Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM I

I. JUDUL : PENGAMATAN JARINGAN

II. TUJUAN : MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN


TENTANG JENIS-JENIS JARINGAN DAN
LETAK PENGAMATAN JARINGAN
III. HARI/TANGGAL : RABU, 04 OKTOBER 2023

IV. LANDASAN TEORI

Histoteknik merupakan proses pembuatan sajian histologi dari


spesimen tertentu melalui rangkaian proses hingga menjadi sajian yang
bisa diamati dan dianalisa (Hendra, 2015).

Rangkaian proses tersebut dinamakan tahap proses jaringan.


Menurut mescher (2016) Tahap proses jaringan histologi masih menjadi
gold standard penentuan terapi dan prognosis pasien. Hasil pengamatan
secara mikroskopis dapat memberikan gambaran tentang bentuk, susunan
sel, inti sel, sitoplasma, susunan serat jaringan ikat, otot dan lain
sebagainya sesuai dengan gambaran jaringan dalam kondisi pada waktu
masih hidup. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh tahapan prosessing
seperti suhu, reagen dan waktu alat poresing jaringan (Ariyadi & Suryono,
2017).

Histoteknik merupakan suatu metode yang digunakan untuk


membuat preparat histologi melalui berbagai rangkaian proses hingga
menjadi sajian yang siap untuk dianalisis secara mikroskopis. Spesimen
dapat berupa jaringan manusia atau jaringan hewan coba seperti mencit,
tikus ataupun marmut. Pembuatan preparat jaringan dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu proses pembuatan blok parafin, proses pemotongan dan
yang terakhir proses pewarnaan (Mescher, 2016).

Tahap akhir pembuatan preparat histologi adalah pewarnaan


(Staining). Staining merupakan proses pewarnaan jaringan yang bertujuan
untuk memudahkan pengamatan menggunakan mikroskop supaya
bagianbagian jaringan seperti sitoplasma dan inti sel terlihat jelas dan
dapat dibedakan. Pewarnaan yang umum digunakan adalah pewarnaan
Hematoksilin-Eosin (HE). Hematoksilin akan mewarnai nukleus atau inti
sedangkan eosin akan mewarnai sitoplasma (Mescher, 2016).

Prosedur pewarnaan hematoksilin eosin pada preparat jaringan


meliputi deparafinisasi, rehidrasi, pewarnaan hematoksilin, dehidrasi,
pewarnaan eosin, clearing dan mounting. Tahap awal pewarnaan adalah
proses deparafinisasi. Deparafinisasi merupakan proses untuk melarutkan
parafin sebelum dilakukan pewarnaan pada preparat jaringan
menggunakan xylol sebagai pelarut organik. Xylol telah banyak
digunakan karena Pembuatan sediaan histologi yang baik memerlukan
beberapa tahapan yang salah satunya diantaranya adalah pembeningan
(clearing). Tahapan ini perlu diperhatikan karena sering terjadi kesalahan
sehingga menyebabkan jaringan menjadi mengeras dan sukar untuk di
potong menggunakan mikrotom. Penjernihan merupakan suatu tahap untuk
mengeluarkan alkohol dari jaringan dan menggantinya dengan suatu
larutan yang dapat berikatan dengan parafin. (Kandeyala., 2010).

Kerugian akibat terlalu sering tercampur silol dapat menyebabkan


gangguan bagi kesehatan antara lain dapat menimbulkan pusing, iritasi,
mual, gangguan ginjal dan hati, pulmonari endema, keracunan dan kanker
(Kandyela et. al., 2010).

Untuk mengurangi kerugian dari xylol perlu alternatif lain dengan


menggunakan bahan alami sebagai pengganti xylol seperti minyak kayu
putih. Minyak kayu putih mengandung senyawa terpenoid dan memiliki
sifat nonpolar yang dapat mengakibatkan sisa parafin pada sediaan
jaringan sehingga dapat digunakan untuk menggantikan xylol sebagai agen
deparafinisasi. Selain itu dibandingkan dengan xylol, minyak kayu putih
lebih murah dan mudah didapatkan. (Rene J. Buesa, 2000).
Histoteknik merupakan suatu metode yang digunakan untuk
membuat preparat histologi melalui berbagai rangkaian proses hingga
menjadi sajian yang siap untuk dianalisis secara mikroskopis. Spesimen
dapat berupa jaringan manusia atau jaringan hewan coba seperti mencit,
tikus ataupun marmut. Pembuatan preparat jaringan dapat dikategorikan
menjadi tiga, yaitu proses pembuatan blok parafin, proses pemotongan dan
yang terakhir proses pewarnaan (Mescher, 2016).
Tahap akhir pembuatan preparat histologi adalah pewarnaan
(Staining). Staining merupakan proses pewarnaan jaringan yang bertujuan
untuk memudahkan pengamatan menggunakan mikroskop supaya
bagianbagian jaringan seperti sitoplasma dan inti sel terlihat jelas dan
dapat dibedakan. Pewarnaan yang umum digunakan adalah pewarnaan
Hematoksilin-Eosin (HE). Hematoksilin akan mewarnai nukleus atau inti
sedangkan eosin akan mewarnai sitoplasma (Mescher, 2016).
Prosedur pewarnaan hematoksilin eosin pada preparat jaringan
meliputi deparafinisasi, rehidrasi, pewarnaan hematoksilin, dehidrasi,
pewarnaan eosin, clearing dan mounting. Tahap awal pewarnaan adalah
proses deparafinisasi. Deparafinisasi merupakan proses untuk melarutkan
parafin sebelum dilakukan pewarnaan pada preparat jaringan
menggunakan xylol sebagai pelarut organik. Xylol telah banyak
digunakan karena Memiliki banyak kelebihan, seperti sebagai peluntur
lilin parafin dan pelarut organik yang baik. Kekurangan silol antara lain
harga yang relatif mahal dan menyebabkan bahaya kesehatan apabila
terpapar dalam jangka waktu yang lama (Kandeyala., 2010)
Kerugian akibat terlalu sering tercampur silol dapat menyebabkan
gangguan bagi kesehatan antara lain dapat menimbulkan pusing, iritasi,
mual, gangguan ginjal dan hati, pulmonari endema, keracunan dan kanker
(Kandyela et. al., 2010).
VI. CARA KERJA

A. Pra Analitik
1. Alat
a. Slide/objek glass
b. Mikroskop
2. Bahan
a. Oil imersi

B. Analitik

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Disiapkan prepat slide hati tikus dan lidah
3. Diteteskan oil imersi pada masing masing preparate slide jaringan
tersebut
4. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x
C. Pasca analitik

1. Jaringan hati tikus

(a)

(b)
(c)
(d)
(e)

2. Jaringan lidah

(a)
(b)
(c)

(d)

Keterangan:

A. Jaringan hati tikus


Keterangan:
a. Hapatosit: sel parenkim hepar
b. Sinosid: saluran darah yang melebar dan berliku
c. Vena sentralis: Vena yang dekat dengan jantung sebagai pusat
sirkulasi
d. Lempeng sel hati
e. Endotel: lapisan Tunggal

B. Lidah
Keterangan:
a. Lumen: adalah ruang/rongga yang berfungsi untuk tempat
penyimpanan zat-zat makanan yang diperlukan oleh sel itu
sendiri.
b. Membran basal: jaringan pendukung yang sangat elastis
terhadap jaringan epitel di atasnya.
c. Inti sel: adalah organel atau struktur subseluler yang dibatasi
membran.
d. Epitel pipih: epitelium yang tersusun dari selapis sel
berbentuk pipih.
VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum mata kuliah sitohistoteknologi dilakukan


pengamatan sel dan jaringan slide yang diamati adalah jaringan hati tikus
dan lidah. Hepar/hati terdiri dari 4 lobus utama berhubungan di sebelah
belakang lobus Tengah dibagi menjadi kanan dan kiri oleh beforecatio
yang dalam setiap lobus mengandung kurang lebih 1 juta lobus yang
dibentuk di dalam Vena sentralis yang berwarna ke dalam Vena hepatika
dan kemudian ke dalam Vena cova. Pembuatan sediaan histologi dilakukan
dengan mengamati jaringan di bawah mikroskop cahaya melalui proses
transiluminasi, yaitu berkas cahaya akan menembus jaringan. Di bawah ini
akan dijelaskan tahaptahap pengkajian histologi (Subowo, 2009).
Istilah histologi yang telah dipakai mulai tahun 1819 oleh A.F.J.K.
Mayer berasal dari kata Yunani, yaitu histos yang berarti jaringan, dan
logos yang berarti ilmu pengetahuan. Histologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang jaringan tubuh yang dapat
menyusun suatu organ. Jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan
jaringan saraf merupakan jaringan fundamental tubuh. Untuk mempelajari
histologi diperlukan preparat beserta alat yang disebut mikroskop
(Junqueira dan Carneiro, 2003).
Secara struktural organ hepar tersusun oleh hepatosit (sel parenkim
hepar). Hepatosit bertanggung jawab terhadap peran sentral hepar dalam
metabolisme. Jaringan terbentuk dari sel dan matriks ekstrasel yang terdiri
atas banyak jenis molekul yang mampu membentuk struktur kompleks,
seperti serabut kolagen dan membran basal. Sel dan matriks ekstrasel
berfungsi dan bereaksi bersama-sama terhadap rangsangan dan inhibisi
sehingga saling berkaitan (Junqueira dan Carneiro, 2003).
Lidah merupakan indra pengecap yang ada di rongga mulut, yang
terdiri atas bagian yang mudah bergerak (badan) yang terletak di dalam
rongga mulut, dan pangkalnya atau akarnya yang melekat pada dasar
mulut dan membentuk dinding depan faring. Membran mukosa pada
permukaan bawah lidah sifatnya Lian dan di bawahnya terdapat tunika
mukosa. Pada permukaan atas terlihat banyak tonjokan-tonjolan kecil yang
disebut papil lidah yang memberi kesan kasar pada lidah. (Serilahi, 2022).
Di dasar lidah, terdapat kumpulan-kumpulan sel pelindung
bernama tongsil lingual. Sel-sel ini berada di belakang rongga mulut.
Bersama dengan amandel, tongsil lingual bertugas melindungi tubuh dari
gangguan kuman-kuman yang bisa masuk ke dalam tubuh (serilahi, 2022).
Jaringan epitel adalah struktur labil yang sel-selnya secara tetap
dan teratur diganti baru melalui mitosis. Selapis tipis epitel akan menutup
luka yang dimulai dengan mitosis sel besar epidermis dan diikuti dengan
perpindahan epitel ke bawah tapi luka serta melewati tepi luka. Luka mati,
epitel menebal tetapi tidak pernah membentuk retepeg atau struktur epitel
normal lainnya. Jaringan epitel berfungsi untuk menutupi dan melapisi
dari permukaan dalam dan luar tubuh sehingga luka akan sembuh dan
mengalami proses epitalisasi (Meliawaty, 2012).
Jaringan adalah tingkat organisasi kehidupan diantara sel dan
organ. Jaringan merupakan kumpulan sel yang serupa beserta matriks
ekstraselulernya yang bersama-sama menjalankan fungsi tertentu. Di
tingkat selanjutnya, sejumlah jaringan yang berbeda dapat bekerja sama
untuk membentuk organ. Ciri paling utama pada sediaan jaringan adalah
adanya sel-sel yang masing-masing dikelilingi oleh membran, meskipun
batas keseluruhannya tidak terlihat begitu jelas. Sel tersebut tersusun dari
protoplasma yang merupakan zat hidup heterogen dengan konsistensi cair
hingga padat. Pada sel yang primitif seperti bakteri, komponen metabolik
dan herediter bercampur. Sel seperti itu disebut sebagai sel prokariot,
sedangkan pada tanaman dan hewan sel-selnya disebut dengan sel
eukariot. Sel Eukariot adalah materi herediter terpisah dalam sebuah inti
yang dibungkus oleh membran sel (Lesson et al., 1996).
Pada hewan jaringan dikelompokkan menjadi empat tipe dasar
yaitu, jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.
Meskipun semua hewan secara umum dianggap mengandung keempat
jenis jaringan itu manifestasinya dapat berbeda tergantung pada jenis
organisme. Adanya perbedaan selama masa perkembangan suatu
organisme memunculkan perbedaan asal-usul sel dan jaringan tubuh.
(Meliyawaty, 2012).
1. Jaringan epitel
Dibentuk oleh sel-sel yang dilapisis permukaan oegan, seperti
permukaan kulit, saluran pernapasan, permukaan organ lemak, saluran
reproduksi, dan lapisan dalam saluran pencernaan. Jaringan epitel juga
dapat dikhususkan untuk berfungsi dalam sekresi, ekresi, dan absorpsi.
Jaringan epitel membantu dalam melindungi organ dari
mikroorganisme,cedera,kehilangan cairan.
2. Jaringan ikat
Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, dibentuk oleh sel-
sel dalam jumlah sedikit. Jaringan ikat terdiri atas populasi sel yang
tersebar didalam matriks ekstraseluler. Secara embriologi, jaringan ikat
berasal dari lapisan meyoderm. Sel-sek tersebut mensintesis matriks,
dengan anyaman serat yang tertanam didalamnya.
3. Jaringan otot
Jaringan oto terbagi atas tiga kategori yang berbeda yaitu otot polos
yang dapat ditemukan diorgan tubuh bagian dalam. Otot lurik yang dapat
ditemukan pada rangka tubuh, dan otot jantung yang dapat ditemukan
dijantung.
4. Jaringan serat
Jaringan serat tersusun oleh sel-sel saraf (neuron), jaringan saraf
bertugas menerima rangsang dari dalam tubuh maupun luar tubuh untuk
disampingkan ke otak,dan selanjutnya membawa reaksinyang
diperintahkan otak ke organ tubuh tertentu. Sel saraf terdiri atas badan sel
dan serabut saraf.
IX. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada praktikum sitohistoteknologi kali ini


dilakukan pengamatan slide jaringan hati tikus dan lidah.
DAFTAR PUSTAKA

Hendra, (2015). Mengetahui proses pembuatan sajian histologi. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Aryadi & Suryono, (2017). Kualitas Sediaan Jaringan Kulit Metode Microwave

dan Conventional Histprocessing I Pewarnaan Hematoxylin .Eosin. Jurnal


Labora Medika Vol 1 No 1 (2017) 7-11.

Mescher, A. (2016) junqueria's basic histology text & atlas. Mc graw Hill, january,
441- 448.

Kandyala, R (2010). Xylene: An Overview of It's Health Hazard and Preventive


Measures. Journal of oral and Maxillofacial pathology, 1-5.

Buesa, R.J (2000). Mineral Oil: The bast xylene substitute for tissue processing
yet. The journal of histotechnology, 143-148.

Subowo. 2009. Histologi Umum. Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto.

Junqueira, L.C. dan Carneiro, J. 2003. Basic Histologi: 1-3. Edisi ke-10. New
York: The McGraw-Hill Companies.

Serilahi, (2022). Lidah indra pengecap. Jurnal Pendidikan, Sosial dan


Humaniora.Vol.1, No.2.

Meliawaty, (2012). Jaringan Tubuh. JKM. 2012; 11: 147-67.

Lesson et al., (1996). Textbook of Histologi: 106-113. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai