Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN. J DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI Di Ruang 4 Dewa Ruci RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang

Disusun oleh : 1. Diah Kusuma 2. Oktiarini Sholiha 3. Reni Silvi 4. Rizki Tri 5. Suci Handayani 6. Violita Sari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah kelompok Keperawatan Jiwa pada Klien An. J dengan IsolasiSosial : Menarik Diri . Makalah ini dibuat sebagai tugas praktik klinik Jiwa pada semester V dan syarat untuk memenuhi nilai dari Keperawatan Jiwa. Penulis mengucapkan terima kasih untuk dosen pembimbing akademik Niken Skesi S.kep Ns. M.Kep dan pembimbing CI Bu Anita Maya. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah masih banyak terdapat kesalahan karena keterbatasan penulis sebagai mahasiswa, untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, teman-teman kushusnya mahasiswa Program Studi DII Keperawatan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Semarang,

November 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi. Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi.mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada. Kegagalan dalam memeberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan. Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita isolasi sosial dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara intensif.

B. TUJUAN i. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan Jiwa pada An.J dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri ruang Dewa Ruci RSJD Dr. Amino Godhohutomo Semarang.

ii. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian dan tanda dari Isolasi Sosial: Menarik Diri b. Mengetahui etiologi Isolasi Sosial: Menarik Diri c. Mengetahui akibat Isolasi Sosial: Menarik Diri d. Memahami pohon masalah Isolasi Sosial: Menarik Diri e. Mengetahui rencana tindakan untuk Isolasi Sosial: Menarik Diri f. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan Isolasi Sosial: Menarik Diri g. Mengetahui penanganan Asuhan Keperawatan Jiwa pada An.J dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri

BAB II TINJAUAN TEORI A. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. PENGERTIAN MASALAH UTAMA Menarik diri merupakanpercobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung. ( Stuart & Sundeen, 1995). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. ( Rawlin, 1996 ). Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain. ( Budi Anna Keliat, 1999 ). Menarik diri merupakan keadaan dimana seseorang individu berpartisipasi dalam komunitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas social yang tidak efektif. ( Townsend, 1998 ).

Tanda dan gejala Isolasi Sosial : 1. Apatis 2. Ekspresi wajah sedih 3. Afek wajah tumpul 4. Menghindar dari orang lain 5. Komunikasi kurang 6. Berdiam diri

7. Kontak mata kurang 8. Kurang mobilitas 9. Gangguan pola tidur 10. Mengambil posisi tidur seperti janin 11. Kemunduran kesehatan fisik 12. Kurang perawatan diri 13. Menyendiri dalam ruangan 14. Sedih, mengekspresikan penolakan terhadap orang lain 15. Berpikir tentang sesuatu menurut pikiran dia sendiri (Townsend, 1998) 2. PENYEBAB Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat, 1999). Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negative, yang secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. ( Townsend, 19995).

Tanda dan gejala harga diri rendah : 1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri 2. Merendaahkan / mengurangi martabat diri sendiri 3. Rasa bersalah atau khawatir 4. Manifestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalah gunaan zat. 5. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan 6. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social

7. Menarik diri dari realitas 8. Merusak diri 9. Merusak atau melukai orang lain 10. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri ( Stuart & Sundeen, 1995 ) 3. AKIBAT Perubahan persepsi sensori : Halusinasi Merupakan persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua system penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu tidak baik. ( Carpenito, 1996 ). Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu, berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan, pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.

Tanda dan gejala Halusinasi : 1. Halusinasi dengar / suara a. Berbicara / tertawa sendiri b. Marah tanpa sebab c. Menyedengkan telinga kearah tertentu d. Menutup telinga e. Mendengar suara / kegaduhan f. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap g. Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu hal yang berbahaya 2. Halusinasi visual a. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu

b. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas c. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, hantu / monster. 3. Halusinasi pengindu a. Mengindu seperti sedang membauhi bau-bauan b. Menutup hidung c. Membauhi bau bauan seperti darah, urin, feses 4. Halusinasi pengecapan a. Sering meludah / muntah b. Merasakan rasa seperti darah, urin, feses 5. Halusinasi perabaan a. Menggaruk permukaan kulit b. Mengatakan ada serangga di permukaan kulit / seperti tersengat listrik. 4. POHON MASALAH

Akibat

Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Core Problem

Isolasi social : Menarik diri

Penyeba Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

B. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa : Isolasi Sosial Menarik Diri Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi reaksi dengan orang lain ssehingga terjadi halusinasi

TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya a. Sapa klien dengan ramah b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Tunjukan sifat empati&menerima klien apa adanya Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya TUK 2: Klien dapat menyebutkan penyebab perilku menarik diri 1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengunggkapkan perasaan penyebab menarik diri/tidak mau bergaul 3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri dan tanda serta penyebab yang muncul 4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaan Rasional : Dengan diketahuinya penyebab menarik diri dapat dihubungkan dengan faktor presipitasi yang di alami oleh klien. TUK 3: Klien mampu menyebutkan keuntungan bersosialisai dan kerugian menarik diri. 1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan oarang lain 3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

4. Beri reforcement positif terhadap perasaan keuntungan berhubungan dengan orang lain 5. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 6. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan orang lain Rasional : Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi TUK 4: Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap 1. Beri reinforcement positif 2. Terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 3. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain 4. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: K-P, k-pp.lain, k-p-p.lain-k.lain dll 5. Beri reinforcement terhadap kebersihan yang telah dicapai dirumah nanti 6. Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain 7. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu 8. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan TAK sosialisasi Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain TUK 5: klien tidak dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain 1. Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan 2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain 3. Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan orang lain 4. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhububungan dengan orang lain

Rasional : Agar klien lebih percaya diri untuk berhubungan dengan orang lain. Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. TUK 6: klien dapat memberdayakan sistem pendukung/kel/keluarga mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain 1. BHSP dengan keluarga: a. Salam, perkenalan diri b. Sampaikan tujuan c. Membuat kontrak d. Eksplorasi perasaan keluarga 2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: a. Perilaku menarik diri b. Penyebab perilaku menarik diri c. Cara keluarga menghadapi klien yang sedang menarik diri 3. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien berkomunikasi dengan orang lain 4. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin&bergantian mengunjungi klien 5. Beri reinforcement atas dicapai di capai oleh keluarga Rasional : Dengan dukungan keluarga, klien akan merasa diperhatikan

BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN I. IDENTITAS KLIEN Inisial Umur Jenis kelamin Alamat Tgl Masuk Tanggal Pengkajian No. RM Pendidikan Penanggung jawab Inisial Umur Pekerjaan Alamat : Ny. S : 47 th : Ibu Rumah Tangga : Semarang : An. S : 15 th : laki-laki : Semarang : 11 Nopember 2012 : 13 Nopember 2012 : 086844 : SMK

II. FAKTOR PREDISPOSISI Klien baru pertama kali dirawat di RumahSakit Jiwa dan belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Klien pernah mengalami penganiayaan fisik sebagai korban saat usia 13 th oleh ayahnya, dan ayahnya sering marah pada klien. Klien pernah mengalami perilaku kekerasan sebagai pelaku saat usia 13 th, klien sering mengamuk dan membanting barang jika keinginannya tidak terkabul, klien mengatakan pernah mengancam ayah nya dengan gunting, saat dia dimarahi karena hendak mengacak-acak toko. Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma fisik tapi, klien pernah mendapat pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pernah dipukul kepalanya oleh kakak ipar, tanpa sebab yang jelas. Empat hari belum masuk rumah sakit, klien melempar-lempar barang tapi yidak sampai melukai orang lain. Saat dirumah, klien penyendiri, waktuluang hanya digunakan untuk tidur. Masalah Keperawatan III. FISIK : perilaku kekerasan

Tanda Vital TD : 110/60 mmHg TB : 155 cm N : 80x/mnt BB: 45 kg S: 36,5C

Klien tidak mengalami keluhan fisik Masalah Keperawatan : IV. PSIKOSOSIAL 1. Genogram

Ket : : laki-laki : perempuan : orang terdekat : tinggal serumah : lelaki meninggal, perempuan meninggal Klien sebagai anak ke 3 dari 4 bersaudara tinggal serumah dengan kedua orang tua dan adiknya, klien sangat dekat dan menyayangi ibunya. 2. Masalah terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh Klien diasuh oleh kedua orang tuannya tetapi klien tidak dekat dengan ayah dan adiknya, bahkan selalu berselisih. Komunikasi : klien paling suka bercerita dengan ibunya. Pengambilan keputusan : jika ada anggota keluarga yang sakit pengambilan keputusan adalah ibunya.

Masalah keperawatan : 3. Konsep Diri a. Citra diri : klien merasa kurang percaya diri karena wajahnya kurang ganteng b. Identitas diri : klien sorang anak laki-laki usia 15 th, sebagai siswa SMK merasa puas dengan keadaan tersebut c. Peran : sebagai anak, klien hanya suka berdiam diri di rumah, waktu luang hanya digunakan untuk nonton TV. d. Ideal diri : klien ingin mempunyai kendaraan bermotor yang bagus, klien ingin menjadi pembalap, klien ingin di kaumi orang dan dianggap hebat. e. Harga diri : klien mengatakan sakit hati karena orang tua tidak bias menuruti keinginanya klien merasa malu karena wajahnya yang kurang ganteng. Masalah keperawatan : Harga diri rendah, gangguan gambaran diri. 4. Hubungan Sosial Rumah : Di rumah, klien sangat dekat dengan ibu. Klien tidak pernah keluar rumah atau ikut kegiatan, karena klien sering diejek oleh teman-temannya. Masalah keperawatan : Isolasi social : Menarik diri Diruangan : Di ruangan, klien tidak dekat dengan siapapun, klien selalu menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain klien mengatakan dia tidak mau kenal dengan pasien yang lain karena dia menganggap bahwa dia tidak gila, dan orang gila tidak pantas untuk kenal apalagi dikumpuli. Masalah keperawatan : Isolasi Sosial 5. Spiritual a. Nilai dan Keyakinan Klien mengatakan gangguan jiwa terjadi karena pengaruh mahluk halus klien tidak mau berkumpul dengan mereka b. Kegiatan ibadah Selama dirumah klien selalu taat beribadah, sholat dan mengaji klien mengatakan kalau dulu ia adalah santri. V. STATUS MENTAL 1. Penampilan Rapih, rambutrapih, pakaian sesuai, cara berpakaian sesuai 2. Pembicaraan

Nada bicara tinggi, jelas pembicaraan dapat mengarah ke tujuan. 3. Aktifitas motorik Lesu, klien tidak banyak bergerak hanya tiduran dan menyendiri. 4. Alam perasaan Klien merasa sedih karena dibawa ke RSJ, tempat yang tidak sesuai dengannya dan klien merasa sakit hati jika ingat ayahnya. 5. Afek Sesuai, klien menunjukkan emosi yang sesuai dengan apa yang ditanyakan/stimulus. 6. Interaksi selama wawancara Defensive, selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya, klien tetap berpendapat kalau orang sakit jiwa tidak pantas untuk menjadi temannya Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi. 7. Persepsi Klien mengatakan pernah sekali dalam sehari mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk menjahati semua yang ada diruangan, suara itu kira-kira 2 menit, saat dia sedang sendirian klien berusaha mengabaikan suara tersebut. Masalah keperawatan : resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar 8. Proses pikir Pembicaraan terarah, tidak berbelit belit tidak diulang-ulang 9. Isi pikir Klien selalu berangan angan ingin punya motor bagus dan menjadi terkenal 10. Tingkat kesadaran Klien orientasi waktu tempat dan orang dengan jelas Klien mengatakan ia tidak mau di RSJ dan ingin pulang pagi itu juga, klien selalu berkata hal itu pada perawat 11. Memori Gangguan daya ingat jangka panjang, klien mengatakan masih ingat kejadian saat ia mengancam ayahnya sebulan yang lalu 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung Klien bisa berhitung saat berwawancara mengajukan soal matematika, konsentrasi klien bagus. 13. Kemampuan penilaian Konsentrasi klien bagus saat diberi pilihan dan pertanyaan klien bisa memutuskan dan menjawab dengan benar

14. Daya tilik diri Klien mengingkari penyakitnya dia merasa sehat dan tidak perlu pertolongan Masalah keperawatan : ketidak patuhan VI. KEMAMPUAN AKTIVITAS SEHARI-HARI 1. Makan Klien mampu mengambil dan makan sendiri secara mandiri 2. BAB/BAK Klien bias toileting untuk BAB/BAK secara mandiri tanpa bantuan 3. Mandi Klien tahu cara mandi yang benar, menyikat gigi dan cuci rambut klien mandi 2 kali sehari secara mandiri, penampilan tubuh bersih 4. Berpakaian / Berhias Klien mampu mengambil dan memakai pakaian secara mandiri, penampilan klien rapi 5. Istirahat dan tidur Klien tidur siang selama kurang lebih 3-4 jam Klien tidur malam selama kurang lebih 7-8 jam Klien selalu duduk termenung sendirian sebelum tidur, sesudah tidur malam klien ikut senam 6. Penggunaan obat Klien minum obat dengan bantuan minimal, hanya perlu diawasi apakah obat sudah ditelan atau belum. 7. Pemeliharaan kesehatan Perawatan lanjutan : pasien minum obat dengan teratur, meskipun perlu diingatkan dan disuruh perawat harus memantau dan mengingatkan System pendukung : keluarga dan teman berkunjung ke RSJ Klien tidak mempersiapkan makanan, ibu klien yang mempersiapkan makanan untuk klien dan keluarga. Klien sering membanting barang-barang dirumah jika keinginannya tidak dipenuhi, klien mengatakan suatu saat dia ingin merapikan warung di rumahnya dan ingin menjadikannya seperti mini market Klien tidak mencuci pakaian Klien mengatakan orang tuannya tidak mau memenuhi keinginan nya, dan klien ingin cari uang sendiri 8. Aktifitas didalam rumah

9. Aktifitas diluar rumah Klien tidak berbelanja untuk keperluan sehari-hari karena klien punya took dirumah, klien melakukan perjalanan ke sekolah naik motor VII. PERAN DAN FUNGSI KELUARGA DALAM PERAWATAN KESEHATAN KLIEN DAN AKTIVITAS SEHARI-HARI KLIEN a. Mengenal masalah Keluarga klien mengetahui kalau klien sakit tetapi klien tidak tahu kalau dia sakit b. Mengambil keputusan Ibu klien sebagai pengambil keputusan saat klien sakit c. Merawat orang sakit Keluarga belum/tidak mampu merawat klien yang sedang sakit d. Memodifikasi lingkungan Keluarga belum bisa memodifikasi lingkungan, karena ayah keluarga dan adik klien selalu berselisih dengan klien. Serta lingkungan tetangga menganggap kalau klien seorang yang terganggu jiwanya tidak pantas dikumpuli e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan, keluarga membawa klien ke RSJ dan klien sekarang di opname di ruang 4 (DEWA RUCI) VIII. MEKANISME KOPING Klien mengatakan, jika dia di marahi atau mendapat kekerasan dia selalu sakit hati dan mengamuk IX. MASALAH PSIKOSOSIAL a. Masalah dengan dukungan lingkungan spesifik klien di jauhi teman-temannya di lingkungan rumah, klien di anggap gila b. Masalah dukungan kelompok klien sering di remehkan teman-teman di sekolah, dan pernah di keroyok teman sekolah

c. Masalah dengan perumahan , spesifik klien suka berdiam diri di rumah, karena tetangga menganggap dia sakit jiwa d. Masalah ekonomi, spesifik keluarga klien adalah keluarga yang kurang mampu , tetapi klien selalu meminta barang mahal(motor ninja) e. Masalah dengan pelayanan kesehatan, klien mengatakan tidak suka dengan perawat yang kasar X. PENGETAHUAN Klien mengatakan sakit jiwa adalah orang yang suka ngomong ngawur, pendiam, bahkan suka pukul orang sembarangan. Klien menganggap sakit jiwa bisa di sebabkan karena putus cinta sampai terkena gangguan roh dan klien harus menjahui orang-orang tersebut XI. ASPEK MEDIK Therapy Seroquel 2 x 100 mg

ANALISA DATA DATA FOKUS MASALAH S : Klien mengatakan tidak mau mengenal Isolasi social : menarik diri siapapun, karena dia menganggap bahwa dirinya tidak mengalami gangguan jiwa, dan orang yang gangguan jiwa tidak pantas dia kenal. O : klien tampak duduk sendirian, Klien tidak ikut makan satu meja dengan pasien lain Klien suka menyendiri dikamar dan tidak suka berinteraksi S : klien mengatakan dia tidak percaya diri Harga diri rendah karena wajahnya kurang ganteng, klien mengatakan dirinya kurang diperhatikan

teman karena tidak mempunyai motor bagus. O : klien tampak mengejek diri sendiri S: klien mengatakan pernah sekali Resiko Halusinasi

mendengar bisikan suara yang menyuruhnya untuk menjahati semua yang ada diruangan, suara itu kira-kira 2 menit saat dia sedang sendirian. Klien mengatakan bahwa dia berusaha mengabaikan suara tersebut. O : klien tampak melamun Klien suka menyendiri

I. MASALAH KEPERAWATAN 1. Isolasi social : Menarik Diri 2. Perilaku kekerasan 3. Resiko Halusinasi J. POHON MASALAH & DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko halusinasi Akibat

Isolasi social : Menarik diri

Core problem penyeb ab

Harga diri Rendah Diagnosa 1. Isolasi social : Menarik diri 2. Harga diri rendah 3. Resiko halusinasi Rencana Tindakan :

Diagnosa kep

TUJUAN TUM : Klien dapat

KRITERIA HASIL Setelah 5 kali pertemuan klien bisa berinteraksi dengan orang lain.

INTERVENSI

RASIONAL

Isolasi sosial : MD

berinteraksi reaksi dengan orang lain ssehingga terjadi halusinasi TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat mengungkapkan perasaan dan kebenarannya secara verbal 1. Klien mau menjawab salam 2. Klien mau berjabat tangan 3. Mau menjawab pertanyaan 4. Ada kontak mata Klien mau duduk berdampingan dengan perawat Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri, orang lain, lingkungan.

Bina hubungan saling percaya a. Sapa klien dengan ramah b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Tunjukan sifat empati&menerima klien apa adanya 5. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya klien untuk mengunggkapkan perasaan penyebab menarik diri/tidak

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya

TUK 2: Klien dapat menyebutkan penyebab perilku menarik diri

Dengan diketahuinya penyebab menarik diri dapat faktor presipitasi yang di alami oleh klien

6. Beri kesempatan pada dihubungkan dengan

mau bergaul 7. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri dan tanda serta penyebab yang muncul 8. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan TUK 3: Klien mampu menyebutkan keuntungan bersosialisai dan kerugian menarik diri Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain. Dan menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. perasaan 1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan oarang lain 3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 4. Beri reforcement positif terhadap perasaan keuntungan berhubungan dengan orang lain 5. Kaji pengetahuan Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi

klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain 6. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain 7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan orang lain 8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan kerugian tidak berhubungan TUK 4: Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat mendemonstrasikan bertahap Klien perawat Klien perawat perawat lain Klien perawat peraeat lain klien lain dengan orang lain 1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: K-P, k-pp.lain, k-p-p.laink.lain dll Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain

hubungan social secara 2. Dorong dan bantu

Klien kelompok kecil 3. Beri reinforcement

terhadap kebersihan yang telah dicapai dirumah nanti 4. Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain 5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu 6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan TAK sosialisasi 7. Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam kegiatan TUK 5: klien dapat mengungkapka n perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Setelah dilakukan 4 kali pertemuan klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain. ruangan 1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain 2. Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan orang lain 3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhububungan dengan orang lain Agar klien lebih percaya diri untuk berhubungan dengan orang lain. Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

TUK 6: klien dapat memberdayaka n sistem pendukung/kel/ keluarga mampu mengembangk an kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

Setelah dilakukan 1 kali pertemuan keluarga dapat: 1. Menjelaskan perasaannya. 2. Menjelaskan cara cara merawat klien MD perawatan klien menarik diri

1. BHSP dengan keluarga: a. Salam, perkenalan diri b. Sampaikan tujuan c. Membuat kontrak d. Eksplorasi perasaan keluarga anggota keluarga tentang: a. Perilaku menarik diri b. Penyebab perilaku menarik diri c. Cara keluarga menghadapi klien yang sedang menarik diri 3. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien berkomunikasi dengan orang lain 4. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin&bergantian mengunjungi klien 5. Beri reinforcement atas dicapai di capai oleh keluarga

Dengan dukungan keluarga, klien akan merasa diperhatikan

3. Berpartisipasi dalam 2. Diskusikan dengan

TUM: Harga Diri Rendah klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya

Setelah dilakukan 5 kali pertemuan klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan.

Setelah dilakukan 1 kali dapat mengungkapkan perasaannya Ekspresi wajah bersahabat Ada kontak mata Menunjukkan rasa senang Mau berjabat tangan dll

1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya percaya akan a. Sapa klien dengan menimbulkan ramah, baik verbal kepercayaan klien maupun nonverbal b. Perkenalkan dengan spontan c. Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya f. Beri perhatian pada klien 2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang dideritanya 3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien pada perawat memudahkan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. diri sehingga akan

4. Katakan pada pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

TUK 2: Klien dapat mengidentifika si kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat mempertahankan aspek positif

1.Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan beri pujian/reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya 2. Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistis 1.Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit 2. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dalanjutkan pengguanaan di rumah sakit dan di rumah nanti 1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukaan setiap hari sesuai kemampuan:

Pujian akan meningkatkan harga diri klien.

TUK 3: Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat 1. Terpenuhi kebutuhannya 2. Melakukan aktivitas terarah

peningkatan kemampuan mendorong untuk mandiri klien

TUK 4 : Klien dapat menetapkan

Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat 1. Beraktivitas sesuai

Pelaksanaan kegiatan secara mandiri modal awal untukmeningkatkan

dan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

kemampuan

kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total 2.Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 3.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien

harga diri

merencanakan 2. Mengikuti TAK

TUK 5: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuanny a TUK 6: Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat beraktivitas sesuai kemampuan

takut melaksanakannya) 1.Beri kesempatan klien Dengan aktivitas untuk mencoba kegiatan klien akan yang direncanakan 2.Beri pujian keberhasilan klien 3.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah mengetahui atas kemampuannya

Setelah dilakukan 1 kali pertemuan klien dapat melakukan apa yang diajarkan, keluarga mampu

1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah memberi dukungan selama klien dirawat 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 1. BHSP dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

Perhatian dan

keluarga pengertian

keluarga akan dapat membantu meningkatkan harga diri klien.

memberikan dukungan 2. Bantu keluarga

TUM: Resiko halusinas Klien tidak menciderai diri

Hubungan saling percaya merupakan langkah awal untuk menentukan

sendiri/orang lain/lingkunga n TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

keberhasilan rencana selanjutnya

Perkenalkan diri dengan sopan Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggila yang di sukai klien

Jelaskan maksud tujuan dan interaksi

Berikan perhatan klien, perhatika kebutuha dasarnya

2. Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya 3. Dengarkan ungkapan TUK 2: Klien dapat mengenali halusinasi klien dengan empati 1. Adakan kontak mata singkat tapi sering 2. Tanya apa yang di dengar dari halusinasinya 3. Tanyakan kapan halusinasinya dating 4. Tanyakan isi halusinasi 5. Bantu klien mengenal halusinasinya Jika menentukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah sedang ada Mengetahui apakah halusinasi datang dan menentukan tindakan yang tepat atas halusinasi. Mengenalkan pada klien terhadapn halusinasinya dan mengidentifikasi factor pencetus halusinasinya

suara yang di dengar Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang di katakan Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya(deng an nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien Katakan babhwa perawat membantu klien 6. Diskusikan dengan klien Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi Waktu, frekuensi terjadinya halusinasi(pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel atau

sedih) 7. Diskusikan dengan klien apa yang di rasakan jika terjadi halusinasi(marah/taku t, sedih, senang)beri kesempatan mengungkapkan TUK 3: Klien dapat mengontrol halusinasi perasaan 1. Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan terjai halusinasi 2. Diskusikan manfaat dan cara yang dugunakan klien ,jika mermanfaar beri pujian 3. Diskusikan cara baik memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi: Katakansaya tidak mau dengar kamu(pada saat halusinasi terjadi Temui orang lain(perawat tatu anggota atau keluarga) untuk bercakap cakap atau mengatakan halusinasi yang di dengar Buat jadwal

kegiatan sehari-hari Minta keluarga atau teman atau perawat menyapa klien jika tampak bicara sendiri melamun atau kegiatan yang tidak di control 4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap 5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 6. Anjurkan klien mengikuti TAK, jenis orientasi realita, atau TUK 4: Klien dapat dukungan dalam mengontrol halusinaasinya stimulasi persepsi. 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi 2. Diskusikan dengan keluarga pada saat keluarga berkunjung atau kunjungan rumah a. Gejala halusinasi yang di alami klien b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk Membantu klien menentukan cara mengontrol halusinasi. Periode berlangsungnya halusinasi : 1. Memberi support pada klien 2. Menambah pengetahuan klien untuk melakukan

memutus halusinasi c. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi di rumah: beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, bepergian bersama. d. Beri informasi waktu follow up attau kapan perlu mendapat bentuan halusinasi tidak di kontrol dan resiko menciderai orang lain 3. Diskusikan dengan keluarga dan klien tentang janis, dosis, frekuensi dan manfaat obat 4. Pastikan klien minum obat sesuai dengan TUK 5: Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan halusinasinya program dokter. 1. Anjurkan klien bicara dg dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang yang disarankan 2. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi 3. Bantu klien menggunakan obat

tindakan pencegahan

Meningkatkan pengetahuan tentang obat.

dengan 5 benar

K. PELAKSANAAN TINDAKAN

DX. KEP 1

TGL/ JAM 13/11 /12 10.00 IMPLEMENTASI SP 1 1. Membina hubungan saling percaya a. Menyapa klien dengan ramah b. Memperkenalkan diri dengan sopan c. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai klien d. Menjelaskan tujuan pertemuan e. Menunjukan sifat empati & menerima klien apa adanya. 2. isolasi social : menarik diri a. Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandanya. b. Memberi kesempatan pada klien untuk mengunggkapkan perasaan penyebab menarik diri/tidak mau bergaul. c. Mendiskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri dan tanda serta penyebab yang muncul. d. Memberikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaan. 2. berhubungan lain. a. Mengkaji pengetahuan klien dengan orang lain

T EVALUASI T S : klien menyebutkan Nama saya J, biasa dipanggil J klien mengatakan Saya suka diam dirumah, karena tetangga suka mengejek saya, gila. Kalau disini saya tidak mau berkenalan dengan pasien lain, karena saya waras. klien mengatakan, dengan Jika orang saya lain, berhubungan

Membantu klien menyebutkan penyebab sebenarnya sama saja, tidak banyak pengaruh dan manfaatnya, karena mereka suka ngomong tidak jelas, dan suka memukul sembarangan. Klien menjelaskan, saat saya sendiri dan kesepian, saya pernah mendengar bisikan untuk berbuat tidak baik. Klien mengatakan, Saya mau mencoba berkenalan, Setelah kemampuan klien saya saya berkenalan dengan perawat. Setelah mengatakan, berkenalan,

Membantu klien menyebutkan keuntungan kepercayaan saya tumbuh terhadap dan perawat tersebut. Klien tidak mau tersenyum dengan tentang perawat, duduk berhadapan dengan kerugian tidak berhubungan dengan orang O : klien mau berjabat tangan,

manfaat dan keuntungan berhubungan klien

dengan orang lain. mengungkapkan lain. perasaan

perawat, tentang klien tampak lemas, lain.

b. Memberi kesempatan pada klien untuk kontak mata bagus, keuntungan berhubungan dengan orang klien bisa berkenalan dengan perawat c. Mendiskusikan bersama klien tentang A : klien mampu membina hubungan keuntungan berhubungan dengan orang saling percaya, lain. klien mampu menyebutkan penyebab d. Memberi reforcement positif terhadap dan tanda menarik diri, perasaan keuntungan berhubungan dengan klien belum mampu menyebutkan orang lain. e. Mengkaji lain. mengungkapkan orang lain. kerugian tidak berhubungan orang lain. h. Memberi reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. 3. Membantu klien melaksanakan hubungan social secara bertahap, klien perawat. a. Mengkaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain. b. Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: klien-perawat. c. Memberi reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai. d. Membantu klien mengevaluasi manfaat perasaan pengetahuan klien keuntungan berhubungan dengan tentang orang lain, tapi mampu menyebutkan orang lain, mampu berkenalan dan tentang menjalin hubungan dengan perawat. bantu klien menyebutkan keuntungan Klien : dapat menyebutkan dengan

kerugian tidak berhubungan dengan orang kerugian tidak berhubungan dengan f. Memberi kesempatan pada klien untuk klien

kerugian bila tidak berhubungan dengan P : perawat : ulangi SP 1, khususnya g. Mendiskusikan bersama klien tentang berhubungan dengan orang lain keuntungan orang lain. berhubungan

14/11 /12 09.00

berhubungan dengan orang lain. SP 1

S : klien mengatakan, Saya merasa

2. Memberi kesempatan pada klien untuk kesepian, dan takut kalau mendengar mengungkapkan perasaan tentang keuntungan suara yang tidak nyata, kalau saya berhubungan dengan oarang lain. keuntungan berhubungan dengan orang lain. 4. Memberi reforcement positif terhadap perasaan keuntungan berhubungan dengan orang lain. ditemani perawat saya senang dan klien mengatakan bahwa dia mau ditemani perawat, karena tidak membuat kesepian, tapi kalau dengan pasien lain saya belum mau. O : klien sudah tau manfaat berhubungan dengan orang lain, yaitu supaya mencegah halusinasi. A : tujuan tercapai, klien bisa menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain. P : perawat : lanjutkan SP 2, Membantu klien melaksanakan hubungan social secara bertahap, klien perawat - perawat lain. Klien : dapat berinteraksi dengan SP 2 orang lain secara bertahap S : klien mengatakan,Saya bersedia 3. Mendiskusikan bersama klien tentang tidak kuwatir dengan suara tersebut.

09.30 1.

Membantu klien melaksanakan hubungan berkenalan dengan perawat lagi. social secara bertahap, klien perawat - klien mengatakan, Saya senang perawat lain. a. Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: klien-perawat-perawat lain. b. Memberi reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai. berhubungan dengan orang lain. karena kenal dengan perawat, karena saya tidak kesepian dan sendirian lagi, saya akan mencoba mengikuti saran membuat jadwal perkenalan. O : klien tampak menghampiri dua perawat dan berkenalan sebelumnya.

c. Membantu klien mengevaluasi manfaat klien tampak senang disbanding hari d. Mendiskusikan jadwal harian yang A : Tujuan tercapai, klien bersedia dapat dilakukan klien, khususnya untuk berhubungan social dan berkenalan

berkenalan dengan orang lain.

dengan dua perawat. P : Perawat : lanjutkan SP 3 mendorong klien berhubungan kliensekelompok pasien. Klien : mau menjalin hubungan dengan sekelompok pasien. S : klien mengatakan, Saya mau yang saya anggap tidak bahaya. setelah berkenalan, klien mengatakan ternyata sebagian dari mereka tidak terlalu buruk, sekarang saya senang karena punya teman lagi dan tidak kesepian. Saya mau mengikuti

15/11 /12 10.00

SP 3 social secara bertahap, klien kelompok. a. Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: klien-sekelompok pasien. b. Memberi reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai. berhubungan dengan orang lain. dilakukan e. Memotivasi klien, klien khususnya untuk

4. Membantu klien melaksanakan hubungan mencoba berkenalan dengan pasien

c. Membantu klien mengevaluasi manfaat permainan berkenalan O : klien tampak senang, rileks, tidak untuk Klien mengikuti mengisi kegiatan jadwal TAK harian d. Mendiskusikan jadwal harian yang dapat ketakutan, berkenalan dengan orang lain. kegiatan TAK sosialisasi berkenalan. mengikuti TAK. sosialisasi mengikuti Klien berkenalan dengan orang lain. melakukan hubungan social bertahap klien- kelompok. P : lanjutkan SP 4 mendorong klien untuk memberdayakan system pendukung/keluarga. pada perawat ruangan. Klien : kllien mampu memanfaatkan system pendukung dan keluarga dapat mendukung klien. Delegasikan

f. Memberi pujian atas kegiatan klien dalam A : tujuan tercapai, klien dapat

BAB IV PEMBAHASAN Menurut keliat perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain dalam kasus ini Klien An. Mengalami hal tersebut. Klien beranggapan bahwa pasien gangguan jiwa yang ada diruangan tidak pantas untuk dia kumpuli, karena klien menganggap dia sehat jiwa. Hal tersebut membuat dia hanya berdiam diri dikamar, tidak mau berinteraksi lebih banyak tiduran, dan melamun. Kegiatan klien dirumah juga hampir sama, klien merasa tersinggung dan sakit hati karena ejekan dari tetangga dan teman-temannya bahwa dia mempunyai gangguan jiwa serta klien mempunyai wajah yang tidak ganteng. Problem ini merupakan yang utama yang dialami oleh klien saat dirumah sakit maupun di rumah. Dari pengkajian dari klien maupun keterangan keluarga saat di IGD, klien mengalami ketidak percaya dirian akan keadaan wajahnya, klien juga mengatakan tidak percaya diri dengan kendaraan yang dimilikinya, karena dilingkungan sekolah klien merasa kurang dianggap karena hal tersebut. Sehingga timbul masalah Harga Diri Rendah, yang berakibat terjadinya Isolasi Sosial: Menarik Diri pada klien An. J. Harga diri rendah, yang terjadi pada klien An. J ini, merupakan suetu penyebab timbulnya perilaku Isolasi Sosial: Menarik Diri. Saat terjadi Harga diri rendah pada klien, klien pernah mengamuk karena klien berusaha untuk memenuhi kekurangan dirinya, klien sampai mengancam ayahnya menggunakan gunting. Sehingga klienpernah mengalami masalah perilaku kekerasan, hal ini tidak muncul pada data focus dan diagnose karena saat klien dikaji dan diwawancarai dirumah sakit, klien sudah tidak menunjukkan perilaku kekerasan. Selama dirumah sakit, dalam keadaan menyendiri dan melamun, klien mengatakan pernah mengalami mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk berbuat jahat pada orangorang diruangan. Hal ini pernah muncul sekali dan hanya berlangsung kira-kira selama 2 menit. Sehingga hal ini merupakan suatu resiko, akibat perilaku Isolasi social: Menarik Diri. Untuk mengatasi Core Problem yang dialami klien, dalan hal ini yaitu Isolasi social : Menarik Diri, sebagai perawat kami telah menyusun rencana asuhan keperawatan

yang bertujuan agar klien An.J bias berinteraksi dengan orang lain, sehingga tidak terjadi halusinasi. Rencana asuhan keperawatan tersebut terdiri dari tujuan khusus 1 klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat; tujuan khusus 2 klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri; tujuan khusus 3 klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain; tujuan khusus 4 klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap; tujuan khusus 5 klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain; tujuan khusus 6 klien dapat menggunakan system pendukung/keluarga atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain. Sedangkan dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, kami mengelompokkan tujuan khusus atau TUK tersebut menjadi suatu Strategi pelaksanaan klien dengan Isolasi social : menarik diri. Strategi pelaksanaan yang selanjutnya kita sebut sebagai SP tersebut dibagi menjadi 4, SP 1 yaitu melibatkan TUK 1 sampai dengan TUK 5, dimana pada TUK 4 klien kita ajari untuk berkenalan. Pada proses ini klien berhasil membina hubungan dengan perawat dengan ditandai klien mau berjabat tangan dan duduk berhadapan dengan perawat. Sehingga klienpun mau mengungkapkan penyebab Isolasi soaisl : Menarik diri yang disebabkan karena terlalu banyak yang yang mengejeknya di lingkungan rumah maupun di sekolah, serta karena dia menganggap bahwa dirinya sehat jiwa sehingga tidak mau berkumpul dengan pasien lain. Namun, karena keyakinan tersebut membuat klien belum bisa mengungkapkan keuntungan berhubungan dengan orang lain, meskipun klien tau kerugian jika dia tidak mau berhubungan dengan orang lain. Setelah dilakukan motivasi untuk diajak berkenalan, akhirnya klien mau mendemonstrasikan cara berkenalan dengan orang lain (dalam hal ini saya sendiri), sehingga klien mulai meningkat rasa percayanya. Untuk menindak lanjuti rencana SP 1, yang belum berhasil kami mengulang bagian dari TUK 3, khusunya di point meminta pasien menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain. Hal ini berhasil karena klien mulai menyebutkan beberapa keuntungan diantaranya dia merasa tidak kesepian jika punya teman dan tidak khawatir dengan suara yang pernah membisikinya. Dengan berhasilnya SP 1 dihari pertama dan hari kedua, pada pertemuan selanjutnya kita lanjutkan untuk melakukan SP 2, yaitu melibatkan TUK 4 (melakukan hubungan social yang melibatkan klien-perawat-perawat lain) dan TUK 5, klien bisa melakukan hubungan social dengan perawat lain, dan klien mengungkapkan bahwa dia senang dan merasa tidak

kesepian lagi, klien juga mulai mengelola jadwal kegiatan sehari-hari khususnya pada point perkenalan untuk diisi. Keberhasilan SP 2, pada hari kedua, selanjutnya di hari ketiga kita lakukan pertemuan untuk SP 2, yang melibatkan TUK 3 (melakukan hubungan social yang melibatkan klien-sekelompok pasien) dan TUK 5, kita evaluasi dari respon klien setelah berkenalan dengan sekelompok pasien, klien mulai menyadari kalau orang dengan gangguan jiwa tidak terlalu buruk dan terkadang juga bisa bersahabat, klien pun mau mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan baik. Rencana selanjutnya adalah melanjutkan SP 4, yaitu klien dapat menggunakan system pendukung/keluarga atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain. Mengingat jadwal dinas dari kelompok kami hanya dari pukul 07.00-14.00 maka dalam hal ini kita delegasikan kepada perawat ruangan yang jaga dari jan 14.00-21.00, karena pada tanggal 15 november jam 16.00 klien dijemput keluarga untuk pulang kerumah.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung. ( Stuart & Sundeen, 1995). Untuk mengatasi klien dengan Isolasi social : Menarik diri, langkah awal perlu dilakukan pendekatan supaya terjalin hubungan saling percaya dengan klien. Kemudian setelah terjalin BHSP baru kita bisa mengeksplor mengenai penyebab dan tanda gejala yang membuat klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Selain itu kaji juga pendapat klien tentang manfaat berhubungn dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Kemudian, mulai ajarkan cara berinteraksi dengan orang lain melalui tahap klien-perawat, klien-perawat-perawat lain, klien-kelompok kecil dst. Jangan lupa untuk selalu menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain. Setelah semua tercapai, langkah akhir yaitu mengajarkan keluarga untuk bisa merawat klien dengan masalah Isolasi social : menarik diri. B. SARAN Sebagai perawat dalam menghadapi dan merawat klien dengan isolasi social : menarik diri, arus memperhatikan kontak mata klien, harus bisa menunjukkan penerimaan terhadap klien apa adanya, menunjukkan empati untuk klien dan jangan lupa untuk selalu memberi reinforcement disetiap keberhasilan klien. Lakukan langkah-lamgkah strategi pelaksanaan secara berurutan, jangan memaksa klien untuk berinteraksi jika klien belum siap, tapi ulangi pada pertemuan berikutnya atau jika klien sudah siap.

DAFTAR PUSTAKA Keliat, Budi Anna. 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Marifatun, Lilik. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Stuart, GW Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Townsend, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai