Anda di halaman 1dari 28

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

PETUNJUK PRAKTIKUM
BIOLOGI SEL (BIO 3016)

Disusun Oleh : Tim Dosen Prodi Bioteknologi


TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan harus sudah siap 15 menit sebelum praktikum mulai. Praktikan yang
datang terlambat tidak diperkenankan mengikuti praktikum. Sebelum waktu
praktikum mulai, praktikan tidak diperbolehkan masuk ke dalam
laboratorium.
2. Praktikan yang tidak dapat hadir harus memberikan keterangan sah secara
tertulis. Praktikan yang 2 kali berturut-turut tidak hadir tanpa memberikan
keterangan yang sah, tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum
selanjutnya.
3. Praktikan harus sudah mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan acara
praktikum yang akan dilakukan, dan sebelum praktikum diadakan tes. Nilai
praktikum berdasarkan nilai tes, nilai pelaksanaan, dan nilai laporan.
4. Setiap kelompok harus menulis nomor kelompok pada laporan praktikum.
5. Setelah selesai praktikum, alat-alat harus dikembalikan pada tempatnya dalam
keadaan bersih. Praktikan bertanggung jawab akan kerusakan alat-alat
praktikum yang digunakan.
6. Pada akhir setiap acara praktikum, praktikan harus membuat :
a. Laporan sementara yang berisi tentang data pengamatan, yang disahkan
oleh asisten praktikum.
b. Laporan akhir yang telah diketik dengan rapi. Laporan akhir harus
diserahkan satu minggu sesudah acara praktikum yang bersangkutan
berakhir sesuai jadwal yang ditentukan.
7. Mahasiswa berpakaian rapi dan mengenakan sepatu.
8. Tidak ada inhal praktikum.
PEDOMAN PEMBUATAN LAPORAN

(Halaman depan/cover)
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL
( BIO 3016)
Acara Praktikum :
Nama :
NIM :
Kelompok :
Nama rekan : 1.
2.
3.
Hari/Tgl Praktikum :

(Halaman 2 dan seterusnya)


1. Tujuan acara praktikum.
2. Tinjauan pustaka (singkat dan berhubungan dengan acara praktikum yang
dilakukan).
3. Bahan dan alat yang digunakan.
4. Cara kerja.
5. Hasil pengamatan.
6. Pembahasan.
7. Kesimpulan.
8. Daftar pustaka.
9. Lampiran (data dan perhitungan).
Yogyakarta, ………………..
Praktikan
Tanda Tangan
(Nama Terang)
ACARA 1
PENGAMATAN SEL HIDUP DAN SEL MATI

Tujuan:
Untuk melihat sel yang mati dan sel yang hidup pada bawang merah dan
gabus singkong.

Teori:
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat
hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan
semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan
kehidupan berlangsung di dalam sel. Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel
tunggal, atau disebut organisme uniseluler, misalnya bakteri dan amoeba. Makhluk
hidup lainnya, termasuk tumbuhan, hewan, dan manusia, merupakan organisme
multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel terspesialisasi dengan fungsinya masing-
masing. Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih dari 1013 sel. Namun, seluruh
tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh
bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal
dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi.
Sel sendiri sebagai dasar menyusun suatu organisme yang terdiri dari inti
(nukleus) yang terbungkus oleh membran atau struktur serupa tanpa membran. Tidak
ada kehidupan dalam satuan yang lebih kecil dari pada sel. Sel terbentuk hanya
dengan pembelahan sel-sel sebelumnya. Sel dicirikan oleh adanya molekul makro
khusus, seperti pati dan selulosa, yang terjadi dari ratusan sampai ribuan gula atau
molekul lain selain itu sel juga dapat dicirikan oleh adanya molekul makro seperti
protein dan asam nukleat baik DNA atau RNA yang tersusun sebagai rantai yang
terdiri dari ratusan sampai ribuan molekul.
Sel adalah unit struktural terkecil dan fungsional dari suatu makhluk hidup
yang secara independen mampu melakukan metabolisme, reproduksi dan kegiatan
kehidupan lainnya yang menunjang kelangsungan hidup sel itu sendiri. Suatu sel
dikatakan hidup apabila sel tersebut masih menunjukkan ciri-ciri kehidupan antara
lain melakukan aktifitas metabolisme, mampu beradaptasi dengan perubahan
lingkungannya, peka terhadap rangsang, dan ciri hidup lainnya. Suatu sel hidup harus
memiliki protoplas, yaitu bagian sel yang ada di bagian dalam dinding sel. Pada sel
mati tidak dijumpai adanya organel-organel, di dalam sel hanya berupa ruangan
kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel menjadi mati disebabkan
karena berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Sel hidup tersusun atas organel-organel yang masih aktif seperti
mitokondria, lisosom, peroksisom, kompleks golgi, dan Retikulum Endoplasma.
Sedangkan sel mati tersusun atas ruangan kosong berupa cairan yang dibatasi oleh
dinding sel. Adapun ciri-ciri sel hidup dan sel mati ialah sebagai berikut:

 Ciri-ciri Sel Hidup


Ciri-ciri sel hidup adalah melakukan aktifitas metabolisme, mampu beradaptasi
dengan perubahan lingkungannya, peka terhadap rangsang dan ciri hidup lainnya.
Suatu sel hidup harus memiliki protoplas, yaitu bagian sel yang ada dibagian
dalam dinding sel
Suatu sel dikatakan hidup apabila sel tersebut masih menunjukkan ciri-ciri
kehidupan antara lain melakukan aktifitas metabolisme, mampu beradaptasi
dengan perubahan lingkungannya, peka terhadap rangsang, dan ciri hidup lainnya.
Suatu sel hidup harus memiliki protoplas, yaitu bagian sel yang ada di bagian
dalam dinding sel. Protoplas dibedakan atas komponen protoplasma dan non
protoplasma. Komponen protoplasma yaitu terdiri atas membran sel, inti sel, dan
sitoplasma (terdiri dari organel-organel hidup). Komponen non protoplasma dapat
pula disebut sebagai benda ergastik.
 Ciri-ciri Sel Mati
Ciri-ciri sel mati adalah tidak ditemukan adanya organel-organel, didalam sel
hanya berupa ruangan kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel
menjadi mati disebabkan karena berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun
faktor lingkungan
Pada sel mati tidak dijumpai adanya organel-organel, di dalam sel hanya berupa
ruangan kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel menjadi mati
disebabkan karena berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor
lingkungan. Sedangkan yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah sel mati
karena faktor genetik, maksudnya sel tersebut mati karena telah mencapai umur
yang memang telah ditentukan secara genetik.
Ada dua macam bentuk sel yang akan diamati yaitu, sel mati dan sel hidup. Setiap
sel memiliki struktur yang berbeda.

Alat:
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Kaca objek
4. Deck glass
5. Silet
6. Tusuk gigi

Bahan:
1. Empulur Batang Ubi Kayu (Manihot utilissima)
2. Umbi Lapis Bawang Merah (Allium cepa)
3. Aquadest
Cara Kerja:
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum pengamatan sel hidup dan
sel mati, yaitu:
1. Membuat penampang melintang batang empulur ubi kayu, setipis mungkin.
Kemudian, meletakkannya di atas kaca objek dan menetesi aquadest.
2. Mengambil selaput dari umbi lapis bawang merah dengan menggunakan jarum
preparat atau pinset. Kemudian meletakkan di atas kaca objek dan ditutup
menggunakan deck glass.
3. Mengamati preparat yang telah dibuat dengan menggunakan mikroskop.
ACARA 2
PENGAMATAN SEL EUKARIOT DAN SEL PROKARIOT

Tujuan:
1. Melakukan pengamatan preparat sel eukariot dan sel prokariot menggunakan
mikroskop
2. Memahami perbedaan sel eukariot dan prokariot dengan melakukan pengamatan
mikroskopis
Teori:
Sel merupakan kesatuan struktural, fungsional dan herediter yang terkecil.
Sel terbagi menjadi dua tipe, yaitu prokariot dan eukariot. Perbedaan karakteristik
antara kedua sel tersebut adalah keberadaan membran yang menyelubungi nukleus
maupun organel lainnya yang memiliki fungsi spesifik, seperti mitokondria,
retikulum endoplasmik, komplek golgi dan lisosom. Sel eukariot memiliki
karakteristik tersebut, sedangkan pada sel prokariot tidak dijumpai adanya membran
interior.
Sel prokariot berupa satu sel, memiliki ukuran yang sangat kecil (diameter
sel ± 1‐2 μm) dan memiliki organisasi internal sel yang sederhana. Materi genetik
prokariot tidak terselubung membran dan tersebar di sitoplasma sel, disebut sebagai
daerah nucleoid. Ribosom pada prokariot juga tersebar diseluruh sitoplasma (Gambar
4). Prokariot dibagi menjadi dua kelompok yaitu Eubakteria dan Arkhaebakteria.
Eschericia coli merupakan salah satu spesies eubakteria yang paling banyak dipelajari
untuk memahami sel prokariot.
Sel eukariot memiliki ukuran sel yang lebih besar dari sel prokariot, yaitu
berdiameter ± 5‐100 μm serta memiliki struktur yang lebih komplek (Bolsover et al.,
2004). Organisme selain bakteri, mulai dari protista, fungi, hewan hingga tumbuhan
termasuk sel eukariot. Sel eukariot terdiri dari berbagai struktur yang memiliki fungsi
khusus yaitu organel yang terselubung membran. Organel terbesar yaitu nukleus yang
berisi materi genetik (DNA). Pada sel tumbuhan terdapat organel khusus yaitu
vakuola dan kloroplas (Gambar 1).
Salah satu kelompok organisme yang memiliki jenis spesies dengan sel
eukariot dan prokariot adalah mikroalga. Mikroalga merupakan organisme
fotosintetik bersel tunggal yang mampu hidup secara soliter maupun berkoloni.
Mikroalga merupakan sumber protein nabati yang baik dan bahkan mampu menjadi

sumber biofuel (Chisti, 2007).


Gambar 1. Struktur sel prokariot (atas) dan sel eukariot (bawah)

Pada praktikum ini akan diamati sel eukariot dan sel prokariot

Sel prokariot
 Arthospira maxima
Arthospira maxima merupakan mikroalga prokariotik yang diklasifikasikan
dalam kelompok Cyanobacteria. Arthospira maxima memiliki bentuk sel filamen
yang memilin berbentuk spiral. Pigmen fotosintesis utama pada A. maxima
adalah fikosianin yang memiliki aktifitas antioksidan dan antiinflamatori.
Arthospira maxima juga sering dikenal dengan nama Spirulina. Mikroalga ini
memiliki ukuran sel 5-10 mikron dan memiliki kandungan protein sangat tinggi.
Secara ekonomi, Spirulina memiliki nilai yang tinggi karena kandungannya yang
memiliki banyak manfaat (Gershwin & Belay, 2008)
Sel eukariot
 Sacharomyces cereviceae
Sacharomyces cerevicease merupakan salah satu spesies yeast, mikroorganisme
eukariot bersel tunggal yang termasuk dalam kingdom Fungi. Sacharomyces
cerevicease banyak digunakan dalam fermentasi bakery dan minuman
beralkohol. Gambaran sel Sacharomyces cerevicease dapat diamati pada gambar
2.
 Tetraselmis sp.
Tetraselmis sueica merupakan mikroalga air laut yang termasuk dalam kelas
chlorophyceae. Tetraselmis sp. memiliki ukuran sel yang bervariasi mulai dari 14
hingga 25 mikron. Tetraselmis sp. digunakan sebagai pakan alami bagi
pembibitan udang dan ikan. Tetraselmis sp. juga mengandung 14% lemak yang
dapat digunakan sebagai sumber bagi biodiesel (Lee, 2008; Chisti 2007)
A B C

Gambar 2. Gambaran mikroskopis Saccharomyces cereviceae.


A. Mikroskop ultraviolet pada λ 295 nm (Svihla et al., 1964)
B. Mikroskop TEM (Transmission electron microscope) (Coluccio and Neiman,
2004)
C. mikroskop SEM (Scanning electron microscope) (Coluccio and Neiman,
2004)

Alat
1. Mikroskop
2. Ose
3. Gelas preparat
4. Penutup preparat
5. Tabung reaksi
6. Bunsen
7. Mikropipet 1000 ul
8. Pipet tetes

Bahan
1. Kultur Lactobacillus bulgaricus
2. Kultur Sacharomyces cereviceae
3. Alkohol 70%
4. Spritus
5. Aquadest steril

Cara Kerja
Tahap Persiapan
1. Siapkan aquadest steril dalam 10 buah tabung reaksi. Isi 8 tabung dengan 9 mL
aquadest dan 2 tabung dengan 10 mL aquadest
2. Siapkan Bunsen yang telah terisi spritus dan semprot meja kerja menggunkan
alkohol
3. Semua pekerjaan dilakukan dengan prinsip aseptis

Tahap pengamatan
1. Kultur bakteri L. bulgaricus dan yeast S. cerevisiae dari cawan petri diambil
menggunakan ose dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi aquadest
10 mL
2. Dilakukan pengenceran berseri terhadap kultur L. bulgaricus dan yeast S.
cerevisiae sebanyak maksimal 10-4 kali. Pengenceran berseri dapat dilihat pada
gambar 3.

Gambar 3. Pengenceran berseri kultur bakteri dan yeast


3. Hasil pengenceran diambil beberapa tetes dan diletakkan pada gelas benda.
Kemudian diamati menggunakan mikroskop. Pengamatan sel L. bulgaricus dan
S. cerevisiae dilakukan dari larutan yang memiliki konsentrasi sel paling pekat ke
larutan encer
ACARA 3
KRENASI DAN HEMOLISIS

Tujuan:
Membandingkan antara proses krenasi dan hemolisis sehingga dapat diketahui
perbedaannya dengan jelas.

Teori
Membran memiliki tiga macam sifat, yaitu: permeabel, semipermeabel
(permeabel selektif), dan impermeabel. Membran permeabel adalah membran yang
dapat dilalui oleh semua jenis zat. Membran semipermeabel adalah membran yang
hanya dapat dilalui oleh zat pelarut saja. Membran impermeabel adalah membran
yang tidak dapat dilalui oleh semua jenis zat. Sifat semipermeabel dari membran
plasma menyebabkan air dapat keluar-masuk membran sehingga menyebabkan
terjadinya peristiwa-peristiwa difusi, osmosis, turgor, plasmolisis, krenasi, dan
hemolisis.
Difusi sering didefinisikan dengan perpindahan suatu zat terlarut dari
konsentrasi zat terlarut tinggi ke konsentrasi zat terlarut rendah baik melalui mebran
atau tanpa membran. Osmosis adalah perpindahan zat pelarut (air) melalui membran
permiabel selektif dari konsentrasi zat pelarut tinggi (encer) ke konsentrasi zat pelarut
rendah (pekat).
Larutan isotonis adalah larutan yang memiliki konsentrasi yang sama dengan
cairan tubuh, misalnya larutan NaCl fisiologis 0.9%. Larutan hipotonis adalah larutan
yang memiliki konsentrasi yang lebih rendah dari cairan tubuh, misalnya NaCl 0.6%.
Larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari
cairan tubuh, misalnya NaCl 1.0%.
Bila suatu tumbuhan diletakkan di dalam larutan hipotonis (misalnya air
suling) maka air akan masuk ke dalam sel dan disimpan dalam vakuola, sehingga
menimbulkan tekanan terhadap membran plasma dinding sel yang disebut turgor.
Sebaliknya sel tumbuhan ditempatkan pada larutan hipertonik maka air akan keluar
dari vakuola sehingga plasma mengerut dan terlepas dari dinding sel. Proses ini
disebut plasmolisis.
Bila suatu sel hewan diletakkan di dalam larutan hipotonis (air suling) maka
air akan masuk ke dalam sel sehingga sel hewan akan mengalami lisis atau hemolisis.
Sedangkan jika sel hewan diletakkan di larutan hipertonis maka air dari dalam sel
akan keluar sehingga menyebabkan krenasi.

Gambar 4. : Keseimbangan air pada sel hidup (Sumber: Campbell)


Krenasi dan Hemolisis pada Hewan

Alat
1. Mikroskop
2. Kaca Benda (objeck glass) dan Kaca Penutup (cover glass)
3. Lanset
4. Kapas

Bahan
1. Darah
2. Alkohol 70%
3. NaCl 0.6% dan NaCl 1.0%

Cara Kerja
1. Olesi alkohol 70% pada salah satu ujung jari secara aseptik (steril).
2. Tusuk ujung jari dengan menggunakan lanset.
3. Tetesi darah pada kaca benda (objeck glass) yang diberi label A dan B.
4. Tambahkan NaCl 0.6% pada kaca benda A dan NaCl 1% pada kaca benda B.
ACARA 4

PENGAMATAN SEL EPITHELIUM PIPI MANUSIA

Tujuan : Mengamati sel epithelium mukosa pipi manusia

Teori :

Jaringan Epitel

Jaringan tubuh manusia terdiri dari jaringan epitelium, jaringan pengikat, jaringan
pengangkut dan jaringan syaraf. Epitel adalah jaringan yang terdiri atas sel-sel yang
sangat rapat tanpa adanya zat antar sel. Epitel tidak memiliki pembuluh darah, namun
semua epitel tumbuh pada jaringan ikat yang mempunyai pembuluh darah. Epitel
dipisahkan dengan jaringan ikat melalui membrana basalis. Jaringan epitel terdiri
dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu
lembaran, maka disebut sebagai membran epitel atau disingkat sebagai epitel saja
untuk membedakan dengan epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat,
membentuk lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau
melapisi rongga-rongga tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler
dan cairannya sangat sedikit. Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon
atau di atas dan thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel
meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular
membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan
berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada
kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk
kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang
menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan
pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar. Jaringan epitel mempunyai
ciri-ciri umum terdiri atas sel-sel yang saling berdekatan, yang berbentuk pipih.
Hanya ada sedikit material antarsel. Jaringan bersifat avaskular atau tanpa pembuluh
darah. Permukaan atas epithelium bebas, atau terbuka bagi bagian luar tubuh atau
rongga tubuh bagian dalam. Permukaan basal berada pada jaringan ikat. Pembelahan
sel pada epithelium terjadi secara terus menerus untuk menggantikan sel-sel yang
rusak. Ada 2 macam jaringan epithelium, yaitu epithelium permukaan merupakan
epitel pelapis berbaris yang menutupi permukaan tubuh dan organ tubuh bagian
dalam, epitelium kelenjar mensekresi hormon atau produk lain. Untuk membuat
preparat jaringan segar menggunakan metode supravital. Metode supravital
merupakan suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang
hidup. Zat warna yang biasa dipakai untuk pewarnaan supravital adalah janus green,
neutral red, methylene blue, dengan kosentrasi tertentu. Preparat supravital
merupakan preparat yang bersifat sementara sehingga harus segera diamati dengan
mikroskop setelah pembuatan preparat tersebut selesai.

Sel Epitel mukosa mulut

Sel-sel epitel mukosa mulut terdiri dari empat lapisan berturut-turut dari yang paling
dalam ke permukaan yaitu lapisan germinativum/basalis, lapisan spinosum, lapisan
granulosum dan lapisan corneum. Stratum basalis terdiri dari selapis sel berbentuk
kubus yang berbatasan dengan lamina propia dan mengandung sel-sel induk yang
secara kontinyu bermitosis dan anak selnya dikirimkan ke lapisan yang lebih
superfisial. Stratum spinosum terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk bulat atau oval
dan mempunyai karakteristik sel yang mulai matang. Stratum granulosum terdiri dari
beberapa lapis sel yang lebih gepeng dan lebih matang dari stratum spinosum dan
mengandung banyak granula keratohyalin yang merupakan bakal sel keratin. Stratum
corneum terdiri dari selapis atau berlapis-lapis sel (tergantung regio) berbentuk pipih
yang tidak berstruktur dan tidak mempunyai inti sel. Mukosa mulut dapat
dikelompokkan menjadi tiga tipe yaitu mukosa pengunyahan, mukosa penutup dan
mukosa khusus. Mukosa pengunyahan terdapat di regio rongga mulut yang menerima
tekanan kunyah seperti gusi dan palatum durum. Jaringan epitelnya parakeratinised
(mempunyai lapisan keratin tipis yang beberapa selnya ada yang masih memiliki inti
sel yang tidak sempurna). Mukosa penutup terdapat pada dasar mulut, permukaan
inferior lidah, permukaan dalam bibir dan pipi, palatum molle dan mukosa alveolaris
kecuali gusi.

Tipe epitelnya nonkeratinised (tidak memiliki lapisan keratin). Mukosa khusus


terdapat pada dorsum lidah, tipe epitelnya ortokeratinised (memiliki lapisan keratin
yang tebal yang terdiri dari sel-sel yang sudah tidak berinti) .Perbandingan antara sel
basal-parabasal, sel intermediet, dan sel superfisial disebut indeks maturasi. Pada
kondisi normal, jumlah sel pada lapisan superfisial sesuai dengan jumlah sel pada
lapisan sel basal. Rongga mulut dibatasi oleh membran mukosa yang berhubungan
dengan kulit. Rongga mulut terdiri dari bibir yang disekitarnya mulut yang terbuka,
pipi berada disepanjang rongga, lidah dan ototnya, hard dan soft palate. Mukosa
mulut normalnya berwarna merah jambu terang (light pink) dan lembab. Pada dasar
mulut dan area bawah lidah kaya akan pembuluh darah, tipe dari ulcer atau trauma
dapat mengakibatkan perdarahan. Ada 3 kelenjar saliva yang mensekresikan 1 liter
saliva per hari. Kelenjar buccal ditemukan pada mukosa yang membatasi pipi dan
mulut yang mencegah hygiene dan kenyamanan pada jaringan oral.

Alat :

1. Tusuk gigi
2. Mikroskop
3. Kaca preparat
4. Kaca penutup
5. Pipet tetes
Bahan :

Larutan metilen blue

Cara Kerja :

1. Koreklah bagian dalam pipi menggunakan tusuk gigi, kemudian oleskan di


atas kaca preparat.
2. Teteskan dua tetes larutan metilen biru di atas olesan sampel preparat, lalu
tutup dengan kaca penutup.
3. Amati dengan mikroskop.
ACARA 5
REPRODUKSI SEL

Tujuan:
Memahami terjadinya proses dan fase-fase pembelahan sel, terutama secara mitosis.

Teori
Terdapat dua tipe sel yaitu prokariota dan eukariota. Sel prokariota
umumnya berukuran lebih kecil dan mempunyai struktur lebih sederhana daripada sel
eukariota. Perbedaan utama antara kedua jenis sel itu adalah bahwa materi genetik
(DNA) sel prokariota tidak terletak dalam suatu struktur membran ganda yang disebut
nukleus, sedangkan pada eukariota, semua materi genetiknya terdapat pada molekul
DNA yang terdapat sebagai kromosom. Kromosom adalah struktur-struktur linear
berjumlah banyak yang terletak di dalam nukleus.
Pada sel eukariota, pembelahan sel dapat terjadi dengan 2 cara yaitu,
pembelahan meiosis dan mitosis. Meiosis terjadi pada pembentukan sel-sel kelamin,
berlangsung dalam dua tingkat selama satu daur yaitu meiosis I dan meiosis II, terjadi
pengurangan jumlah set kromosom pada sel anakan (n). Mitosis adalah pembelahan
yang terjadi pada sel-sel tubuh. Pembelahan sel secara mitosis terdiri atas 4 fase,
yaitu: Profase, Metafase, Anafase dan Telofase. Keempat tahap ini terjadi secara
berkesinambungan. Sel anakan yang dihasilkan memiliki jumlah set kromosom yang
sama dengan induknya (2n).
Tahap profase dimulai dengan menebal dan memendeknya benang-benang
kromatin sehngga kromosom terlihat jelas dan diakhiri dengan menghilangnya
membran inti, nukleolus dan kromosom berada bebas di dalam sitoplasma dengan
menggantung di dalam sentromernya. Tahap metafase ditandai dengan kromosom
yang tersusun pada bidang equator, selanjutnya tahap anafase, kromosom terpisah
pada sentromer menuju kemasing-masing kutub yang berlawanan (kromatid). Tahap
telofase merupakan tahap terakhir dari mitosis, kromatid mendekati kutub sel dan
mulai memanjang membentuk benang kromatin serta mulai membentuk membran inti
dan terbentuk lempeng sel menjadi 2 sel anak.

Gambar 5. Tahap Pembelahan Sel

Alat
1. Kaca Benda (Object Glass) dan Kaca Penutup (Cover Glass)
2. Pisau Silet tajam
3. Pinset
4. Lampu Spiritus

Bahan
1. Akar Bawang Bombay (Allium cepa)
2. Larutan HCl 1M
3. Safranin
4. Aquadest
5. Kertas Saring
6. Tusuk Gigi (Lidi)

Cara kerja
Cara Menumbuhkan Akar Bawang
1. Bersihkan bagian akar yang sudah kering.
2. Kupas kulit bawang.
3. Tusuk bawang secara horizontal pada bagian tengah dengan menggunakan tusuk
gigi.
4. Sediakan wadah berisi air.
5. Letakkan bawang di atas wadah dengan kondisi bagian keluarnya bersentuhan
dengan permukaan air.
6. Tunggulah beberapa hari hingga muncul akar bawang.
7. Perhatikan gambar di bawah ini untuk membantu proses penumbuhan akar
bawang.
Gambar 6. Cara menumbuhkan akar bawang

Cara Mengamati Reproduksi Sel pada Akar Bawang Bombay


1. Potonglah ujung akar bawang bombay sepanjang 2 mm, masukkan ke dalam
larutan HCℓ 1M dan biarkan terendam selama 5-10 menit yang bertujuan untuk
melunakkan jaringan akar tumbuhan.
2. Ambil potongan ujung akar bawang bombay dengan menggunakan pinset yang
bersih dan letakkan di atas kaca benda yang bersih.
3. Tutup dengan kaca penutup serta pencet dengan kuku/pinset sambil diseret
(ditarik).
4. Lintaskan kaca benda yang berisi preparat tersebut di atas lampu spirtus yang
sedang menyala 2 sampai 3 kali agar terjadinya proses fiksasi.
5. Amati dengan pembesaran lemah untuk mencari posisi, jika telah terlihat, fokus
dengan pembesaran kuat (40).
ACARA 6
SEL POLIPLOIDI

Tujuan :
Mempelajari proses poliploidisasi

Teori
Poliploidi adalah keadaan bahwa individu memiliki lebih dari dua genom.
Poliploidi lebih banyak dijumpai pada tumbuhan dan jarang terdapat pada hewan
karena hewan memiliki kromosom kelamin sehingga poliploidi akan menyebabkan
terjadinya kelainan pada keseimbangan seks, keguguran atau lahir dalam keadaan
mati. Sifat-sifat umum tanaman poliplidi adalah tanaman kelihatan lebih kekar,
organ-organ tanaman menjadi lebih besar, jaringan-jaringan penyusun organ juga
tampak lebih besar. Terjadinya poliploidi di alam dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor alami dan karena sengaja campur tangan manusia (diinduksi oleh
senyawa tertentu). Secara alami, poliploidi terbentuk karena terjadi kelipatan somatis
yaitu pada saat sel-sel mengalami pemisahan yang tidak teratur selama mitosis
sehingga menghasilkan sel-sel meristematis yang menyebabkan kelipatan jumlah
kromosomnya tetap berada dalam generasi baru dari tanaman tersebut. Selain karena
kelipatan somatis, juga disebabkan karena sel-sel reproduktif padat mengalami
reduksi yang tidak teratur atau mengalami pembelahan sel yang tidak teratur sehingga
kromosom-kromosom tidak memisah secara sempurna. Sedangkan secara sengaja
dibuat, umumnya menginduksi terjadinya poliploidi menggunakan zat-zat kimia
tertentu seperti asenaften, kloralhidrat, sulfanilamid, etil-merkuri-klorida,
heksklorosikloheksan dan kolkhisin atau menggunakan cool water dan pemberian
panas. Pada percobaan kali ini digunakan zat kimia kolkhisin karena sering
digunakan dalam penelitian poliploidi, lebih efektif, mudah didapat dan mudah larut
dalam air. Sementara zat-zat kimia yang lain hanya dapat larut dalam gliserol.
Poliploidi mempunyai dua tipe, antara lain autopoliploid dan allopoliploid.
Autopoliploid yaitu apabila genom yang sama mengalami kelipatan, dapat dibedakan
tanaman yang triploid, tetraploid, pentaploid, dan seterusnya. Sedangkan jika
allopoliploid yaitu apabila genom-genom yang berbeda berkumpul melalui
hibridisasi.

Alat
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Lampu Bunsen
4. Kaca objek
5. Cover glass

Bahan
1. Allium sativum
2. Allium ascalonicum
3. Kolkisin 0,01%
4. Aquades
5. Camoys (3 etanol absolut : 1 asam asetat)
6. HCl 1N
7. Acetoorcein 2%

Cara Kerja :
1. Akar bawang direndam dalam larutan kolkisin 0,01% selama 48 jam, kemudian
dibilas dengan aquades
2. Ujung akar dipotong sepanjang 5 mm, ujung akar bawang direndam dengan
larutan camoys 30-60 menit pada suhu 5o C.
3. Setelah itu dilakukan maserasi, dimana sampel diletakkan pada kaca objek, lalu
dititrasi dengan HCl 1 N selama 30 detik pada suhu 60° C.
4. Kemudian ditetesi dengan acetoorcein biarkan 15-30 menit.
5. Setelah itu preparat ditutup dengan dengan cover glass dan disquash.
6. Preparat yang telah jadi diamati dibawah mikroskop
7. Diamati poliploidi yang terlihat
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A.Z. 2014. Studi Mitosis Bawang untuk Pembuatan Media Pembelajaran
Preparat Mitosis. Jurnal BioEdu. Vol 3. No. 3.

Chisti, Y. 2007. Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances 25: 294–306.

Gershwin, M.E., Belay. A. 2008. Spirulina in Human Nutrition and Health. London,
CRC Press Taylor & Francis Publishing

Lee, R. E. 2008. Phycology. New York, Cambridge University Press.

Setyowati, M., E., Sulistyaningsih, A. Purwantoro. 2013. Induksi Poliploidi Dengan


Kolkisin pada Kultur Meristem Batang Bawang Wakegi (Allium x wakegi
Araki). Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 16 No. 1. 58-76.

Tim Biologi Dasar. 2015. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Jurusan Biologi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala

Anda mungkin juga menyukai