Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Salah satu faktor utama penyebab timbulnya penyakit adalah kontaminasi
mikroorganisme berupa bakteri. Meskipun terdapat spesies bakteri tertentu yang
menguntungkan bagi hewan dan manusia, namun bakteri dapat pula menjadi penyebab
timbulnya suatu penyakit yang sangat merugikan (Irianto, K., 2006).
Penyakit infeksi atau penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri merupakan penyakit yang banyak ditemukan dalam masyarakat. Menurut
laporan WHO penyakit infeksi ini menjadi penyebab kematian terbesar pada anak-anak
dan dewasa dengan jumlah kematian lebih dari 13 juta jiwa setiap tahun, dan satu dari
dua kematian terjadi di negara berkembang seperti Indonesia (Rostina, 2006).
Baketri stafilokokus pertama kali di kenal oleh Pasteur pada tahun 1880 dan
ogstron pada tahun 1881 dari pus seorang penderita. Selanjutnya, becker pada tahun
1883 berhasil melakukan biakan murni pada tahun 1884 Resonbach untuk pertama
kalinya mengetahui adanya kausal antara timbulnya suatu penyakit osteomeilitis dengan
bakteri staphylococcus.Dalam genus staphylococcus terdapat 3 macam spesies yaitu
staphylococcus aureus, staphylococcus epidermiclis, staphylococcus saprophyticus,
bakteri golongan staphylococcus memiliki bentuk sel bulat dan tersusun bergerombol
seperti buah anggur. Sebagian besar staphylococcus, hidup sebagai komensal pada
tubuh manusia, misalnya pada kulit, tenggorokan, hidung, mulut. Banyak juga dijumpai
pada debu-debu, di udara, makanan-makanan, dalam minuman-minuman dsb.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Staphylococcus sp?
2. Bagaimana klasifikasi Staphylococcus sp?
3. Bagaimana morfologi Staphylococcus sp?
4. Bagaimana etiologi Staphylococcus sp?
5. Bagaimana patogenitas Staphylococcus sp?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian staphylococcus sp.
2. Untuk mengetahui klasifikasi, etiologi, morfologi, patogenitas dan penyebaran
staphylococcus sp.
1
MIKROBILOGI 2
Bab II
Dasar Teori
A. Pengertian Staphyloccus sp
Staphylococcus berasal dari kata staphyle yang berarti kelompok buah anggur
dan coccus berarti biji yang bulat. Bakteri ini sering ditemukan sebagai flora normal pada
kulit dan selaput lendir manusia, tetapi dapat pula menyebabkan infeksi pada binatang,
bahkan ada jenis staphylococcus yang menyebabkan keracunan makanan.
Staphylococcus adalah sel berbentuk bulat, gram positif tersusun seperti buah
anggur, kuman ini mudah tumbuh pada berbagai media dan metabolismenya aktif,
meragikan banyak karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari warna
putih hingga kuning tua.
B. Klasifikasi Staphyloccus sp
Kingdom :Bacteria
Filum :Firmicutes
Kelas :Cocci
Ordo :Bacillales
Famili :Staphylococcaceae
Genus :Staphylococcus (Rosenbach 1884)
Spesies :
Staphylococcus aureus
Staphylococcus auricularis
Staphylococcus capitis
Staphylococcus caprae
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus felis
Staphylococcus haemolyticus
Staphylococcus hominis
Staphylococcus intermedius
Staphylococcus lugdunensis
Staphylococcus saprophyticus
Staphylococcus schleiferi
Staphylococcus vitulus
Staphylococcus warneri
Staphylococcus xylosus
1. Staphylococcus aureus
2. Staphylococcus epidermis / Staphylococcus epidermidis/ Staphylococcus Albus
2
MIKROBILOGI 3
1. Staphylococcus aureus
Struktur antigen
Bakteri Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenik.
Sebagian besar bahan ekstraselluler yang dihasilkan bakteri ini juga bersifat antigenik.
Polisakarida yang ditemukan pada jenis yang virulen adalah polisakarida A dan yang ditemukan
pada jenis yang tidak patogen adalah polisakarida B. Polisakarida A merupakan komponen
dinding sel yang dapat larut dalam asam triklorasetat. Antigen ini merupakan komponen
peptidoglikan yang dapat menghambat fagositosis. Bakteriofaga terutama menyerang bagian
ini. Antigen protein A berada di luar antigen polisakarida. Kedua antigen ini membentuk dinding
sel bakteri.
Patogenesis
Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai jenis infeksi pada manusia, antara lain
infeksi pada kulit, bisul, dan furunkulosis; infeksi yang lebih serius, pneumonia, mastitis, flebitis,
dan meningitis; dan infeksi pada saluran urine. Selain itu, Staphylococcus aureus juga
menyebabkan infeksi kronis, seperti osteomielitis dan endokarditis.
Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab utama infeksi nosokomial
akibat luka operasi dan pemakaian alat pemakaian perlengkapan perawatan rumah sakit.
Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan keracunan makanan akibat enterotoksin yang
3
MIKROBILOGI 4
dihasilkannya dan menyebabkan sindrom renjat toksik (toxic shock syndrome) akibat pelepasan
seperantigen ke dalam aliran darah.
Mekanisme infeksi
1. Perlekatan pada protein sel inang
Struktur sel Staphylococcus aureus memiliki protein permukaan yang membantu
penempelan bakteri pada sel inang. Protein tersebut adalah laminin dan fibronektin yang
membentuk matriks ekstraseluler pada permukaan epitel dan endotel. Selain itu, beberapa
galur mempunyai ikatan protein fibrin atau fibrinogen yang mampu meningkatkan penempelan
bakteri pada darah dan jaringan.
2. Invasi
Invasi Staphylococcus aureus terhadap jaringan inang melibatkan sejumlah besar
kelompok protein ekstraseluler. Beberapa protein yang berperan penting dalam proses invasi
Staphylococcus aureus adalah -toksin, -toksin, -toksin, -toksin, leukosidin, koagulase,
stafilokinase, dan beberapa enzim (protease, lipase, DNAse, dan enzim pemodifikasi asam
lemak).
Pencegahan
Belum ada vaksin yang tersedia untuk menstimulasi kekebalan tubuh manusia melawan
infeksi Staphylococcus. Serum hiperimun manusia dapat diberikan pada pasien rumah sakit
sebelum tindakan bedah. Upaya pengembangan vaksin dapat dilakukan jika telah diketahui
mekanisme monokuler interaksi antara protein adhesin Staphylococcus dan reseptor spesifik
pada jaringan inang. Komponen yang dapat menghambat ineraksi tersebut sehingga dapat
mencegah penempelan dan kolonisasi bakteri kemungkinan akan dirancang. Beberapa upaya
pencegahan infeksi :
4
MIKROBILOGI 5
1. Petugas kesehatan selalu menjaga kebersihan / sanitasi, peralatan medis yang digunakan,
dan kamar operasi.
2. Fasilitas penunjang kebersihan seperti adanya wastafel, handuk bersih, sabun cuci tangan,
desinfektan, antiseptik, dll.
3. Pengetahuan mengenai tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi.
4. Kesadaran untuk memperhatikan kebersihan diri dalam pencegahan infeksi
Pengobatan
Uji sensitivitas antibiotik diperlukan untuk memilih antibiotik yang tepat untuk mengatasi
infeksi. Penisilin atau derivatnya dapat diberikan, kecuali pada pasien yang alergi. Terapi oral
penisilin semisintetik, seperti kloksasilin atau dikloksasilin, cukup berhasil untuk infeksi akut.
Oksasilin dan nafsilin tidak dianjurkan untuk terapi oral karena absorpsinya kurang baik dalam
saluran cerna. Jika menderita alergi pada penisilin, eritromisin dapat digunakan.
Pengobatan parenteral dengan injeksi nafsilin atau oksasilin dianjurkan untuk infeksi
Staphylococcus yang berat dan sistemik. Untuk pasien yang alergi, dapat digunakan dengan
vankomisin atau sefalosporin. Pemberian antibiotik kadang kala harus dilengkapi dengan
tindakan beda, baik untuk pengeringan abses maupun untuk nekrotomi.
5
MIKROBILOGI 6
2. Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus
Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik (menyerang individu
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Beberapa karakteristik bakteri ini adalah fakultatif,
koagulase negatif, katalase positif, gram positif, berbentuk coccus, dan berdiameter 0,5 1,5
m. Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran mukosa manusia.
Infeksi Staphylococcus epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm
pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit
tersebut (infeksi nosokomial). Secara klinis, bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan
atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna obat terlarang (narkotika),
bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang dirawat dalam waktu lama.
Morfologi
Merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat - sifat yang mendekati
fungi / bakteri. Terdapat dalam tanah maupun dalam udara dan sebagian parasit pada
tumbuhan tingkat tinggi. Koloni berwarna (tergantung substraknya), mempunyai bau tanah,
resisten terhadap penisilin dan streptomisin.
Staphylococcus epidermidis memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. Bakteri fakultatif.
2. Koagulase negatif, katalase positif, gram positif.
3. Berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5 1,5 m.
4. Hidup pada kulit dan membran mukosa manusia
6
MIKROBILOGI 7
PENCEGAHAN
Staphylococcus epidermidis
Ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terinfeksi
Staphylococcus epidermidis
, antara lain :
1.Menjaga kebersihan diri
2.Manjaga daya tahan tubuh agar tidak menurun 3.
Menjaga kebersihan berbagai peralatan yang dapat menjadi media penularan infeksi
Staphylococcus epidermidi
Genus Staphylococcus terdiri lebih dari 30 jenis spesies, yang biasanya diklasifikasikan
ke dalam:
C. Morfologi Staphylococcus sp
7
MIKROBILOGI 8
Menurut Holt et al, (1994), bakteri Staphylococcus sp. Gram +, tidak berspora,
tidak motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh optimum pada
suhu 30-370C dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua pernapasan dan
metabolisme fermentatif. Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan kadang-
kadang kuning keorangeorangean. Bakteri ini katalase positif dan oksidase negatif,
sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan lisis oleh lisostafin tapi tidak oleh lisozim.
Bakteri Staphylococcus sebagian menjadi anggota flora normal kulit dan selaput
lendir pada manusia, sebagian lagi menjadi bakteri patogen yang menyebabkan
bermacam-macam penyakit atau gangguan dalam tubuh seperti radang bernanah,
sampai sepsis yang bisa berakibat fatal. Sehingga bakteri ini dapat menyebabkan
hemolisis yaitu pemecahan sel-sel darah, menggumpalkan plasma karena sifat
koagulasenya, dan menghasilkan berbagai macam enzim-enzim yang dapat merusak
sistem imun dan kandungan toksin pada bakteri tersebut yang bersifat destruktif.
8
MIKROBILOGI 9
1) Peptidoglikan
2) Asam teikhoik
3) Protein A
4) Kapsul
5) Enzim dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus
a) Katalase, enzim yang mengkatalisir perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.
b) Koagulase, adalah protein mirip enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus. Enzim
ini dapat membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat bila di dalamnya terdapat
faktor-faktor pembekuan. Koagulase ini menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada
permukaan sel Staphylococcus yang menghambat fagositosis.
c) Enzim-enzim yang lain, seperti hialuronidase satu faktor penyebaran, staphylokinase
yang menyebabkan fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.
d) Eksotoksin, yang bisa menyebabkan nekrosis kulit.
e) Lekosidin, yang dihasilkan Staphylococcus menyebabkan infeksi rekuren, karena
leukosidin menyebabkan Staphylococcus berkembang biak intraselular.
f) Toksin eksploatif, yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus terdiri dua protein
yang menyebabkan deskuamasi kulit yang luas.
g) Toksik penyebab Sindroma Renjatan Toksik, (toksik shock syndrome toxin)
dihasilkan oleh sebagian besar strain Staphylococcus yang menyebabkan sindroma
shock toksik.
h) Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak pada
makanan, toksin ini tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama makanan,
akan menyebabkan gejala muntah berak (keracunan makanan).
1. Infeksi superficial
pyoderma impetigo
follikulitis, furunkel, terjadi akibat infeksi melalui folikel rambut
abses dan karbukel
9
MIKROBILOGI 10
pneumonia
andokarditis akut
arthritis akut, bakteriemi, septikemi, dan abses organ bagian dalam.
1) Jerawat
2) Periapikal Abces
3) Infeksi saluran kemih (primer)
4) Infeksi ginjal (sekunder)
5) Infeksi kulit
I. Pemeriksaan Laboratorium
1. Sampel yang digunakan untuk menentukan bakteri Staphylococcus adalah
- Apusan mukosa atau kulit
- Nanah
- Darah
- Bilasan trachea/bronchus
- Cairan liquor
2. Identifikasi dilakukan dengan cara :
- Preparat hapus, dibuat langsung dari bahan pemeriksaan dan diwarnai
- dengan cara pewarnaan Gram
- biakan dan identifikasi dengan melakukan tes-tes biokimia
10
MIKROBILOGI 11
J. Identifikasi Staphylococcus
a. Bahan Pemeriksaan
i. Klinis : Pus/nanah hijau, hapus luka, sputum, darah, feces, nasal sekresi,
cairan cerebro-spinal, urine, sel aspirasi dari paru-paru atau tulang.
ii. Makanan : Bahan makanan suspek penyebab racun. Gejala infeksi
biasanya disebabkan oleh racun, dibebaskan dari hanya beberapa
staphylococci sehingga kultur yang diambil dari lesi biasanya negatif.
b. Skema Pemeriksaan:
Hari Pertama
i. Pemupukan
Sampel dari bahan ditanam pada media pemupuk NaCl broth dieramkan
24 jam.
ii. Isolasi
Sampel bahan pemeriksaan diisolasi dalam media dan diinkubasi dalam
inkubator dengan suhu 37o C selama 24 jam.
1) Biakan pada Agar Darah (BAP= Blood Agar Plate)
2) Biakan pada MSA (Manitol Salt Agar) di sekitar koloni jernih
disebabkan hemolisin. Media BAP untuk membedakan bakteri
yang menghemolisa darah dan non hemolisa. Hemolisa sempurna
di sekitar koloni berwarna hijau disebabkan
hemolisin. Hemolisa sebagian tidak terjadi perubahan
disebabkan hemolisin. Non hemolisa
Hari Kedua
i. Media Agar Darah : Koloni berwarna kuning keemasan, halus, licin &
berpigmen.di sekitar koloni menjadi jernih atau transparan.
ii. Media MSA : Koloni berwarna kuning, bersifat manitol
fermenter,berwarna merah berarti tidak memecah manitol.Yang
tumbuh pada media BAP dengan koloni hemolisa positif kemudian
dilakukan pembuatan preparat dan pewarnaan metode Gram ( karena
Streptococcus juga hemolisa positif ).
11
MIKROBILOGI 12
Hari Ketiga
Koloni pada subkultur dilakukan uji biokimia, uji katalase dan uji serologi
12
MIKROBILOGI 13
Hari Keempat
13
MIKROBILOGI 14
ii. Infeksi
Infeksi-infeksi utama Staphylococcus aureus
Tipe infeksi kulit:
- Lebam besar dan kecil pada kulit, kadang berbentuk
seperti abscesses (bentuknya seperti kulit bekas
suntikan vaksin).
- Besar, dalam, bisul yang disebabkan radang pada
bawah kulit disebabkan bakteriemia.
Tipe Infeksi kulit yang menyebar: Impetigo (sejenis bisul
karena infeksi bakteri).
Tipe infeksi yang lebih dalam dan terlokalisasi:
Osteomyelitis (infeksi pada tulang) akut dan kronis dan
septic arthritis.
Tipe Infeksi lain: Acute infective endocarditis (Radang akut
endocarditis/lapisan jantung), septicemia dan necrotizing
pneumonia (Radang pada paru-paru).
Tipe Keracunan: Toxic shock syndrome (sindrom racun
yang dikeluarkan bakteri), gastroenteritis (Radang pada
saluran pencernaan) dan scalded skin syndrome.
Infeksi lainnya termasuk:Paronychia.
b. Staphylococcus albus
14
MIKROBILOGI 15
i. Infeksi
Merupakan flora normal dari kulit akan tetapi dapat menjadi patogen dan
menyebabkan infeksi pada kulit bila sistem imune tubuh menurun dan bakteri
berkembang dalam jumlah yang abnormal.
c. Staphylococcus saprophyticus
L. Pengobatan
Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan cara sebagai berikut :
1. Cara Cakram
Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar
tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter
zona hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman
tersebut terhadap antibiotik bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan
dilakukan dengan membandingkan besarnya diameter zona hambatan dengan tabel.
Hasil penilaiannya berupa sensitif, resisten dan intermediate. Kuman yang sensitif
terhadap suatu jenis antibiotik akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih
besar dari jangkauan nilai yang terlihat pada tabel.
Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan pertumbuhan atau
menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai pada
tabel. Diameter zona hambatan kuman yang besarnya terletak diantara jangkauan
nilai pada tabel berarti kepekaan kuman terhadap suatu antibiotik bersifat
intermediate.
15
MIKROBILOGI 16
swap kapas
kaldu BHI dalam 2 tabung, masing-masing 2 ml
biakan kuman staphylococcus pada agar miring
lempeng agar Mueller Himton (MH) dua buah setiap kelompok 5, cakram
antibiotika : penicillin, kloramfenikol, dangentamisin.
pingset kecil
Cara kerjanya
i. Buat ekspensi kuman dalam kaldu BHI dengan swap kapas
ii. Pada lempeng agar MH usapkan suspense kuman tadi dengan swap
kapas secara merata
iii. Dengan pinset yang disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotikan yang
disediakan dan letakkan diatas lempengan agar yang telah ditanami
kuman Gramkan lempeng agar tersebut dalam Inkubator 35o C selama
16-18 jam. jangan luap member label nama kuman.
2. Cara Tabung
Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotik dalam tabung-tabung rekasi dan
dicari konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menggambarkan
pertumbuhan kuman. Ini disebut konsetrasi hambatan minimal (RHM) suatu
antibiotika. KHM Lazon juga disebut MIC (Minimal Intibitory Consetrasion).
16
MIKROBILOGI 17
Bab III
Kesimpulan
Bakteri Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphylo (buah anggur) dan coccus (bulat).
Bakteri sering ditemukan sebagai flora normal di kulit dan selaput lendir pada manusia.
Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang tersusun
rapi dan tidak teratur satu sama lain.
Bakteri Staphylococcus aureus yang dibawa pengidap tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat
menularkan pada orang lain atau lingkungannya dengan berbagai cara yakni dapat
dihembuskan dari saluran pernapasan atas pada waktu bersin, dan dapat menjadi sumber
penularan terhadap orang lain.
17