Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BAKTERI STAPHYLOCOCCUS

Disusun oleh:
Nama : Aqila Putri Br. Saragih
NIM : P07534023051
Kelas : 1B

DOSEN PENGAMPU:
Selamat Riadi, S. Si, M. Si
Suryani M. F. Situmeang, S. Pd. M. Kes
Dewi Setiyawati, SKM, M. Kes
Karolina Br. Surbakti, SKM, M. Biomed
Nita Andriani Lubis, S. Si, M. Biomed

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TA/2023-2024
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT Tuhan


Yang Maha Esa, Atas berkat dan rahmat-nya telah selesai makalah
yang berjudul "BAKTERI SPATHYLOCOCCUS". Atas dukungan
moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan terima kasih kepada.
- Bapak Selamat Riadi S.Si,M.Si, selaku dosen pengampu mata
kuliah bakteriologi, yang telah memberikan bimbingan dan saran
untuk menunjang pembuatan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
untuk penyempurnaan makalah ini.
Besar harapan makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
informasi kepada para pembaca.

Medan, 12 april 2024


Penulis

DARTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................ii
DARTAR ISI....................................................................................iii
BAB 1................................................................................................1
Pendahuluan.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................2
BAB 2................................................................................................2
Pembahasan.......................................................................................2
2.1 Pengertian Bakteri Staphylococcus........................................2
2.2 Morfologi Bakteri Staphylococcus........................................3
2.3 Jenis – jenis Bakteri Staphylococcus.....................................3
2.3.1 Staphylococcus Aureus....................................................3
2.3.2 Staphylococcus Epidermis...............................................6
2.3.3 Staphylococcus saprophyticus..........................................8
2.4 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Staphylococcus..................10
2.5 Hasil isolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus...........13
BAB 3..............................................................................................15
Penutup............................................................................................15
3.1 kesimpulan......................................................................15
3.2 Saran...............................................................................16
Daftar Pustaka..................................................................................17

BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah


Staphylococcus adalah sel sferis Gram positif yang biasanya tersusun
dalam kelompok ireguler berbentuk seperti anggur. Genus
Staphylococcus mempunyai paling sedikit 40 jenis spesies. Tiga spesies
yang paling sering dijumpai dan mempunyai kepentingan klinis adalah
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan
Staphylococcus saprophyticus. Sebagian bakteri Staphylococcus
merupakan flora normal pada tempat yang terpapar dengan dunia luar
yaitu kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan manusia. Flora
normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa
menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Bakteri ini juga
ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. Staphylococcus aureus
merupakan salah satu patogen utama untuk manusia. Hampir setiap
orang mengalami beberapa jenis infeksi S. aureus sepanjang hidup
mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit minor hingga infeksi
berat yang mengancam jiwa. S. aureus yang patogen bersifat invasif,
menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase positif, dan mampu
meragikan manitol.
Mikroorganisme dapat berdampak baik dan buruk bagi manusia.
Substansi yang dapat menghancurkan mikroorganisme patogen yaitu
antibiotik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
ditemukan bahwa banyak varietas mikroorganisme yang resisten
terhadap antibiotik. Penyebab utama resistensi antibiotik adalah
penggunaannya yang meluas dan irasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bakteri Staphylococcus?
2. Bagaimana morfologi Bakteri Staphylococcus?
3. Apa saja jenis-jenis dari Bakteri Staphylococcus?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memberikan pengetahuan terkait Bakteri
Staphylococcu
BAB 2
Pembahasan

2.1 Pengertian Bakteri Staphylococcus.


Staphylococcus adalah genus dari bakteri gram positif. Di
mikroskop mereka tampak berbentuk bulat serta bergerombol
seperti sekelompok anggur dalam rangkaian tidak beraturan yang
terdapat garis tengah dengan ukuran 1μm. Kokus yang muda
memberikan pewarnaan gram-positif yang kuat.
Bakteri yang umumnya ditemukan pada kulit dan di dalam hidung
manusia. Beberapa spesies Staphylococcus bisa menjadi patogen,
menyebabkan berbagai infeksi seperti infeksi kulit, pneumonia, dan
infeksi makanan.

2.2 Morfologi Bakteri Staphylococcus.


Bakteri Staphylococcus memiliki morfologi berbentuk kokus
(bulat), biasanya dalam kelompok yang tidak teratur atau
berkelompok seperti anggur (staphylos adalah bahasa Yunani untuk
"anggur"). Mereka adalah bakteri gram positif, yang berarti mereka
memiliki dinding sel yang tebal dan mengambil warna ungu dalam
pewarnaan Gram. Staphylococcus juga tidak memiliki flagela,
sehingga mereka tidak bergerak secara aktif.

2.3 Jenis – jenis Bakteri Staphylococcus.


2.3.1 Staphylococcus Aureus.

A. Pengertian
Staphylococcus aureus merupakan bakteri fakultatif anaerob.
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada
perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan,
berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90%
isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul
polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri
(Jawetz et al., 2008). Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat,
diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya
lunak. Pada lempeng agar darah umumnya koloni lebih besar dan
pada varietas tertentu koloninya di kelilingi oleh zona hemolisis
(Syahrurahman et al., 2010).
B. Klasifikasi
Menurut Syahrurahman et al., (2010) klasifikasi Staphylococcus
aureus
adalah sebagai berikut:
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
B. Morfologi
Morfologi Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus
merupakan bakteri Gram-Positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-
1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak. Berdasarkan bakteri yang tidak membentuk spora,
maka S.aureus termasuk jenis bakteri yang paling kuat daya
tahannya. Pada agar miring dapat tetap hidup sampai berbulan-
bulan, baik dalam lemari es maupun pada suhu kamar. Dalam
keadaan kering pada benang, kertas, kain dan dalam nanah dapat
tetap hidup selama 6-14 minggu (Syahrurahman et al., 2010).

C. Patogenitas
Sebagian bakteri S.aureus merupakan flora normal pada kulit,
saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia.
Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S.aureus
yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk
koagulase, dan mampu meragikan manitol. S.aureus yang terdapat
di folikel rambut menyebabkan terjadinya nekrosis pada jaringan
setempat (Jawetzet al., 2008).
Staphylococcus aureus menyebabkan sindrom infeksi yang luas.
Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi hangat yang lembab atau saat
kulit terbuka akibat penyakit seperti eksim, luka pembedahan, atau
akibat alat intravena (Gillespieet al, 2008).
Infeksi S.aureus dapat juga berasal dari kontaminasi langsung dari
luka, misalnya infeksi pasca operasi Staphylococcus atau infeksi
yang menyertai trauma. Jika S.aureus menyebar dan terjadi
bakterimia, maka dapat terjadi endokarditis, osteomielitis
hematogenous akut, meningitis atau infeksi paru-paru. Setiap
jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri S.aureus dan
menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas,
yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. S.aureus
merupakan bakteri kedua terbesar penyebab peradangan pada
rongga mulut setelah bakteri Streptococcus alpha. S.aureus
menyebabkan berbagai jenis peradangan pada rongg mulut seperti
parotitis, cellulitis, angular cheilitis, dan abses periodontal Djais
(Najlah, 2010).

2.3.2 Staphylococcus Epidermis

A. Pengertian
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram - Positif,
kokus
berkelompok tidak teratur, koloni berwarna putih bakteri ini tumbuh
cepat pada suhu 37 oC. Koloni pada pembenihan padat berbentuk
bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen,
berwarna putih porselen sehingga S.epidermidis disebut
Staphylococcus albus, koagulasi - negatif dan tidak meragi manitol.
S.epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka.
Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang
biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz et al, 2010).
B. Klasifikasi.
Menurut Jawetz et al. (2010) klasifikasi Staphylococcus
epidermidis adalah
sebagai berikut :
Divis (Dvisio) : Eukariota
Kelas (Classis) : Schizomycetes
Bangsa (ordo) : Eubacteriales
Suku (Familia) : Micrococcaceae
Marga (Genus) : Staphylococcus
Jenis (Spesies) : Staphylococcus epidermidis

C. Morfologi
Bakteri yang memiliki genus Staphylococcus ini mempunyai ciri‐
ciri morfologi yaitu warna koloni putih susu atau agak krem, bentuk
koloni bulat, tepian timbul, serta Sel bentuk bola, diameter 0,5 ‐1,5
µm dan bersifat anaerob fakultatif. S.epidermidis dapat
menyebabkan infeksi kulit ringan yang disertai dengan
pembentukan abses. S.epidermidis biotipe-1 dapat menyebabkan
infeksi kronis pada manusia (Radji, 2011).
Bakteri Staphylococcus sp merupakan bakteri Gram- Positif, tidak
berspora, tidak motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil
red positif, tumbuh optimum pada suhu 30‐37 oC dan tumbuh baik
pada NaCl 1‐7%, dengan dua pernapasan dan metabolisme
fermentatif. Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan
kadang‐kadang merah bata. Bakteri ini katalase positif dan oksidase
negatif, sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan li-is oleh
lisostafin tapi tidak oleh lisozim. Bakteri Staphylococcus mudah
tumbuh pada berbagai macam‐macam media, bermetabolisme aktif
dengan meragikan karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang
bervariasi mulai dari pigmen berwarna putih sampai kuning tua
(Farasandy, 2010)
D. Patogenitas
Staphylococcus epidermidis terdapat sebagai flora normal pada kulit
manusia dan pada umumnya tidak menjadi masalah bagi orang
normal yang sehat.Akan tetapi, kini organisme ini menjadi patogen
oportunis yang menyebabkan infeksi nosokomial pada persendian
dan pembuluh darah. S.epidermidis memproduksi sejenis toksin
atau zat racun.Bakteri ini juga memproduksi semacam lendir yang
memudahkannya untuk menempel di mana-mana, termasuk di
permukaan alat-alat yang terbuat dari plastik atau kaca. Lendir ini
pula yang membuat bakteri S.epidermidis lebih tahan terhadap
fagositosis (salah satu mekanisme pembunuhan bakteri oleh sistem
kekebalan tubuh) dan beberapa antibiotika tertentu (Sinaga, 2004).
Bakteri S.epidermidis umumnya dapat menimbulkan penyakit
pembengkakan (abses)seperti jerawat, infeksi kulit , infeksi saluran
kemih, dan infeksi ginjal (Radji,2011). Selain itu, S.epidermidis
juga dapat menimbulkan infeksi pada neonatus, orang-orang yang
sistem kekebalannya rendah, dan pada penderita yang menggunakan
alat yang dipasang di dalam tubuh (Hart dan Shears, 2004).

2.3.3 Staphylococcus saprophyticus

A. Pengertian
Staphylococcus saprophyticus adalah kokus Gram-positif,
koagulase-negatif, non-hemolitik yang merupakan penyebab umum
infeksi saluran kemih (ISK). S. saprophyticus merupakan bagian
dari flora normal manusia yang menghuni perineum, rektum, uretra,
leher rahim, dan saluran cerna. Juga telah ditemukan bahwa S.
saprophyticus adalah flora gastrointestinal umum pada babi dan sapi
dan dengan demikian dapat ditularkan ke manusia melalui konsumsi
makanan tersebut.
B. Klasifikasi
Sistematika Staphylococcus saprophyticus adalah sebagai berikut :
Divisio : Protopyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Stapylococcus
Spesies : Stapylococcus saprophyticus ( Salle, 1961).

C. Morfologi
 Sel S. saprophyticus merupakan kokus gram positif, tidak
bergerak, tidak membentuk spora dengan diameter rata-rata
0,8 hingga 1,2 µm.
 Membran sel terdiri dari lapisan ganda lipid-protein khas yang
terdiri dari fosfolipid dan protein berbeda yang bersama-sama
bertindak sebagai penghalang pendengaran dan memenuhi
fungsi sepertitranspor elektron, transpor aktif, pembentukan
septum, dan segregasi DNA.
 Dinding sel tersusun dari peptidoglikan dan asam teikoat yang
berfungsi mempertahankan bentuk sel bulat.
 Seperti Staphylococci koagulase-negatif lainnya, S.
saprophyticus juga memiliki lebih sedikit adhesi dinding sel
dan protein terkait dinding sel.
 S. saprophyticus memiliki hemagglutinin yang dimediasi oleh
protein permukaan yang melekat pada dinding sel atau protein
permukaan terkait yang membantu organisme berlabuh pada
sel urogenital.
 Ia juga memiliki sistem transporter yang melimpah untuk
beradaptasi dengan perubahan pH, osmolaritas, dan
konsentrasi urea dalam urin manusia.
D. Patogenitas
Tidak seperti S. aureus, S. saprophyticus yang koagulasenya negatif
tidak memproduksi eksotoksin. Oleh karena itu, S. saprophyticus
tidak menyebabkan keracunan makanan atau toksik shock
syndrome. S. saprophyticus menyebabkan infeksi piogenik. S.
saprophyticus menyebabkan infeksi saluran kemih, khususnya
aktivitas seksual wanita muda. Kebanyakan wanita dengan infeksi
saluran kemih memiliki pergaulan seksual dalam 24 jam
sebelumnya. Staphylococcus saprophyticus adalah organisme kedua
setelah E. coli yang juga menyebabkan infeksi saluran kemih pada
wanita muda.
Kultur dari staphylococcus yang koagulasenya negatif dengan tipe
menghasilkan koloni putih yang tidak menghemolisa. Kedua
staphylococcus yang koagulasenya negatif ini dapat dibedakan dari
reaksi antibiotik novobiosin. S. epidermidis sensitif sedangkan S.
saprophyticus resisten.

2.4 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Staphylococcus.


1. Media Mannitol Salt Agar (MSA)
Isolasi bateri pada media MSA dilakukan dengan mengambil 1 ose
biakan bakteri Staphylococcus, kemudian inokulasikan ke dalam
media mannitol, inkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C (Dewi,
2013).
Hasil positif ditunjukkan perubahan warna pada medium dari warna
merah menjadi kuning dan hasil negatif tidak ada perubahan warna
(Toelle dan Lenda, 2014)
2. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram berfungsi untuk melihat sifat Gram dan morfologi
bakteri.
 Buatlah sediaan ulas diatas object glass lalu difiksasi diatas
Bunsen,
 kemudian ditetesi dengan crystal violet lalu didiamkan selama
1-2 menit. Sisa zat warna dibuang, kemudian dibilas dengan
air mengalir.
 Seluruh preparat ditetesi dengan larutan lugol dan biarkan
selama 30 detik. Buang larutan lugol dan bilas dengan air
mengalir.
 Preparat dilunturkan dengan alkohol 96% sampai semua zat
warna luntur, dan segera cuci dengan air mengalir.
 Teteskan dengan zat warna safranin, biarkan selama 2 menit
lalu bilas dengan air mengalir kemudian dibiarkan kering,
 amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif
100x memakai emersi (Sarudji,dkk., 2017).
 Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif dan
berbentuk kokus bergerombol (Ibrahim, 2017).
3. Uji Katalase
Uji katalase berguna untuk membedakan genus Staphylococcus
sp.dan Streptococcus sp.
Teteskan cairan H2O2 di atas object glass dan ambil satu ose
inokulum dari MSA dan diletakkan kemudian campurkan. Katalase
positif ditunjukkan adanya gelembung gas (O2) yang diproduksi
oleh genus Staphylococcus. (Toelle dan Lenda, 2014).
4. Uji Gula Manitol
Uji fermentasi manitol dilakukan untuk membedakan
Staphylococcus patogen dan non-patogen dengan menginokulasikan
biakan bakteri ke dalam media, selanjutnya diinkubasikan pada suhu
37°C selama 24 jam.
Uji manitol bersifat positif apabila terlihat perubahan warna menjadi
kekuningan dan negatif apabila warnanya tetap merah
(Ibrahim,2017).
5. Uji Koagulase
Uji koagulase merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya enzim koagulase yang dihasilkan oleh Staphylococcus sp.
Uji ini dilakukan dengan cara :
 mengambil isolat bakteri menggunakan ose, kemudian
masukkan ke dalam 1 ml Nutrient Broth dan inkubasi pada
suhu 37oC selama 24 jam.
 Masukkan 1 ml plasma kelinci ke dalam Nutrient Broth yang
sudah berisi bakteri menggunakan spuit. Dan inkubasi selama
4 jam pertama untuk melihat hasilnya, bila masih belum
menunjukkan koagulase positif inkubasi dilanjutkan sampai
24jam.
Reaksi positif pada uji koagulase ditunjukkan dengan adanya
gumpalan seperti gel dalam tabung, dan reaksi negatif apabila tidak
terdapat gumpalan menyerupai gel pada tabung (SNI, 2015).
6. Uji Voges-Proskauer
Uji Voges Proskauer (VP) berguna mengetahui reaksi kondensasi
diantara diacethyl.
 Uji VP dikerjakan dengan memupuk koloni Staphylococcus
pada media VP dalam tabung dan diinkubasi selama 40 jam
pada suhu 37oC.
 Pertumbuhan bakteri ditandai dengan warna media yang
menjadi keruh, kemudian ditambahkan ke dalam tabung 5
tetes KOH 40% dalam akuades steril dan 12 tetes alpha-
napthol 5% dalam ethanol, yang bertindak sebagai katalis.
 Larutan yang telah ditambah reagen kemudian dikocok
perlahan dan tunggu sampai 30 menit.
Hasil positif terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah
dan hasil negatif ditandai dengan tidak adanya perubahan warna
merah pada tabung (Sarudji dkk., 2017).

2.5 Hasil isolasi dan identifikasi bakteri staphylococcus.


1. Mannitol Salt Agar (MSA)
Hasil positif (+) : warna media berubah dari merah menjadi kuning
Hasil negatif (-) : warna media tidak berubah.
2. Pewarnaan gram
Hasil positif (+) : ditemukan bakteri bergerombol berwarna ungu
berbentuk bulat seperti buah anggur.
3. Katalase
Hasil positif : adanya gelembung udara (O2) yang dihasilkan oleh
staphylococcus
4. Mannitol gula
Hasil positif : perubahan warna dari merah menjadi kuning.
5. Koagulase
Hasil positif : adanya gumpalan seperti gel.
6. Voges – proskauer
Hasil positif : perubahan warna dari kuning menjadi merah bata.
BAB 3
Penutup
3.1 kesimpulan.
Staphylococcus (dalam bahasa Yunani staphyle berarti sekelompok
anggur dan coccos yang berarti granula) adalah genus dari bakteri
gram positif. Di mikroskop mereka tampak berbentuk bulat serta
bergerombol seperti sekelompok anggur dalam rangkaian tidak
beraturan yang terdapat garis tengah dengan ukuran 1μm. Kokus
yang muda memberikan pewarnaan gram-positif yang kuat. Jika
bakteri mengalami penuaan, banyak sel akan berubah menjadi
gram-negatif. Staphylococcus tidak motil dan tidak membentuk
spora. Bila dipengaruhi obat-obat seperti penisilin, stafilokokus
lisis.
Staphylococcus adalah bakteri yang terdapat pada kulit manusia,
saluran pernapasan dan saluran pencernaan hampir 40-50%
manusia. Bakteri ini bersifat patogenik karena mempunyai enzim
ekstraseluler, toksin, serta sifat invasif strain tersebut .Umumnya
bakteri Staphylococcus ditemukan pada kulit dan hidung manusia.
Pada individu yang terkena luka, bakteri tersebut dapat masuk ke
dalam tubuh dan menyebabkan infeksi.
Terdapat lebih dari 30 jenis Staphylococcus. Tiga spesies utama
yang memiliki kepentingan klinis adalah Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus saprophyticus.
Isolasi dan identifikasi bakteri Staphylococcus di analisis
dalam.berbagai media diantaranya:
 Manitol salt agar (MSA) dengan hasil positif menunjukkan
perubahan warna media dari merah menjadi kuning.
 Pewarnaan gram, dengan di temukannya bakteri gram positif
berwarna ungu, berbentuk bulat bergerombol seperti buah
anggur.
 Katalase, dengan hasil positif ditandai dengan adanya
gelembung udara (O2) setelah di tetesi H2S.
 Manitol gula dengan hasil positif ditandai dengan perubahan
warna media dari merah menjadi kuning.
 Koagulase dengan hasil positif ditandai dengan adanya
gumpalan seperti gel
 Voges-proskauer dengan hasil positif ditandai dengan
perubahan media yang berwarna kuning menjadi merah bata.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah Bakteri
Staphylococcus ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari
segi tulisan maupun bahasa yang penulis sajikan. Oleh karena itu di
harapkan arahan dan juga sarannya agar penulis dapat lebih baik
lagi ke depannya.
Diharapkan makalah ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca
dan memberikan wawasan lebih dalam mengenai Bakteri
Staphylococcus.
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. 2015. SNI 2332.9:2011. Cara Uji
Mikrobiologi-bagian 9. Penentuan Staphylococcus aureus Pada
Produk Perikanan. Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Dewi, A.K. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas
Staphylococcus aureux terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu
Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis di Wilayah
Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. J. Sain Vet., 31(2), 140-
141.
Farasandy. 2010, Bergey's Manu al of Determinative Bacteriology. 9
th Edition.
Gillespie & Bamford, 2008, Mikrobiologi Medis dan Infeksi Edisi
Ketiga. Erlangga,Jakarta.
Hart,T. & Shears, P. 2004. Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran.
Hipokrates,Jakarta.
Ibrahim, J. 2017. Tingkat Cemaran Bakteri Staphylococcus aureus
Pada Daging Ayam Yang Dijual Di Pasar Tradisional Makassar.
Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Jawetz, M., et al. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Jawetz, M., et al. 2010, Mikrobiologi Kedokteran, Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Najlah, F.L. 2010. Efektifitas ekstrak daun jambu biji daging buah
putih (psidium guajava Linn) pada konsentrasi 5%, 10%, dan
15% terhadap zona radikal bakteri Staphylococcus aureus.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Radji, M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa


Farmasi dan Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295. EGC.
Jakarta.
Sinaga, E. 2004. Infeksi Nosokomtal dan Staphylococcus
epidermidis. EGC. Jakarta.
Sarudji, S., Chusniati, S., Tyasningsih, W Handijatno, D. 2017.
Petunjuk Praktikum Penyakit Infeksius Progam S-1
Kedokteran Hewan. Departemen Pendidikan Nasional
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Syahrurahman, A., et al. 2010. Buka Ajar Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi Revisi. Binarupa Aksara Publisher Jakarta.
Toelle, N.N., Lenda, V. 2014. Identifikasi dan Karakteristik
Staphylococcus Sp. dan Streptococcus Sp. dari Infeksi
Ovarium Pada Ayam Petelur Komersial. J. Ilmu Ternak, 1(7),
32-37.

Anda mungkin juga menyukai