Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

BAKTERIOLOGI I
“Golongan Bakteri Patogen Basil Gram Positif”

DISUSUN OLEH :

Nama: Debi Ilona Bana


Nim: 183145453084

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , yang telah
melimpahkan rahmat ,karunia , dan kehadirat-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah sederhana yang berjudul “Golongan Bakteri
Patogen Basil Gram Positif ”.
Makalah sederhana ini disusun sebagai salah satu syarat untuk Mata
Kuliah Bakteriologi. Penulisan makalah sederhana ini disusun berdasarkan
sumber dari media sosial dan tinjauan pustaka yang ada.
Terselesainya makalah ini dari sumber – sumber yang ada. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah sederhana ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun bagi kesempurnaan makalah kami ini. Semoga makalah yang kami
susun ini dapat memberi manfaat serta menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A.Tinjauan Umum Bakteri................................................................................3

B. Tinjauan Tentang Pokok Masalah………...................................................11

BAB III PENUTUP..........................................................................................24

Kesimpulan.....................................................................................................24

Saran………………………………………………………………………………..24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………....25

ii
DAFTAR GAMBAR

Gam. 1 Bentuk bentuk Bakteri……………………………………………….3


Gam. 2 Kurva Pertumbuhan Bakteri……………………………………….10
Gam. 3 Bakteri Bacillus sp…………………………………………………..11
Gam. 4 Mikroskopik Bacillus anthracis…………………………………….14
Gam. 5 Bakteri Koloni Bacillus cereus pada media Agar Darah………..17
Gam. 6 Mikroskopik Bacillus cereus………………………………………..17
Gam. 7 Mikroskopis Bacillus subtilis………………………………………..19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perikehidupan
bakteri. Bakteri merupakan makhluk hidup mikroskopis bersel tunggal
(uniseluler). Bakteriologi merupakan bagian dari mikrobiologi. Mikrobiologi
merupakan ilmu yang mempelajari perikehidupan makhluk-makhluk hidup
yang berukuran mikroskopis (mikroorganisme). Mikrobiologi mengkaji selain
bakteri, juga mengkaji tentang virus, fungi, protozoa, dan alga. Bakteri
merupakan organisme yang memiliki dinding sel. Oleh karena itu, jika dikaji
dari struktur selnya (kandungan dinding sel), maka bakteri dikelompokkan ke
dalam tumbuhan. Jika dikaji dari kemampuan beberapa sel bakteri yang
bergerak pindah tempat, maka bakteri dikelompokkan ke dalam hewan.
Namun demikian, dalam klasifikasi makhluk hidup dengan sistem 5 (lima)
dunia menurut Whittaker pada tahun 1969, bakteri dikelompokkan ke dalam
dunia monera (Pelczar., dkk., 2010)
Bakteriologi memiliki peranan yang cukup besar dalam berbagai
kehidupan makhluk hidup lain. Dengan mempelajari perikehidupan bakteri,
dapat dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan antara lain: kesehatan,
makanan, pertanian, lingkungan, bioteknologi. Oleh karena itu, ilmu
bakteriologi dasar merupakan pijakan dalam menerapkannya dalam berbagai
bidang kehidupan tersebut. Beberapa bakteri dapat menguntungkan, dan ada
juga beberapa bakteri yang merugikan bagi makhluk hidup lain. Oleh karena
itu, dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu memperhatikan untuk menghindari
keberadaan bakteri yang tidak menguntungkan, dan mempertahankan
keberadaan bakteri-bakteri yang menguntungkan dalam perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lain. Bakteri yang menguntungkan, dapat
dipergunakan untuk mensejahterakan kehidupan makhluk hidup lain. Dalam
bidang pangan, misalnya bakteri dipergunakan dalam industri makanan
(misalnya pembuatan nata de coco). Bakteri juga berperan dalam bidang
kesehatan, yaitu sebagai pengurai sisa-sisa pencernaan makanan di usus
besar manusia, agar feces lebih mudah dikeluarkan ke luar tubuh. Dalam
bidang lingkungan, bakteri dapat berperan sebagai pengurai berbagai
senyawa organik yang berada di lingkungan, sehingga memperlancar siklus

1
materi dan energi. Ada juga beberapa bakteri yang dapat dipergunakan dalam
bioteknologi bakteri, misalnya dalam memproduksi insulin rekombinan pada
bakteri.
Selain peranan beberapa bakteri yang menguntungkan, ada beberapa
bakteri yang merugikan bagi makhluk hidup lain. Ada beberapa bakteri yang
tergolong ke dalam bakteri patogen, yaitu bakteri yang dapat menimbulkan
penyakit pada manusia dan hewan. Berbagai macam penyakit infeksi pada
manusia disebabkan oleh bakteri, baik bakteri Gram positif maupun bakteri
Gram negatif; dan baik bakteri yang berbentuk kokus, basil, maupun spiral.
Beberapa bakteri dapat merusak bahan pangan, sehingga masa simpan
bahan pangan tersebut menjadi tidak lama. Bakteriologi dapat dipelajari
sebagai ilmu murni (bakteriologi murni). Selain itu, bakteriologi dapat dipelajari
sebagai ilmu terapan (bakteriologi kedokteran, bakteriologi pangan,
bakteriologi pertanian, bakteriologi industri, bakteriologi lingkungan, dan
sebagainya). Kedua kelompok bakteriologi ini, dapat saling mengisi.
Bakteriologi murni, dapat berkontribusi dalam pengkajian dan penerapan
bakteriologi terapan. Sebaliknya, bakteriologi terapan, dapat berkontribusi
dalam upaya penemuan hal-hal baru untuk perkembangan bakteriologi murni.

B.  Rumusan Masalah
Adapun Rumusan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:  
1.    Bagaimana Mengetahui Golongan Bakteri Pathogen Basil Gram Positif?
2.    Bagaimana Mengetahui Ciri-ciri umum Bakteri Basil Gram positif?
3.    Bagaimana Mengetahui Jenis-jenis Bakteri Basil Gram Positif?
4.    Bagaimana Mengetahui Kelebihan dan kekurangan dari Bakteri
Pathogen Basil Gram Positif ?

C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan di dapat dalam penyusunan makalah ini
adalah Mengetahui spesies dari genus Bacillus, seperti Bacillus anthracis,
Bacillus cereus, dan Bacillus subtilis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TINJAUAAN UMUM BAKTERI


a. Pengertian Bakteri
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
memiliki selubung inti). Bakteri merupakan makhluk hidup yang memiliki
informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terdapat dalam tempat khusus
(nukleus) dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah
sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoli. Pada DNA bakteri tidak
mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga
memiliki DNA ekstrakromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang
berbentuk kecil dan sirkuler. (Jawetz dkk., 2005).

b. Bentuk Bakteri
Bakteri memiliki 3 bentuk, yaitu:

Gambar 1. Bentuk Bakteri


Sumber : Fadiel, 2017

3
1) Sferis (Kokus)
Bakteri dengan bentuk sferis atau bulat disebut kokus
(coccus) yang ditemukan pada genus Stapyhlococcus,
Streptococcus, Neisseria, dan lain-lain. Bakteri berbentuk kokus ini
terbagi atas:
a) Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat tunggal, misalnya
Neisseria gonorrhoeae penyebab penyakit kencing nanah
b) Diplokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat bergandengan dua-dua,
misalnya Diplococcus pneumoniae penyebab penyakit pneumonia
atau radang paru-paru
c) Sarkina, yaitu bakteri berbentuk bulat yang berkelompok
empat-empat sehingga bentuknya seperti kubus
d) Streptokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat yang
berkelompokmemanjang membentuk rantai
e) Stafilokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat yang berkoloni
membentuk sekelompok sel tidak teratur, bentuknya mirip
sekumpulan anggur (Irianto, 2014).
2) Batang (Basil)
Bakteri yang berbentuk batang atau silinder dinamakan
basil, dapat dijumpai pada famili Enterobacteriaceae seperti
Escherechia coli, Salmonela typhi, Klebsiella pneumoniae
maupun famili Bacillaceae seperti genus Clostridium dan genus
Bacillus.
Bakteri basil terbagi atas:
a) Basil tunggal, yaitu bakteri berbentuk satu batang tunggal,
misalnya Salmonella typhi penyebab penyakit tifus
b) Diplobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan
dua-dua
c) Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk basil yang bergandengan
memanjang membentuk rantai, misalnya Bacillus anthracis
penyebab penyakit antraks (Irianto, 2014).

2) Spiral
Bakteri berbentuk melilit seperti spiral terbagi atas:

4
a) Spiral, yaitu gologan bakteri berbentuk spiral misalnya
Spirillum. Umumnya memiliki sel tubuh yang kaku
b) Vibrio, yaitu bakteri berbentuk koma yang dianggap sebagai
bentuk spiral tak sempurna, misalnya Vibrio cholerae penyebab
penyakit kolera
c) Spirochaeta, yaitu bakteri berbentuk spiral yang lentur dan
tubuhnya dapat memanjang dan mengerut saat bergerak
(Irianto, 2014)
Bentuk tubuh atau morfologi bakteri dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan, medium dan usia. Pada umumnya bakteri
yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada
yang sudah tua (Tamher, 2008).

c. Syarat Pertumbuhan Bakteri


Faktor-faktor yang menjadi syarat pertumbuhan bakteri adalah :
1) Karbon
Karbon merupakan nutrisi paling penting yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bakteri dan sebagai atom pusat untuk semua
struktur dan fungsi seluler. Terdapat dua jenis mikroba yang
bergantung pada karbon, yaitu:
a) Autotrof Organisme ini tidak membutuhkan nutrien organik untuk
pertumbuhannya sehingga dapat tumbuh pada media yang
hanya mengandung senyawa anorganik. Organisme ini
menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon.
b) Heterotrof Organisme ini senyawa organic untuk
pertumbuhannya, terutama glukosa (Sherman, 2014).
2) Nitrogen
Nitrogen diperlukan untuk mensintesis asam amino yang selanjutnya
akan digunakan untuk mensintesis protein, DNA dan RNA. Bakteri
memperoleh nitrogen dari proses dekomposisi bahan organik atau
berasal dari ion ammonium serta dari senyawa nitrat dan nitrogen
yang berada di udara melalui proses fiksasi (Tim Mikrobiologi FK
Universitas Brawijaya, 2003).

5
3) Unsur logam
Ion logam dibutuhkan bakteri agar proses aktivitas seluler dapat
berjalan secara efisien. Aktivitas seluler yang dimaksud adalah
osmoregulasi, pengaturan aktivitas enzim dan transport elektron. Ion-
ion Ca ++, Zn ++, Na +, K+ , Cu++, Mn++, Mg++, Fe +2 dan Fe +3
hanya dibutuhkan dalam konsentrasi sedikit. Unsur logam tersebut
dapat diperoleh dari garam-garam anorganik (Cappuccino dan
Sherman, 2014).
4) Unsur non-logam
a) Sulfur
Sulfur diperlukan bakteri untuk sintesis protein bersama
dengan nitrogen. Sumber sulfur dapat diperoleh dalam bentuk ion
sulfat atau berasal dari H 2 S yang terdapat di alam. Sulfur juga
terdapat dalam asam amino.
b) Fosfor
Fosfor dan nitrogen diperlukan untuk pembentukan asam nukleat
DNA dan RNA. Fosfor juga dibutuhkan bakteri untuk sintesis ATP.
Sumber fosfor diperoleh dari senyawa fosfat (Tim Mikrobiologi FK
Universitas Brawijaya, 2003).
5) Vitamin
Vitamin berperan untuk pertumbuhan seluler serta penting
untuk aktivitas sel. Vitamin merupakan sumber koenzim dalam
pembentukan sistem enzim aktif. Vitamin juga hanya diperlukan
dalam jumlah sedikit (Cappuccino dan Sherman, 2014).
6) Air
Air yang berada di dalam media diperlukan oleh sel-sel
untuk membantu nutrien-nutrien dengan bobot molekul rendah
melintasi membran sel atau sebagai pelarut dan alat pengangkut
dalam metabolisme (Cappuccino dan Sherman, 2014).
7) Energi
Energi berperan penting dalam aktivitas metabolik
kehidupan seluler, seperti transport aktif, biosintesis dan
biodegradasi makromolekul. Aktivitas tersebut membutuhkan

6
energi yang konstan agar tetap dapat berlangsung. Tipe
bioenergetik dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Fototrof
Mikroorganisme tipe fototrof membutuhkan sumber energi
yaitu energi radiasi.
b) Kemotrof
Mikroorganisme tipe kemotrof membutuhkan sumber energi
yaitu oksidasi senyawa kimia (Cappuccino dan Sherman,
2014).

d. Kondisi Fisik untuk Pertumbuhan Bakteri


Bakteri yang sedang tumbuh, jumlah selnya akan meningkat
dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat dan akibat
pertumbuhan tersebut akan terbentuk koloni, serta pertumbuhan bakteri
tersebut dapat diukur atau dihitung. Berbagai faktor sangat menentukan
apakah suatu kelompok mikroba yang terdapat di dalam suatu
lingkungan dapat tumbuh subur, tetap dorman atau mati (Hasyimi,
2010). Untuk pertumbuhannya, bakteri memerlukan unsur kimiawi serta
kondisi fisik tertentu
(Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu:
1) Nutrisi Sumber zat makanan (nutrisi) bagi bakteri diperoleh dari
senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam, vitamin dan
air untuk fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya.
2) Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat penting yang dapat
mempengaruhi aktivitas organisme. Suhu dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan, mempengaruhi jumlah total pertumbuhan, merubah
proses-proses metabolik tertentu serta morfologi (bentuk luar) sel.
Umumnya, bakteri tumbuh pada suhu di atas 35°C. Namun, setiap
spesies bakteri memiliki suhu optimum untuk pertumbuhan (Hafsan,
2011). Suhu pertumbuhan optimum adalah suhu inkubasi yang
memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang
singkat, yaitu antara 12 – 24 jam (Hasyimi, 2010). Berdasarkan suhu

7
yang diperlukan untuk tumbuh, bakteri dibagi menjadi 3 golongan
sebagai berikut:
a) Psikrofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu antara 0-20°C
dengan suhu optimum 25°C misalnya golongan mikroba laut.
b) Mesofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu antara 25-40°C
dengan suhu optimum 37°C misalnya golongan bakteri patogen
yang menyebabkan penyakit pada manusia.
c) Termofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu antara 50- 60°C
(Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).
3) Ph
Untuk pertumbuhannya, bakteri juga memerlukan pH tertentu,
namun pada umumnya bakteri memiliki pH optimum bagi
pertumbuhannya berkisar antara 6,5-7,5. Pergeseran pH dalam suatu
medium dapat terjadi sedemikian besar, karena akibat adanya
senyawa-senyawa asam atau basa selama pertumbuhan.
Pergeseran ini dapat dicegah dengan menggunakan larutan
penyangga yang disebut Buffer. Mekanisme kerja larutan buffer
adalah menetralkan asam maupun basa dari luar. Garam-garam
anorganik diperlukan oleh mikroba untuk keperluan mempertahankan
keadaan koloidal, mempertahankan tekanan osmose di dalam sel,
memelihara keseimbangan pH serta sebagai aktivator enzim
(Hasyimi, 2010).
4) Pencahayaan
Cahaya yang berasal dari sinar matahari dapat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri. Bakteri lebih menyukai kondisi gelap, karena
terdapatnya sinar matahari secara langsung dapat menghambat
pertumbuhan bakteri (Jawetz dkk.,2005).
5) Oksigen
Kebutuhan oksigen pada bakteri tertentu mencerminkan mekanisme
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Berdasarkan
kebutuhan oksigen tersebut, bakteri dapat dipisahkan menjadi lima
kelompok:

8
a) Anaerob obligat, yaitu bakteri yang tumbuh hanya dalam
keadaan tekanan oksigen sangat rendah dan oksigen bersifat
toksik
b) Anaerob aerotoleran, yaitu bakteri yang tidak mati dengan adanya
oksigen
c) Anaerob fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh, baik ada
oksigen maupun tanpa adanya oksigen
d) Aerob obligat, yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen
untuk pertumbuhanya.
e) Mikroaerofilik, yaitu bakteri yang tumbuh baik pada tekanan
oksigen rendah, tekanan yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhannya (Jawetz dkk., 2005).
6) Tekanan Osmotik
Suatu tekanan osmotik akan sangat mempengaruhi bakteri jika
tekanan osmotik lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan
mengalami plasmolisis. Sebaliknya jika tekanan osmotik lingkungan
yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga akan
megakibatkankan rusaknya sel. Oleh karena itu dalam
mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat
tekanan osmotik yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya
adaptasi, perbedaan tekanan osmotic dengan lingkungannya tidak
boleh terlalu besar (Jawetz dkk., 2005).

e. Fase Pertumbuhan Bakteri


Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu:
1) Fase Lag
Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian
mikrorganisme pada suatu lingkungan yang baru. Ciri fase lag
adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah
peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi
dan jumlah awal mikroorganisme yang diambil dari kulturnya.
2) Fase Logaritma (Eksponensial)
Fase logaritma merupakan fase dimana terjadinya periode
pertumbuhan yang cepat. Setiap sel dalam populasi membelah

9
menjadi dua sel. Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase
logaritma ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang
diturunkannya. Hal yang dapat menghambat laju pertumbuhan
adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur habis, sehingga
hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan
menghambat pertumbuhan.
3) Fase Stationer
Fase stasioner terjadi pada saat laju pertumbuhan bakteri
sama dengan laju kematiannya. Sehingga jumlah keseluruhan
bakteri akan tetap. Keseimbangan jumlah keseluruhan bakteri
ini terjadi karena kematian diimbangi oleh pembentukkan sel-sel
baru melalui pertumbuhan dan pembelahan dengan nutrisi yang
dilepaskan oleh sel-sel yang mati karena lisis. Hal ini disebabkan
oleh kadar nutrisi yang berkurang dan terjadi akumulasi produk
toksik sehingga menggangu pembelahan sel.
4) Fase Kematian
Fase kematian merupakan fase dimana laju kematian lebih
besar sehingga terjadi penurunan populasi bakteri (Riadi, 2016).
Berikut adalah gambar fase pertumbuhan bakteri.

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Bakteri


Sumber : Ratna Yuniati, 2012

10
B. Tinjauaan Umum Tentang Pokok Masalah atau Judul Materi
a). Bakteri Bacillus

Gambar 3. Bacillus sp
Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, dapat
tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas
(suhu tinggi), mampu mendegradasi Xylandan karbohidrat (Cowan dan
Stell’s, 2012). Bacillus spp mempunyai sifat:
(1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 oC dan suhu kurang dari 5 oC,
(2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi,
(3) mampu tumbuh pada konsentrasi garam tinggi (>10%),
(4) mampu menghasilkan spora dan
(5) mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya.
Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan
merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang
bersifat aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.
Bacillus secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang
hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus
menghasilkan enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan
selulase yang bisa membantu pencernaan dalam tubuh hewan (Wongsa
dan Werukhamkul, 2007). Jenis Bacillus (B. cereus, B. clausii dan B.
pumilus) termasuk dalam lima produk probiotik komersil terdiri dari spora
bakteri yang telah dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi,

11
immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya (Duc et al., 2004). Beberapa
penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan bakteriosin Bacillus
sp. Gram positif diantaranya yaitu subtilin yang dihasilkan oleh Bacillus
subtilis (Kleinetal. 2004), megacin yang dihasilkan oleh B. megaterium
(Tagg et al., 2000), coagulin dihasilkan oleh B. coagulans (Hyronimus,
2009), cerein dihasilkan oleh B. cereus (Oscariz dan Pisabarro, 2000), dan
tochicin yang dihasilkan oleh B. thuringiensis (Paik et al., 2012).
Bakteriosin merupakan zat antimikroba berupa polipeptida, protein,
atau senyawa yang mirip protein. Bakteriosin disintesis diri bosom oleh
bakteri selama masa pertumbuhannya dan umumnya hanya menghambat
pertumbuhan galur-galur bakteri yang berkerabat dekat dengan bakteri
penghasil bakteriosin (Kone & Fung, 2015).
Menurut Reko., 2005 kriteria yang merupakan ciri-ciri bakteriosin
adalah sebagai berikut:
1) memiliki spektra aktivitas yang lebih sempit,
2) senyawa aktif merupakan polipeptida atau protein,
3) Bersifat bakterisida,
4) Mempunyai reseptor spesifik pada sel sasaran,
5) Gen determinan terdapat pada plasmid. Senyawa antibiotik yang
dihasilkan Bacillus sp adalah basitrasin, pumulin, laterosporin,
gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan bakteri Gram positif
serta kolistin dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri Gram
negatif. Sedangkan difficidin memiliki spektrum lebar, mikobacilin dan
zwittermicin bersifat anti jamur (Todar, 2005).

.                 b).   Ciri - Ciri Umum

Secara umumkelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk


batang (basil), dan tergolong dalam bakteri gram positif yang
umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen (bersifat
aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporeformers.
Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat membentuk endospora yang
dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan, oleh karena itu anggota

12
genus Bacillus memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi
lingkungan yang berubah-ubah.
Bakteri Bacillus sp. Biasanya bnyak di temukan di tanah. Cara
untuk mendapatkan. bakteri Bacillussp. yaitu dengan mengambil
sampel tanah menggunakan sendok yang telah disterilisasikan
terlebih dahulu kemudian ambil tanah sekitar kedalaman 3 cm dari
permukaan tanah. Bacillussp. merupakan bakteri gram positif dengan
sel batang berukuran 0,3-22x1,27-7 πm, sebagian bersifat motil
(gerak) mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel, jika dipanaskan akan
membentuk endospora, yaitu bentuk dorman sel vegetatif sebagai
bentuk pertahanan diri yang muncul saat kondisi ekstrim yang
tidak menguntungkan bagi bakteri.
Letak endospora dalam sel ukuran selama pembentukannya
tidak sama antara spesies satu dengan lainnya. Beberapa spesies
memiliki spora sentral, terminal, atau letal. Endospora dapat
berbentuk oval, silindris, bulat, atau lainnya. Untuk memastikan
bahwa koloni-koloni tersebut adalah Bacillus, maka dilakukan
serangkaian pengujian yang bersifat spesifik yaitu pengecetan gram,
pengecetan negatif dan motilitasnya. Bacillus dibedakan dari anggota
familia Bacillaceae lainnya berdasarkan sifat-sifatnya yaitu:
keseluruhannya merupakan pembentuk spora, hidup pada kondisi
aerob baik sebagai jasad yang sepenuhnya aerob maupun aerob
fakultatif, selnya berbentuk batang, dan memproduksi katalase.

c). Jenis – Jenis Bacillus


Kebanyakan anggota genus Bacillus adalah organisme saprofit yang
lazim terdapatdalam tanah, air, udara, dan tumbuh-tumbuhan, seperti
Bacilluscereus dan Bacillus subtilis. Beberapa di antaranya patogen
bagi insekta. Bacillus cereus dapat tumbuh pada makanan dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan.
Organisme ini kadang-kadang dapat menimbulkan penyakit pada
orang fungsi imun yang terganggu (misalnya meningitis, endokarditis,
endoftalmitis, konjungtivitis, atau gastroenteritis akut). Seperti

13
Bacillusanthracis, penyebab antraks adalah bakteri patogen utama
genus ini.

1) Bacillus anthracis

(Gam. 4 Mikroskopis Bacillus anthracis)

Kuman antraks banyak ditemukan pada penyakit zoonosis, infeksi


pada ternak lembu, kambing, domba dan babi. Kuman dikelurakan
melalui feses, urin dan saliva binatang yang terinfeksi dan bertahan hidup
di ladang dalam bentuk spora untuk waktu yang lama sekali.
 Morfologi
Batang dengan ukuran 1 x 3-4 µm, dapat tersusun dengan seperti
bambu, bentuk batangnya persegi atau cekung ujungnya, sendiri-sendiri,
berpasangan atau membentuk rantai pendek, tidak bergerak, berspora
oval yang letaknya sental, kadang-kadang berkapsul.
 Struktur Antigen
Bahan simpai Bacillus anthracis, yang terdiri atas polipeptida
berbobot molekul tinggi yangmengandung asam D-glutamat, adalah suatu
hapten. Badan bakteri mengandung proteindan suatu polisakarida
somatic, keduanya bersifat antigenik.
 Patogenesis
Antraks terutama merupakan penyakit pada biri-biri, sapi, kuda, dan
hewan lainnya; manusia jarang terserang. Infeksi biasanya didapat
dengan masuknya spora melalui lukapada kulit atau selaput lendir, jarang
dengan inhalasi spora ke dalam paru-paru. Eksudat antraks mengandung
polipeptida yang identik dengan polipeptida pada simpai Bacillus, dan
dapat menimbulkan reaksi histologik yang sama seperti reaksi akibat

14
infeksi antraks. Protein lain yang diisolasi dari eksudat merangsang
kekebalan yang kuat terhadap antraks bila disuntikkan pada hewan.

 Patologi
Pada hewan yang peka, organisme berkembang biak di tempat
masuk. Simpai tetap utuh, dan organisme dikelilingi oleh sejumlah besar
cairan seperti protein yang mengandung sedikit leukosit, organisme
kemudian dengan cepat menyebar dan mencapai aliran darah. Pada
hewan yang resisten, organisme berkembang biak selama beberapa jam,
setelah itu terkumpul sejumlah besar leukosit. Sampai lambat laun
mengalami disintegrasi dan menghilang. Organisme tetap terlokalisasi.
 Gambaran Klinik
Pada manusia, antraks menimbulkan infeksi kulit (pustula ganas).
Mula-mula timbul popula dalam 12-36 jam setelah masuknya organisme
atau spora melalui goresan. Papula ini dengan cepat berubah menjadi
visikel, kemudian pustula, dan akhirnya menjadi ulkus nekrotik; lalu
infeksi dapat menyebar, menimbulkan septikemia. Pada antraks
pernapasan, gejala dini dapat berupa mediastinitis, sepsis, meningitis
atau edema paru-paru hemoragik. Pneumonia hemoragik dengan syok
merupakan gejala yang terakhir. Hewan sering terkena antraks dengan
memakan sporanya dan organisme menyebar lewat saluran usus, tetapi
pada manusia hal ini jarang terjadi. Karena itu, sakit perut, muntah dan
diare berdarah jarang merupakan tanda-tanda klinik.
 Tes Diagnostik Laboratorium
a) Bahan: Cairan atau nanah dari lesi lokal, darah, dahak.
b) Pewarnaan Sediaan: Dari lesi lokal atau darah hewan yang mati;
rantai bakteri terbentuk batang besar Gram-positif sering terlihat.
Antraks dapat diidentifikasi pada sediaan kering dengan teknik
pewarnaan imunofluoresensi.
c) Biakan: Bila dibiakkan pada lempeng agar darah, organisme ini
membentuk koloni kelabu non hemolitik dengan morfologi
mikroskopis yang khas. Peragian karbohidrat tidak bermanfaat. Pada
perbenihan setengah padat, basil antraks selalu tidak bergerak,

15
sedangkan organisme tidak patogen yang sejenis
(misalnya: Basilluscereus) menunjukkan pergerakkan dengan
“menyebar”. Biakan antraks virulen mematikan mencit atau marmot
bila disutikkan secara intra peritoneal.
d) Tes serologi: Antibodi penyebab presipitasi atau hemaglutinasi dapat
diperlihatkan dalam serum orang atau hewan yang telah divaksinasi
atau terinfeksi.
 Resistensi dan Kekebalan
Beberapa hewan (marmut) sangat peka, sedangkan yang lain
(tikus) sangat resisten terhadap infeksi antraks. Kenyataan ini
diperkirakan akibat sejumlah mekanisme pertahanan: aktivitas leukosit,
suhu badan, dan daya bakterisidal darah. Polipeptida tertentu yang
mematikan hasil antraks telah diisolasi dari jaringan hewan. Polilisin
sintetik mempunyai daya kerja yang mirip. Imunisasi antraks didasarkan
pada percobaan klasik Louis Pasteur, yang pada tahun 1881 membuktikkan
bahwa biakan yang telah tumbuh dalam kaldu pada 42-52°Cselama
beberapa bulan akan kehilangan sebagian besar virulensinya dan dapat
disuntikkan hidup-hidup pada biri-biri dan sapi tanpa menyebabkan
penyakit : selanjutnya hewan-hewan ini terbukti kebal. Terdapat
banyak variasi mengenai kemanjuran berbagai vaksin.
 Pengobatan

Banyak antibiotika efektif terhadap antraks pada manusia, tetapi


pengobatan harus dimulai sedini mungkin. Penisilin cukup memuaskan,
kecuali pada pengobatan antraks pernapasan, dimana mortilitas tetap
tinggi. Beberapa basil Gram-positif lainnya mungkin resisten terhadap
penisilin karena membentuk β-laktamase. Tetrasiklin, eritromisin, atau
clyndamicin mungkin efektif.
 Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian
Tanah tercemar oleh spora antraks dari bangkai hewan. Spora-spora
ini dapat tetap hidup selama puluhan tahun. Mungkin spora dapat tumbuh
dalam tanah pada pH 6,5 pada suhu yang cocok. Hewan merumput yang
terinfeksi melalui luka pada selaput lendir menjadi penyambung rantai

16
infeksi terus-menerus. Kontak dengan hewan yang terinfeksi atau dengan
kulit, rambut dan bulunya merupakan sumber infeksi pada manusia.
Tindakan pencegahan dan pengendalian meliputi:
a)   Pembuangan bangkai hewan dengan membakar atau mengubur
pada sumur yang dalam disertai kapur,
b) Dekontaminasi produk-produk hewan (biasanya dengan autoklaf).
c) Baju dan sarung tangan pelindung waktu mengenai bahan-bahan
yang mungkin tercemar,
d) Imunisasi aktif hewan peliharaan dengan vaksin hidup yang
dilemahkan. Orang yang mempunyai resiko besar karena pekerjaanya harus
diimunisasi dengan vaksin bebas-sel yang dapat diperoleh dari
Centers for Disease Control, Atlanta, GA.

2). Bacillus cereus

(Gam.5 Koloni Bacillus cereus pada media Agar Darah)

17
(Gam. 6 Mikroskopik Bacillus cereus)

Dapat menyebabkan keracuann makanan dan juga menyebabkan


pneumonia, bronkopneumonia dan luka. Bacilluscereus merupakan salah
satu anggota genus Bacillus yang pertama kali diisolasi pada tahun 1969
dari darah dan cairan pleura pasien pneumonia.

 Morfologi
Bacillus cereus memiliki beberapa karakter morfologi diantaranya:
Gram positif dengan lebar sel 0,9  –  1,2 µm dan panjang 3  –  5 µm.
Motilitas positif, spora elipsoidal, sentral atau parasentral, spora jarang
keluar dari sporangia. Tidak membentuk kapsul, biasanya muncul dalam
bentuk rantai panjang tipe R. Bentuk koloni irregular, opague terkadang
waxy. Padamedium cair membentuk turbiditas moderate.

 Enterotoksin
Bacillus cereus memiliki karakter yang mirip dengan Bacillus
thuringiensis dan Bacillu santhracis, namun tetap dapat dibedakan
berdasarkan determinasi motilitas (kebanyakan Bacillus cereus bersifat
motil) dan adanya kristal toxin (hanya dihasilkan oleh Basillus
thuringiensis), aktivitas hemolisis (B.cereus memiliki sifat ini, sedangkan
B.anthracis bersifat non-hemolitik).Dalam pertumbuhan Bacillus cereus
menghasilkan toksin selama pertumbuhan atau selama sporulasi.
Manusia karena dapat menyebabkan foodborne illness, namun
beberapa diantaranya yang bersifat saprofitik dapat bermanfaat sebagai
probiotik dan juga penghasil antibiotik yang potensial. Bacilluscereus

18
kebanyakan ditemukan terkandung dalam bahan pangan dan
menyebabkan 2 tipe keracunan makanan yaitu emetic dan diarhoeal.
 Gejala Penyakit
Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena Basillus cereus
mirip dengan gejala keracunan makanan yang di sebabkan oleh
Clostridium perfringens. Diare berair, kram perut, dan rasa sakit mulai
terjadi 6-15 jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi. Rasa
mual mungkin disertai diare, tetapi jarang terjadi muntah (emesis). Pada
sebagian besar kasus, gejala-gejala ini tetap berlangsung selama 24
jam.
 Tes Diagnostik Laboratorium
Bacillus cereus non pathogen menunjukkan pergerakan dengan
penyebaran(swarming) pada media kultur setengah padat. Sel vegetatif
dari Bacillus cereus dapat tumbuh pada rentang temperatur 5 – 50°C
dengan temperatur optimal antara 35 - 40°C, resisten terhadap pH
4,5 – 9,3. Dapat tumbuh pada aerobioc agar  dan nutrien broth dan
penambahan NaCl 7%, nutritive agar serta nutritive agar dengan 7 – 10 %
darah domba. Waktu generasi relatif singkat, antara 20 – 30 menit.
 Patogenesis
Bacillus cereus bertanggung jawab untuk sebagian kecil penyakit
bawaan makanan(2-5%), menyebabkan mual, muntah parah dan diare.
 Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Namun
demikian, makanan yang di masak, di panaskan, dan di simpan dengan
benar umumnya aman dari racun yang menyebabkan muntah. Resiko
paling besar yaitu kontaminasi silang.
 Epidemiologi
Bakteri Bacilluscereus merupakan bakteri gram positif, bersifat
aerobik, dan mampu membentuk spors yang dapat di temukan di tanah.
Pada sayuran maupun produk pangan. Spora dari jenis bakteri ini tahan
terhadap panas dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan
mampu membentuk kecambah dalam larutan yang mengandung NaOH
dan HCL.

19
3). Bacillus subtilis


(Gam. 7 Mikroskopis Bacillus subtilis)

Dapat menyebabkan meningitis, endokarditis, infeksi mata dan lain-


lainnya. Bacilus Subtilis ini awalnya bernama Vibro subtilis oleh Christian
Gottfried Ehrenberg pada tahun 1835. Kemudian nama Bacillussubtilis
dikenalkan oleh Ferdinand Cohn pada 1872. Bacillus subtilis telah
digunakan sepanjang 1950 sebagai alternatif dari obat karena efek
immunostimulatory sel dari masalah, yang pada pencernaan telah
ditemukan secara signifikan untuk kekebalan aktivasi antibodi spesifik
IgM, IgG ,dan IgA.
 Morfologi

Bakteri ini termasuk bakteri gram positif, katalase positif yang umum
ditemukan di tanah. Bacillus subtilismempunyai kemampuan untuk
membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri
tersebut mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain
seperti sejarah, Bacillussubtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob
walau penelitian sekarang tidak benar. Bacillussubtilis tidak dianggap
sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetap jarang
menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap
panas tinggi yang sering digunakan pada makanan dan bertanggung
jawab terhadap kerusakan pada roti.
Bacillussubtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis.
Biasanyabentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang
non motil. Semuamembentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Bacillus

20
subtilis merupakan jeniskelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh
pada kisaran suhu 45 °C – 55 °C dan mempunyai pertumbuhan suhu
optimum pada suhu 60 °C – 80 °C.
 Toksik
Bacillus subtilis tidak dianggap oleh manusia sebagaibakteri yang
patogen, karenadapat mencemari makanantetapi jarang menyebabkan
keracunan makanan.Bacillu ssubtilis produces the proteolyticenzyme
subtilisin. Bacillus subtilis menghasilkan enzim proteolytic yang
subtilisin. Bacillus subtilis spores dapat hidup yang ekstrim pemanasan
yang sering di gunakan untuk memasak makanan, dan bertanggung
jawab untuk menyebabkan kekentalan yang lengket, membenang
konsistensi yang disebabkan oleh bakteri produksi panjang rantai
polysaccharides dan manja dalam adonan roti.
Bacillus subtilis dapat membagi asymmetrically, memproduksi
sebuah endosporeyang tahan terhadap faktor lingkungan seperti panas,
asam, dan garam, yang dapat beradadi dalam lingkungan dalam jangka
waktu yang lama. Endospore adalah yang dibentuk pada saat gizi stres,
memungkinkan organisme untuk terus berada di dalam
lingkungansampai kondisi menjadi baik.Sebelum proses untuk
menghasilkan spora bakteri melaluiproses produksi flagella dan
mengambil DNA dari lingkungan.
Bacillus subtilis terbukti untuk manipulasi genetik,karena itu telah
menjadi banyak diadopsi sebagai model organisme untuk penelitian
laboratorium,terutama dari sporulation, yang merupakan contoh sederhana
dari diferensiasi selular.Hal ini juga sangat flagellated, yang memberikan
Bacillus subtilis kemampuan untuk bergerak sangat cepat.

d). Kelebihan dan Kekurangan Bakteri Bacillus sp


1.    Kelebihan
a) Bacillus sp memiliki kemampuan dalam menghasilkan antibiotik yang
berperan dalam nitrifikasi dan denitrifikasi
b) Pengikat nitrogen, pengoksidasi selenium (Se), pengoksidasi dan
pereduksi mangan (Mn)
c) Bersifat khemolitotrof, aerob dan fakultatif anaerob

21
d) Dapat melarutkan karbonat
e) Dapat melarutkan posfat, dan menurunkan pH substrat akibat asam
organik yang dihasilkannya
f) Dapat melakukan mineralisasi terhadap bahan organik kompleks baik
berupa senyawa polisakarida, protein maupun selulosa.
2.    Kekurangan
Bacillus sp ini dapat dimanfaatkan pada tahap persiapan lahan
tambak dan pembentukan air pada masa awal budidaya ikan/ udang.
Pembentukan plankton, bakteri pembentuk flock, menurunkan pH
dan stabilisasi alkalinitas berupa pembentukan buffer (penyanggah)
bikarbonat-asam karbonat dapat terlaksana. Namun jika dilanjutkan
terus dari masa pertengahan budidaya hingga akhir (panen) maka
eutrofikasi air dapat terjadi, konsentrasi posfat dan nitrit dapat
meningkat sebagai akibat pelarutan posfat dan degradasi protein dari
sisa pakan dan kotoran ikan/ udang serta produksi nitrit yang intens
dari hasil pernafasan denitrifikasi Bacillus sp. Rentang pH pagi – sore
juga dapat bergerak melebar, akibat daya larut terhadap karbonat
yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan buffer bikarbonat-asam
karbonat dan radikal karbonat terbentuk (kalsinasi). Disamping itu,
enzim protease dan chitinase yang dihasilkan selama fermentasi
Bacillus sp dapat secara ekstrim mengganggu siklus dan
kesempurnaan moulting bagi udang.
Secara individu, spesies-spesies Bacillus sp memiliki
kemampuan khas masing-masing sehingga dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan budidaya ikan/ udang, yaitu:
1) B.subtilis dan B. cereus memiliki kemampuan untuk melakukan lysis
terhadap cyanobacteria (BGA) pada konsentrasi 103 sel/ml di air
kolam. Menghasilkan cyanobacteriocyde sehingga cocok untuk
digunakan sebagai kontrol biologi terhadap blooming blue green
algae.
2)   B.megaterium dan B. polymyxa mampu menghasilkan antibiotik
berupa megacin dan polymycin yang efektif untuk menekan
pertumbuhbiakan vibrio, Escherchia colli dan Aeromonas. B.
Polymyxa memiliki berbagai macam potensi termasuk antibiotik

22
peptida, protease, dan berbagai macam enzim carbohydrat eutilizing,
seperti P-amilase,,-D-xilanase, pullulanase, glukosa isomerase, dan
polygalacturonate liase.
3)  B.coagulans dan B. lichenoformis mampu mensintesis secara cepat
dan massal lectin dan polyhydroxy alkanoat (PHA) untuk polimerisasi
activated sludge/bioflok, sehingga cocok untuk penebalan bioflok di
air kolam/tambak jika diperlukan.
4)   B.subtilis dan B. coagulans mampu menghentikan diare/mencret pada
ikan/udang jika digunakan sebagai aditive pada pakan. B. subtilis
memiliki kemampuan memproduksi antibiotik dalam bentuk
lipopeptida, salah satunya adalah iturin. Iturin membantu B. subtilis
berkompetisi dengan mikroorganisme lain dengan cara membunuh
mikroorganisme lain atau menurunkan tingkat pertumbuhannya. Iturin
juga memiliki aktivitas fungisida terhadap pathogen. Serta
menghasilkan subtilin sebagai antibiotik yang digunakan untuk
menekan populasi abkeri pathogen. B. coagulans mampu
menghasilkan enzim amilase dan lipase.
5)   B. lichenoformis mampu menghasilkan enzim protease yang dapat
meningkatkan daya cerna protein dari pakan sehingga mampu
meningkatkan protein efficiency ratio pakan (fermented feed). Bakteri
ini merupakan species bakteri yang mampu menghasilkan protease
dalam jumlah yang relatif tinggi. Jenis protease yang dihasilkan oleh
bakteri ini adalah enzim ekstraselular yang tergolong proteinase serin
karena mengandung serin pada sisi aktifnya.
6)   B.subtilis, B. cereus dan B. megaterium mampu mengoksidasi
senyawa hidrokarbon seperti minyak bumi dan fenol. B. megaterium
merupakan produser utama untuk vitamin B12 dan penicillin. Selain
itu, juga dapat memproduksi enzim yang berfungsi untuk sintetik
steroid dan stabilitas yang baik dari plasmid rekombinan (Jimmo,
2008).

23
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan
Secara umum, kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk
basil (batang), dan tergolong dalam bakteri gram positif yang
umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen
(bersifataerobic), sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic
sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat
membentuk endospora yang dibentuk secara intra seluler sebagai
respon terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan,
oleh karena itu anggota genus Bacillu smemiliki toleransi yang tinggi
terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Berdasarkan definisi umum , bakteri pathogen merupakan jenis
bakteri merugikan yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit, bagi manusia, hewan maupun tumbuhan. Salah satu contoh

24
spesies dari genus Bacillus,seperti Bacillus anthracis, Bacillus
cereus,dan Bacillus subtilis.

B. Saran

Semoga Dengan adanya makalah ini dapat membantu serta


menambah pemahaman kita semua Tentang Golongan Bakteri
Pathogen Basil Gram Positif.

DAFTAR PUSTAKA

  Anonim,2004, Bacillus anthracis. Bandung.


Cowan and Steel’s. 1993. Manual for the Identification of Medical Bacteria.
Cambridge University Press. New York. pp. 21-25.
Cappuccino, JG. dan Sherman, N. 2014. Manual Laboratorium Mikrobiologi Edisi
Kedelapan. Alih Bahasa: Nur Miftahurrahman. Jakarta: EGC.
Faisal., 2004, Macam-Macam Penyakit Menular Dan Pencegahannya, Pustaka
Populer Obor, Jakarta.
Hasyimi, M. 2010. Mikrobiologi parasitologi untuk mahasiswa keperawatan. TIM.
Jakarta.
Hafsan. 2011. Mikrobiologi Umum. Makassar: Alauddin Press.
Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi, Mikologi, dan Virologi. Panduan Medis
dan Klinis. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta

25
Priyonggo, Reko., 2005, Jurnal : Mewaspadai Penyakit Anthraks. Jakarta
Pelczar., dkk., 2010 Dasar-dasar Mikrobiologi Jakarta: UI press.
Riadi Edi, 2016" Statistika Penelitian Analisis Manual dan IBM SPSS",
Yogyakarta.
Ratna Yuniati, 2012. Peran Mikroba dalam Pertanian Organik. Tesis. Bandung:
Universitas Padjajaran
Tamher. (2008), Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta. Trans Info
Media
Wongsa, P. and P. Werukhamkul. 2007. Potensi Bacillus amylo lique faciens
sebagai probiotik ternak unggas. Fakultas Peternakan, Universitas
Andalas

26

Anda mungkin juga menyukai