Disusun Oleh:
Mailani Jihadi
1608437684
Pembimbing :
dr. Irwan , Sp.JP (K)-FIHA
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal Jantung / heart failure adalah suatu sindroma dengan gejala dan tanda
tekanan vena jugularis (jugularis venous pressure, JVP), ronki pulmonal dan lokasi
apeks jantung yang berpindah) yang disebabkan oleh ketidaknormalan struktur dan
meningkat dan akan memberikan beban kesakitan, kecacatan dan beban sosial
sebesar0.13%.4 Selain itu, data dari WHO pada tahun 2013 menyatakan lebih dari
17,3 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler dan 80%-nya terjadi di
sebesar 89.6%, satu tahun 78%, dan dalam lima tahun hanya sebesar 57.7%. 7Untuk
keadaan gagal jantung berat lebih dari 50%, pasien akan meninggal dalam tahun
pertama.3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
CHF adalah kelainan struktur dan fungsi jantung sehingga jantung gagal
normal atau mampu memenuhi rnetabolisme jaringan tetapi pada tekanan pengisian
dengan gejala sesak napas, kelelahan, dan tanda – tanda kelebihan volume cairan
2.1.2 Etiologi
idiopatik kardiomiopati dan penyakit katup jantung. Gagal jantung yang disebabkan
oleh penyakit arteri koroner mencapai angka kejadian sebesar 60 – 70% (gagal
simptomatis. Hipertensi dan penyakit katup jantung juga merupakan faktor resiko
yang cukup signifikan dalam menyebakan gagal jantung yaitu dengan angka
kejadian sebesar 1.4 – 1.6%. Diabetes melitus, DM, meningkatkan resiko gagal
jantung yang disebabkan oleh kardiomiopati menjadi dua kali lipat dan pada wanita,
DM menjadi faktor resiko utama terjadinya penyakit arteri koroner yang juga bisa
berakibat menjadi gagal jantung. Merokok, pola hidup inactive, dan obesitas juga
4
termasuk faktor resiko yang harus diperhatikan, karena banyak faktor lain yang
2) Aterosklerosis koroner
2.1.3 Klasifikasi
3
Terjadi limitasi 4
2
1 aktivitas fisik. Setiap aktivitas
Sedikit limitasi
Saat istirahat, fisik yang
Tanpa limitasi aktivitas fisik,
tidak ada dilakukan
aktivitas fisik. hilang saat
keluhan. menimbulkan
Aktivitas fisik istirahat.
Aktivitas fisik gejala CHF,
yang biasa tidak Aktifitas fisik
yang lebih ringan bahkan saat
menimbulkan yang biasa
dari aktifitas fisik istirahat juga
gejala CHF menimbulkan
biasa menimbulkan
gejala CHF
menimbulkan keluhan
gejala CHF
6
Stadium ACCF/AHA
A : Beresiko terjadinya CHF tanpa kelainan struktur jantung atau gejala dari CHF
B : Kelainan struktural jantung ada, gejala dari CHF tidak ada
C : Kelainan struktural jantung ada, gejala dari CHF ada
D : Gejala yang berat dari CHF dan perlu intervensi spesialisasi
meningkat, dan pada gagal jantung diastolik justru sebagian besar (40 – 50%)
2.1.4 Patofisiologi
masalah, yaitu :
ventrikel (suatu bentuk gagal sistolik) atau adanya gangguan relaksasi ventrikel
a. Disfungsi sistolik
(dapat disebabkan oleh rusaknya miosit, abnormalitas fungsi miosit atau fibrosis,
serta akibat pressure overload yang menyebabkan resistensi atau tahanan aliran),
sehingga isi sekuncup ventrikel berkurang, adanya penurunan curah jantung dan
volume akhir sistolik meningkat Akibat dari peningkatan volume akhir sistolik, saat
darah dari vena pulmonalis kembali ke jantung yang sedang terganggu, dimana
diastoliknya meningkat lebih besar, sehingga tekanan dan volume akhir diastolik
b. Disfungsi diastolik
Terdapat gangguan pada relaksasi diastolik dini (suatu proses yang aktif dan
atau kedua-duanya yang paling sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner,
hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofi. Dalam fase
adanya kenaikan volume yang menyebabkan peningkatan tekanan yang lebih besar.
kapiler paru. Kenaikan tekanan hidrostatik di kapiler paru yang cukup tinggi
Gagal jantung kongestif terjadi pada kondisi gagal jantung kiri jangka panjang
yang diikuti dengan gagal jantung kanan atau sebaliknya, namun kebanyakan
regurgitasi katup atau ada pirau) maka panjang serat jantung juga
10
Gambar 2.3 Gambaran jantung normal dan kelainan – kelainan pada jantung
2.1.5 Diagnosis
pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan penunjang yang sesuai, sebagai berikut
:1,7
a. Anamnesis
Tanyakan keluhan sesak saat bekerja, berbaring (ortopneu), saat malam hari
(sampai terbangun), cepat lelah, tidak tahan dengan latihan berat, riwayat
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
i. Pemeriksaan laboratorium
iii. EKG
miocard akut atau kronis, dan atrial fibrilation dapat diidentifikasi dan
kepada kardiolog.
dipakai sebagai panduan, yaitu kriteria Framingham dan Boston, sebagai berikut :
Framingham7 Boston12
Kriteria Mayor : Kategori I : Riwayat
- Paroksismal nokturnal dispnea atau - Dispnea saat istirahat (4)
ortopnea - Ortopnea (4)
- Peningkatan JVP - Paroksismal nokturnal dispnea (3)
- Ronki basah - Sesak saat naik tangga (2)
- Edema pulmonary akut - Sesak saar memanjat (1)
- Bunyi S3 Gallop
- Peningkatan tekanan vena Kategori II : Pemeriksaan Fisik
- Refluks hepatojugular - Denyut jantung yang abnormal
(1-2)
Kriteria Minor - Peningkatan JVP (1-2)
- Edema tungkai - Suara paru crackles (1-2)
- Batuk malam hari - Wheezing (3)
- Dispnea on effort - Bunyi S3 (3)
- Hepatomegali
- Efusi pleura Kategori 3 : Radiologi
- Kapasitas vital berkurang - Edema alveolus paru (4)
1/3 dari maksimum - Edema intersisial paru (3)
- Takikardi - Efusi pleura bilateral (3)
- CRT >50% (3)
Kriteria mayor atau minor : - Retribusi aliran di zona atas (2)
Kehilangan berat badan >4,5 kg dalam
5 hari pengobatan Nilai 8-12 : pasti CHF
Nilai 5-7 : mungkin CHF
Diagnosis ditegakkan jika 2 kriteria mayor Nilai <5 : bukan CHF
atau 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor
2.1.6 Penatalaksanaan
menurunkan beban awal dari jantung melalui retribusi darah dari sentral
baik, cardiac output dapat lebih besar pada volume dan tekanan diastolik
tertentu.
17
(NYHA fc II – IV)
18
2.2.2 Diagnosis15,16
2.7 Penatalaksanaan11,12
irama sinus yang memberi keluhan saat frekuensi jantung meningkat saat latihan.
Hemodinamik yang tidak stabil karena hilangnya kontriubusi atrium terhadap
pengisian ventrikel serta frekuensi ventrikel yang cepat dapat menimbulkan fibrilasi
atrium (AF).Pemakaian digitalis merupakan indikasi pada keadaan ini dan dapat
dikombinasikan dengan beta blocker atau antagonis kalsium. Penggunaan
antikoagulan diberikan pada saat fibrilasi atrium atau irama sinus dengan
kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah tromboemboli.
BAB III
22
LAPORAN KASUS
Umur : 56 tahun
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan utama
Sesak nafas memberat sejak 10 hari SMRS.
RS Awal Bros Ujung Batu , pasien dirawat 3 hari mendapat obat, lalu
pulang.
- 10 hari SMRS pasien mengeluh sesak semakin memberat, mengigil dan
keringat dingin. Pasien sesak saat ke kamar mandi dan bila dibawa
beristirahat sesak masih terasa. Sesak juga disertai dengan keluhan batuk,
berdahak dengan dahak berwarna putih, tidak berbuih dan tidak bercampur
darah. Selain itu, kedua tungkai semakin sembab. Setelah konsumsi obat,
sesak berkurang, Pasien pergi RSUD AA.
Toraks Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri saat statis dan
dinamis, tidak ada retraksi
Palpasi : Vokal fremitus kesan tidak ada peningkatan kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: Vesikuler (+/+), ST: Ronki (+/+) basal, Wheezing (-/-)
Toraks Jantung
Inspeksi :Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan SIK V linea parasternal dextra
Batas jantung kiri SIK VI linea aksilaris anterior
25
Abdomen
Inspeksi : Perut distensi, striae (+), masa (-)
Auskultasi : Bising usus positif 8 x/menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar & lien (-)
Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen
- EKG
26
Interpretasi :
Irama : Asinus
Reguler : Irreguler, reguler
Rate : 100x/menit
Axis : RAD
Gel. P : Sulit dinilai
PR Interval : Sulit dinilai
QRS : 0,4 s
S-T : isoelektrik
LVH :-
RVH :-
27
RBBB : -
LBBB : -
Kesan : Aterial Fibrilasi
- Foto Toraks
Interpretasi :
- Identitas sesuai
- Marker R
- Foto diambil secara AP
- Kekerasan foto cukup
- Jariangan lunak > 2cm
- Costae,clavikula dan scapula intak
- Sega Iga tidak melebar
- CTR > 50 %
Kesan : kardiomegali
Echocardiogrph (11-104-2019) :
28
Hasil:
LA dilatasi
Kesimpulan:
Antrium kiri dilatasi
MS severe
29
3.5 Kesimpulan
Ny T, 56 tahun, sejak 1 tahun SMRS pasien mulai mengeluhkan
sesak napas, sesak dirasakan hilang timbul, muncul saat aktifitas dan hilang
jika pasien istirahat. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca dingin, debu, atau
makanan.Sesak tidur malam hari (+),tidur dengan bantal ditinggikan (+).
Pasien diketahui memiliki riwayat jantung sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
rutin mengkonsumsi obat. 10 hari SMRS pasien kembali mengeluhkan
sesak, sesak muncul saat berjalan ke kamar mandi dan sedikit berkurang
jika dibawa berbaring, kedua tungkainya terlihat sembab. Nyeri dada
(+),batuk (+),bercampur darah (-), demam (-). 6 jam SMRS pasien
mengeluh sesak semakin memberat, mengigil dan keringat dingin. Pasien
sesak saat ke kamar mandi dan bila dibawa beristirahat sesak masih terasa.
Sesak disertai dengan batuk, berdahak dengan dahak berwarna putih, tidak
berbuih dan tidak bercampur darah, kedua tungkai semakin sembab. Setelah
konsumsi obat, sesak berkurang, kemudian pasien berobat RSUD AA.
Pemeriksaan fisik di dapatkanTD 149/100 mmhg, HR 112x/i, RR
28x/i. Peningkatan JVP (+), Edema tungkai(+/+). Dari pemeriksaan
laboratorium darah didapatkan peningkatan kadar ureum dan creatinin
serum. Dari pemeriksaan penunjang EKG diperoleh kesan: Aterial Fibrilasi.
Pemeriksaan ekokardiografi yang dilakukan menjelaskan gambaran mitral
stenosis yang berat.
3.8 Penatalaksanaan
3.8.1 Non Farmakologis
- Bedrest, membatasi aktifitas fisik sehari-hari
- Diet rendah garam dan rendah lemak
3.8.2 Farmakologis
- O2 4 lpm via nasal canul
- Infus Nacl 0,9% 12 tpm
- spironolakton 1 x 50 mg
- Injeksi Lasix (furosemid)40 mg/8 jam i.v
- Ranitidin 2 x 1 amp 50 mg
- Captopril 2 x 12,5 mg
- Aspilet 1 x 80 mg
31
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
16. Marcus RH, Sareli P, Pocock WA, et al. The spectrum of severe rheumatic
mitral valve disease in a developing country. Correlations among clinical
presentation, surgical pathologic findings, and hemodynamic sequelae. Ann
Intern Med. 1994 Feb 1. 120(3):177-83.