Anda di halaman 1dari 6

RESUME KASUS KEPERAWATAN JIWA

PADA TN. LAMPION DENGAN DIAGNOSA SKIZOFRENIA TAK


TERINCI (F.20.3) DI IGD RSJD dr. ARIF ZAINUDDIN SURAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas individu Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:
NIKEN ENGGAL DWI ASTUTI
NIM. J230195121

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
Nama Pasien : Tn. Lampion (Pseudonym)
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 11 Februari 2020 (Pukul 08.00)
Ruang : IGD RSJD Surakarta

RESUME KASUS SKIZOFRENIA TAK TERINCI


Pasien Tn. Lampion (Pseudonym) berusia 38 tahun dengan alamat
Sukoharjo, dibawa ke IGD RSJD Surakarta dengan kondisi terlihat bingung,
dengan diagnosa medis Skizofrenia Tak Terinci (F.20.3). Pasien merupakan anak
pertama dari 3 bersaudara, status belum menikah, pendidikan terakhir pasien
adalah D3 Keperawatan dan pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Ini
merupakan kedua kalinya pasien dibawa ke IGD RSJD Surakarta.
Pasien dibawa ke RSJ pada tanggal 11 Februari 2020 pada pukul 08.00 WIB
karena sudah 1 minggu terakhir pasien mulai kambuh dengan marah-marah
kepada kedua orang tuanya, sulit tidur, dan ingin melempar batu pada kedua orang
tuanya. Pasien memiliki riwayat di rawat di RSJD Surakarta selama 1 bulan pada
tahun 2018 dan kemudian menjalani kontrol rutin di RSUD Karanganyar dan
praktik rumah dokter RSJ. Namun, 5 bulan terakhir, pasien tidak meminum obat
karena merasa dirinya sudah sembuh.
Menurut keluarga, pasien pernah di tinggal mati oleh pacarnya ketika kelas
2 SMA, dan di tinggal menikah oleh mantan pacarnya ± 2 tahun yang lalu. Pasien
memiliki kebiasaan merokok dalam sehari hingga 4 bungkus rokok, dan apabila
orang tua mengingatkan untuk melarang merokok, pasien kemudian akan marah
dan membentak orang tuanya. Apabila pasien tidak diberikan uang untuk membeli
rokok, pasien kemudian akan mengetuk pintu rumah tetangga-tetangga untuk
meminta uang. Keluarga mengatakan pasien bekerja sebagai salah satu perawat di
RSUD di Surakarta selama 2,5 tahun (2004-2006) namun kemudian pasien tidak
mau masuk kerja dan mengatakan pusing setiap masuk kerumah sakit. Semenjak
berhenti bekerja tersebut, keluarga mengatakan pasien mulai menjadi pendiam,
dan sekali merokok menghabiskan 1 bungkus rokok. Hasil pemeriksaan TTV =
Tekanan darah: 140/80 mmHg, nadi: 86 kali/menit, pernapasan: 20 kali/menit,
suhu tubuh: 36,3°C, SpO2: 97%. Hari ini, saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan pusing, dan kesal karena tidak diperbolehkan merokok. Pasien
tampak tenang, dan kooperatif ketika dilakukan pemeriksaan.
Pasien mengkonsumsi obat Risperidone 2 mg/12 jam, Clozapine 25 mg/12
jam. Bersadarkan kasus diatas, diagnosa yang dapat di tegakan adalah 1) Resiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain faktor resiko pola ancaman kekerasan.
Intervensi yang dilakukan adalah:
No. Kriteria hasil Intervensi TTD
1 Setelah dilakukan asuhan Bantuan Kontrol Marah (4640)
keperawatan selama 1x2 jam, 1. Bangun hubungan saling percaya
diharapkan masalah resiko perilaku dengan pasien dan keluarga
kekerasan terhadap orang lain dapat 2. Monitor ekspresi kemarahan
diatasi, dengan kriteria hasil sebagai secara verbal dan non verbal
berikut: 3. Edukasi metode untuk
1. Pasien dapat mengontrol emosi mengurangi emosi (teknik
2. Pasien dapat melakukan distraksi relaksasi, distraksi)
emosi 4. Libatkan keluarga dalam
3. Pasien dapat menceritakan apa mengelola emosi pasien
yang dirasakan Managemen Lingkungan:
Pencegahan kekerasan (6487)
1. Lakukan monitoring adanya
benda yang berpotensi
membahayakan
2. Latih pasien untuk mengurangi
kemarahan secara verbal dan
nonverbal dengan teknik
relaksasi, dan bercerita
3. Edukasi pasien untuk
mengungkapkan perasaan
4. Libatkan keluarga dalam
mengelola emosi pasien dan
manipulasi lingkungan yang tidak
membahayakan
5. Lakukan kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat
antipsikotik.
Implementasi:

No Waktu Tindakan TTD


1 08.10 Membangun hubungan saling percaya dengan pasien dan
keluarga
2 08.15 Melakukan monitoring emosi secara verbal dan non
verbal
3 08.20 Melatih pasien melakukan napas dalam
4. 08.23 Melakukan edukasi kepada keluarga untuk memanipulasi
lingkungan agar tidak membahayakan

Evaluasi:

No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi TTD


1 Selasa, 11 S: Keluarga mengatakan pasien tidak ada marah-marah
Februari 2020 O: Pasien terlihat tenang, tidak dilakukan restrain, ada
(09.15) kontak mata, bicara koheren, pasien dapat
menceritakan apa yang dirasakan. Hasil pemeriksaan
TTV = Tekanan darah: 130/80 mmHg, nadi: 83
kali/menit, pernapasan: 20 kali/menit, suhu tubuh:
36,4°C, SpO2: 97%.
A: Masalah resiko prilaku kekerasan terhadap orang lain
teratasi
P: Monitor ekspresi kemarahan secara verbal dan non
verbal, edukasi metode untuk mengurangi emosi
(teknik relaksasi, distraksi), lakukan kolaborasi
pemberian obat antipsikotik, persiapan pasien rawat
inap.
ALAT PENGKLASIFIKASIAN PASIEN
KEGAWATDARURATAN JIWA
Identitas Pasien
Nama : Tn. Lampion (Pseudonym) Dx Medis :-
Umur : 38 Tahun Tanggal Masuk: 11 Feb 2020
Gender : Male Alamat : Sukoharjo
No Kondisi Pasien Cek Kesesuaian
Score Chek list
A. Psikomotor
1. Mencederai diri sendiri dan orang lain bukan karena 5
peintah halusinasi

Mencederai diri dan orang lain karena perintah halusinasi
Mengamuk / tampak agresif saat di IGD
2. Ada riwayat menyimpan atau menggunakan senjata 4
Ada riwayat perilaku kekerasan dalam satu minggu
terakhir √
Ada riwayat atau tanda kecenderungan bunuh diri
Agresif secara fisik
3. Ada gejala depresi tanpa keinginan bunuh diri 3
Ada gejala halusinasi atau delusi (tidak spesifik)
Agitasi yang ekstrim atau gelisah
Resiko melarikan diri, perilaku aneh
Menunjukan gejala krisis situasional
4. Menunjukan gejala somatic 2
Menunjukan gejala efek samping minor obat

Ambivalensi pada pengobatan
Mempunyai riwayat psikotik kronis
5. Kooperatif 1
Mampu menunggu pelayanan tenaga kesehatan
Mampu dilibatkan dalam pengelolaan asuhan

keperawatan
Mampu mengikuti instruksi pengobatan
Meminta pengobatan atas inisiasi sendiri
B. Kognitive
1. Ada gejala halusinasi, delusi, atau depresi berat 5
Berbicara kasar/ancaman secara verbal
Mengancam menyakiti orang lain
2. Berbicara inkoheren/meloncat loncat/diam/tidak berespon 4
3. Disorientasi/kehilangan memori/tidak bisa membuat 3
keputusan/bingung/linglung
4. Emosi tidak stabil, irritable, cepat marah 2
5. Bicara koheren, mampu mendiskusikan masalahnya 1 √
Interpretasi hasil pengelompokan triage code

Triage Code Triage Score Tindakan


Color
Immediate (segera) Merah 9-10 (√) SOP Restrain ekstremitas, SOP
Intervensi krisis
Emergency (Keadaan Kuning 7-8 SOP Restrain ekstremitas, SOP
darurat) Intervensi krisis
Urgen (Mendesak dalam Hijau 5-6 SOP Pengasingan dalam ruangan tanpa
waktu 30 menit) restrain ekstremitas, SOP intervensi
krisis
Semi-urgent (semi Biru 3-4 SOP pengasingan dalam ruangan tanpa
mendesak dalam waktu 60 restrain ekstremitas, SOP intervensi
menit) krisis
Non-urgent (tidak mendesak Putih <3 SOP pengiriman pasien ke ruang
dalam waktu 120 menit) maintenance, atau rawat jalan setelah 2
jam observasi di IGD

Temuan khusus saat mengkaji pasien:


Berdasarkan pengkajian pasien menggunakan format pengklasifikasian pasien kegawat
daruratan jiwa skor psikomotor berada di skor 12 dan kognitif pasien berada pada skor 1
sehingga total nilai 13, hal ini menujukkan bahwa hasil interpretasi pasien masuk kedalam
kategori immediate (segera) dengan kode triage warna merah. Intervensi yang harus
dilakukan adalah SOP restrain ekstremitas apabila pasien mengamuk dan SOP intervensi
krisis.
- Melakukan penilaian biopsikososial
- Lakukan identifikasi masalah yang ada saat ini
- Mengobservasi emosi dan perasaan
- Membuat intervensi tindakan
- Mengevaluasi rencana dan hasil tindakan yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai