Anda di halaman 1dari 16

STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekotoksikologi


Dosen Pembimbing : Dr.Ir.Sampe Harahap, M.Si

Disusun oleh :
Bayu Dwi Prasetyo (1904110006)
Dimas Dwi Nugroho Santoso (1904155379)
Pandapotan Eduart Sirait (1904124709)
Ryan Elya Manullang (1904111349)
Rizky Akbar Putrayudha (1904124588)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
mencurahkan nikmatnya serta kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Staphylococcus aureus” makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas
dari salah satu mata kuliah yaitu Biologi Tumbuhan Air.

Kami berharap dengan tersusunya makalah ini yaitu tentang Staphylococcus aureus ,
bisa menjadi bahan pembelajaran bagi pembaca khususnya kami selaku penulis.Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan , maka saya mengharap
kritik dan saran yang membangun. Semoga segala usaha dan kerja keras dapat balasan yang
baik dari Tuhan Yang Maha Esa dan dapat bermanfaat bagi kita semua Amin

Pekanbaru, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

2.1 Pengertian Staphylococcus aureus............................................................................6

2.2 Ciri-Ciri Staphylococcus aureus.............................................................................6

2.3 Klasifikasi Staphylococcus aureus...........................................................................7

2.4 Habitat Staphylococcus aureus................................................................................8

2.5 Morfologi dan Sifat Staphylococcus aureus............................................................9

2.6 Pathogenesis Staphylococcus aureus.....................................................................10

2.7 Bahaya Staphylococcus aureus...................................................................................12

2.8 Penanganan atau Solusi dari Staphylococcus aureus................................................13

BAB III PENUTUP................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................15

3.2 Kritik dan Saran...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


S.aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan
juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga merupakan flora normal
pada saluran pernafasan. Selain pada saluran pernafasan S.aureus juga merupakan flora
normal pada kulit dan saluran cerna. Sumber utama infeksi bakteri ini terhadap manusia
adalah pada luka-luka yang terbuka, benda-benda yang terkontaminasi luka tersebut, serta
saluran napas dan kulit manusia (Jawetz, 2005).

Infeksi bakteri S. aureus dapat menimbulkan penyakit dengan tanda-tanda yang khas,
yaitu peradangan, nekrosis, tampak sebagai jerawat, infeksi folikel rambut dan pembentukan
abses. Organ yang sering diserang oleh bakteri S. aureus adalah kulit yang mengalami luka
dan dapat menyebar ke orang lain yang juga mengalami luka. Lesi yang ditimbulkan oleh
bakteri S. aureus dapat dilihat pada abses lesi ataupun jerawat ( Razak dkk, 2013).

Upaya pencegahan infeksi oleh bakteri Staphylococus aureus dengan dilakukan


pengobatan sedini mungkin. Untuk itu diperlukan diagnosa infeksi dengan tepat yaitu
dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri yang berasal dari penderita infeksi. Identifikasi
bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti mengamati sifat morfologi koloni
bakteri, mengamatin secara mikroskopis melalui pewarnaan bakteri, dan identifikasi melalui
uji biokimia. Uji biokimia didasarkan pada berbagai hasil metabolisme yang disebabkan oleh
daya kerja enzim (Radji M., 2011). Salah satu uji biokimia yang digunakan untuk penentuan
spesies bakteri adalah tes koagulase. Tes koagulase digunakan untuk diferensiasi
Staphylococcus aureus dari spesies Staphylococcus lainnya. Bakteri Staphylococus aureus
memberikan hasil positif dikarenakan mampu mengubah faktor koagulase reaktif didalam
serum (faktor VII). Faktor ini bereaksi dengan enzim koagulase dan menghasilkan esterase
dan aktivitas pembekuan dengan cara pengaktifan protrombin menjadi thrombin, sehingga
enzim koagulase dapat menggumpalkan fibrinogen didalam plasma dan menyebabkan
pembentukan bekuan fibrin untuk melindungi diri terhadap fagositosis dan respon imun
hospes
1.2 Rumusan Masalah
` Adapun rumusan masalah dari makalah ini,yaitu :

1. Apa pengertian dari Staphylococcus aureus?


2. Apa ciri-ciri dari Staphylococcus aureus ?
3. Apa klasifikasi dari Staphylococcus aureus ?
4. Dimanakah habitat dari Staphylococcus aureus ?
5. Bagaimana Morfologi dan sifat dari Staphylococcus aureus ?
6. Apa phatogenesis dari Staphylococcus aureus ?
7. Apa bahaya dari Staphylococcus aureus ?
8. Apa penanganan atau solusi dari Staphylococcus aureus ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini,yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Staphylococcus aureus


2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari dari Staphylococcus aureus
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Staphylococcus aureus
4. Untuk mengetahui habitat dari Staphylococcus aureus
5. Untuk mengetahui morfologi dan sifat dari Staphylococcus aureus
6. Untuk mengetahui phatogenesis dari Staphylococcus aureus
7. Untuk mengetahui bahaya dari Staphylococcus aureus
8. Untuk mengetahui penanganan atau solusi dari Staphylococcus aureus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus merupakan salah satu jenis bakteri gram positif, berbentuk
bulat (kokus) yang bergerombol seperti anggur, bersifat aerob fakultatif,dengan diameter
sekitar 0,8-1,0 µm dan ketebalan dinding sel 20-80 nm.Lapisan penyusun dinding sel bakteri
Staphylococcus aureus terdiri dari lapisan makromolekul peptidoglikan yang tebal dan
membran sel selapis yang tersusun oleh protein dan lipid dan asamteichoic. Asam teichoic
berfungsi untuk mengatur fungsi elastisitas, porositas, kekuatan tarikdan sifat elektrostatik
dinding sel.Bakteri Staphylococcusaureusmerupakan flora normal pada manusia yang
terdapat pada kulit dan selaput mukosa pada manusia.Staphylococcus aureus mengandung
polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan struktur dinding sel. Bakteri ini
tidak memiliki flagel, tidak mortil dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat tumbuh
dengan baik pada suhu 37°C dengan waktu inkubasi yang relatif pendek yaitu 1-8 jam.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri fakultatif anaerob. Bakteri ini tumbuh pada
suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC).
Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar,
halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang
mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri
(Jawetz et al., 2008). Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat, diameter 1-2 mm,
cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak. Pada lempeng agar darah umumnya
koloni lebih besar dan pada varietas tertentu koloninya di kelilingi oleh zona hemolisis
(Syahrurahman et al., 2010).

2.2 Ciri-Ciri Staphylococcus aureus


Koloni S. aureus mempunyai ciri khas bundar, licin dan halus, cembung, diameter 2

mm sampai dengan 3 mm, berwarna abu-abu sampai hitam pekat, dikelilingi zona opak,

dengan atau tanpa zona luar yang terang (clear zone). Tepi koloni putih dan dikelilingi
daerah yang terang. Konsistensi koloni seperti mentegah atau lemak jika di sentuh oleh ose.

2.3 Klasifikasi Staphylococcus aureus


Bakteri ini pertama kali diamati dan dibiakkan oleh Pasteur dan Koch, kemudian

diteliti lebih lanjut oleh Ogston dan Rosenbach pada tahun 1880-an. Namun genus

Staphylococcus diberikan kepada Ogston karena jika diamatai dengan mikroskop bakteri ini

terlihat seperti setangkai buah anggur. Namun spesies aureus diberikan oleh Rosenbach

karena pada biakan murni, koloni bakteri ini terlihat berwarna kuning-keemasan (Yuwono,

2012). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat berdiameter

0,7-1,2 mm, tersusun dalam kelompok–kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur,

fakultatif anaerob, tidak berbentuk spora, dan tidak bergerak.

Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 oC, tetapi membentuk pingmen paling

baik pada suhu kamar (20-25 oC). koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai

kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau (Jawetz, 2005). Menurut

Todar (2005), klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut:

Kindom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Coccoi

Ordo : Bacillales

Famili : Satphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus


2.4 Habitat Staphylococcus aureus
Kolonisasi S. aureus dapat ditemukan pada tubuh manusia, sebagian besar akan

membentuk koloni yang bersifat intermitten dan sedikit yang membentuk koloni yang

bersifat persiten dengan tidak menimbulkan gejala. Koloni S. aureus dapat ditemukan di

semua orang. Di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan yang lain sering ditemukan

pada petugas kesehatan dan pasien.24 Sebagian besar S. aureus pada orang dewasa dapat

ditemukan di nares anterior. Sedangkan tempat potensial lain yang dapat membentuk koloni

S. aureus adalah tenggorokan, kulit, ketiak, rectum dan perineum. 25 S. aureus dapat

bertahan berbulan-bulan pada berbagai jenis permukaan.

Tangan merupakan vektor utama untuk transmisi S. aureus dari tangan ke hidung,

seperti kegiatan mengorek hidung. Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap keadaan

kolonisasi S. aureus, misal rumah sakit dimana petugas kesehatan baik tenaga medis maupun

non medis, pasien, dan pengunjung rumah sakit saling berinteraksi serta berbagai kegiatan

tindakan medis dilakukan sehingga akan meningkatkan risiko terjadi kolonisasi S. aureus.

Kegiatan maupun tindakan yang mengarah ke lesi pada kulit juga memiliki hubungan dengan

kolonisasi S. aureus, seperti saat melakukan puncture melalui kulit dan sebagainya.

Selain faktor lingkungan, host juga memiliki peran penting terhadap terjadinya

kolonisasi S. aureus. Sekresi hidung mempunyai peran penting dalam pertahanan imunitas

host. Komponen dari sekresi hidung yang mempunyai kontribusi terhadap pertahanan

imunitas bawaan host antara lain imunoglobulin A dan G, lisozim, laktoferin, peptida

antimikrobial. Kolonisasi S. aureus juga memiliki disregulasi faktor-faktor humoral bawaan

pada sekresi hidung tersebut.


2.5 Morfologi dan Sifat Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang memiliki bentuk Coccus

(bulat), berwarna ungu dan bergerombol (Lowy 1998). Bakteri ini tidak bergerak, tidak

berspora, berkapsul dan bersifat aerob-anaerob fakultatif. Staphylococcus sp. dapat

memfermentasi manitol, menghasilkan koagulase, dan mampu menghasilkan enterotoksin

dan Heat-Stable Endonuklease.

Koloni Staphylococcus sp. memiliki warna emas dan membentuk zona pucat tembus

pandang pada media Baird Parked Agar (BPA) (L.G Harris et al. 2002). Staphylococcus

aureus dapat ditemukan di lingkungan seperti udara, debu, kotoran, air, susu, makanan dan

minuman dan peralatan makan serta pada hewan. Sedangkan pada manusia normal

Staphylococcus aureus terdapat pada hidung dan kulit dengan proposi yang berbeda (Salasia

dkk. 2009). Menurut Jay (1996) terdapat kurang lebih 18 spesies dan subspesies yang dapat

menimbulkan masalah pada makanan salah satunya Staphylococcus aureus.

Stafilokokal Enterotoksin (SE) adalah toksin yang dihasilkan Staphylococcus aureus

yang dapat menyebabkan pencemaran pada makanan. Stafilokokal Enterotoksin (SE) tahan

terhadap pemanasan dan tahan terhadap enzim protease seperti pepsin yang terdapat dalam

saluran pencernaan. Stabilitas Stafilokokal Enterotoksin (SE) terhadap pemanasan dan enzim

pencernaan merupakan salah satu sifat yang berkaitan dengan keamanan pangan, karena

toksin tetap bertahan meskipun sudah dimasak atau dipanaskan. Stafilokokal Enterotoksin

(SE) yang terkonsumsi secara tidak sengaja akan tahan terhadap enzim yang ada dalam

saluran pencernaan (Balaban dan Rasooly, 2000).

Uji yang dapat dilakukan untuk membedakan Staphylococcus aureus dengan

stafilokokus lainnya antara lain melihat pertumbuhan koloni pada media BPA, uji katalase

untuk membedakan dari streptokokus, adanya produksi enzim koagulase serta adanya
fermentasi mannitol pada media MSA (Cappucino and Sherman, 2005).

2.6 Pathogenesis Staphylococcus aureus


Untuk mekanisme terjadinya kolonisasi S. aureus pada tubuh host sebagai berikut :

1. Penempelan pada Protein Sel Host Kuman mempunyai permukaan yang mengandung
protein seperti lamini dan fibronektin. Keduanya bermanfaat untuk penempelan
dengan protein host. Kemudian membentuk matriks ekstraseluler dari epitel dan
permukaan endotel. Selain hal tersebut, S. aureus juga mengekspresikan fibrin atau
fibrinogen yang berikatan dengan protein sebagai faktor penggumpalan sehingga
akan memacu perlekatan pada penggumpalan darah dan jaringan rusak. Pengaruh
adesi juga akan memacu penempelan pada kolagen dan nantinya diketahui dapat
menjadi penyebab osteomyelitis dan septic arthritis.
2. Invasi S. aureus Sebelum S. aureus yang akan melakukan invasi akan didahului
dengan produksi ekstraseluler dalam jumlah besar. Dengan adanya protein tersebut
dapat menyebabkan S. aureus meyebar ke semua jaringan.
3. Menghindari dari Respon Pertahanan Tubuh

Untuk menghindari respon pertahanan dari tubuh, S. aureus mempunyai beberapa


faktor yang berpengaruh diantaranya :

1. Kapsular Polisakarida

Adanya kapsular polisakarida ini dapat menutupi protein A dan faktor penggumpalan
sehingga membuat beberapa strain S. aureus tidak dapat terdeteksi. Dengan demikian S.
aureus terhindar dari adanya fagositosis.

2. Protein A

Protein A adalah komponen terbanyak dinding sel S. aureus yang dapat berikatan
dengan Fc molekul IgG kecuali IgG3. Dalam 14 serum, S. aureus mengikat IgG kemudian
menghambat opsonisasi dan fagositosis.

3. Leukosidin

Leukosidin atau Panton Valentine Leukocidin (PVL) adalah sebuah protein


multikomponen yang diproduksi untuk memisahkan komponen-komponen yang akan
berakibat rusaknya membran sel. Leukosidin juga berperan penting dalam pertahanan
terhadap fagositosis dan pertahanan yang penting dari S. aureus.
Selain pengaruh dari faktor-faktor komponen seluler S. aureus, pengaruh dari enzim
dan toksin yang dihasilkan akan mempangaruhi proses patogenesis S. aureus. Beberapa
enzim yang berperan dalam pathogenesis S. aureus diantaranya adalah :

1. Koagulase S. aureus dapat menghasilkan enzim koagulase. Koagulase merupakan sejenis


protein yang menyerupai enzim yang dapat menggumpalkan plasma jika ditambah dengan
oksalat atau sitrat. Koagulase dapat membentuk fibrin pada permukaan S. aureus. Dimana
hal tersebut bisa mengubah mengubah ingestinya oleh sel fagosit atau perusakkannya dalam
sel fagosit. Enzim koagulase dapat dideteksi menggunakan tes koagulase. Pada S. aureus
hanya satu-satunya yang dapat memproduksi koagulase sehingga tes koagulase akan
menunjukkan hasil positif

2. Staphylokinase Staphylokinase merupakan suatu plasminogen activator pada S. aureus.


Komple yang terbentuk antara staphylokinase dan plasminogen akan mengaktifkan plasmin-
like proteolytic activity menyebabkan 15 lisisnya bekuan fibrin dalam pembuluh darah yang
mengalami peradangan sehingga bagian-bagian bekuan yang penuh kuman lepas dan
terjadinya lesi metastatic di tempat lain.

Toksin yang berperan dan berpengaruh dalam pathogenesis S. aureus antara lain :

1. α-hemolisa, β-hemolisa, dan δ-hemolisa

α-hemolisa atau α-toxin merupakan perusak membrane terbaik yang dimiliki S. aureus.
Digambarkan sebagai monomer yang mengikat membrane sel kemudian membentuk cincin
heptametric dengan lubang ditengah. Trombosit dan monosit adalah partikel yang sensitive
terhadap α-toxin. Cara beraksinya α-hemolisa mirip dengan osmosis lisis. Pelepasan α-
hemolisa atau α-toxin menyebabkan terjadinya syok septic.

β-hemolisa merupakan sebuah sphyngomyelase yang dapat merusak membrane dengan


menggunakan lipid yang banyak. Dapat menyebabkan terjadinya hot-cold lysis dimana efek
lisis yang dimiliki tidak dapat muncul maksimal kecuali ada pencampuran darah dan toksin
atau menggunakan kultur darah yang ditempatkan pada suhu rendah (< 37˚C). Untuk
mendeteksi β-toxin dapat menggunakan tes klasik yaitu dengan melisiskan pada eritrosit
domba.

δ-hemolisa merupakan toksin peptide yang sangat kecil dan diproduksi oleh kebanyakan jenis
S.aureus. Aktivitas δ-hemolisa dapat dihambat oleh adanya fosfolipid yang ada di dalam
serum
2. Exfoliatin

Exfoliatin merupakan toksin yang berupa protein ekstraseluler tahan panas tapi tidak
tahan terhadap asam. Toksin tersebut berhubungan 16 dengan lesi dermatologi berupa
scalded skin syndrome yang akan mengakibatkan lepuh menyeluruh dan epidermis hilang

3. Enterotoxin

Enterotoksin Staphylococcal menyebabkan emesis jika tertelan ke dalam saluran cerna


dan juga menyebabkan keracunan makanan (intoksikasi). Selain itu, pseudomembran
enterokolitis juga dapat terjadi. Sifat enterotoksin adalah tahan panas dan relative resist
terhadap protein tripsin.

2.7 Bahaya Staphylococcus aureus


Bahaya yang dapat disebabkan yaitu beberapa infeksi. Infeksi yang diakibatkan oleh S.
aureus dapat menimbulkan berbagai macam manifestasi klinik, diantaranya dapat berupa :

1. Infeksi Piogenik

a. Folikulitis Folikulitis merupakan salah satu infeksi kulit dengan cirri formasi pustule,
furunkel, dan karbunkel. Dapat menyebabkan folikulitis superfisialis maupun folikulitis
profunda. Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya sedangkan karbunkel adalah
kumpulan dari furunkel.

b. Impetigo dan Selulitis Bula impetigo disebabkan adanya produksi toksin eksofoliatif.
Sedangkan selulitis merupakan kelainan kulit yang berupa infiltrate difus di subkutan dengan
tanda radang akut.

c. Infeksi organ dalam oleh S. aureus Penyebaran S. aureus secara hematogen dari lesi kulit
dapat menyebabkan bakterimia, endokarditis, pneumonia, meningitis, abses otak dan epidural
serta dapat terjadi infeksi ginjal, 17 osteomielitis, septic arthritis dan infeksi pada organ dan
jaringan lainnya.

2. Penyakit Toksigenik

a. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (Penyakit Ritter) Penyakit ini mempunyai


gambaran klinis berupa eritema periorbital dan perioral dapat menyebar ke trunkus dan
ekstremitas. Pada bayi dan anak-anak lebih mudah terkena dengan gejala demam dan letargi.
Pemulihan penyakit ini sekitar 1-2 minggu.
b. Staphylococcal Toxic Shock Syndrome STSS (Staphylococcal Toxic Shock Syndrome)
mempunyai gejala seperti demam, bercak macular difus, hipotensi, muntah, diare, nyeri otot
yang berat, dan pengelupasan epidermis. STSS disebabkan oleh toksin penyebab syok
sindrom.

c. Staphylococcal Food Poisoning Keracunan terjadi sekitar 1-6 jam setelah mengonsumsi
makanan yang terkontaminasi enterotoksin A, B, C1, C2, C3, D, E, atau H. Mempunyai
gejala mual, muntah, diare, dan nyeri abdomen. Gejala tersebut mulai mereda antara 5-24
jam.

2.8 Penanganan atau Solusi dari Staphylococcus aureus


Pengobatan untuk infeksi Staphylococcus aureus  sangat bergantung pada jenis infeksi
serta ada atau tidaknya kekebalan terhadap antibiotik tertentu. Pengobatan untuk infeksi S.
aureus mungkin meliputi

a. Antibiotik

Dokter dapat melakukan tes untuk mengidentifikasi jenis infeksi yang disebabkan oleh S.
aureus, serta memilih antibiotik yang tepat. Antibiotik biasanya direkomendasikan  adalah
Cefazolin, Nafcilin atau oxcilin, Vancomycin, Daptomycin, Telavancin, dan Linezolid.
nfeksi Staphylococcus aureus  yang disebut dengan MRSA (methicillin-resistant
Staphylococcus aureus) resisten atau kebal dengan banyak jenis antibiotik. Oleh karena itu,
dokter akan menyesuaikan pemberian antibiotik dengan kondisi Anda.

b. Drainese Luka

Drainase abses atau drainese luka adalah tindakan mengeluarkan nanah yang terkumpul
di dalam kantong (abses) sampai habis atau kering. Tindakan drainase sebaiknya segera
dilakukan sebelum abses pecah. Ada baiknya untuk mencegah bakteri ini semakin
memperparah kondisi pada luka ada baiknya kita mendrainese luka atau mengeringkan cairan
yang ada pada luka di tubuh.

c. Pengangkatan Perangkat

Prostesis (dari bahasa Yunani Kuno prósthesis, "tambahan, tempelan") adalah alat buatan


yang menyerupai bentuk bagian tubuh untuk menggantikan bagian tubuh tersebut yang hilang
atau rusak akibat trauma, penyakit, atau kondisi prakelahiran. Prostetik telah ada sejak lama.
Jika infeksi Anda muncul akibat adanya perangkat atau prostetik yang diletakkan di dalam
tubuh, pengangkatan diperlukan. Untuk beberapa perangkat, proses ini memerlukan
pembedahan.

Selain pengobatan ada solusi lain untuk menjauhkan diri dari bakteri ini, ada baiknya
mencegah dari pada mengobati, karena itu berikut merupakan cara atau pencegahan infeksi
Staphylococcus aureus.
a. Cuci Tangan

Mencuci tangan dengan bersih adalah perlawanan terhadap kuman. Cuci tangan
setidaknya selama 15-30 detik, kemudian keringkan dengan handuk sekali pakai dan gunakan
handuk lain untuk mematikan kran.  Jika tangan Anda tidak terlihat kotor, Anda dapat
menggunakan hand sanitizer yang berbahan dasar alkohol. 

b. Jaga Luka Tetap Bersih

Jaga luka sayatan tetap bersih dan tertutup dengan perban yang steril dan kering hingga
luka sembuh. Nanah dari luka yang terinfeksi seringkali mengandung bakteri Staphylococcus
aureus. Oleh karena itu, menjaga luka tertutup dapat mencegah penyebaran bakteri.

c. Rajin Mengganti Pembalut Bagi Wanita

Toxic shock syndrome merupakan salah satu bentuk infeksi Staphylococcus aureus yang


berkembang akibat tidak ganti pembalut dalam waktu yang lama. Anda dapat mengurangi
kemungkinan toxic shock syndrome dengan sering mengganti tampon, setidaknya setiap 4-8
jam.

d. Minimalisir Penggunaan Bersama Barang Pribadi

Hindari berbagi benda pribadi seperti handuk, seprai, pisau cukur, pakaian dan peralatan
olahraga. Seperti yang telah disebutkan infeksi Staphylococcus aureus dapat menyebar
melalui benda, serta dari satu orang ke orang lainnya.

e. Cuci Pakaian dan Seprai dengan Cara yang Tepat

Bakteri Staphylococcus aureus dapat bertahan pada pakaian dan seprai yang tidak dicuci
dengan benar. Untuk menyingkirkan bakteri dari pakaian dan seprai, cuci di air panas jika
memungkinkan. 
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
S.aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan
juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga merupakan flora normal
pada saluran pernafasan. Selain pada saluran pernafasan S.aureus juga merupakan flora
normal pada kulit dan saluran cerna. S. aureus biasa terlihat berkoloni dan mempunyai ciri khas
bundar, licin dan halus, cembung, diameter 2 mm sampai dengan 3 mm, berwarna abu-abu sampai
hitam pekat, dikelilingi zona opak, dengan atau tanpa zona luar yang terang (clear zone). Tepi koloni
putih dan dikelilingi daerah yang terang. Berhabitat pada manusia dan biasanya menyerang bagian
kulit, Bakteri ini juga mampu tumbuh pada suhu optimum 37 oC, tetapi membentuk pingmen paling
baik pada suhu kamar (20-25 oC). Pencegahan cenderung dengan menjaga kebersiha dengan baik dan
pengobatannya dengan mengkonsumsi beberapa jenis antibiotic.

3.2 Kritik dan Saran


Bersangkutan dengan hal yang di bahas kami selaku penulis membrikan saran kepada
semua pembaca untuk menjaga ebersihan lebih baik dan apabila terdapat beberapa gejalanya,
maka silahkan bisa hubungi ke klinik setempat. Selain itu kami selaku penulis menyadari
bahwa makalah yang kami susun masih banyak kesalahan dan kekurangan karena itu, dengan
senang hati kami akan menerima kritik, saran dan masukan dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Childree, L., 2011, Antibiotics Made More Effective By Glucose,


http://www.helium.com/items/2156162-sugar-in-antibiotics. diakses tanggal 22
Desember 2012.

Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N. M.,
Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335, 362-363, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta

Kateete, D.P., Kimani, C. N., Katabazi, F. A., Okeng, A., Okee, M. S., Nanteza, A., et al.,
2010, Identification of Staphylococcus aureus : DNase and Mannitol salt agar
improve the efficiency of the tube coagulase test, Journal Annal of Clinical
Microbiology and Antimicobials, 9-23.

Nurin Fajarina, 2021. https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-bakteri/infeksi-staph/. Cara


Mencegah dan Mengobati Infeksi Bakteri. Di akses pada tanggal 25 Maret 2021.

Puspitasari., G. Murwani, S & Herawati, 2010, Uji Daya Antibakteri Perasan Buah
Mengkudu Matang (Morinda citrifolia) terhadap Bakteri Methicillin Resistan
Staphylococcus aureus (MRSA) M.2036.T Secara IN VITRO, Skripsi, Program Studi
Pendidikan Dokter Hewan, Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai