Oleh
NAMA : SAHARA
STAMBUK : L1A1 15 123
KELAS : E
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN PEMBIMBING : TRISNA AYUNI
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KANDARI
2016
HALAMAN KONSULTASI
Trisna Ayuni
I. PENDAHULUAN
dan penggunaan hijauan pakan. Produktivitas hijauan pakan mencakup nilai kualitas
dan kuantitas hijauan pakan tersebut. Kualitas hijauan pakan meliputi nilai nutrien
dan tingkat konsumsi hijauan tersebut oleh ternak, sedangkan kuantitas hijauan pakan
adalah nilai yang diperoleh dari pengukuran secara mekanis terhadap hijauan pakan
Sumber hijauan yang tersedia sepanjang tahun dengan kualitas dan kuantitas
yang tinggi perlu diupayakan. Leguminosa merupakan hijauan pakan yang dapat
peternak sebagai pakan. Kaliandra cukup potensial sebagai pakan sumber protein
yaitu mengandung 20-25% (Willyan et al., 2007), mengandung anti nutrisi (tanin)
sampai 11% . Pemanenan pertama untuk hijauan pakan ternak kaliandra sebaiknya
pada umur 9-12 bulan, dan seterusnya dapat dipanen setiap 4-6 kali setahun
tergantung kondisi tanahnya. Kandungan nutrien tanaman menurun dengan makin tua
umur tanaman. Kadar protein akan menurun dengan makin tuanya umur tanaman,
sedangkan kadar serat kasar akan meningkat dengan makin tua umur tanaman.
Tanaman Makanan Ternak ini untuk mengetahui pembenihan dan penanaman pada
benih kaliandra.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum pembenihan dan penanaman benih
1.3 Manfaat
Manfaat yang ingi dicapai pada praktikum pembenihan dan penanaman benih
daun kaliandra cukup potensial sebagai pakan terutama sebagai pakan sumber protein
sebagai pakan. Kaliandra cukup potensial sebagai pakan sumber protein yaitu
mengandung 20-25% (Willyan et al., 2007), mengandung anti nutrisi (tanin) sampai
11% .
2 yang akan menentukan performa benih ketika ditabur atau disimpan. Definisi
tersebut mempunyai multi konsep yang menekankan pada attribut fisik, fisiologi,
Dengan kata lain, mutu benih diartikan sebagai derajat yang mana benih tersebut bisa
semai. Mutu benih juga bisa dicerminkan dari penampilan fisik (kadar air, kemurnian
dan berat benih) dan juga fisiologis (daya berkecambah) (Sudrajat dan Nurhasybi,
2009).
2.2 Pembenihan dan Penanaman Kaliandra
bibit dan upah buruh di persemaian serta biaya penanaman dapat ditekan, sehingga
Tingginya daya kecambah, daya hidup dan persen jadi benih sangat berkaitan
tumbuh (Nurhasybi et al., 2007). Kelembaban tanah menjadi sangat penting dalam
menentukan daya kecambah dan laju perkecambahan jenis serta daya hidup anakan
berkecambah setelah beberapa hari ditanam. Air sangat penting dalam proses
(Suhartati, 2007).
pada akhir tahun 1936. Di Indonesia Kaliandra tumbuh dengan baik dan
menunjukkan tampilan yang bagus sehingga jenis ini kemudian banyak ditanam pada
tahun 70-an mencapai 30.000 ha. Tanaman Kaliandra yang banyak dibudidayakan di
Indonesia adalah jenis Calliandra calothyrsus yang berbunga merah, yang bisa
tumbuh sampai 4-6 meter. Kaliandra disebut tanaman pionir karena kemampuannya
untuk hidup pada berbagai jenis tanah. Kaliandra juga sering dikenal sebagai tanaman
perintis karena memiliki viabilitas hidup yang tinggi Tanaman kaliandra berasal dari
Meksiko, Amerika Tengah, masuk ke Indonesia pada tahun 1936 lewat pulau Jawa .
Tanaman kaliandra masuk ke pulau Jawa berasal dari Guatemala selatan yaitu spesies
diameter batang mencapai 30 cm. Daun kaliandra berwarna hijau gelap, kanopi
melebar ke samping, dan sangat padat. Tipe daun kaliandra merupakan daun
Praktikum uji skarifikasi benih saga pohon ini dilaksanakan pada hari
Laboratorium Unit Pabrik Pakan Mini, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo,
Kendari.
a. Pra-Pratikum
Pada pra-prtikum yang pertama dilkukan adalah menyiapkan alat dan bahan
b. Pratikum
Pada pratikum yaitu menghitung benih yang telah dilakukan uji kemurnian
sejumlah 120 biji (biji kaliandra). Lalu menyiapkan media tanam dengan campuran
kedalam polybag. Kemudian polybag yang berisi media disiram dengan air dan
ditanamkan benih sebanyak 2 biji per polybag. Langkah akhir media yang telah
c. Pasca Pratikum
Prosedur kerja yang dilakukan pada pasca pratikum yaitu membuat laporan
sementara, melakukan penyiraman 2x sehari (pagi dan sore) serta mencatat hasil
pengamatan dan melakukan penyulaman ulang pada hari ke 7 pada polybag yang
benihnya tidak tumbuh serta mengamati jumlah polybag yang tumbuh pada hari ke 7
dan 14 dan mengukur tinggi batang dan jumlah daun pada hari ke 14.
d. Diagram Alir
Laporan Lengkap
IV. HASIL DANPEMBAHASAN
Hasil pengamatan pada benih kaliandra yang dibenihkan dan ditanam dapat
Sumber hijauan yang tersedia sepanjang tahun dengan kualitas dan kuantitas
yang tinggi perlu diupayakan. Leguminosa merupakan hijauan pakan yang dapat
peternak sebagai pakan. Tahap awal pertumbuhan tumbuhan dimulai ketika biji
biji sehingga menyebabkan kulit biji melunak dan ukuran biji membesar. Biji yang
telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat
tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
pertumbuhan benih kaliandra hari ke tujuh 13 dan hari ke empat belas 27 dari 120 biji
benih kaliandra pada pengamatan ini terbilang tidak stabil (lambat) dari 120 biji yang
tanah yang tinggi ,penaburan benih pada tanah yang dangkal, Schmidt (2008)
menjelaskan bahwa kematian yang paling tinggi selama perkecambahan dan pada
pertumbuhan awal, yakni pada saat setelah penetrasi radikal ke dalam tanah dan
sebelum akar baru mendapatkan kelembaban yang cukup untuk berfungsi dengan
baik. Penaburan benih pada tanah yang terlalu dangkal dan miskin umumnya
mempunyai perkecambahan dan daya hidup yang rendah. Doust et al., (2006)
menjelaskan terjadinya daya kecambah yang rendah, kematian benih dan anakan yang
tinggi pada metode penaburan benih di atas permukaan media yang ditutup mulsa
5.1. Kesimpulan
benih kaliandra ini yaitu untuk menghasilkan pembenihan yang baik dan optimal
5.2. Saran
pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Beyer G. 2008. Direct seeding establishing a forest with seed. Iowa Departement of
Natural Resources. Iowa
Doust SJ, Erskine PD, Lamb D. 2006. Direct seeding to restore rain-forest species :
microsite effect on the early estabilishment and growth of rainforest tree
seedlings on
degraded land in the wet tro-pics of Australia. Forest Ecology and
Management 234 : 333-343.
Jinks RL, Willoughby I, Baker C. 2006. Direct seeding of ash (Fraxinus excelsior L.)
and scamore (Acer pseudoplatanus L.) : the effects of sowing date, pre-
emergent herbicides, cultivation and protection on seedling emergence and
sur vival. Forest Ecology and Management 237 : 373-386.
Nurhasybi, Sudrajat DJ, Hariyadi D, Haerujaman AH. 2007. Teknik direct seeding
beberapa jenis tanaman hutan merbau (Intsia bijuga Bl.) dan gmelina
(Gmelina arborea Roxb.). Laporan Hasil Penelitian, Sumber Dana Dipa
BPTP Bogor.
Kuswariyan, S., Djaja W. dan Tanuwiria U.H. 2007. Pengaruh Substitusi Konsentrat
Daun Kering Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) terhadap Jumlah
Produksi 4% FCM, Lemak, Bahan Kering, Bahan Kering Tanpa Lemak,
Protein, dan Laktosa Susu Sapi Perah Fries Holland. Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran.
Sudrajat, D.J. dan Nurhasybi, 2009. Penentuan standar mutu fisik dan fisiologis
benih tanaman hutan.Info Benih No. 13 (1):147-158. Balai Penelitian
Teknologi Perbenihan Bogor.
Suhartati. 2007. Pengaruh perlakuan awal terhadap viabilitas benih sengon buto
(Enterolobim cyclocarpum Griseb). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 4
Suplemen No. 1 : 189-197.