Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MIKROBIOLOGI PANGAN
“BAKTERI PATHOGEN (SHIGELLA SP.)”

Disusun Oleh :

Dosen Pembimbing

Penyusun
Hafis Reonanda (2018110004)

FAKULTAS PERTANIAN
PRODI TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
TAHUN 2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran
inti sel dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran
besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dapat
memberikan manfaat maupun sumber penyakit dibidang pangan. Banyak
klasifikasi dari bakteri, salah satunya adalah bakteri enterik patogen yang
banyak menyebabkan penyakit saluran cerna pada manusia Lebih dari 80%
bakteri perusak pada makanan disebabkan oleh bakteri enterik patogen
(Madigan, 2009).
Bakteri enterik patogen adalah bakteri yang umum menginfeksi
saluran pencernaan baik hewan maupun manusia. Bakteri tersebut banyak
berasal dari makanan dan air yang telah terkontaminasi. Bakteri tersebut
merupakan kelompok batang Gram negatif yang banyak dibiakkan di
laboratorium klinis dan paling umum menyebabkan penyakit saluran cerna.
Famili yang termasuk bakteri enterik patogen yang sering mengkontaminasi
makanan mencakup beberapa genus, diantaranya E. coli, Salmonella,
Shigella, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Proteus, dan lain-lain (Brooks
et al., 2010).
Shigellosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ditemukan
diseluruh dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Di
negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Shigellosis disebabkan oleh
bakteri Shigella sp dan dapat menyebabkan penyakit disentri yaitu diare
akut yang disertai oleh darah dan lendir. Disentri basiler yang berat pada
umumnya disebabkan oleh Shigella dysenteriae, akan tetapi dapat juga
disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli
(EIEC). Penyakit ini menyerang semua golongan umur dengan jumlah
penderita baru terbanyak pada golongan umur 1-4 tahun yang jumlahnya
mencapai 5.231 orang (Subekti et al, 2011). Survei morbiditas yang
dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010
terlihat kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 terdapat 301 kasus
diare/1000 penduduk, pada tahun 2003 naik menjadi 341/1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk (Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran
Pencernaan Kemenkes RI, 2011).
Shigella dysenteriae merupakan bakteri pathogen penyebab
shigellosis atau disentri basiler yang merupakan penyakit peradangan akut
saluran pencernaan manusia. Gejala klinis Shigellosis adalah peradangan
usus, diare tiba-tiba disertai nanah, darah dan lendir. Bakteri ini menyebar
lewat kontaminasi feses pada makanan dan air, menyebabkan disentri
karena toksin Shiga yang dihasilkan. Toksin yang diproduksi dapat
menyerang lapisan usus besar, menyebabkan pembengkakan, timbulnya
nanah pada dinding usus dan diare berdarah. Gejala lain yang ditimbulkan
antara lain kejang perut, demam tinggi, hilangnya nafsu makan, mual,
muntah dan nyeri saat buang air besar setelah 1-2 hari terinfeksi bakteri ini.
Terapi antibiotik diberikan untuk mempersingkat berlangsungnya penyakit
dan penyebaran penyakit (Procop, 2013).
Hasil survei pada balita di rumah sakit di Indonesia menunjukkan
proporsi Shigella sp sebagai etiologi diare yaitu S.dysenteriae 5,9%;
S.flexneri 70,6%; S.boydii 5,9%; S.sonnei 17,6%. Meskipun proporsi S.
dysenteriae rendah tetapi kita harus selalu waspada karena S. dysenteriae
dapat muncul sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa). Lebih berbahaya lagi,
KLB ini dapat disebabkan oleh Shigella dysenteriae yang telah resisten
terhadap berbagai antibiotik (Sapardiyah dkk, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Klasifikasi Shigella sp. ?
2. Bagaimana Morfologi Shigella sp. ?
3. Bagaimana pathogenesis Shigella sp. ?
4. Bagaimana Gejala Infeksi Shigella sp. ?
5. Bagaimana Penyebab Infeksi Shigella sp. ?
6. Bagaiamana Faktor Resiko Infeksi Shigella sp. ?
7. Bagaiamana Diagnosis Infeksi Shigella sp. ?
8. Bagaiamana Pengobatan Infeksi Shigella sp. ?
9. Bagaimana Komplikasi Infeksi Shigella sp. ?
10. Bagaiamana Pencegahan Infeksi Shigella sp. ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Klasifikasi Shigella sp.
2. Untuk mengetahui Morfologi Shigella sp.
3. Untuk mengetahui pathogenesis Shigella sp.
4. Untuk mengetahui Gejala Infeksi Shigella sp.
5. Untuk mengetahui Penyebab Infeksi Shigella sp.
6. Untuk mengetahui Faktor Resiko Infeksi Shigella sp.
7. Untuk mengetahui Diagnosis Infeksi Shigella sp.
8. Untuk mengetahui Pengobatan Infeksi Shigella sp.
9. Untuk mengetahui Komplikasi Infeksi Shigella sp.
10. Untuk mengetahui Pencegahan Infeksi Shigella sp.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Shigella sp.


Menurut Lightfoot (2003), klasifikasi ilmiah Shigella sp. sebagai
berikut :

Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : S. Boydii
S. Dysenteriae
S. Flexneri
S. Sonnei

Shigella adalah genus gamma proteobacteria dalam keluarga


Enterobacteriaceae. Shigella adalah bakteri Gram-negatif, nonmotile, dan
merupakan kuman patogen usus yang dikenal sebagai agen penyebab
penyakit disentri basiler.Bakteri ini menginfeksi saluran pencernaan dan
menyebabkan berbagai gejala, dari diare, kram, muntah, dan mual, sampai
komplikasi yang lebih serius dan penyakit.
Terdapat 4 species organisme:
1. Shigella sonnei, menyebabkan disentri ringan dan bertanggung jawab
atas 95% kasus di Inggris.
2. Shigella flexneri, menyebabkan disentri sedan, timbul terutama di
negara tropis dan subtropis dan bertanggung jawab atas 5% kasus di
Inggris terutama di rumah sakit jiwa.
3. Shigella boydii, menyebabkan disentri sedang, timbul terutama di
negara tropis dan subtropics.
4. Shigella shiga, menyebabkan disentri berat, timbul terutama di Timur
jauh.
Genus Shigella meliputi empat spesies: S. dysenteriae, S. flexneri, S.
boydii dan S. sonnei, masing – masing juga disebut sebagai Grup A, B, C
dan D. Tiga spesies pertama meliputi beberapa serotipe. S. sonnei dan S.
boydii biasanya menyebabkan penyakit yang relatif ringan dalam diare yang
mungkin berair atau berdarah. S. flexneri adalah penyebab utama dari
shigellosis yang endemik di negara berkembang. Imunitas adalah
serotypespesifik.
Shigella dysenteriae tipe 1, juga dikenal sebagai bacillus Shiga,
berbeda dari Shigella lain dalam 4 hal yaitu :
1. Menghasilkan cytotoxin ampuh (Shiga racun)
2. Menyebabkan penyakit yang lebih parah, lebih berkepanjangan , dan
lebih sering fatal daripada penyakit yang disebabkan oleh Shigella lain.
3. Perlawanan terhadap antimicrobials terjadi lebih sering daripada antara
lain Shigella.
4. Menyebabkan epidemi besar yang sering terjadi didaerah, sering dengan
angka serangan yang tinggi dan kasus kematian yang lebih tinggi.

2.2 Morfologi Shigella sp.

Shigella sp. merupakan anggota dari keluarga Enterobacteriaceae.


Shigella sp. merupakan bakteri memiliki kekhasan yaitu berbentuk
batang pendek tipis, Gram negatif, tidak motil, tidak berflagel, tidak
berkapsul, tidak membentuk spora, berbentuk coccobacil terjadi pada
pembenihan muda. Koloni berbentuk konveks, bulat, transparan dengan
tepi yang utuh dan mencapai diameter sekitar 2 mm dalam 24 jam.
Ukuran Shigella sp. sekitar 2-3 µm x 0,5-0,7 µm dan susunannya tidak
o
teratur. Shigella sp. dapat tumbuh subur pada suhu optimum 37 C, hidup
secara aerobik (tumbuh paling baik) maupun anaerobik fakultatif
(Lampel & Maurelli, 2003; Nygren et al, 2012).
Bakteri Shigella sp. meragi glukosa kecuai spesies Shigella sonnei,
yang tidak memfermentasikan laktosa. Ketidakmampuan untuk
memfermentasikan laktosa diperlihatkan Shigella sp. dalam media
diferensial. Shigella sp. membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang
memproduksi gas. Shigella sp. juga dapat dibedakan ke dalam bagian yang
dapat memfermentasikan manitol dan yang tidak dapat memfermentasikan
manitol. Pada uji sitrat terjadi perubahan warna hijau ke biru (sitrat), karena
bakteri tersebut menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Tampilan koloni
Shigella sp. yang dihasilkan pada Mc Conkey agar adalah tidak berwarna dan
tidak meragi laktosa (Non Lactose Fermenter) kecuali Shigella sonnei,
sedangkan pada SS agar, koloni tampak kecil dan halus serta tidak berwarna.
Media selektif yang digunakan adalah Deoksi Cholatesitrat Agar (DCA)
(Nygren et al, 2012).

2.2.1 Sifat Biakan


Shigella bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling
baik secara aerob. Koloni berbentuk konveks, bulat, transparan
dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter sekitar 2 mm dalam
24 jam. Bakteri Shigella dysentriae berkembang biak dengan
pembelahan biner, artinya Pada pembelahan ini, sifat sel anak
yang dihasilkan sama dengan sifat sel induknya. Pembelahan
biner mirip mitosis pada sel eukariot. Badanya, pembelahan biner
pada sel bakteri tidak melibatkan serabut spindle dan kromosom.
Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai
berikut: (1) Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang
tumbuh tegak lurus (2) Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti
oleh dinding melintang (3) Fase ketiga, terpisahnya kedua sel
anak yang identik. Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas
sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang tetap
bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan
bentuk koloni. (Nygren, dkk. 2012).
Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan
pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung
satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel. Tetapi
pembelahan bakteri mempunyai faktor pembatas misalnya
kekurangan makanan, suhu tidak sesuai, hasil eksresi yang
meracuni bakteri, dan adanya organisme pemangsa bakteri. Jika
hal ini tidak terjadi, maka bumi akan dipenuhi bakteri.
(Brooks,dkk.2001)
2.2.2 Sifat Pertumbuhan
Semua Shigella memfermentasikan glukosa. Kecuali Shigella
sonnei, shigella tidak memfermentasikan laktosa.
Ketidakmampuannya memfermentasikan laktosa membedakan
shigella pada medium diferensial. Shigella membentuk asam dari
karbohidrat tetapi jarang menghasilkan gas. Organisme ini dapat
dibagi menjadi organisme yang memfermentasikan manitol dan tidak
memfermentasikan manitol. (Nygren, dkk. 2012).

2.2.3 Fisiologi
Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH
pertumbuhan 6,4 – 7,8 suhu pertumbuhan optimum 370C kecuali S.
sonnei dapat tumbuh pada suhu 450 C. Sifat biokimia yang khas
adalah negative pada reaksi adonitol tidak membentuk gas pada
fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali S.flexneri,
negative terhadap sitrat, DNase, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease,
VP, manitol, laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negative
pada test motilitas. Sifat koloni kuman adalah sebagai berikut : kecil,
halus, tidak berwarna, bila ditanam pada media agar SS, EMB, Endo,
Mac Conkey. (Lampel & Maurelli . 2003).

2.3 Patogenitas
Bakteri tertelan, masuk dan berada di usus halus, menuju ileum
terminal dan kolon melekat pada permukaan dan kolon, melekat pada
permukaan mukosa, berkembang biak, reaksi peradangan hebat, sel-sel
terlepas, timbul Ulkus, terjadi disentri basiler (tinja lembek, bercampur
darah, mukus dan pus, nyeri abdomen, mules, tenesmus ani).
(Brooks,dkk.2001).
Infeksi peroral, bakteri masuk lambung melalui makanan dan
minuman Masuk kedalam usus halus kemudian colon disini ditangkap epitel
kemudian Berkembang biak dan menyebabkan sel epitel hancur kemudian
menyebar ke Lamina propria, bereplikasi disini. Akibatnya timbul ulcera-
ulcera dan mikro abses mukosa kolon pada bagian terminal ileum. Terjadi
nekrosis, perdarahan dan pembentukan psedomembran di atas ulcer .
Akhirnya terjadi reaksi inflamasi dan trombosis kapiler. Berbeda dengan
Salmonella , Shigella tidak menyebar ke tempat lain. Adanya perdarahan
kecil menyebabkan tinja berdarah dan berlendir tetapi tidak terjadi perforasi
dan tidak terjadi peritonitis. Bila sembuh ulkus akan ditutup oleh jaringan
granula dan terjadi jaringan parut. Setelah sembuh secara klinis tinja yang
positip bisa menjadi carrier. (Fitria, dkk. 2008).
Masa inkubasinya adalah 2-4 hari, atau bisa lebih lama sampai 1
minggu. Oleh seseorang yang sehat diperlukan dosis 1000 bakteri Shigella
untuk menyebabkan sakit. Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu
2-7 hari terutama pada penderita dewasa yang sehat sebelumnya, sedangkan
pada penderita yang sangat muda atau tua dan juga pada penderita dengan
gizi buruk penyakit ini akan berlangsung lama. Pernah ditemukan terjadinya
septicemia pada penderita dengan gizi buruk dan berkhir dengan kematian.
(Fitria, dkk. 2008).
Penyebaran Shigella adalah dari manusia ke manusia lain, dimana
karier merupakan reservoir kuman. Dari karier ini Shigella disebarkan oleh
lalat, juga melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja
serta barang-barang lain yang terkontaminasi ke orang lain yang sehat.
(Fitria, dkk. 2008).
Shigellosis disebut juga Disentri basiler, disentri sendiri artinya salah
satu dari berbagai gangguan yang ditandai dengan peradangan usus,
terutama kolon dan disertai nyeri perut, tenesmus dan buang air besar yang
sering mengandung darah dan mucus. Habitat alamiah bakteri disentri
adalah usus besar manusia, tempat bakteri tersebut dapat menyebabkan
disentri basiler. Infeksi S.dysenteriae praktis selalu terbatas pada saluran
pencernaan, dan invasi bakteri ke dalam darah sangat jarang. S.dysenteriae
menimbulkan penyakit yang sangat menular dengan dosis infektif dari
bakteri S.dysenteriae adalah kurang dari 103 organisme dan merupakan
golongan Shigella sp yang cenderung resisten terhadap antibiotic
(Ahmed,dkk. 2008).
Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lender,
mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung
mengakibatkan nekrosis selaput lender, ulserasi superficial, pendarahan,
pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus. Ini terdiri dari fibrin,
leukosit, sisa sel, selaput lender yang nekrotik dan bakteri. Waktu proses
patologik berkurang, jaringan granulasi akan mengisis ulkus sehingga
terbentuk jaringan parut (Ahmed,dkk. 2008).

2.4 Gejala Klinis Infeksi Shigella sp.


Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul
nyeri perut, deman dan tinja encer. Tinja encer tersebut berhubungan dengan
kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian,
karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat; tinja
kurang encer tetapi sering mengandung lendir dan darah.
Tiap gerakan usus disertai dengan ‘mengejan’ dan tenesmus (spasmus
rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare
sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus
dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit
dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Penyakit
yang disebabkan oleh S.dysenteriae dapat sangat berat.
Kebanyakan orang pada tahap penyembuhan,mengeluarkan kuman
disentri dalam waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap
menjadi pembawa kuman usus hingga menahun dan dapat mengalami
serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan
orang membentuk antibody terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi
antibody ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

2.5 Penyebab Infeksi Shigella


Infeksi Shigella disebabkan oleh bakteri Shigella yang masuk ke
mulut secara tidak sengaja. Hal ini bisa terjadi karena beberapa kondisi
seperti
1. Kontak orang ke orang langsung adalah cara paling umum penyebaran
shigella.
2. Menyentuh mulut tanpa cuci tangan terlebih dahulu, terutama jika tangan
baru saja mengganti popok anak yang terinfeksi bakteri Shigella, atau
menyentuh benda yang baru disentuh oleh penderita.
3. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri Shigella akibat
tersentuh oleh penderita atau tercemar kotoran manusia.
4. Berenang di air yang terkontaminasi bakteri Shigella. Hal ini bisa terjadi
ketika seseorang secara tidak sengaja menelan air yang sudah tercemar
oleh penderita infeksi Shigella.
5. Hubungan seksual. Penularan infeksi Shigella bisa terjadi melalui seks
oral atau seks anal.

2.6 Faktor Risiko Infeksi Shigella


Risiko terkena infeksi Shigella bisa meningkat pada beberapa faktor
berikut ini:
1.Usia balita, infeksi Shigella umumnya terjadi pada anak usia 2-4 tahun

karena daya tahan tubuhnya masih lemah.


2.Lingkungan dengan sanitasi buruk, penduduk di negara berkembang yang

kurang memperhatikan sanitasi, rentan terkena infeksi Shigella, begitu


juga dengan orang-orang yang bepergian ke negara tersebut.
3.Padalingkungan yang memang sedang terjadi wabah maka kecenderungan
terjadinya shigellosis lebih tinggi.
4.Orang yang tinggal di tempat yang tidak terjaga sanitasinya.
5.Tinggal secara berkelompok atau beraktivitas di tempat umum, wabah
infeksi Shigella rentan menyebar di pusat penitipan anak, kolam renang
umum, panti jompo, penjara, dan barak militer, dan masih banyak lagi.
6.Gayatau orang dengan biseksual karena kuman shigella pada kotoran
dapat menular dan berpindah ke mulut saat aktivitas seks.
7.Orang dengan imunitas yang rendah seperti orang dengan HIV.

2.7 Diagnosis Infeksi Bakteri Shigella


Untuk keperluan diagnosis, dokter akan menanyakan keluhan yang
kamu hadapi dan bagaimana bentuk kotoran yang keluar.
Pertanyaan lainnya mungkin apakah kamu baru saja pergi ke Negara
berkembang, memiliki kontak fisik dengan orang yang memiliki diare parah
atau mungkin menggunakan kolam renang, danau atau makanan yang
terkontaminasi bakteri Shigella.
Memerlukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mendiagnosis
shigellosis. Tes ini membutuhkan sampel dari kotoran penderita. Tes darah
mungkin diperlukan jika kamu mengalami dehidrasi atau kekurangan darah
yang cukup signifikan.
Durasi infeksi bakteri shigella pada orang sehat dengan diare ringan
biasanya lima hingga tujuh hari. Pada anak kecil dan orang tua yang
memiliki penyakit kronis, infeksi dapat menjadi parah dan mengancam
nyawa karena menyebabkan dehidrasi dan komplikasi lainnya dalam
beberapa hari.

2.8 Pengobatan Infeksi Shigella


Pada infeksi Shigella ringan, pengobatan cukup dengan memenuhi
kebutuhan cairan tubuh dengan minum banyak, untuk mengganti cairan
tubuh yang hilang akibat diare. Hindari konsumsi obat yang menghentikan
diare, karena akan membuat bakteri berada di dalam sistem pencernaan
lebih lama, sehingga memperburuk infeksi.
Untuk gejala infeksi Shigella yang berat, pengobatan dilakukan
dengan pemberian antibiotic seperti azithromycin,
ciprofloxacin, atau sulfamethoxazole untuk membunuh bakteri Shigella dari
saluran cerna.Segera hubungi dokter bila mengalami diare dengan gejala
tambahan seperti demam, diare berdarah, kram perut, dan merasa sangat
sakit. Penderita infeksi Shigella jarang membutuhkan perawatan di rumah
sakit, kecuali jika mengalami gejala mual dan muntah hebat. Pada kondisi
tersebut, dokter akan memberikan cairan dan obat lewat infus.

2.9 Komplikasi Infeksi Shigella


Meski infeksi Shigella umumnya sembuh tanpa ada komplikasi,
berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:

1.Artritis reaktif, kondisi ini timbul akibat reaksi dari infeksi. Gejalanya
berupa nyeri dan radang sendi (biasanya pada pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki), konjungtivitis, dan nyeri saat buang air kecil
(uretritis).
2.Dehidrasi, diare yang terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi. Pada
balita, gejalanya antara lain air mata yang keluar sedikit saat menangis,
dan popok tetap kering setelah beberapa lama.
3.Kejang, sejumlah anak yang mengalami infeksi Shigella disertai demam

tinggi mengalami kejang. Belum diketahui apakah kejang tersebut


disebabkan oleh infeksi Shigella atau demam. Segera ke dokter jika
gejala ini timbul bersamaan dengan infeksi Shigella.
4.Prolaps rektum, yaitu kondisi rektum atau bagian akhir dari usus besar
yang turun hingga menonjol keluar melalui anus.
5.Sindrom hemolitik uremik, kondisi ini dapat terjadi sebagai komplikasi

infeksi Shigella, namun jarang. Lebih sering disebabkan oleh infeksi


bakteri E. coli yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah
(anemia hemolitik) dan turunnya jumlah trombosit (trombositopenia),
serta gagal ginjal.
6.Megakolon toksik, kondisi ini terjadi akibat usus yang lumpuh, sehingga
tidak dapat buang air besar dan buang angin.

2.10 Pencegahan Infeksi Shigella


Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi Shigella
adalah:
1.Melatih diri untuk hidup higienis khususnya dengan mencuci tangan scara

teratur.
2.Cuci tangan dengan air hangat dan sabun sebelum dan sesudah dari toilet,

atau setelah mengganti popok.


3.Awasi anak saat mereka mencuci tangannya.
4.Buang popok bekas dalam kantong yang tertutup rapat.
5.Jangan menyajikan makanan bila sedang diare.
6.Jauhkan anak yang sedang diare dari anak lain.
7.Sebisa mungkin hindari menelan air ketika berenang di kolam renang
umum atau danau.
8.Ketika bepergian ke Negara berkembang, minum air yang telah dimasak.

Makan makanan yang telah dimasak dengan sempurna. Jangan makan


buah yang belum dikupas. Kupas buah sendiri segera sebelum kamu
memakannya.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Shigella sp adalah kuman kecil berbentuk batang dengan


pengecatan gram bersifat negatif ramping dengan ukuran 0,5 – 0,7 µm x
2 -3 µm, tidak mempunyai Flagel sehingga tidak dapat bergerak dan
tidak berspora. Pertumbuhan cepat pada suhu 370 C pada Mac Conkey,
SSA, EMBA dan Endo. Shigella sp tumbuh baik pada suasana aerob dan
fakultatif anaerob, tidak dapat bergerak, kuman ini patogen pada
pencernaan. Termasuk dalam (famili) Enterobacteriace genus Shigella.
Shigella sp dibagi menjadi 4 spesies yatu: Shigella dysentrial,
Shigella flexneri, Shigella boydii dan Shigella sonnei.
Shigella sp adalah genus gamma proteobacteria dalam keluarga
Enterobacteriaceae dan merupakan kuman patogen usus yang dikenal
sebagai agen penyebab penyakit penyakit saluran cerna seperti disentri
basiler yang merupakan penyakit peradangan akut saluran pencernaan
manusia, yang ditandai dengan gejala klinis yaitu diare, demam, serta
nyeri atau kram perut dan umumnya pada feses penderita terdapat darah
atau lendir.
DAFTAR PUSTKA

http://scholar.unand.ac.id/5417/2/1.%20BAB%201.pdf diakses pada tanggal 11


Juni 2019
https://www.alodokter.com/infeksi-shigella diakses pada tanggal 11 Juni 2019
https://hellosehat.com/penyakit/shigellosis/ diakses pada tanggal 11 Juni 2019
https://www.halodoc.com/kesehatan/infeksi-shigella-(shigellosis) diakses pada
tanggal 11 Juni 2019
https://www.honestdocs.id/shigellosis diakses pada tanggal 11 Juni 2019
https://www.academia.edu/36620785/MORFOLOGI_DAN_PATOGENESIS_SHI
GELLA?auto=download diakses pada tanggal 13 Juni 2019
http://digilib.unila.ac.id/25367/15/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf diakses pada tanggal 13 Juni 2019
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/105/jtptunimus-gdl-nurinapurw-5227-2-
bab2.pdf diakses pada tanggal 13 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai