Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH MIKROBIOLOGI

STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Disusun Oleh:

DIVANIA TRISETYA SUNARWIWOHO


20012

FARMASI
SMK CARAKA NUSANTARA

DKI JAKARTA TIMUR

2021
DAFTAR ISI

Contents
BAB I....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................2
1.2. Tujuan.........................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1. Pengertian Staphylococcus Aureus........................................................................................3
2.2. Klasifikasi...............................................................................................................................3
2.3. Morfologi Staphylococcus aureus..........................................................................................3
2.3.1 Fisiologis...............................................................................................................................4
2.4 Pantogenitas................................................................................................................................4
2.5 Penyebaran Staphylococcus aureus............................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu faktor utama penyebab timbulnya penyakit adalah kontaminasi mikroorganisme berupa
bakteri. Meskipun terdapat spesies bakteri tertentu yang menguntungkan bagi hewan dan
manusia, namun bakteri dapat pula menjadi penyebab timbulnya suatu penyakit yang sangat
merugikan (Irianto, K., 2006).

Penyakit infeksi atau penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri
merupakan penyakit yang banyak ditemukan dalam masyarakat. Menurut laporan WHO
penyakit infeksi ini menjadi penyebab kematian terbesar pada anak-anak dan dewasa dengan
jumlah kematian lebih dari 13 juta jiwa setiap tahun, dan satu dari dua kematian terjadi di
negara berkembang seperti Indonesia (Rostina, 2006).

Manusia dan hewan mempunyai sejumlah besar flora normal yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit tetapi membentuk suatu keseimbangan yang memastikan
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan pertambahan jumlah bagi keduanya, bakteri dan
hospes. Beberapa bakteri yang merupakan penyebab penting penyakit umumnya dibiakkan
dengan flora normal misalnya Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, Lactobacillus,
Staphylococcus aureusdan Staphylococcus aureus (Jawets, 2012).

Pada umumnya, bakteri Staphylococcus aureusmerupakan bagian dari flora saluran cerna
yang normal pada manusia tetapi juga merupakan penyebab umum infeksi saluran kemih,
diare dan penyakit lainnya (Jawets, 2012).

1.2. Tujuan
Mampu mengetahui dan menjelaskan apa itu Staphylococcus aureus
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Staphylococcus Aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter


0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur,
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak (Gambar 2.1). Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
(20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan,
berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan
S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam
virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ; Novick et al., 2000)

2.2. Klasifikasi

Kingdom : Monera

Diviso : Famicutes

Ordo : Eubacteiales

Famili : Mycrococcaeae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

2.3. Morfologi Staphylococcus aureus

Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang


tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan
bakteri coccus yang lain yaitu:
1)        Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.
2)        Sel-selnya bersifat gram positif dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motil).
3)        Bersifat patogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik.
4)        Bersifat anaerob fakultatif.
5)        Menghasilkan katalase.
6)        Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habitat alamiahnya adalah
pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.
7)        Bersifat β-hemolitik.
8)        Toleran garam (halodurik).
9)        Menghasilkan pigmen kuning dan mungkin memproduksi eksotoksin.

2.3.1 Fisiologis

Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada berbagai macam-macam media, bermetabolisme


aktif dengan meragikan karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi mulai dari
pigmen berwarna putih sampai kuning tua. Bakteri Staphylococcus aureus sebagian menjadi
anggota flora normal kulit dan selaput lendir pada manusia, sebagian lagi menjadi bakteri
patogen yang menyebabkan bermacam-macam penyakit atau gangguan dalam
tubuh (Madigan dkk., 2008).

2.4 Pantogenitas

Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan
lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,
membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994).

Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et
al., 1994; Warsa, 1994).

Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di daerah
folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan
setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga
terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh
lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada
vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis,
osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru (Warsa, 1994; Jawetz et al.,
1995).
Kontaminasi langsung S. aureus pada luka terbuka (seperti luka pascabedah) atau
infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka) dan meningitis
setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosokomial (Jawetz et al., 1995).
Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari S. aureus. Waktu onset
dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan
banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah
1,0 µg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare
yang hebat tanpa disertai demam (Ryan, et al., 1994 ; Jawetz et al., 1995).

Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi S. aureus timbul secara tiba-tiba dengan
gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung dan
ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita
muda yang menggunakan tampon, atau pada anakanak dan pria dengan luka yang terinfeksi
stafilokokus. S. aureus dapat diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya,
tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah (Jawetz et al., 1995).

2.5 Penyebaran Staphylococcus aureus


Bakteri Staphylococcus aureus yang dibawa pengidap tidak menimbulkan gejala, tetapi
dapat menularkan pada orang lain atau lingkungannya dengan berbagai cara yakni dapat
dihembuskan dari saluran pernapasan atas pada waktu bersin, dan dapat menjadi sumber
penularan terhadap orang lain. Staphylococcus aureus dapat ditularkan melalui tangan
pengidap yang tidak bergejala (Madigan dkk., 2008).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :

Bakteri Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphylo (buah anggur) dan coccus
(bulat). Bakteri sering ditemukan sebagai flora normal di kulit dan selaput lendir pada
manusia.
Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang
tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain.
Bakteri Staphylococcus aureus yang dibawa pengidap tidak menimbulkan gejala,
tetapi dapat menularkan pada orang lain atau lingkungannya dengan berbagai cara yakni
dapat dihembuskan dari saluran pernapasan atas pada waktu bersin, dan dapat menjadi
sumber penularan terhadap orang lain.

Anda mungkin juga menyukai