Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENANGANAN BAHAN PEMERIKSAAN

OLEH :

KELOMPOK 4

Rizkia Dwi Nanda

Melda Noviria

Fina Novalia

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


PRODI D.III ANALIS KESEHATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan pada Allah Yang Mahakuasa. Karena izin- Nya
tugas perkulihan tentang penanganan bahan pemeriksaan ini dapat diselesaikan.
Penulisan tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mikologi dari ibu Endah .
Meskipun mempunyai kelemahan, penulis berharap tugas
ini bermanfaat bagi pembaca sebagai salah satu sumber informasi yang dapat menambah
pengetahuan bagi kita semua.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................1.1
Tujuan Penulisan.........................................................................................1.2
BAB II PEMBAHASAN..................................... 3
Pengertian Teknik Penanganan Bahan
Pemeriksaan.................................................. .............2.1
Tujuan Penanganan Bahan
Pemeriksaan................................................................2.2
BAB III PENUTUP...........................................................................................5
Kesimpulan....................................................................................................3.1
Saran………………………………………………………………………...3.2
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara
lain mikosis yang menyerang langsung pada kulit. Panu, kadas, dan kurap merupakan topik
yang akhirnya redup, seiring dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Seorang yang
terkena penyakit kulit di atas, biasanya cenderung merasa gengsi atau malu untuk
memeriksakannya. Penyakit ini merujuk pada masyarakat tradisional yang kebersihannya
kurang terjaga.
Pada kulit manusia, jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin
yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa
berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada
pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur
yang menyerang. Sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur.
Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.
Padahal, penyakit ini dengan mudah menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian
yang terkontaminasi spora jamur.
Penyakit jamur sudah sering ditemui masyarakat di daerah tropis, tidak terkecuali jamur
kuku. Jamur atau kurap kuku paling sering menyerang kuku kaki, meski dalam beberapa
kasus bisa menyerang kuku tangan. Biasanya, infeksi jamur dimulai dari bawah atau pinggir
kuku. Gejalanya sendiri terlihat dari perubahan warna kuku menjadi agak kekuningan atau
keputihan, dilanjutkan dengan sering pecah, mudah patah, bergerigi, mengelupas, berbau,
hingga berwarna lebih kusam maupun gelap. Seperti penyakit jamur pada umumnya, jamur
kuku dapat menular ke kuku lain, atau bahkan menular pada kuku orang lain. Hal ini
dimungkinkan terjadi ketika penderita jamur dan orang lain menggunakan barang yang sama,
seperti sepatu, kaus kaki, dan gunting kuku.
Tinea kapitis adalah infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit kepala dan rambut.
Penyakit ini disebabkan oleh spesies jamur golongan Dermatofita terutama T. rubrum, T.
mentagrophytes dan M. gypseum. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak yang dapat
ditularkan dari binatang peliharaan misalnya kucing dan anjing. Selain itu lingkungan kotor
dan panas serta udara yang lembap ikut berperan dalam penularan penyakit ini.
Jamur ini dapat masuk ke dalam kulit kepala atau rambut selanjutnya berkembang
membentuk kelainan di kulit kepala. Gejala penyakit ini yaitu adanya keluhan penderita
berupa bercak di kulit kepala yang terasa gatal dan sering disertai rontoknya rambut di
tempat tersebut. Ada tiga bentuk klinis dari tinea kapitis, setiap bentuk tinea kapitis memiliki
gejala tersendiri.
Pengambilan sampel yang benar dan penanganan sampel yang tepat menentukan akurasi
keberhasilan pemeriksaan mikologi,sehingga sampel harus segera ditangani dan dikirim ke
laboratorium.
Beberapa sampel yang umumnya diambil untuk pemeriksaan mikologi adalah rambut, kulit,
kuku, darah, sumsum tulang, cairan serebrospinal, cairan atau eksudat pada luka, cairan pada
saluran pernapasan, dan spesimen yang berasal dari saluran genital dan saluran pencernaan.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari penanganan bahan pemeriksaan
2. Megetahui teknik dari penanganan bahan pemeriksaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penanganan Bahan Pemeriksaan


Penanganan bahan pemeriksaan laboratorium adalah persiapan-persiapan yang
diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium dan penanganan bahan sebelum pemeriksaan
laboratorium.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang andal dan
akurat.

2.2 Teknik Penanganan Bahan Pemeriksaan


1. Sampel Rambut
Adanya rambut yang terinfeksi jamur akan berfluoresen jika terkena sinar
lampu Wood’s, misalnya infeksi Microsporum audouinii.
Helaian rambut dipotong-potong dengan forceps steril menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil, kemudian diletakkan pada permukaan agar yang berisi media pertumbuhan jamur
mengandung kloramfenikol dan sikloheksimd, diinkubasi pada suhu 220-300C hingga 21
hari untuk memastikan hasil negatif.

2. Sampel kulit

Didapatkan dari kerokan kulit pada permukaan lesi di permukaan kulit.


Kulit yang akan dikerok dibersihkan terlebih dahulu menggunakan isopropanol alkohol
70%. Pemeriksaan kerokan kulit umumnya dilakukan menggunakan larutan KOH 10%
yang dapat menghancurkan jaringan yang mengandung keratin sehingga hifa jamur dapat
tampak lebih jelas.

3. Sampel kuku

Dilakukan dengan mengerok atau menggunting kuku. Gunting yang digunakan


harus steril. Kuku terlebih dahulu dibersihkan dengan isopropanol alkohol 70%, dikerok
atau digunting untuk pemeriksaan dengan KOH dan diinokulasi pada media
pertumbuhan. Potongan kuku harus diperkecil untuk penanaman pada media.

4. Darah dan Sumsum Tulang


Kultur darah dapat digunakan untuk menentukan keberadaan infeksi jamur dalam
darah. Sistem kultur yang telah tersedia untuk pemeriksaan sel-sel ragi
diantaranya adalahBACTEC,BacT/ALERT dan ESP.
Sampel sumsum tulang ditambahkan heparin dan langsung ditanam pada media
pertumbuhan.
5. Cairan Serebrospinal /Cerebrospinal Fluid (CSF)
Preparasi sampel CSF dilakukan dengan penyaringan menggunakan membran filter
ukuran 0,45 µm. Membran filter selanjutnya diletakkan diatas media pertumbuhan dan
diinkubasi. Setiap hari membran filter harus dipindahkan pada area media yang berbeda,
dan diamati ada/tidaknya pertumbuhan jamur.
Jika terdapat kurang dari 1 mL sampel, dapat dilakukan sentrifugasi. Satu tetes konsentrat
diperiksa dengan tinta India dan sisanya diinokulasikan pada media.
Penggunaan antimikroba pada media pertumbuhan tidak diperlukan karena sampel CSF
umumnya steril.

6. Saluran Pernafasan
Sputum harus didapatkan dengan batuk dalam pada pagi hari, jika tidak berhasil
dapat dilakukan dengan menggunakan nebulizer untuk mendapatkan sputum diinduksi.
Spesimen yang berasal dari saluran pernapasan mengandung berbagai jenis
mikroorganisme, sehingga untuk menumbuhkan jamur patogen ditambahkan antibakteri
untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Kombinasi agar non-selektif seperti agar
SABHI dan agar BHI dengan kloramfenikol dan sikloheksimid merupakan media yang
juga dapat digunakan untuk kultur jamur dari spesimen saluran pernapasan.

7. Urin
Sampel urin harus segera diperiksa setelah pengambilan sampel. Sampel urin yang
telah lebih dari 24 jam tidak dapat digunakan untuk bahan kultur.
Pemeriksaan langsung dapat dilakukan untuk menemukan sel ragi maupun hifa.

8. Luka dan Jaringan


Cairan pada luka dapat diperiksa untuk menemukan granula, jika tidak terdapat
granula sampel dapat langsung ditanam pada permukaan agar.
Jaringan yang akan diperiksa terlebih dahulu diproses dengan Stomacher.
Suspensi media cair selanjutnya dijadikan bahan pemeriksaan. Sebanyak 0,1 mL
suspense dapat dikultur pada permukaan media dan diinkubasi pada suhu 300C selama 21
hari.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mutu hasil laboratoratorium tergantung pada penanganan yang tepat dari spesimen dalam
fase sebelum analis (preanalitik), yang mencakup semua langkah yang dilakukan sebelum
pemeriksaan spesimen yang sebenarnya. Penanganan yang tidak tepat dapat membuat
spesimen yang diperoleh tidak berguna atau menyebabkan hasil tes salah, yang pada
gilirannya menyebabkan keterlambatan atau salah perawatan bagi pasien.
Oleh karena itu, untuk menjamin spesimen berkualitas untuk analisis, sangat penting
bahwa semua ahli teknologi laboratorium (laboratory technologist) secara memadai
mengikuti kebijakan dan prosedur yang ada. Selain itu, untuk mencegah dari kecelakaan
paparan zat infeksius, semua spesimen harus ditangani sesuai dengan pedoman
kewaspadaan standar (standart precaution).

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap bisa membantu para pembaca mengetahui
apa itu penanganan bahan pemeriksaan beserta teknik – teknik penanganannya.

5
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/40305141/Jeni s-Media-Pembuatan-Pemindahan-Mikroba

Mahon and Manuselis, 1995,Textbook of Diagnostic Microbiology,WB.Saunders


Company, Philadelphia

R.S. Siregar, Penyakit Jamur Kulit, Edisi ke-2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,Jakarta,
2002

http://ml.scribd.com/doc/59716549/Diagno sis-Mikologi

http://jenisjenispenyakitkulit.blogspot.com/2011/04/kenali-jamur-pada-kulit.html

http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=494_Jamur-Kuku-
dan-Upaya-Pengobatan

http://susanblogs18.blogspot.com/2012/11/tinea-kapitis-infeksi-jamur-
superfisial.html#ixzz2Tw1ynTi5

Anda mungkin juga menyukai