Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum II Kesehatan Ternak

PEMBUATAN PREPARAT ULAS DARAH ATAU SEDIAAN APUS


DARAH TEPI DENGAN PEWARNAAN GIEMSA

Oleh

NAMA : DHARMA SANJAYA


NIM : L1A1 17 036
KELAS : A
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN : DEWO MADE ANDIKA PUTRA

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN KONSULTASI

NO Hari/Tanggal Materi Konsultasi Paraf


1

Kendari, Desember 2019


Menyetujui
Asisten Praktikum,

Dewo Made Andika Putra


NIM. L1A1 16 084
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kambing kacang merupakan jenis kambing dengan populasi terbanyak di

Indonesia. Kambing kacang bersifat prolifik atau dapat menghasilkan banyak

anak sehingga sangat menguntungkan bagi peternak. Kambing kacang pada

umur 15 sampai 18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan.

Kondisi induk kambing juga merupakan salah satu hal yang perlu

diperhatikan untuk menghasilkan anak kambing yang sehat. Pakan menjadi

salah satu hal penting yang berperan dalam memelihara tubuh, baik untuk

kebutuhan pokok hidup, reproduksi, dan produksi. Variasi jumlah eritrosit pada

kambing kacang betina ini umumnya dipengaruhi oleh kondisi fisiologis masing-

masing kambing. Kondisi fisiologis pada hewan dapat dipengaruhi oleh

beberapa factor seperti temperatur lingkungan, manajemen pemeliharaan, kualitas

pakan, dan keseimbangan cairan tubuh. Perbedaan jumlah eritrosit dapat

dipengaruhi oleh produksi hormon eritropoietin. Eritropoietin merupakan

regulator humoral eritropoiesis yang dihasilkan oleh ginjal.

Salah satu pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui keadaan kambing

yaitu dengan metode sediaan apus darah tepi. Sediaan apus darah tepi adalah

suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan

laboratorium. Salah satu fungsi dari pemeriksaan apus darah yaitu untuk

evaluasi morfologi sel darah tepi.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan praktikum preparat ulas darah

atau sediaan apus darah tepi dengan pewarnaan giemsa.


1.2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum pembuatan preparat ulas darah

atau sediaan apus darah tepi dengan pewarnaan giemsa yaitu mahasiswa dapat

keterampilan membuatan preparat ulas darah atau sediaan apus darah tepi.

1.3. Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai pada praktikum pembuatan preparat ulas darah

atau sediaan apus darah tepi dengan pewarnaan giemsa yaitu mahasiswa memiliki

keterampilan membuat preparat ulas darah atau sediaan apus darah tepi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Ternak Kambing

Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang relatif mudah

dipelihara dan dapat memakan berbagai hijauan terutama daun-daun muda.

Kambing dapat hidup menyesuaikan diri pada daerah dimana ternak lain sukar

hidup seperti didaerah batu-batuan, daerah perbukitan atau daerah pengunungan

(Bangun dan Ella, 2013).

Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia penghasil daging

yang cukup potensial. Kambing dapat memanfaatkan bahan alami dan hasil ikutan

industri yang tidak dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan pakan. Makanan

utama ternak kambing adalah hijauan berupa rumput lapangan (Rudiah, 2011)

Kambing diklasifikasikan ke dalam:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Group : Cranita (Vertebrata)

Class : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Sub-ordo : Ruminantia

Family : Bovidae

Sub-family : Caprinae

Genus : Capra atau Hemitragus

Spesies: Capra Hircus, Capra Ibex, Capra caucasica, Capra pyrenaica, Capra

falconeri (Anjani, 2019).


II.2. Darah

Darah adalah kendaraah atau medium untuk transportasi missal jarak

jauh berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel itu

sendiri. Transportasi semacam itu penting untuk melihat homeostatis . Darah

berperan dalam homeostatis berfungsi sebagai medium untuk membawa

berbagain bahan dari sel , menyangga perubahan ph, mengangkut kelebihan

panas kedalam tubuh untuk dikeluarkan, berperan penting dalam sistem

perubahan tubuh ,dan memperkecil kehilangan darah apabila terjadi kerusakan

pada pembuluh darah (Lestari, 2010).

Pengambilan sampel darah dilakukan dengan melalui vena auricularis di

telinga sapi dengan terlebih dahulu telinga dibersihkan dengan menggunakan

alkohol sampai kering. Kemudian vena auricularis dibendung dan ditusuk dengan

menggunakan jarum suntik yang sudah disterilkan. Setelah darah keluar dari

pembuluh darah maka dibuatlah preparat ulas yang tipis pada gelas obyek dengan

cara meneteskan setetes darah pada ujung dari obyek glass, kemudian tempatkan

salah satu ujung cover glass dan membuat sudut 30°C kemudian sentuh setetes

darah tersebut sehingga darah mengalir mengikuti bagian bawah dari cover glass,

kemudian dorong agak cepat cover glass kearah depan di sepanjang permukaan

obyek glass. Lalu keringkan apusan darah tersebut.Preparat darah yang kering

kemudian difiksasi dengan metanol selama 3-5 menit. Setelah itu diberi

label berisi keterangan nama sapi, tanggal, waktu pengambilan dan catatan lain

yang dianggap perlu. Setelah kering simpanlah pada kotak preparat untuk

dilakukan pemeriksaan laboratorium (Darma, 2015).


II.3. Pewarnaan Darah

Pemeriksaan preparat apus darah tepi merupakan bagian yang penting dari

rangkaian pemeriksaan hematologi. Keunggulan dari pemeriksaan apus darah tepi

ialah mampu menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti morfologi sel (eritrosit,

leukosit, trombosit), menentukan jumlah dan jenis leukosit, mengestimasi

jumlah trombosit dan mengidentifikasi adanya parasit (Riswanto, 2013).

Di Indonesia, pewarnaan yang umum digunakan ialah pewarnaan Giemsa

sebab Giemsa lebih tahan lama dalam iklim tropis. Beberapa klinik juga

menggunakan pewarna Wright dalam mewarnai apusan darah tepi. Terkadang

pewarnaan Giemsa juga dikombinasikan dengan Wright, dimana diharapkan

kelebihan dari tiap-tiap zat warna Giemsa dan Wright bisa didapatkan dan akan

menjadikan sediaan apus darah tepi lebih jelas terlihat secara mikroskopis dan jadi

lebih tahan lama (Rinny, 2012).

II.4. Sel Darah

Sel darah merah hanya terdiri dari membrane dan sitoplasma tanpa inti

sel. Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada

apusan darah tepi disebut makrositik. Sel darah merah yang berukuran lebih kecil

dari inti limfosit kecil disebut mikrositik (Setiawan, 2014).

Sel darah putih merupakan salah satu bagian dari susunan sel darah yang

memiliki peran utama dalam hal sistem imunitas atau membunuh kuman dan bibit

penyakit yang ikut masuk ke dalam aliran darah manusia. Sel darah putih atau

yang juga dapat disebut dengan leukosit. Leukosit dibagi menjadi lima jenis tipe

berdasarkan bentuk morfologinya yaitu basofil,eosinofil,limfosil, dan monosit.


Masing–masing jenis sel darah putih ini memiliki cirri khas dan fungsi yang

berbeda (Setiawan, 2014).


III. METODEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum praktikum pembuatan preparat ulas darah atau sediaan apus

darah tepi dengan pewarnaan giemsa dilaksanakan pada Hari Selasa, 3 Desember

2019. Jam 13.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Unit Fisiologi,

Reproduksi dan Kesehatan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo,

Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan preparat ulas darah atau

sediaan apus darah tepi dengan pewarnaan giemsa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Kegunaan.


No Alat Kegunaan
1. Mikroskop Untuk mengamati preparat darah
2. Kaca objek Untuk menyimpan sampel
3. Kaca preparat Untuk menutup sampel yang akan di amati
4. Tabung Vakuntube Untuk menyimpan sampel darah
5. Pipet tetes Untuk mambantu memindahkan darah
6. Alat tulis Untukmencatat data pengamatan
7. Kamera/hp Untuk dokumentasi

Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan preparat ulas darah

atau sediaan apus darah tepi dengan pewarnaan giemsa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan.


No Bahan Kegunaan
1. Darah kambing Sebagai objek pengamatan
2. Giemsa 10% Sebagai bahan pewarna
3. Methanol Sebagai fiksasi
4. Air Sebagai mencuci objek pengamatan
3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum pembuatan preparat ulas darah atau sediaan apus

darah tepi dengan pewarnaan giemsa adalah sebagai berikut:

1. Darah pada tabung vakum EDTA harus dihomogenkan lebih dahulu agar

plasma darah bercampur dengan sel-sel darah.

2. Darah diambil menggunakan pipet tetes

3. Sebanyak satu tetes sampel darah diteteskan pada salah satu ujung objek glass,

selanjutnya dengan menggunakan salah satu sisi dari glass objek yang lain

dilakukan ulas darah (kemiringan ± 60O) dan dibiarkan hingga kering.

4. Preparat ulas dimasukkan kedalam larutan methanol selama ± 5 menit lalu

dimasukkan ke dalam larutan pewarna giemsa 10 % selama ± 25 menit

5. Setelah itu bilas dengan aquadest atau air mengalir dan ditunggu sampai kering.

6. Lanjut identifikasi sel darah. Pemeriksaan dengan mikroskop dilakukan dengan

pembesaran 40X
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum pembuatan preparat ulas darah atau

sediaan apus darah tepi dengan pewarnaan giemsa dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pembuatan Preparat Ulas Darah atau Sediaan Apus
Darah Tepi Dengan Pewarnaan Giemsa.
No Metode Hasil Jenis Ternak
1.
Pembuatan
preparat ulas
darah dengan
Ternak Kambing
pewarnaan
giemsa

4.2. Pembahasan

Berdasarkan tabel 3 hasl dari pengamatan praktikum pembuatan preparat

ulas darah atau sediaan apus darah tepi dengan pewarnaan giemsa diperoleh hasil

bahwa pengamatan yang dilakukan dengan perbesaran 10x diperoleh sel darah

yang ada memiliki bentuk eritrosit bulat dan tidak berinti, berwarna ungu

transparan tidak ditemukan basofil, eosinofil, monosit karena sel bergerombol dan

saling bertumpuk. Untuk dapat mengamati jenis-jenis darah secara langsung, kita

harus membuat lapisan tipis (film) darah pada gelas benda agar dapat diamati di

bawah mikroskop. Semakin tipis lapisan darah yang dibuat, akan semakin baik

dalam pengamatan.

Metode pewarnaan dapat dilakukan dengan menuang darah kedalam

vakumtube,kemudian mengocok darah yang ada didalam vakumtube sampai

berbusa, mengambil sampel darah dengan menggunakan pipet tetes , Setelah


diambil kemudian teteskan darah diatas kaca preparat. Darah yang diteteskan di

atas kaca preparat hanya satu tetes . Setelah sampel di teteskan diatas kaca

preparat tutup sampel dengan menggunakan kaca preparat hingga menyebar

dengan sempurna kemudian geser dengan perlahan kaca tersebut hingga

memperoleh hasil yang maksimal.sesuai yang di kemukakan oleh (Hiru, 2013)

bahwa untuk menentukan karakteristik morfologi darah,hitungan sepertin ini

dilakukan untuk dengan prosedur tertentu yaitu dengan mengoleskan setetes

darah.

Kemudian setelah menyebar sampel diangin-anginkan sampai kering,

Setelah kering kurang lebih 15 menit sampai sampel benar-benar kering ,setelah

itu sampel difiksasi dengan menggunakan larutan etanol yaitu dengan cara

meneteskan larutan etanol diatas sampel darah yang kering secara merata dan di

angin-anginkan terlebih dahulu hingga sampel kering dengan maksimal.

Kemudian sampai tahab selanjutnya sampel diwarnai dengan menggunakan

larutan gimse secara merata dann dikeringkan kira- kira 20 menit setelah itu bilas

dengan air . Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Gandasoebrata, 2010).

Bahwa prinsip pengecetan preparat darah yaitu sediaan apus darah di fiksasi

dengan methanol selama 5 menit dan digenangi dengan zat warna giemsa yang

sudah diencerkan dibiarkan 20 menit setelah itu dibilas dengan aquades atau air

mengalir.
V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari praktikum pembuatan preparat ulas darah atau sediaan

apus darah tepi dengan pewarnaan giemsa yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa pembuatan dan pewarnaan preparat darah dilakukan dengan menggunakan

darah kambing sebagai sampel yang diamati dan menggunakan pewarna giemsa.

Cara yang dilakukan pada proses pewarnaan dilakukan yaitu dengan mengambil

sampel darah kambing sebanyak 1 tetes kemudian sampel di tutup dengan kaca

prepatar lalu di tare untuk di ratakan dan dibiarkan beberapa saat agar sampel

kering, kemudian di lakukan fiksasi dengan larutan etanol dan diangin-anginkan

sampe kering kemudian dilakukan pewarnaan dengan pewarna giemsa hingga

kering, setelah itu lakukan pembilasan sampel dengan air mengalir diamkan

kemudian lakukan pengamatan.

5.2. Saran

Saran saya untuk teman-teman apabila praktikum sedang berjalan usahan

perhatikan dengan baik asisten yang sedang menerangkan sehingga dapat

memudahkan pada saat pengerjaan laporan.


DAFTAR PUSTAKA

Andika Setiawan, 2014. Segmentasi Citra Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih
Berdasarkan Morfologi Sel Untuk Mendeteksi Anemia Defisiensi Besi.
Jurnal ITSMART. Universitas Sebelas Maret.
Anjani, A. R. 2019. Karakteristik Kualitatif Kambing Saburai Jantan dan Betina
Saat Sapih di Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Bangun, Ella Saghita, 2013. Analisis Produksi dan Pendapatan Usaha Ternak
Kambing Pedaging Sistem Intensif Kasus : Kelurahan Tanah Enam
Ratus. Kecamatan Medan Marelan, Medan. Skripsi. Fakultas Pertanian
USU.

Darma, 2015. Deteksi Parasit Darah Babesia Sp. Pada Sapi Bali Di Kelurahan
Lalabata Rilau Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Gandesbrata, 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat Jakarta.

Raguati Hiru, 2013. Suplementasi Urea Saka Multinutrien Blok (Usmb) Plus
Terhadap Hemogram Darah Kambing Peranakan Ettawa (Pe). Fakultas
Peternakan Universitas Jambi.

Rilli Dwi Lestari, 2010. Pengenalan Penyakit Darah.Universitas indonesia

Rinny Ardina, 2012. Morfologi Eosinofil Pada Apusan Darah Tepi Menggunakan
Pewarnaan Giemsa, Wright, Dan Kombinasi Wright-Giemsa. Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedia dan Kanal
Medika. Yogyakarta.
Rudiah, 2011. Respon Kambing Kacang Jantan Terhadap Waktu Pemberian
Pakan. Jurnal Media Litbang Sulteng. No (1), Hal : 67 – 74. Kota Palu,
Propinsi Sulawesi Tengah.

Anda mungkin juga menyukai