH harus terkontrol. Kultur ditambahkan


setelah susu dipanaskan pada suhu 90OC selama 15-30 menit dan kemudian
didinginkan hingga suhu 43 OC. Keasaman yogurt meningkat (pH=4-5) juga
menghindari proliferasi bakteri patogen yang potensial.

5. Komposisi medium pertumbuhan Medium sebagai tempat tumbuh dan


berkembang harus menjamin ketersediaan dan kebutuhan Lactobacillus
bulgaricus untuk hidup dan tumbuh berkembang medium biasa disebut substrat.

16
Medium harus mengandung nutrien dan oksigen yang dibutuhkan mikroba.
Mikroba berada dalam medium yang mengandung nutrien sebagai substrat untuk
tumbuh dan berkembang bercampur dengan produk-produk yang dihasilkan
yogurt. Medium kebanyakan berasal dari tumbuhan dan sedikit dari produk
hewani harus mencukupi kebutuhan Lactobacillus bulgaricus . Cita rasa khas
yoghurt ditentukan dari terbentuknya asam laktat, asetaldehid, asam asetat dan
asetil.

6. Penyiapan inokulum harus murni. Inokulum. Inokulum adalah agen hayati


(living thing) meliputi organisme dan komponen subselulernya Lactobacillus
bulgaricus memiliki sifat khas yogurt sehingga dapat digunakan sebagai agen
untuk memproduksi bahan-bahan yang diperlukan bermanfaat oleh manusia.
Mikroba memiliki kemampuan mensintesis berbagai senyawa di alam dan juga
dapat menghasilkan berbagai jenis enzim yang dapat dimanfaatkan dalam industri
pengolahan makanan, bahan kimia, dan/atau bahan farmasi. Enzim yang
dihasilkan merupakan katalisator yang mendorong terjadinya proses sintesis dan
perombakan bahan baku. Mikroba dapat digolongkan menjadi: (1) kelompok
bakteri : Bacillus sp., Lactobacillus sp., Streptococcus sp., Eschericia sp. (2)
kelompok jamur: Aspergillus sp., Penicillium sp. (3) kelompok khamir
(yeast): Saccharomyces sp.

7. Sifat fermentasi yoghurt merupakan salah satu hasil olahan susu yang
mengalami fermentasi akibat dari aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
bakteri Streptococcus thermopilus dan Lactobacillus bulgaricus.

8. Prinsip kultivasi mikroba dalam sistem cair bakteri asam laktat yang
dihasilkan Lactobacillus bulgaricus memiliki efisiensi yang tinggi karena mampu
beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Yoghurt biasanya digunakan
sebagai sajian bagi orang-orang yang ingin melangsingkan tubuh. Sajian yang
dihasilkan dari susu fermentasi ini diduga ditemukan semenjak dihasilkannya susu
domba di Mesopotamia sekitar 5000 tahun SM yang disimpan dalam suatu
ruangan yang hangat dan kemudian terbentuk gumpalan susu.

17
9. Desain bioreaktor (fermenter) kontaminasi Istilah fermenter (bioreaktor)
digunakan untuk tempat berlangsungnya proses fermentasi. Pada prinsipnya
fermenter harus menjamin pertumbuhan mikroba dan produk dari Lactrobacillus
bulgaricus di dalam fermenter. Semua bagian di dalam fermenter pada kondisi
yang sama dan semua nutrien termasuk oksigen harus tersedia merata pada setiap
bagian dalam fermenter dan produk limbah seperti; panas, CO2, dan metabolit
harus dapat dikeluarkan (remove). Fermenter sebagai wadah harus dapat
memberikan kondisi lingkungan fisik yang cocok bagi katalis sehingga dapat
berinteraksi secaran optimal dengan substrat. Oleh karena itu, wadah perlu
didesain sedemikian rupa sehingga proses dalam wadah dapat dimonitor dan
dikontrol.

10. Desain medium sebagai tempat tumbuh dan berkembang harus menjamin
ketersediaan dan kebutuhan mikroba untuk hidup dan tumbuh berkembang.
Medium biasa disebut substrat. Medium harus mengandung nutrien dan oksigen
yang dibutuhkan Lactobacillus bulgaricus berada dalam medium yang
mengandung nutrien sebagai substrat untuk tumbuh dan berkembang bercampur
dengan produk-produk yang dihasilkan termasuk limbah. Medium kebanyakan
berasal dari tumbuhan dan sedikit dari produk hewani. Sebagai contoh; biji-bijian
(grain), susu (milk), Natural raw material berasal dari hasil pertanian dan hutan,
karbohidrat; gula, pati (tepung), selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

11. Instrumentasi dan pengendalian proses dalam bioreaktor perbandingan yang


baik antara kedua bakteri ini sehingga menghasilkan yoghurt yang baik adalah
1:1. Dapat dibayangkan apabila pembuatan yoghurt hanya menggunakan satu
jenis bakteri saja. Apabila hanya Streptococcus thermopilus saja maka keasaman
dan cita rasa yang dihasilkan tidak maksimal karena tidak dihasilkan asetaldehid
serta keasaman yang dihasilkan sekitar 5-5,5. Begitu juga apabila hanya
menggunakan Lactobacillus bulgaricus saja akibatnya enzim yang dihasilkannya
untuk membentuk asetaldehid akan terganggu karena kondisi lingkungan yang
terbentuk kurang baik. Oleh karena itu hubungan simbiotik antara kedua bakteri
ini sangat penting agar dihasilkan yoghurt dengan kualitas yang baik.

18
12. Tenik pengukuran fermentasi dimulai ketika aktivitas dari
bakteri Streptococcus thermopilus merubah laktosa (gula susu) menjadi asam
laktat dan menurunkan keasaman susu hingga 5-5,5. Pada saat itu juga
kecenderungan untuk terjadinya reaksi-reaksi kimia yang dapat merugikan pada
produk akhir mulai dihambat. Bakteri Lactobacillus bulgaricus mulai beraktivitas
mensekresikan enzimnya untuk menurunkan keasaman hingga 3,8-4,4 dan
menciptakan cita rasa khas yoghurt setelah keasaman mencapai 5-5,5.

13. Pemindahan massa dan energi yoghurt di produksi dengan cara


memfermentasi air susu dengan bakteri bukan khamir. Biasanya menggunakan
campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Pada
pembuatan yoghurt air susu dipasteurisasi pada suhu 73 oC selama 15 detik.
Kemudian ditambahkan kultur starter bakteri. Fermentasi pada suhu 40 oC selama
2,5-3,5 jam sampai susu menggumpal, dan asam laktat dihasilkan. Bakteri
mengubah gula susu (laktosa) pada kondisi anaerobik. Laktosa diubah menjadi
asam laktat yang bersifat menggumpalkan kasein (protein susu). Dihasilkan krem
yoghurt tebal dengan rasa sedikit asam. Yoghurt sebaiknya disimpan pada suhu
4oC untuk mengurangi aktivitas mikroba.

14. Peningkatan skala bakteri Streptococcus thermopilus membatu meningkatkan


kondisi lingkungan yang lebih baik bagi bakteri Lactobacillus bulgaricus untuk
menghasilkan enzimnya. Sementara itu bakteri Lactobacillus
bulgaricus menghasilkan asetaldehid sehingga cita rasa yang khas pada yoghurt
dapat tercapai.

15. Fermentasi substrat padat sebagai contoh media yang digunakan untuk
produksi tempe, oncom, susu yogurt, kecap, kompos dsb. Solid substrate
fermentation (SSF), melibatkan jamur berfilamen, yeast atau Streptomyces.

16. Kultur biakan murni (isolat) proses pembuatan sajian yang memiliki rasa yang
asam ini biasanya menggunakan kultur campuran antara bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermopilus sebagai starter.

19
Tahap pertama dalam seleksi mikroba yang akan digunakan untuk industri
adalah isolasi mikroba, sehingga diperoleh kultur murni (semua sel dalam
populasi identik & berasal dari sel induk yang sama sifat morfologi & fisiologi
seragam). Setelah itu dilakukan seleksi sehingga diperoleh galur dengan kinerja
terbaik. Terakhir baru dilakukan identifikasi dengan menggunakan kunci-kunci
yang sesuai, sehingga diketahui nama (klasifikasi) mikroba tersebut. Mikroba
yang telah diperoleh harus disimpan dengan teknik penyimpana yang baik,
sehingga kemurniannya terpelihara dalam jangka waktu yang panjang.

Seleksi mikroba tujuannya adalah mendapatkan galur dengan kinerja terbaik,


rendemen lebih tinggi, tidak menghasilkan produk sampingan yang tidak
dikehendaki, peningkatan kemampuan penggunaan sumber C dan N yang murah,
Perubahan morfologi sel menjadi bentuk yang lebih mudah dipisahkan dari
produk, pendekatan genetika untuk memperbaiki kualitas mikroba:

 Mutasi

Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi
secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisme hidup
yang bersifat terwariskan (heritable). Istilah mutasi pertama kali dipergunakan
oleh Hugo de vries, untuk mengemukakan adanya perubahan fenotip yang
mendadak pada bunga oenothera lamarckiana dan bersifat menurun. Ternyata
perubahan tersebut terjadi karena adanya penyimpangan dari kromosomnya.

Teknologi mutasi merupakan inti dari bioteknologi didifinisikan sebagai


teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung
DNA ke dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi yang
dapat menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik
yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan
perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke
dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme
penerima dapat berasal dari organisme apa saja.

20
Misalnya, gen dari bakteri bisa diselipkan di kromosom tanaman,
sebaliknya gen tanaman dapat diselipkan pada kromosom bakteri. Gen serangga
dapat diselipkan pada tanaman atau gen dari babi dapat diselipkan pada bakteri,
atau bahkan gen dari manusia dapat diselipkan pada khromosom
bakteri Lactobacillus bulgaricus. Dengan demikian produksi yogurt dapat
dilakukan dengan cepat, massal, dan murah. Teknologi rekayasa genetika juga
memungkinkan manusia membuat vaksin pada tumbuhan, menghasilkan tanaman
transgenik dengan sifat-sifat baru yang khas.

Mutasi gen pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain
peningkatan produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam
penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan
hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap
herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida),
toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan
nutrisi, perubahan pigmentasi.

Mutasi pada Lactobacillus bulgaricus dapat pula menjadi menguntungkan


bila enzim yang berubah oleh gen mutan tersebut justru meningkat aktivitasnya
dan menguntungkan bagi sel. Mutasi gen pada Lactobacillus bulgaricus juga
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya
mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan
tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba
prebiotik untuk makanan olahan) dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan
kosmetika.

 Rekombinasi

Rekombinasi gen ialah pembentukan suatu genotip baru melalui pemilihan


kembali gen-gen setelah terjadinya pertukaran bahan genetis antara dua
kromosom yang berbeda mempunyai gen-gen serupa pada situssitus yang
bersangkutan. Kromosom semacam ini disebut kromososm homologus. Progeni
yang dihasilkan dan rekombinasi mempunyai kombinasi gen-gen yang berbeda

21
dan yang ada pada induknya tetuanya. Pada bakteri, rekombinasi gen dihasilkan
dari tiga pemindahan gen, yaitu konjugasi, transformasi, dari transduksi.

Produk Susu Fermentasi (Plain) Tanpa Pemanasan termasuk pada kategori


01.2.1.1 dan Produk Susu Fermentasi (Plain) Dengan Pemanasan termasuk pada
kategori 01.2.1.2. Jenis produk yang terdapat pada kategori 01.2.1 adalah yogurt,
susu fermentasi, susu berkultur, susu diasamkan, kefir dan kumys. Jenis susu yang
dapat digunakan dalam memproduksi susu yang difermentasi adalah susu segar,
susu fermentasi, susu rekonstitusi atau susu rekombinasi Perbedaan antara yogurt
dan susu fermentasi adalah pada kadar asam laktatnya. Produk yogurt umumnya
memiliki keasaman lebih tinggi dibandingkan susu fermentasi. Suatu produk
dapat disebut sebagai susu fermentasi, jika memiliki kadar asam laktat tidak
kurang dari 0,5%, sementara untuk dapat diberikan nama jenis yogurt, kadar asam
laktat produk tersebut tidak boleh kurang dari 0,9%. Susu diasamkan diperoleh
dari susu yang diasamkan dengan asam asetat, asam adipat, asam sitrat, asam
fumarat, asam glukono delta lakton, asam hidroklorat, asam laktat, asam malat,
asam fosfat, asam suksinat, dan asam tartarat, dengan atau tanpa penambahan
mikroba, vitamin dan bahan lainnya.

Klasifikasi bakteri Lactobacillus bulgaricus adalah sebagai berikut :

Kingdom : Prokariotik

Divisio : Schizophyta

Kelas : Eubacteriales

Familia : Lactobacillaceae

Genus : Lactobacillus

Spesies : Lactobacillus bulgaricus

Yoghurt dibuat dengan memasukkan bakteri spesifik ke dalam susu di


bawah temperatur yang dikontrol dan kondisi lingkungan, terutama dalam
produksi industri. Bakteri merombak gula susu alami dan melepaskan asam laktat

22
sebagai produk sisa. Keasaman meningkat menyebabkan protein susu untuk
membuatnya padat. Keasaman meningkat (pH=4-5) juga menghindari proliferasi
bakteri patogen yang potensial. Di Amerika Serikat, untuk dinamai yoghurt,
produk harus berisi bakteri Streptococcus salivarius subsp. thermophilusdan
Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus. Pada kebanyakan negara, produk
mungkin disebut yoghurt hanya jika bakteri hidup ada di produk akhir. Produk
yang telah dipasteurisasi, yang tidak punya bakteri hidup, disebut susu fermentasi
(minuman).

2.9 Peranan Bakteri Secara Umum dalam Kehidupan Sehari-hari


A. Menguntungkan
Peranan Mikrobiologi dalam Bidang Bioteknologi:
a. Penghasil bahan makanan dan minuman.

b. Penghasil Single Cell Protein (SCP)

c. Penghasil energi

d. Penghasil antibiotik

e. Pencerna limbah

f. Pemisah logam dari bijihnya

g. Penghasil asam amino

h. Meningkatkan produksi pertanian

1. Penghasil Bahan Makanan dan Minuman


Adanya jenis jamur digunakan untuk menghasilkan zat pewarna makanan
yaitu Jamur Neurospora sitophilla (pada oncom) dapat menghasilkan zat
warna merah atau oranye. Merupakan zat pewarna alami bersifat lebih aman
dibandingkan dengan pewarna buatan, karena tidak mengandung bahan
sintesis. Oncom adalah bahan makanan berupa kedelai yang
difermentasikan dengan menggunakan sejenis kapang Neurospora sitophila.

23
Biasa digunakan pada sambal oncom, ulukuteuk leunca dan karedok.
Banyaknya di pakai di masakan-masakan sunda. Banyak dijual di pasar
tradisional, belakangan ini juga sudah ada di super market. Contoh pada
pembuatan roti, ragi Sacharomyces ditambahkan pada adonan tepung
gandum sehingga terjadi proses fermentasi.
 Penggunaan Jasa Mikroorganisme untuk Mengubah Makanan
Melalui proses fermentasi yang dilakukan mikroorganisme, bahan
makanan tertentu diubah menjadi bahan bentuk lain sehingga cita rasanya
lebih menarik atau mengandung nilai gizi yang lebih tinggi. Contohnya
adalah keju, mentega, yoghurt, roti, alkohol, dan cuka.
 Ciri Produk dari Susu Fermentasi
Produk fermentasi Mikroorganisme utama yang
melakukan fermentasi dan
perubahan yang dihasilkan

Rum masam yang dibiaki mikroba Sama dengan yang digunakan untuk
pembuatan susu mentega yang
dibiaki bakteri, yaitu streptokokus,
leukonostok asam dan rasa/ aroma.
Susu Bulgaria Lactobacillus bulgaricus
Asam dan rasa/ aroma
Susu Asidofilus L. acidophilus
Streptococcus thermophilus
L. bulgaricus
Asam dan rasa/ aroma
Yoghurt S. Lactis
L. bulgaricus
Kefir Khamir peragi laktose
Asam dan rasa/ aroma

24
 Produk Pangan Hasil Fermentasi
Bahan makanan hasil Bahan asal Mikroorganisme yang
fermentasi berperan

Sauerkraut Irisan kubis Tahap awal:


(sayur asin kubis) Enterobacter cloacae
Erwinia herbicola
Tahap intermediat:
Leuconostoc
mesenteroides
Tahap akhir:
Lactobacillus plantarum
Acar Mentimun Fermentasi awal:
Leuconostoc
mesenteroides
Streptococcus faecalis
Pediococcus cerevisiae
Fermentasi lanjut:
L. brevis
L. plantarum
Buah zaitun hijau Buah zaitun Tahap awal :
Leuconostoc
mesenteroides
Tahap intermediat:
L. plantarum
L. brevis
Tahap akhir:
L. plantarum

Sosis Daging sapi dan babi Pediococcus cerevisiae


Micrococcus sp

25
2. Peranan Bakteri dalam Pertanian

 Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain yaitu :


1.Bacillus thurigiensis (BT),
2.Bauveria bassiana,
3.Paecilomyces fumosoroseus,
4.Metharizium anisopliae.
 Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman yaitu:
- Trichoderma sp mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
Gonoderma sp,
- Fomes lignosus (jamur akar putih),
- Phytoptora sp

Banyak bakteri yang hidup sebagai parasit pada jenis organisme saja dan tidak
mengganggu atau merugikan organisme jenis lainnya. Sifat mikroorganisme
semacam ini dapat dimanfaatkan dalam Bioteknologi pembasmian hama atau
dikenal dengan biological control. Contohnya adalah bakteri hasil rekayasa yang
disebut bakteri minumes, merupakan keturunan dari Pseudomonas. Contoh
lainnya adalah penggunan bakteri Bacillus thurigiensis bersifat patogen terhadap
ulat hama tanaman. Pembasmian ulat hama dengan menggunakan Bacillus
thurigiensis tidak menimbulkan dampak negatif kepada lingkungan serta tidak
meninggalkan efek residu.

3. Mikrobra sebagai Indikator Kualitas Air

Pada pemeriksaan mikrobiologis yang rutin terhadap air untuk menentukan aman
tidaknya air untuk diminum, tidaklah cukup bila mendasarkan uji-uji yang
didasarkan hanya terhadap adanya (terisolasinya) mikroorganisme potogenik
karena alasan sebagai berikut:

1. Kemungkinan besar patogen masuk ke dalam air secara sporadis, tetapi karena
tidak dapat bertahan hidup lama maka mungkin saja tidak terdapat di dalam
contoh air yang dikirimkan ke laboratorium.

26
2. Bila terdapat dalam jumlahnya amat sedikit, maka besar kemungkinan patogen-
patogen tersebut tidak terdeteksi oleh prosedur laboratoris yang digunakan.

3. Hasil pemeriksaan laboratorium baru dapat diketahui setelah 24 jam atau lebih.
Apabila ternyata ditemukan adanya patogen, sementara itu tentunya banyak orang
telah mengkonsumsi air tersebut dan telah tereksposi terhadap infeksi sebelum
dapat dilakukan usaha untuk mengatasi situasi tersebut.

Istilah “mikroorganisme indikator” sebagaimana digunakan dalam analisis


air mengacu pada sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di dalam air
merupakan bukti bahwa air tersebut terpolosi oleh bahan tinjadari manusia atau
hewan berdarah panas. Artinya, terdapat peluang bagi berbagai macam
mikroorganisme patogenik, yang secara berkala terdapat dalam saluran
pencernaan, untuk masuk ke dalam air tersebut.

Beberapa ciri penting suatu organisme indikator adalah :

1. Terdapat dalam air bila ada patogen


2. Jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kadar polusi.
3. Mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar dari pada
patogen
4. Mempunyai sifat yang seragam dan mantap.
5. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan
6. Terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada patogen (hal ini
membuatnya mudah dideteksi)
7. Mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana

Beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk


menentukan sesuai tidaknya untuk digunakan sebagai organisme indikator. Di
antara organisme-organisme yang dipelajari, yang hampir memenuhi semua
persyaratan suatu organisme indikator yang ideal ialah Escherichia coli dan
kelompok bakteri koli lainnya. Bakteri-bakteri tersebut sebagai indikor polusi
tinja yang dapat diandalkan. Escherichia coli adalah penghuni normal saluran
pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Biasanya tidak patogenik.

27
Anggota lain kelompok koliform ialah Klebsiella pneumoniae, yang tersebar luas
di alam, terdapat di dalam tanah, air, padi- padian, dan juga dalam saluran
pencernaan manusia dan hewan. (Pelczar, 2009: 872-873)

B. Merugikan
Jenis Penyakit

1. Salmonela typhosa Tifus

2. Vibrio comma Kolera

3. Shigella dysenteriae Disentri

4. Clostridium tetani Tetanus

5. Pasteurella pestis Pes

6. Diplococcus pneumonia Pneumonia (paru-paru)

7. Treponema pallidum Sipilis

8. Mycobacterium tuberculosis TBC


9. Mycobacterium leprae Kusta

11. Neisseria gonorchoeae Kelamin (GO)

12. Campylobacter fetus Penyebab keguguran pada kambing


dan sapi dan radang usus pada
manusia
13. Agrobacterium tumefaciens Tumor pada tumbuhan

14. Klebsiella pneumonia Infeksi saluran pernapasan, saluran


air seni dan usus pada manusia

28
 Peranan Bakteri yang Merugikan Makhluk Lain
Bakteri patogen adalah bakteri parasit yang dapat menimbulkan penyakit pada
organisme lain.
 Pada tumbuhan misalnya:
- Xanthomonas citri, penyebab kanker batang jeruk.
- Rwinia trachelphilia, penyebab penyakit busuk daun labu.
 Pada hewan misalnya:
- Bacillus antraxis, penyakit anthrax pada hewan ternak.
- Actynomyces bovis, penyebab penyakit bengkak pada rahang sapi.
 Pada manusia misalnya:
- Salmonella thyphosa, penyebab penyakit tifus.
- Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit TBC.
- Mycobacterium leprae, penyebab penyakit lepra.
- Treponema pallidum, penyebab penyakit sifilis.
- Shigella dysentriae, penyebab penyakit disentri basiler.
- Diplococcus pneumoniae, penyebab penyakit radang paru-paru.
- Vibrio cholera, penyebab penyakit kolera

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat
atau batang, bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian
menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,
ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari bakteri
disebut bakteriologi.
Bakteri berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3, yaitu bentuk batang atau
silinder (bacil), bentuk bulat (coccus), dan bentuk spiral (spirillum). Bentuk
bakteri juga dapat dipengaruhi umur dan syarat pertumbuhan tertentu.
Berdasarkan cara memperoleh maknanya, bakteri dapat digolongkan menjadi dua
golongan yaitu bakteri heterotroph dan bakteri autotroph. Faktor–faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum antara
lain; suhu, derajat keasaman atau pH, konsenterasi garam, sumber nutrisi, zat – zat sisa
metabolisme, zat kimia, dan perkembangbiakan bakteri. Bakteri umumnya
berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri.
Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah
menjadi dua. Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi
genetik dengan bakteri lainnya.
Bakteri merupakan agen hayati yang dapat dimanfaatkan aktivitas
metabolismenya dalam hal segi peningkatan mutu pangan, salah satunya
pemanfaatan bakteri Lactobacillus bulgaricus. Lactobacillus delbrueckii subsp.
bulgaricus atau biasa disebut Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri yang
membantu dalam proses fermentasi yoghurt. Lactobacillus bulgaricus
menunjukkan kemampuan yang terbukti untuk menarik diri racun dan

30
mengalahkan bakteri berbahaya, sementara menjajah mukosa usus dalam
simbiosis yang menguntungkan.
Kajian biologi terapan sangat minim jika tidak menggunakan jasa bakteri,
karena biologi terapan membutuhkan jasa bakteri - bakteri yang dapat
dimanfaatkan dalam hal penerapan konsep biologi seperti sub bidang
mikrobiologi, genetika, ekologi mikroorganisme dan lain sebagainya. Oleh karena
itu keberadaan bakteri tentu sangat berjasa dalam kajian biologi terapan dalam hal
pemanfaatannya dari segi pangan, makanan, minuman, pertanian, perkebunan, dan
lain sebagainya. Namun disisi lain bakteri juga dapat merugikan manusia yang
dapat menimbulkan berbagai penyakit. Dengan adanya konsep tersebut
diharapkan manusia dapat meminimalisir dampak negatif dari bakteri.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan berusaha memperbaiki makalah dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
di atas. Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang bakteriologi serta makalah ini tidak hanya berguna bagi
penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA

Elfien Herriyanto. 2012. Hand Out Mata Kuliah Biologi Terapan 2 Peranan
Mikroorganisme. Jember : Unmuh Jember.

. 2012. Hand Out Mata Kuliah Biologi Terapan 2 Mikroba


Merugikan bagi Pertanian dan Penanggulangannya. Jember : Unmuh
Jember.

Hafrah. 2009. Mikrobiologi Umum. Program Studi Biologi. UIN Alauddin


Makassar. Makassar.

Irianto, K. 2013. Mikrobiologi Jilid 1. Bandung : Yrama Widya.

Kusnaidi. 2015. Buku Saku Biologi SMA. Jakarta : Kawan Pustaka.

Michael J. Pelczar. Dkk. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi Edisi 2. Jakarta : UI


Press.

Pelczar. Michael J & E. C. S. Chan. 2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1.


Jakarta : UI Press.

Rahayu, Triastuti dan Maryati. 2009. Isolasi dan Karakterisasi Streptomyces yang
Berpotensi Antimikroba dari Rizosfer Tumbuhan Tingkat Tinggi. Laporan
Penelitian Hibah Pekerti. Surakarta : UMS.

Subandi, H.M. 2014. Mikrobiologi Kajian dalam Perspektif Islam. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

Savada. 2009. Bakteri. Jakarta : Gramedia.

Sumarsih. 2011. Mikrobiologi Umum. Jakarta : UI Press.

Sumarsih, Sri. 2011. Mikrobiologi Dasar. Fakultas Pertanian UPN “Veteran”


Yogyakarta.

32
Tim Penyusun.(_). Buku Teks Bahan Ajar Siswa Paket Keahlian: Kimia Analisis
Mikrobiologi. Kurikulum 2013. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuaraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Waluyo, L. 2010. Mikrobiologi Umum. Malang : UPT Penerbitan UMM.

33

Anda mungkin juga menyukai