HALUSINASI
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO
Di susun oleh :
Nama : Arinda Cahya werdani
NIM : 20902200082
PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
HALUSINASI
PENGERTIAN:
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren/ persepsi palsu sehingga menimbulkan sensasi tampak nyata pada hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Kondisi ini dapat memengaruhi
semua panca indra, mulai dari indra penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan.
ETIOLOGI:
PATOFISIOLOGI:
Pohon masalah pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran sebagai berikut: Melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan – efek Gangguan kebersihan diri – efek Halusinasi dengar – core problem Menarik diri – cause Skizofrenia.
PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmakologis Obat-obatan
2. Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)
3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
MANIFESTASI KLINIS :
- Halusinasi Pendengaran :
DO : bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah tertentu,klien menutup telinga.
DS : mendengarkan suara-suara atau kegaduhan, mendengarkan suara yang ngajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
- Halusinasi Penglihatan
DO : menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
DS : melihat bayangan, sinar, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
- Halusinasi Penciuman
DO : mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan menutup hidung.
DS : mencium baubau seperti bau darah, feses, dan kadang-kadang bau itu menyenagkan.
- Halusinasi Pengecapan
DO : sering meludah, muntah.
DS : merasakan seperti darah, feses, muntah.
- Halusinasi Perabaan
DO : menggaruk-garuk permukaan kulit.
DS : mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti tersengat listrik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
FOKUS PENGKAJIAN :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial
10.Pengetahuan
11.Aspek medik
EVALUASI
1. Klien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Klien dapat mengontrol halusinasinya
3. Klien dapat menjalankan program terapi dengan maksimal
PATHWAY
Halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2020. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta. EGC.
Maramis W. F.2018. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Residen bagian Psikiatri UCLA. 2017. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Stuart & Sudeen. 2018. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. 2019. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO
Di susun oleh :
PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
PENGERTIAN:
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol
ETIOLOGI:
Faktor predisposisi
Psikologis, Perilaku, Sosial budaya, Bioneurologis.
Faktor presipitasi
Ekspresi diri, Ekspresi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu, Ketidaksiapan seorang ibu dalam
merawat anaknya, Adanya Riwayat perilaku anti sosial, Kematian anggota keluarga
PATOFISIOLOGI:
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah. Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal
maupun internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif. Mengekspresikan rasa marah dengan
kata-kata yang dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain memberikan rasa lega, ketegangan akan menurun dan
akhirnya perasaan marah dapat teratasi. Rasa marah diekspresikan secara destrukrtif, misalnya dengan perilaku agresif, menantang biasanya
cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan
MANIFESTASI KLINIS :
Mata merah
Pandangan tajam
Otot tegang
Nada suara tinggi
Suka berdebat
Mengeluh merasa terancam
Mengungkapkan perasaan tak berguna
Mengungkapkan perasaan jengkel
Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, sesak dan bingung
PATHWAY
PENATALAKSANAAN:
Farmakoterapi seperti Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP), Obat anti depresi, amitriptyline, Obat anti ansietas, diazepam,
bromozepam, clobozam, Obat anti insomnia, phenobarbital
Terapi Modalitas (Terapi keluarga) Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan
perhatian:
o Jangan memancing emosi klien
o Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
o Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
o Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
o Mendengarkan keluhan klien
o Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
Harga diri rendah kronis
FOKUS PENGKAJIAN :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Mekanisme koping
8. Masalah psikososial dan lingkungan
9. Pengetahuan
10.Aspek medik
11.Daftar masalah keperawatan
EVALUASI
1. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dialami
2. Klien dapat melakukan kontrol perilaku kekerasan
3. Klien dapat mengikui rencana pengobatan secara maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, D. & Rusdin, (2013). Keperawatan Jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Gosyen Publishing Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Andi
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indicator Diagnostik) Edisi 1 Cetakan III Revisi. Jakarta: DPP.
PPNI.ISBN 978-602- 18445-6-4..
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO
Di susun oleh :
PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Deficit
perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit peraatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
KLASIFIKASI
Perawatan diri: mandi
Perawatan diri: berdandan / berhias
Perawatan diri: makan
Perawatan diri: toileting
ETIOLOGI:
1. Faktor predisposisi
- Perkembangan
- Biologis
- Kemampuab realitas turun
- Sosial
2. Faktor presipitasi
- Body image
- Praktik sosial
- Status sosial ekonimi
- Pengetahuan
- Budaya
- Kebiasaan seseorang
- Kondisi fisik atau psikis
PATOFISIOLOGI:
Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan.
Faktor Presipitasi.
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri
MANIFESTASI KLINIS :
1. Fisik
- Badan bau, pakaian kotor
- Rambut dan kulit kotor
- Kuku Panjang dan kotor
- Gigi kotor disertai mulut yang bau
- Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik diri, isolasi diri
- Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina
3. Sosial
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma
- Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
PATHWAY
PENATALAKSANAAN
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri: Bina hubungan saling percaya, bicarakan tentang pentingnya kebersihan, kuatkan
kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri: bantu klien merawat diri, ajarkan keterampilan secara bertahap, buatkan jadwal kegiatan
setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung: sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri, dekatkan peralatan agar
mudah dijangkau oleh klien, sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri
FOKUS PENGKAJIAN :
1. Data Subyektif: adanya ungkapan dari klien tentang ketidakmampuan, kurang minat atau motivasi, malas untuk berhias atau menarik diri
2. Data Obyektif: badan tampak kotor, baju tidak diganti, klien tampak sering mengantuk, rambut kusut, kotor dan bau, kuku panjang,
hitam dan kotor, tidak rapi, klien tampak menarik diri, mulut dan gigi kotor
EVALUASI
1. Klien dapat melakukan merawat diri dengan baik dan benar
2. Klien dapat berdandan dan berhias dengan baik dan benar
3. Klien dapat makan dan minum dengan baik
4. Klien dapat BAB dan BAK dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Di susun oleh :
PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
KLASIFIKASI
1. Harga diri renda situasional
2. Harga diri rendah kronik
ETIOLOGI:
Faktor presipitasi: ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebihan.
Faktor predisposisi: gangguan citra tubuh, gangguan harga diri, gangguan peran, dan gangguan identitas diri.
PATOFISIOLOGI:
Proses terjadinya HDR diakibatkan dengan faktor presdiposisi diantaranya seperti pengaalaman kanak-kanak yang merupakan faktor
kontribusi pada gangguan konsep diri, tidak menerima kasih sayang, penolakan orangtua, harapan realistis, kurang mengerti akan arti dan
tujuan kehidupan. Sedangkan faktor presipitasi disebabkan karena pola asuh anak yang tidak cepat atau ditururi, kesalahan atau kegagalan
beulang kali, cita-cita yang tidak tercapai, tanggung jawab terhadap diri sendiri
MANIFESTASI KLINIS :
1. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak mau bertemu orang lain, dan lebih suka menyen bertemu orang lain, dan
lebih suka menyendiri
5. Percaya diri kuranG
6. Mencederai diri dan akibat harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram
PATHWAY
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan
2. Koping Individu Tidak Efektif
3. Perubahan Persepsi Sensori
FOKUS PENGKAJIAN :
1. Data Subjektif klien mengatakan tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
2. Data Obyektif klien terlihat lebih suka mandiri, bingung bila di suruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin
mengakhiri hidup
EVALUASI
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. klien dapat mengontrol halusinasinya
4. klien memanfaatkan obat dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. dkk. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMIIN Basic Course. Jakarta: EGC
-Lelon, S. K., Keliat, B., A., & Besral. (2019). Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan Rational Emotive Behavioral Therapy
(REBT) Terhadap Klien Perilaku Kekerasan, Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzocki Mahdi Bogor.. FIK UI: Depok -
Maryatun, S., Hamid, A.Y., & Mustikasari. (2018). Pengaruh Logoterapi terhadap Perubahan Harga Diri Narapidana Perempuan dengan
Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Palembang. FIK UI: Depok
-NANDA. (2018). Nursing Diagnosis Definitions & Classification international
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
RSJ DOKTER AMINO GONDOHUTOMO
Di susun oleh :
PROGRAM STUDI D3
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
ISOLASI SOSIAL
PENGERTIAN:
Isolasi sosial adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan.
KLASIFIKASI
1. Kesepian
2. Menarik diri
3. Ketergantungan (dependen)
4. Manipulasi
ETIOLOGI:
1. Faktor predisposisi
- Faktor perkembangan
- Faktor komunikasi dalam keluarga
- Faktor sosial budaya
- Faktor biologi
2. Faktor presipitasi
- Stressor sosial budaya
- Stressor giokimic
- Stressor biologic dan lingkungan sosial
- Stressor psikologis
PATOFISIOLOGI:
Perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan. Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan individu makin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. akibatnya klien menjadi mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan keberhasilan diri. Sehingga individu semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta
tingkah laku primitif antara lain tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi
MANIFESTASI KLINIS :
1. Gejala subjektif
Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Klien merasa bosan
Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Klien merasa tidak berguna
2. Gejala objektif
Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan pelan
Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
Sikap mematung atau melakukan gerakan secara berulang-ulang
Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
Ekspresi wajah tidak berseri
Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
PATHWAY
PENATALAKSANAAN
Terapi psikofarmaka : chlorpromazine (mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realistas, kesadaran diri
terganggu), haloperidol (berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi kehidupan sehari-hari)
Terapi individu : dapat diberikan tiga strategi pertemuan (SP) yang berbeda-beda.
Terapi kelompok : Activity Daily Living (tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi :
bangun tidur, BAK, BAB, menjaga kebersihan diri, makan minum), tingkah laku sosial (tingkah laku yang berhubungan dengan
kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi : konak sosial terhadap teman, bergaul, sopan santun)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
FOKUS PENGKAJIAN :
1. Data Subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri
2. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, binggung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup, apatis,
ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang, aktivitas menurun, menolak berhubungan, kurang memperhatikan kebersihan
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan D, and Rusdi. (2020). Keperawatan Jiwa, Konsep Dan Kerangka kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Damaiyanti, Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua, Bandung: PT. Reflika Adimata
Ernawati, dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetaka Kedua. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media
Herderman, (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat,Budi Ana. (2018). Model Praktik Keperwatan Profesional jiwa. Jakarta: EGC.