Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO

Di susun oleh :
Nama : Arinda Cahya werdani
NIM : 20902200082

PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
HALUSINASI

PENGERTIAN:
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren/ persepsi palsu sehingga menimbulkan sensasi tampak nyata pada hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Kondisi ini dapat memengaruhi
semua panca indra, mulai dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan.

ETIOLOGI:

 Faktor Predisposisi : biologis, psikologis, social budaya


 Faktor Presipitasi : biologis, stress lingkungan, sumber kopin

PATOFISIOLOGI:

Pohon masalah pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran sebagai berikut: Melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan – efek Gangguan kebersihan diri – efek Halusinasi dengar – core problem Menarik diri – cause Skizofrenia.

PENATALAKSANAAN

1. Psikofarmakologis Obat-obatan
2. Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)
3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

MANIFESTASI KLINIS :

- Halusinasi Pendengaran :
DO : bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah tertentu,klien menutup telinga.
DS : mendengarkan suara-suara atau kegaduhan, mendengarkan suara yang ngajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
- Halusinasi Penglihatan
DO : menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
DS : melihat bayangan, sinar, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
- Halusinasi Penciuman
DO : mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan menutup hidung.
DS : mencium baubau seperti bau darah, feses, dan kadang-kadang bau itu menyenagkan.
- Halusinasi Pengecapan
DO : sering meludah, muntah.
DS : merasakan seperti darah, feses, muntah.
- Halusinasi Perabaan
DO : menggaruk-garuk permukaan kulit.
DS : mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti tersengat listrik.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


2. Perubahan sensori perseptual: halusinasi
3. Isolasi sosial: menarik diri

FOKUS PENGKAJIAN :

1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial
10.Pengetahuan
11.Aspek medik

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan:
Mengenali halusinasi yang dialaminya Dapat mengontrol halusinasinya Menjalankan program terapi dengan maksimal
2. Tindakan:
SP I
1.Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2.Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3.Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4.Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5.Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6.Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7.Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik
8.Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP II
1.Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2.Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain
3.Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP III
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan pasien).
3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
1.Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2.Menjelaskan cara kontrol halusinasi dengan teratur minum obat (prinsip 5 benar minum obat).
3.Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

EVALUASI
1. Klien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Klien dapat mengontrol halusinasinya
3. Klien dapat menjalankan program terapi dengan maksimal
PATHWAY

Resiko perilaku mencederai diri sendiri

Halusinasi

Isolasi sosial: harga diri rendah

DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2020. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta. EGC.
Maramis W. F.2018. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2017. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Sudeen. 2018. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. 2019. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO

Di susun oleh :

Nama : Arinda Cahya Werdani


NIM : 40902100013

PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
PENGERTIAN:
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol
ETIOLOGI:
 Faktor predisposisi
Psikologis, Perilaku, Sosial budaya, Bioneurologis.
 Faktor presipitasi
Ekspresi diri, Ekspresi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu, Ketidaksiapan seorang ibu dalam
merawat anaknya, Adanya Riwayat perilaku anti sosial, Kematian anggota keluarga

PATOFISIOLOGI:
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah. Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal
maupun internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif. Mengekspresikan rasa marah dengan
kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain memberikan rasa lega, ketegangan akan menurun dan
akhirnya perasaan marah dapat teratasi. Rasa marah diekspresikan secara destrukrtif, misalnya dengan perilaku agresif, menantang biasanya
cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan

MANIFESTASI KLINIS :
 Mata merah
 Pandangan tajam
 Otot tegang
 Nada suara tinggi
 Suka berdebat
 Mengeluh merasa terancam
 Mengungkapkan perasaan tak berguna
 Mengungkapkan perasaan jengkel
 Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, sesak dan bingung
PATHWAY

Resiko mencederai diri sendiri, orang lai, dan lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

PENATALAKSANAAN:
 Farmakoterapi seperti Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP), Obat anti depresi, amitriptyline, Obat anti ansietas, diazepam,
bromozepam, clobozam, Obat anti insomnia, phenobarbital
 Terapi Modalitas (Terapi keluarga) Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan
perhatian:
o Jangan memancing emosi klien
o Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
o Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
o Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
o Mendengarkan keluhan klien
o Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
Harga diri rendah kronis
FOKUS PENGKAJIAN :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Mekanisme koping
8. Masalah psikososial dan lingkungan
9. Pengetahuan
10.Aspek medik
11.Daftar masalah keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan:
a. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dialami
b. Melakukan kontrol perilaku kekerasan
c. Mengikui rencana pengobatan secara maksimal
2. Tindakan Simpulka bersama klien tanda-tanda klien saat marah
SP 1 p
1. Jelaskan sebab terjadi perilaku kekerasan
2. Kenalkan simptom perilaku kekerasan
3. Identifikasi jenis perilaku kekerasan
4. Diskusikan akibat ketika perilaku kekerasan
5. Ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Latih Mengontrol perilaku kekerasan, cara fisik pertama: tarik nafas dalam
7. Susun jadwal harian
SP II p
1. Evaluasi kemampuan pasien
2. Latih cara fisik II (pukul bantal/kasur)
3. Buat jadwal kegiatan harian
SP III p
1. Evaluasi kemampuan pasien
2. Latih cara verbal
3. Tulis jadwal kegiatan harian
SP IV p
1.Evaluasi kemampuan pasien
2. Latih cara spiritual
3. Buat jadwal kegiatan harian
SP V p
1. Evaluasi kemampuan pasien
2. Anjurkan pasien patuhi jadwal minum obat
FOKUS PENGKAJIAN :
 Identitas klien
 Keluhan utama
 Faktor predisposisi
 Aspek fisik/biologis
 Aspek psikososial
 Status mental
 Mekanisme koping
 Masalah psikososial dan lingkungan
 Pengetahuan
 Aspek medik
 Daftar masalah keperawatan

EVALUASI
1. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dialami
2. Klien dapat melakukan kontrol perilaku kekerasan
3. Klien dapat mengikui rencana pengobatan secara maksimal

DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, D. & Rusdin, (2013). Keperawatan Jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Gosyen Publishing Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Andi
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indicator Diagnostik) Edisi 1 Cetakan III Revisi. Jakarta: DPP.
PPNI.ISBN 978-602- 18445-6-4..
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO

Di susun oleh :

Nama : Arinda cahya werdani


NIM : 40902100013

PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023

DEFISIT PERAWATAN DIRI


PENGERTIAN:

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Deficit
perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit peraatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.

KLASIFIKASI
 Perawatan diri: mandi
 Perawatan diri: berdandan / berhias
 Perawatan diri: makan
 Perawatan diri: toileting

ETIOLOGI:
1. Faktor predisposisi
- Perkembangan
- Biologis
- Kemampuab realitas turun
- Sosial
2. Faktor presipitasi
- Body image
- Praktik sosial
- Status sosial ekonimi
- Pengetahuan
- Budaya
- Kebiasaan seseorang
- Kondisi fisik atau psikis

PATOFISIOLOGI:
 Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan.
 Faktor Presipitasi.
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri
MANIFESTASI KLINIS :

1. Fisik
- Badan bau, pakaian kotor
- Rambut dan kulit kotor
- Kuku Panjang dan kotor
- Gigi kotor disertai mulut yang bau
- Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik diri, isolasi diri
- Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina
3. Sosial
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma
- Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

PATHWAY

Gangguan pemeliharaan kesehatan (BAB/BAK, mandi, makan, minum

Defisit perawatan diri


Isolasi sosial: menarik diri

PENATALAKSANAAN
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri: Bina hubungan saling percaya, bicarakan tentang pentingnya kebersihan, kuatkan
kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri: bantu klien merawat diri, ajarkan keterampilan secara bertahap, buatkan jadwal kegiatan
setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung: sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri, dekatkan peralatan agar
mudah dijangkau oleh klien, sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri

FOKUS PENGKAJIAN :
1. Data Subyektif: adanya ungkapan dari klien tentang ketidakmampuan, kurang minat atau motivasi, malas untuk berhias atau menarik diri
2. Data Obyektif: badan tampak kotor, baju tidak diganti, klien tampak sering mengantuk, rambut kusut, kotor dan bau, kuku panjang,
hitam dan kotor, tidak rapi, klien tampak menarik diri, mulut dan gigi kotor

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan:
a. Klien mampu merawat diri
b. Klien mampu berdandan dan berhias
c. Klien mampu makan dan minum
d. Klien mampu BAB dan BAK
2. Tindakan:
SP 1 p
1. Menjelaskan kepada pasien tentang manfaat kebersihan diri
2. Menjelaskan bagaimana tata cara menjaga kebersihan diri
3. Bantu mempraktekkan menjaga kebersihan diri
4. Anjurkan memasukkan pada jadwal harian pasien
SP II p
1. Evaluasi pelaksanaan jadwal harian
2. Jelaskan cara makan yang baik
3. Bantu bagaimana cara makan yang baik
4. Anjurkan pasien memasukkan dalan jadwal kegiatan harian
SP III p
1. Evaluasi jadwal harian
2. Jelaskan cara eliminasi yang baik
3. Bantu mempraktekkan cara eliminasi
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien
SP IV p
1. Evaluasi kembali jadwal harian
2. Jelaskan cara menghias diri
3. Fasilitasi mempraktekkan cara menghias diri Motivasi pasien membuat jadwal kegiatan harian

EVALUASI
1. Klien dapat melakukan merawat diri dengan baik dan benar
2. Klien dapat berdandan dan berhias dengan baik dan benar
3. Klien dapat makan dan minum dengan baik
4. Klien dapat BAB dan BAK dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2018). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama


Keliat, B. A., dkk. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).Yogyakarta: EGC.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO

Di susun oleh :

Nama : Arinda Cahya Werdani


NIM : 40902100013

PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023

HARGA DIRI RENDAH


PENGERTIAN
Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang
berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus.

KLASIFIKASI
1. Harga diri renda situasional
2. Harga diri rendah kronik

ETIOLOGI:
Faktor presipitasi: ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan.
Faktor predisposisi: gangguan citra tubuh, gangguan harga diri, gangguan peran, dan gangguan identitas diri.

PATOFISIOLOGI:
Proses terjadinya HDR diakibatkan dengan faktor presdiposisi diantaranya seperti pengaalaman kanak-kanak yang merupakan faktor
kontribusi pada gangguan konsep diri, tidak menerima kasih sayang, penolakan orangtua, harapan realistis, kurang mengerti akan arti dan
tujuan kehidupan. Sedangkan faktor presipitasi disebabkan karena pola asuh anak yang tidak cepat atau ditururi, kesalahan atau kegagalan
beulang kali, cita-cita yang tidak tercapai, tanggung jawab terhadap diri sendiri

MANIFESTASI KLINIS :
1. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak mau bertemu orang lain, dan lebih suka menyen bertemu orang lain, dan
lebih suka menyendiri
5. Percaya diri kuranG
6. Mencederai diri dan akibat harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram

PATHWAY

Halusinasi, resiko perilaku kekerasan isolasi sosial

Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

PENATALAKSANAAN

1. Psikofarmako seperti cloppromazine (CPZ), haloperiol (HPL), trihexyphenidyl (THP)


2. Psikoterapi seperti terapi okupasi, terapi psikososial, psikoterapi
3. Manipulasi lingkungan Evaluasi
a. Klien dapat mengenal aspek serta kemampuan positif dirinya
b. Klien dapat memilih kemampuan yang bisa digunakan
c. Klien dapat melatih kegiatan sesuai kemampuan yang terpilih
4. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk keterampilan yang terpilih

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan
2. Koping Individu Tidak Efektif
3. Perubahan Persepsi Sensori

FOKUS PENGKAJIAN :

1. Data Subjektif klien mengatakan tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
2. Data Obyektif klien terlihat lebih suka mandiri, bingung bila di suruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin
mengakhiri hidup

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan:
a. Pasien dapat mengenal aspek serta kemampuan positif dirinya
b. Pasien dapat memilih kemampuan yang bisa digunakan
c. Pasien dapat melatih kegiatan sesuai kemampuan yang terpilih
d. Pasien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk keterampilan yang terpilih
2. Tindakan:
Sp 1 p
1. Mendiskusikan kemampuan positif pasien
2. Memfasilitasi manilai kemampuan yang masih bisa digunakan
3. Memfasilitasi memilih kegiatan pasien untuk dilatih sesuai kemampuan pasien
4. Melatih pasien
5. Meng-reinforcement positif keberhasilan pasien
6. Memfasilitasi pasienmembuat jadwal harian
Sp II p
1. Mengevaluasi jadwal dari pasien
2. Melatih kemampuan berikutnya (kedua)
3. Memotivasi pasien untuk memasukkan latihan kemampuan kedua di jadwal

EVALUASI
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. klien dapat mengontrol halusinasinya
4. klien memanfaatkan obat dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. dkk. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMIIN Basic Course. Jakarta: EGC
-Lelon, S. K., Keliat, B., A., & Besral. (2019). Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan Rational Emotive Behavioral Therapy
(REBT) Terhadap Klien Perilaku Kekerasan, Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzocki Mahdi Bogor.. FIK UI: Depok -
Maryatun, S., Hamid, A.Y., & Mustikasari. (2018). Pengaruh Logoterapi terhadap Perubahan Harga Diri Narapidana Perempuan dengan
Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Palembang. FIK UI: Depok
-NANDA. (2018). Nursing Diagnosis Definitions & Classification international
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO

Di susun oleh :

Nama : Arinda Cahya Werdani


NIM : 40902100013

PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
ISOLASI SOSIAL
PENGERTIAN:
Isolasi sosial adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan.

KLASIFIKASI
1. Kesepian
2. Menarik diri
3. Ketergantungan (dependen)
4. Manipulasi

ETIOLOGI:
1. Faktor predisposisi
- Faktor perkembangan
- Faktor komunikasi dalam keluarga
- Faktor sosial budaya
- Faktor biologi
2. Faktor presipitasi
- Stressor sosial budaya
- Stressor giokimic
- Stressor biologic dan lingkungan sosial
- Stressor psikologis

PATOFISIOLOGI:
Perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan. Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan individu makin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. akibatnya klien menjadi mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan keberhasilan diri. Sehingga individu semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta
tingkah laku primitif antara lain tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi
MANIFESTASI KLINIS :

1. Gejala subjektif
 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Klien merasa bosan
 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Klien merasa tidak berguna
2. Gejala objektif
 Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
 Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
 Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
 Sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang-ulang
 Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
 Ekspresi wajah tidak berseri
 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
 Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

PATHWAY

Resiko gangguan presepsi sensori: halusinasi


Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

PENATALAKSANAAN

 Terapi psikofarmaka : chlorpromazine (mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realistas, kesadaran diri
terganggu), haloperidol (berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi kehidupan sehari-hari)
 Terapi individu : dapat diberikan tiga strategi pertemuan (SP) yang berbeda-beda.
 Terapi kelompok : Activity Daily Living (tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi :
bangun tidur, BAK, BAB, menjaga kebersihan diri, makan minum), tingkah laku sosial (tingkah laku yang berhubungan dengan
kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi : konak sosial terhadap teman, bergaul, sopan santun)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

FOKUS PENGKAJIAN :

1. Data Subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri
2. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, binggung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup, apatis,
ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang, aktivitas menurun, menolak berhubungan, kurang memperhatikan kebersihan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Rencana Tindakan Keperawatan Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial 1. Tujuan Klien mampu :
 Membina trust
 Mengenali penyebab dari isolasi sosial
 Berinteraksi dengan individu lain dengan bertahap
2. Tindakan :
SP 1 p
 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
 Berdiskusi dengan pasieen tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
 Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
 Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
 Menganjarkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP II p
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
 Membantu pasien memasukkan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
SP III p
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
 Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan dua orang atau lebih
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

EVALUASI

1. 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan orang lain


2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
5. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan orang lain dan kelompok
6. Klien mendapt dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan D, and Rusdi. (2020). Keperawatan Jiwa, Konsep Dan Kerangka kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Damaiyanti, Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua, Bandung: PT. Reflika Adimata
Ernawati, dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetaka Kedua. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Herderman, (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat,Budi Ana. (2018). Model Praktik Keperwatan Profesional jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai