Anda di halaman 1dari 31

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang makin

meningat setiap waktunya kebutuhan akan protein hewani seperti daging, susu,

telur semakin meningkat pula. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya

protein hewani bagi pemenuhan gizi. Salah satu sumber protein hewani yaitu

daging.

Sumber daging yang paling diminati masyarakat karena cita rasanya yang

lezat dan kandungan gizinya yang tinggi yaitu daging ayam., salah satunya daging

ayam broiler. Ayam broiler sebagai salah satu sumber daging memiliki nilai gizi

yang tinggi. Ayam broiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga

dapat menghasilkan daging dalam waktu yang singkat.

Meningkatnya konsumsi daging ayam broiler ini meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk memilih daging ayam broiler mana yang baik untuk dikonsumsi.

Maka dari itu perlu diterapkannya manajemen pemeliharaan ayam broiler yang

baik. Pemeliharaan ayam broiler meliputi perkandangan, pemilihan bibit,


manajemen pakan, serta pencegahan dan pengobatan penyakit.

Untuk mengetahui ilmu dalam pemeliharaan ayam broiler maka kegiatan

praktikum mata kuliah Manajemen Ternak Unggas tentang Tata Laksana

Pemeliharaan Ayam Broiler diperlukan untuk memberikan gambaran tentang

pelaksanaan pemeliharaan ayam broiler.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana tatalaksana pemeliharaan ayam broiler.
2. Bagaimana Pelaksanaan vaksinasi dalam proses pemeliharaan broiler.
3. Bagaimana pelaksanaan pencataan atau recording dalam pemeliharaan
broiler.
4. Bagaiamana cara mengetahui FCR dalam pemeliharaan broiler.
2

1.3 Maksud dan Tujuan Praktikum


1. Mengetahui tatalaksana pemeliharaan ayam broiler
2. mengetahui tatacara vaksinasi dalam pemeliharaan broiler.
3. mengetahui dan dapat melaksanakan pencatatan dalam pemeliharaan
broiler.
4. mengetahui cara menghitung FCR dalam pemeliharaan broiler.

1.4 Waktu dan Tempat Praktikum


Hari, Tanggal : 31 Oktober – 29 November 2016
Waktu : Pukul 10.00 -12.00 WIB.
Tempat : Laboratorium Produksi Ternak Unggas dan Kandang Unggas
(Kelompok Profesi Ternak Unggas), Fakultas Peternakan,
Universitas Padjadjaran.
1.5 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan tata laksana
pemeliharaan broiler.
2. Mahasiswa dapat melaksanakan vaksinasi pada pemeliharaan broiler.
3. Mahasiswa dapat melakukan pencatatan atau recording pada
pemeliharaan broiler.
4. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan FCR dari ayam yang di
pelihara dan dapat.
5. Mahasiswa dapat mengevaluasi kinerjanya.
3

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Debeaking
Debeaking adalah suatu usaha pemotongan paruh unggas untuk tujuan
tertentu. Penerapan program potong paruh ini hanya untuk unggas darat saja sedang
untuk unggas air tidak perlu karena pada unggas air jarang terjadi sifat kanibal. Alat
potong paruh disebut dengan debeaker. Debeaker dapat dibedakan menjadi dua
jenis berdasarkan cara kerjanya yaitu electric dan non electric. Potong paruh secara
electric akan menyebabkan saraf bagian yang terpotong menjadi mati sehingga
tidak perlu mengulanginya lagi sedang potong paruh secara non electric perlu
mengulanginya karena saraf bagian yang terpotong tidak mati dan kemungkinan
saraf itu akan tumbuh kembali. Potong paruh secara elektrik bisa memakai hot
debeaker dan cold debeaker. Dari keduanya yang paling baik adalah hot debeaker
karena saraf tidak tumbuh kembali.
Potong paruh mulai dilakukan saat DOC masih berada di hatchery. Tujuan
potong paruh adalah mengurangi kanibalisme dan terbuangnya pakan yang dikais-
kais oleh paruh. Menurut Sudaryani dan Santoso (2002), keuntungan pemotongan
paruh pada umur muda yaitu anak ayam lebih mudah dipegang, mengurangi
pendarahan, mengurangi stress (dibandingkan bila dilakukan sesudah ayam
vaksin), efisiensi pakan lebih baik, dan mengurangi ayam mematuk-matuk bulunya
sendiri atau mematok ayam lain.Alat pemotong paruh yang biasa digunakan yaitu
electic debeaker.Debeaking pada DOC petelur dilakukan umur 6-9 hari
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

2.2 Vaksinasi
Vaksinasi adalah preparat yang mengandung mikroorganisme kidup tetapi
non aktif. Bila diberikan pada ternak, tidak akan menimbulakan penyakit, tapi
merangsang kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang sesuai dengan
mikroorganisme (Rukmiasih dan Hardjosworo, 2000).
Tujuan vaksinasi adalah mengusahakan kekebalan tubuh secara efektif
terhadap ayam yang ada untuk jangka waktu tertentu.Agar vaksinasi berhasi dengan
4

baik, dalam melakukan vaksinasi perlu diperhatikan hal – hal berikut : ayam yang
divaksin adalah ayam yang sehat saja. Apabila pelaksanaan vaksin melalui air
minum, maka tempat minum harus dicuci lebih dahulu tetapi tidak boleh memakai
desinfektan, detergent, dan sabun. Air minum yang digunakan untuk bermacam –
macam vaksin hendaknya tidak mengandung chloor atau zat –zat lain yang dapat
mematikan virus. Oleh karena itu agar vaksinasi ini aman, dianjurkan mamakai air
sumur, aquadest, air hujan, tapi jangan memakai air ledeng (Rukmiasih dan
Hardjosworo, 2000).
Penggunaan obat-obatan, vaksin, dan vitamin sangat dibutuhkan untuk
mengatasi penyakit, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menunujang pertumbuhan
ayam broiler. Menurut Aziz (2009), obat-obatan, vaksin, dan vitamin dapat
digunakan sebagai alternatif manajemen risiko produksi pada usahaternak ayam
broiler. Namun menurut Aziz (2009), harga obat-obatan, 18 vaksin, dan vitamin
juga dapat mengalami kenaikan dan berfluktuasi sehingga harus digunakan
seefisien mungkin dan sesuai dengan aturan penggunaan.
Pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut Rasyaf (2010) terdiri
dari kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp.,
kelompok obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan kelompok obat
khusus untuk mengobati penyakit berak darah. Menurut Jayanata dan Harianto
(2011), para perternak ayam broiler dapat melakukan pengobatan secara herbal
dengan menggunakan jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak, ataupun bawang
puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia. Bahanbahan herbal tersebut
dapat dicampur pada pakan ataupun air minum ayam broiler. Jayanata dan Harianto
(2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal dapat membantu meningkatkan
daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan penyakit.
Menurut Santoso (2009), vaksin adalah penyakit yang telah dilemahkan dan
dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat dilakukan melalui tetes mata,
penyuntikan, dan pencampuran dengan air minum. Santoso (2009)
mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu, vaksin aktif dan vaksin inaktif.
Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi virus hidup, namun virus tersebut telah
dilemahkan. Setelah tiga hari penggunaan vaksin ini, kekebalan tubuh ayam broiler
5

dapat ditingkatkan. Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi virus yang dilemahkan
dan dicampur dalam emulsi minyak dan bahan stabilisator, untuk memperoleh
tingkat kekebalan tubuh yang lebih lama dan stabil.
2.3 Pemeliharaan Ayam Broiler
1) Persiapan Ayam Broiler
Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum
mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang
lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna.
Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC,
boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi
boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk
mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo,1987).
Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan
selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran
kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat
kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan
gula jawa sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan
secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas
karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya.
Pada keesokan harinya, air minum di tambah suplemen / vitamin (Roman,
2008). Roman, (2008) menambahkan ransum pakan yang diberikan untuk DOC
harus mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000
kcal.
2) Pemeliharaan Minggu Pertama
Pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus
karena di dlam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan
tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang
barudibeli satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai
pemanas. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit
untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum
dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air
putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter.
6

Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan.


Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat
diberi vaksin ND (Murtidjo, 1987).
3) Pemeliharaan Minggu Kedua
Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan,
namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih
diperlukan. Tirai plastik salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar
sirkulasi udara. Pemanas bisa diturunkan hingga suhu 320C dengan cra
meninggikan lampu pemanas. Penambahan jatah pakan dan air minum. Ayam
memerlukan pakan 33 gr/ekor (Murtidjo, 1987).
4) Pemeliharaan Minggu Ketiga
Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah
lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik
sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan
sehingga 290C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak
48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan vaksinasi
ND II (Murtidjo, 1987).
5) Pemeliharaan Minggu Keempat
Pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan
pemanas lagi. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan
sebesar 65 gram/ekor. Nafsu makan baik, jatah yang diberikan tidak tersisa. Pada
malam hari tidak usah diberi penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis,
dianjurkan untuk diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah
habis (Murtidjo, 1987).
6) Pemeliharaan Minggu Kelima
Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam
diberi pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk
menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali
saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat ccing yang dibeli
(Murtidjo, 1987).
7

7) Pemeliharaan Minggu Keenam


Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan
performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan
dipasarkan pada akhir minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan
program yang baik bisa dicapi berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan
program penerangan tambahan pada malam hari. Dilakukan penambahan jatah
makan dan minum yaitu jatah makan 117 gram/ekor. Program penambahan
penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul 02.00 – 06.00 dengan intensitas
cahaya 30 watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam dikeluarkan, alat-alat kandang
dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam hendaknya dilakukan pada
malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan penerangan lampu pijar warna
biru/hijau. Hindarkan perlakuakn kasar, ambil satu-persatu, dan pegang kakinya.
Tempat untuk ayam hasil penangkapan dianjutkan keranjang yang bertepi bulat.
Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat (Murtidjo, 1987).

2.4 FCR
Konversi ransum adalah jumlah makanan yang habis dikonsumsi oleh
seekor ayam dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai bentuk dan berat badan
optimal (Irawan, 1996). Selanjutnya Rasyaf (2010) menyatakan bahwa, konversi
ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada
satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu, bila
rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan
dengan efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam, tahap
produksi, kadar energi dalam ransum, dan temperatur lingkungan
Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau
menyusun ransum yang berkualitas. Nilai konversi ransum minimal dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu : 1) kualitas ransum, 2) teknik pemberian pakan, 3) angka
mortalitas. Perlu disadari bahwa kunci keberhasilan usaha dalam budidaya broiler
adalah angka konversi ransum (Abidin, 2002).
Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunkan untuk
menilai efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum
8

adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan


bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Salah satu ukuran efisiensi adalah dengan
membandingkan antara jumlah ransum yang diberikan (input) dengan hasil yang
diperoleh baik itu daging atau telur (output) (Rasyaf, 2010).
Makin sehat broiler semakin baik konversi ransumnya dan jumlah ransum
yang dikonsumsi juga meningkat. Peningkatan konsumsi dan konversi ransum
bertujuan untuk memperoleh berat badan yang maksimal. Namun pada saat udara
panas, kebutuhan air lebih cenderung meningkat dibanding pada musim hujan,
akibatnya ayam tidak terlalu banyak mengkonsumsi ransum. Pada udara yang
dingin ransum yang dikonsumsi lebih banyak digunakan untuk mempertahankan
suhu badan dari pada diubah menjadi daging (Tobing, 2004).
Kemampuan ayam broiler mengubah ransum menjadi bobot hidup jauh
lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung. Nilai konversi makanannya
sewaktu dipanen dapat mencapai nilai dibawah 2. Nilai ini berarti bahwa jika
normalitas sekelompok ayam broiler hanya memerlukan ransum kurang dari 2 kg
untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup (Amrullah, 2003).
Konversi ransum sebaiknya rata-rata 2 kg pakan per kg daging atau bila
kurang dari 2 kg lebih baik. Beberapa contoh telah mencatat konversi 1,8 meskipun
hal ini tidak terlalu umum (Blakely dan Bade, 1992). Sementara Rasyaf (2004),
menyatakan bahwa bila hendak memperbaiki sudut konversi, sebaiknya dipilih
angka konversi yang terendah. Akan tetapi, angka itu berada dari masa awal ke
masa akhir karena di masa akhir pertumbuhan broiler menjadi lambat atau mulai
menurun setelah usia 4 minggu sedangkan ransumnya bertambah terus.
Nilai konversi ransum berhubungan dengan biaya produksi, khususnya
biaya ransum, karena semakin tinggi konversi ransum maka biaya ransum akan
meningkat karena jumlah ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan bobot
badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi. Nilai konversi ransum yang
tinggi menunjukkan jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan
dan efisiensi ransum yang semakin rendah (Card and Nesheim, 1997).

Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik,
tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan, manajemen
pemeliharaan, dan suhu lingkungan (Yuwanta, 2004). Jumlah pakan yang
9

digunakan mempengaruhi perhitungan konversi ransum atau Feed Converstion


Ratio (FCR). FCR merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang
dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil
berarti jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging
semakin sedikit (Edjeng dan Kartasudjana, 2006). Semakin tinggi konversi ransum
berarti semakin boros ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007). Lacy dan Vest
(2000) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi pakan adalah
genetik, ventilasi, sanitasi, kulitas pakan, jenis pakan, penggunaan zat aditif,
kualitas air, penyakit dan pengobatan serta manajemen pemeliharaan, selain itu
meliputi faktor penerangan, pemberian pakan, dan faktor sosial.

2.5 Recording
Pencatatan atau recording dalam usaha peternakan ayam ras pedaging
sangat diperlukan pencatatan ini bertujuan untuk; (1) mengetahui tingkat
keberhasilan atau kegagalan dalam usaha ternak ayam pedaging baik ditinjau dari
segi tehnik maupun ekonomis, (2) memantau semua kegiatan dalam budidaya ayam
pedaging. (3) sebagai evaluasi dan tindak lanjut kegiatan budidaya pada periode
berikutnya (Rasyaf, 2004).
Pencatatan atau recording perlu dilakukan setiap hari meliputi kematian
ayam, penggunaan pakan, program pengobatan berat tubuh ayam, vaksinasi dan
pemberian vitamin. Hal ini perlu untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan
ayam serta untuk mengontrol performance ayam (Rasyaf, 2004). Dalam pencatatan
(recording) ayam ras pedaging biasanya berisi; (1) nama perusahaan
peternakan/farm, (2) nomor kandang, (3) strain ayam, (4) tanggal tetas, (5) tanggal
penerimaan, (6) jumlah ayam, (7) jumlah kematian ayam, (8) pemberian pakan (9)
vaksinasi( jenis, dosis dan cara), (10) obat- obat yang digunakan (11) bobot badan
ayam, dan (12) konversi pakan (Rasyaf, 2004).
1
0
1
1

III

ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler


3.1.1 Alat
1. Kandang Ayam Broiler
Fungsi : Untuk tempat tinggal ayam broiler.
2. Tempat Ransum
Fungsi : Untuk tempat pakan.
3. Tempat Minum
Fungsi : Untuk tempat air.
4. Sekat Kandang
Fungsi : Untuk memisahkan antara kandang satu dengan yang lainnya.
5. Pemanas
Fungsi : Untuk menghangatkan DOC.
6. Timbangan
Fungsi : Untuk menimbang pakan dan DOC.
7. Sapu Lidi
Fungsi : Untuk membersihkan kandang.
8. Termometer Ruang
Fungsi : Untuk mengukur suhu ruang.
9. Higrometer Ruang
Fungsi : Untuk mengukur kelembaban ruang.
3.1.2 Bahan
1. Anak Ayam Broiler (DOC)
Fungsi : Hewan ternak yang akan dipelihara.
2. Ransum Starter
Fungsi : Pakan untuk memenuhi kebutuhan DOC.
3. Gula Merah
Fungsi : Sebagai bahan untuk menambah energy untuk DOC yang baru datang.
4. Obat-obatan dan Vitamin
Fungsi : Sebagai persediaan untuk ayam yang sakit dan supplement ayam.
5. Desinfektan
1
2

Fungsi : Sebagai bahan untuk menyucihamakan kandang DOC.


6. Sekam
Fungsi : Sebagai alas lantai kandang.
7. Kertas Koran
Fungsi : Sebagai dasar kandang sebelum menggunakan sekam.

3.2 Alat dan Bahan Vaksinasi Ayam


3.2.1 Alat
1. Spuit atau alat suntik dari plastik
Fungsi : Sebagai tempat vaksin yang akan disuntikan ke ayam.
2. Botol tetes mata
Fungsi : Sebagai tempat vaksin dan untuk alat memberikan vaksin ke ayam.
3.2.2 Bahan
1. Anak ayam (DOC)
Fungsi : Sebagai hewan ternak yang akan diberi vaksin.
2. Vaksin ND
Fungsi : Sebagai vaksin pencegah penyakit ND.
3. Methylene Blue
Fungsi : Sebagai bahan pelarut vaksin ND.
4. Biaquadest
Fungsi : Sebagai bahan pelarut vaksin.

3.3 Alat dan Bahan Pencatatan


3.3.1 Alat
1. Alat Tulis
Fungsi : Untuk menulis hasil pencatatan
2. Mistar
Fungsi : Untuk memudahkan membuat tabel.

3.3.2 Bahan
1. Kertas Bergaris
Fungsi : Sebagai bahan untuk menuliskan pencatatan.
1
3
1
4

3.4 Alat dan Bahan Pemotongan Paruh


3.4.1 Alat
1. Electric Debeaking
Fungsi : Sebagai mesin pemotong paruh.
3.4.2 Bahan
1. DOC
Fungsi : Sebagai Ternak yang akan dipotong paruhnya.

3.5 Prosedur Kerja


3.5.1 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler
1. Membersihkan kandang dari bekas kotoran atau litter dengan menggunakan
sekop.
2. Membersihkan kandang lalu dicuci dengan air sabun sampai bersih, lalu
keringkan satu sampai dengan dua hari.
3. Mengapurkan kandang sampai merata.
4. Menyuci tempat ransum dan tempat minum dengan larutan desinfektan
yang telah disediakan.
5. Mengukur dan menghitung luas lantai sesuai dengan jumlah sesuai dengan
jumlah broiler yang akan di pelihara.
6. Memasang sekam sebagai litter pada lantai kandang, dan kemudian
memasang sekat pembatas (chick guard). Di atas sekam dilapisi kertas
Koran.
7. Menyemprot semua peralatan kandang dan perlengkapannya seperti tempat
ransum, tempat minum, kertas koran, sekam dan brooder dengan
desinfektan.
8. Menyalakan pemanas dan mengatur suhu sesuai dengan yang dibutuhkan
DOC.
9. Menyiapkan air minum yang dicampur dengan gula merah.
10. Mengeluarkan DOC dari boks dan memasukkan ke dalam kandang sambil
menimbang beratnya, dihitung jumlahnya serta menyeleksi penampilan dan
kondisi fisiknya.
1
5

11. Membiarkan DOC 30 menit di dalam kandang, tidak diberi makan atau
minum, agar DOC dapat mengurangi stress dalam perjalanan dan
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
12. Memberi air minum yang telah dicampur gula merah ke DOC
13. Setelah 3 jam barulah DOC diberi ransum yang di tabor pada feed tray atau
bekas tutup boks DOC sebagai tempat ransum.
14. Pemeliharaan pada minggu pertama, ransum yang diberikan adlibitum dan
sehari diberikan 3 kali yaitu pagi, siang dan sore. Sedangkan air minum
perlu di control agar tidak kehabisan.
15. Menabur ransum pada feed tray atau tutup boks selama minggu pertama,
serta kertas koran yang menutupi sekam diganti setiap hari selama minggu
pertama.
16. Pada minggu pertama dilakukan vaksin ND dan vaksin gumboro yang
diberikan berbeda harinya, jangan dilakukan secara bersamaan.
17. Mencatat komsumsi ransum, bobot badan, konversi dan kematian
(mortalitas) setiap minggunya.
18. Pemeliharaan pada minggu kedua, pada minggu kedua setiap harinya sama
yang dilakukan pada minggu pertama yaitu pemberian ransum sehari tiga
kali, air minum secukupnya dan pencacatan, namun tidak dilakukan
vaksinasi.
19. Pemeliharaan pada minggu ketiga, pada minggu ketiga kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu kedua.
20. Pemeliharaan pada minggu keempat, pada minggu keempat kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu ketiga, namun pada awal minggu keempat
dilakukan vaksinasi ND melalui air minum.
21. Pemeliharaan pada minggu kelima, pada minggu kelima kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu ketiga. Bila bobot badan ayam telah mencapai
berat untuk dipasarkan maka timbang berat badan masing-masing.
22. Membuat format tabel yang didalamnya terdapat kolom bobot badan per
minggu, pertambahan bobot badan per minggu, konsumsi ransum per
minggu dan komulatif, konversi per minggu dan komulatif. Membuat pula
1
6

format tabel tersendiri mengenai data mortalitas, biaya produksi, hasil


penjualan, sehingga dapat mengetahui keuntungan yang diperoleh.

3.5.2 Vaksinasi Ayam


1. Menyiapkan vaksin ND untuk 100 ekor (100 dosis), buka segel jangan
sampai tutup dari karet terbuka.
2. Mengambil sebagian cairan methylene blue melalui spuit, lalu menyuntik
cairan tersebut ke dalam vaksin.
3. Setelah tercampur, menggoyangkan dengan arah angka delapan botol
vaksin tersebut
4. Memasukkan kedalam botol methylene blue.
5. Campuran tersebut sudah siap untuk dilakukan vaksinasi melalui tetes mata
atau tetes hidung.
6. Meneteskan pada mata atau hidung anak ayam yaitu pegang bagian tubuh
anak ayam oleh tiga jari yaitu kelingking, jari manis, jari tengah tangan kiri
serta jari telunjuk dan jempol tangan kiri memegang kepala anak ayam.
7. Setelah posisi tersebut teteskan satu tetes pada salah satu matanya, jangan
dilakukan pada kedua matanya.
8. Indikator bahwa vaksin sudah masuk yaitu adanya gerakan menalan.
9. Prosedur pembuatan vaksinasi ND untuk ayam dewasa sama dengan pada
vaksinasi ND ayam, hanya yang menjadi pelarut selain methyline blue
biasanya pelarut aquadest.
10. Dalam membuat vaksinasi ND untuk ayam dewasa, pelarut harus
diperhitungkan. Misal vaksin ND untuk 100 dosis, maka pelarut yang
digunakan jangan melebihi 1 ml per ekornya.
11. Setelah larutan vaksin ND selesai dibuat, maka vaksin siap disuntikan
melalui intramuscular atau subcutan.
12. Cara vaksinasi ND untuk ayam dewasa bisa dilakukan oleh seorang atau
dua orang.
13. Vaksinasi ND yang dilakukan seorang yaitu tangan kiri memegang kedua
kaki ayam sambil bagian tubuh dan kepala ayam dikepit oleh lengan tangan
kiri, sedangkan tangan kanan memegang spuit untuk siap disuntikan.
1
7

14. Vaksinasi ND yang dilakukan oleh dua orang yaitu seorang memegang
ayam dan seorang lagi menyuntikan. Orang yang memegang ayam yaitu
tangan kiri memegang kedua kaki ayam dan tangan kanan memegang
kepala dan tubuh ayam.
15. Setelah siap pada posisi menyuntik, vaksinasi disuntikkan pada otot di
sebelah tulang dada mentok (sternum) atau bagian paha. Penyuntikan
dilakukan secara intramuscular yaitu jarum suntik masuk ke dalam otot dada
atau paha ayam.
3.5.3 Pencatatan
1. Membuat beberapa format tabel recording (catatan) yang diperlukan pada
pemeliharaan ayam petelur atau ayam broiler.
2. Memberikan judul untuk masing-masing format tabel recording (catatan).
3.5.4 Pemotongan Paruh
1. Memegang anak ayam dengan cara 3 jari tangan kanan dari kelingking
sampai jari tengah memegang tubuhnya, sedangkan jari telunjuk
dimasukkan diantara paruh atas dan bawah serta menekan lidah anak ayam
dan paruh bawahnya, sambil ibu jari memegang kepala anak ayam.
2. Setelah posisi seperti pada nomor 1 maka paruh bagian atas masukkan ke
dalam pisau electric debeaking, lalu injak pedal electric debeaking sehingga
pisaunya memotong paruh.
3. Untuk ayam yang besar, peganglah tubuh ayam oleh tangan kiri sedangkan
tiga jari tangan kanan dari kelingking sampai jari tengah memegang bagian
leher, jari telunjuk dimasukkan diantara paruh atas dan bawah serta
menekan lidah ayam dan paruh bawahnya, sambil ibu jari memegang kepala
ayam.
4. Setelah posisi seperti pada nomor 3, memasukkan paruh bagian atas ke
dalam pisau electric debeaking, lalu injak pedal electric debeaking
sehingga pisaunya memotong paruh.
5. Cara kerja nomor 1 sampai dengan nomor 4 yaitu menggunakan merode
convetional debeaking.
1
8

6. Metode block debeaking dilakukan dengan memotong paruh bagian atas dan
bawah 1/3 – ½ bagian paruh, dengan cara yang sama pada metode
conventional debeaking.
7. Sebelum dilakukan debeaking sebaiknya diberikan obat anti stress dan
vitamin K.
1
9

VI
HASIL PEGAMATAN

4.1. Hasil Pengamatan pemeliharaan Broiler


Rumus :

FCR : Konsumsi Ransum /Pertambahan Bobot Badan

Efisiensi Ransum : Pertambahan Bobot Badan / Konsumsi Ransum X 100%

PBB : Bobot Badan Akhir – Bobot Badan Awal atau Minggu


sebelumnya

FCR Kumulatif : (Pakan Kumulatif – Sisa Pakan) / (Total Bobot Badan Akhir
– Total Bobot Badan Awal)

Tabel 1. Pengamatan Performan Broiler Minggu ke-0

Ayam E.5.1. E.5.2 E.5.3 E.5.4

Bobot awal
48,8 50,8 51,6 51,2
(gram)

Tabel 2. Pengamatan Performan Broiler Minggu ke-1

Bobot Bobot Konsumsi FCR


Ayam PBB
Awal Mgg 1 Ransum Mgg 1 Kumulatif

( gram )

E.5.1. 48,8 144 95,2 125 1,31 0,96

E.5.2. 50,8 205 154,2 125 0,81


2
0

E.5.3. 51,6 188 136,4 125 0,92

E.5.4. 51,2 185 133,8 125 0,93

Total 519,6 500 3,97

Berat Pakan Awal = 500 gram

Sisa Pakan = 74 gram

Jumlah Konsumsi Pakan = Berat Pakan Awal – Sisa Pakan

= 500 gram - 0 gram

= 500 gram

Jumlah Pakan Masing – masing = Jumlah Konsumsi Pakan / Banyak Ayam

= 500 gram / 5

= 125 gram

FCR ayam 1 = 125/ 95,2 = 1,31

FCR ayam 2 = 125/ 154,2 = 0,81

FCR ayam 3 = 125/ 136,4 = 0,92

FCR ayam 4 = 125/ 133,8 = 1,81

FCR Kumulatif = 500/519,6

= 0,96

Efisiensi Ransum = 519 / 500 X 100%

= 96,23 %
2
1

Tabel 3. Pengamatan Performan Broiler Minggu ke-2

Bobot Bobot Konsumsi FCR


Ayam PBB
Mgg 1 Mgg 2 Ransum Mgg 1 Kumulatif

( gram )

E.5.1. 144 388 244 375 1,54

E.5.2. 205 506 301 375 1,25 1,46

E.5.3. 188 435 247 375 1,52

E.5.4. 185 420 235 375 1,59

Total 1027 1500 5,85

Pakan yang Dikonsumsi M1 = 500 gram

Pakan yang Dikonsumsi M2 = 1500 gram

Sisa Pakan = 0 gram

FCR Ayam 1 = 375 gram / 244 gram = 1,54

FCR Ayam 2 = 375 gram / 301 gram = 1,25

FCR Ayam 3 = 375 gram / 247 gram = 1,52

FCR Ayam 4 = 375gram / 235 gram = 1,59

FCR Kumulatif = 1500 gram / 1027 gram = 1,46


2
2

Tabel 4. Pengamatan Performan Broiler Minggu ke-3

Bobot Bobot Konsumsi FCR


Ayam PBB
Mgg 2 Mgg 3 Ransum Mgg 1 Kumulatif

( gram )

E.5.1. 388 718 330 600 1,82

E.5.2. 506 843 337 600 1,78 1,88

E.5.3. 435 754 319 600 1,88

E.5.4. 420 705 285 600 2,10

Total 1271 2400 7,58

Pakan yang diberikan minggu ke-3 = 2600 gram

Pakan yang dikonsumsi minggu ke-3 = 2400 gram

Sisa Pakan = 200 gram

FCR Ayam 1 = 600 gram / 330 gram = 1,82

FCR Ayam 2 = 600 gram / 337 gram = 1,78

FCR Ayam 3 = 600 gram / 319 gram = 1,88

FCR Ayam 4 = 600 gram / 285 gram = 2,10

FCR Kumulatif = 2400 gram / 1271 gram = 1,88


2
3

Tabel 5. Pengamatan Performan Broiler Minggu ke-4

Bobot Bobot Konsumsi FCR


Ayam PBB
Mgg 3 Mgg 4 Ransum Mgg 1 Kumulatif

( gram )

E.5.1. 718 1320 602 810 1,35

E.5.2. 843 1360 517 810 1,57 1,63

E.5.3. 754 1050 296 810 2,74

E.5.4. 705 1280 575 810 1,41

Total 1990 3240

Pakan yang Diberikan Minggu ke-4 = 3780 gram

Pakan yang Dikonsumsi Minggu ke-4= 3240 gram

Pakan Sissa = 3780 gram - 3240 gram = 540 gram

FCR Ayam 1 = 810 gram / 602 gram = 2,78

FCR Ayam 2 = 810 gram / 517 gram = 4,59

FCR Ayam 3 = 810 gram / 296 gram = 2,98

FCR Ayam 4 = 810 gram / 575 gram = 4,04

FCR Kumulatif = 3240 gram / 1990 gram = 1,63

FCR keseluruhan Pemeliharaan


2
4

Pakan yang Konsumsi (gram)= (pakan mg 1 + mg 2 + mg 3 + mg 4) / (pbb


mg1+mg2+mg3+mg4)

= (500 +1500+2400+3240) /
(519,6+1027+1271+1990)

=7640 gram / 4807,6 gram = 1,59

4.1.2.Vaksinasi DOC umur 7 hari

Nama Vaksin : New Castle Disease (ND)

Umur Ayam : 7 Hari

Metode atau Cara Vaksin : Tetes Mata

Dosis Vaksin : Satu tetes / anak ayam

Nama Jenis Pelarut : Methylen Blue

Volume Pelarut : (-)


2
5

4.2. Pembahasan

4.2.1 Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Broiler

1. Persiapan Kandang

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa persiapan kandang

meliputi pembersihan kandang baik bagian luar maupun bagian dalam

kandang. Melakukan pengapuran dan penyemprotan dengan desinfektan.

Hal ini bertujuan untuk membunuh endoparasit dan ektoparasit yang ada

dalam kandang, pembuatan flock untuk memisahkan ayam, pembuatan

brooder untuk membuat ternak nyaman dengan lingkungannya, persiapan

tempat pakan dan minum untuk ayam, penaburan sekam pada alas kandang

dan persiapan koran untuk alas yang bertujuan agar anak ayam tidak

memakan sekam karena pada saat DOC belum bisa membedakan antara

sekam dan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyatno (1999) yang

menyatakan bahwa persiapan kandang adalah dengan membersihkan

kandang, pemberian esifektan untuk mengendalikan kebersihan yang di luar

agar ayam tidak sakit.

Sebelum kedatangan ayam melakukan persiapan kandang yang

meliputi, membersihan lingkungan sekitar dan kandang yaitu

membersihkan lantai dan dinding dengan pengapuran yang bertujuan untuk

membunuh bakteri pada kandang sehingga tidak menyebabkan penyakit


pada ayam. Tiga hari sebelum chick in yaitu menyemprotkan kandang

dengan desinfektan untuk membunuh kuman dan bakteri. Membuat

kandang DOC membuat sekat antar flocks dengan kawat ram yang

bertujuan untuk memisahkan kelompok ayam. Menyiapkan lampu

dan brooder yang bertujuan untuk membuat kondisi ayam nyaman sesuai
dengan tubuh induknya. Menaburkan sekam dengan ketebalan ±5 cm untuk
menjaga temperatur kandang. Mengalasi sekam untuk DOC dengan kertas
2
6

koran yang bertujuan agar anak ayam tidak memakan sekam. Karena anak

ayam belum bisa membedakan antara pakan dan sekam. Memasang tirai, 1

hari sebelum DOC datang memasang lampu dan menyalakan

brooder terlebih dahulu dan menyemprot kandang ulang dengan

desinfektan. Semua hal diatas tadi bertujuan untuk membuat DOC

senyaman mungkin karena mulai hari pertama sampai dengan hari yang ke

– 7 sangat berpengaruh terhadap performa ayam selanjutnya.

2. Chick in

Berdasarkan hasil praktikum pada saat chick in yang dilakukan adalah

menimbang bobot ayam kemudian menghitung DOC sejumlah 4

ekor ayam. Pada saat DOC datang tidak diberikan air gula . Pemberian air

gula ini bertujuan untuk menggantikan cairan yang hilang saat

pendistribusian. Seperti pendapat Murtidjo (1987) yang menyatakan bahwa

pertama kali yang harus kita lakukan setelah DOC datang adalah pemberian

air minum yang dicampur dengan air gula 1 – 2% dan obat anti

stress. Pencampuran air gula tersebut dimaksudkan untuk menggantikan

cairan tubuh dan energi yang hilang selama dalam perjalanan. Fadilah

(2006)menambahkan bahwa saat DOC tiba, sebaiknya diberikan air gula a

ren 2%, hal ini dilakukan untuk memberikan energi untuk DOC yang mana

energinya telah habis saat di perjalanan.

Pada saat praktikum tempat pakat yang digunakan hanya satu yaitu

feeder tube, sebenarnya pada periode starter dan finisher harus

menggunakan tempat pakan yang berbeda. Seperti pendapat Rasyaf (1992)

yang menyatakan bahwa pakan untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua

tahap yaitu pakan untuk periode starter dan pakan untuk periode finisher.

Fadilah et al. (2007) menambahkan bahwa pemberian pakan pada saat

starter diberikan di chick feeder tray dan pada saat finisher diberikan
2
7

pakan dalam feeder tube yang digantung. Tirai ditutup pada

fase starter bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan

yangdibutuhkan DOC. Setelah ayam berumur lebih dari 1 minggu tirai

ditutup pada saat malam hari atau pada saat suhu rendah, ketika ada angin

kencang dan hujan. Hal ini dilakukan agar suhu dalam kandang tetap

nyaman dan sekam tidak basah. Tirai dibuka pada saat siang hari atau ketika

suhu tinggi dan berfungsi sebagai ventilasi udara sehingga sirkulasi udara

dapat berjalan dengan lancar dan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa pertukaran udara dalam kandang

akan sangat penting untuk membuang gas – gas amonia yang dapat

mengganggu pertumbuhan ayam. Penggantian litter dengan menggunakan

sekam dilakukan apabila sekam sudah basah. Tujuan dari penggantian

sekam adalah untuk menghindari peningkatan kandungan amonia dan

penyebaran bibit penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2006)

bahwa litter yang basah bisa meningkatkan kandungan amonia, menjadi

tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu ayam

kotor. Pengaturan suhu dalam kandang bagi ternak dengan pengaturan tutup

dan brooder. Bahan yang digunakan sebagai tirai adalah plastik tebal.

Brooder mengunakan lampu bohlam yang apabila suhu tinggi maka bohlam

dimatikan dan diangkat dijauhkan dari DOC.

3. Manajemen Pemeliharaan

Pemeliharaan ayam broiler pada saat masih DOC dilakukan dengan

membuat suasana kandang menjadi hangat menggunakan brooder sampai

umur 2 minggu karena DOC masih rentan terhadap iklim lingkungan yang

ekstrim, memberi pakan yang telah dihaluskan sesuai kebutuhan,

memberikan air minum secara adlibitum. Pada praktikum kali ini pakan

yang diberikan pada fase stater dan finisher tidak berbeda, seharusnya pakan
2
8

yang diberikan pada dua fase tersebut berbeda karena sistem pencernaan

pada ayam umur 1-14 hari berbeda dengan umur 15-28 hari (PT.Khaeron

Pokpand). Melakukan pergantian litter fase starter setiap 1 minggu sekali

serta memberikan vitamin – vitamin pada pakan ataupun air minum ayam
saat DOC sampai fase starter.

4.2.2. Vaksinasi
Metode yang digunakan pada praktikum waktu vaksinasi
adalah meneteskan vaksin ND pada mata salah satu mata DOC. Seharusnya
pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut Rasyaf (2010) terdiri dari
kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp.,
kelompok obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan kelompok obat
khusus untuk mengobati penyakit berak darah. Menurut Jayanata dan Harianto
(2011), para perternak ayam broiler dapat melakukan pengobatan secara herbal
dengan menggunakan jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak, ataupun bawang
puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia. Bahanbahan herbal tersebut
dapat dicampur pada pakan ataupun air minum ayam broiler. Jayanata dan Harianto
(2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal dapat membantu meningkatkan
daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan penyakit.

4.2.3. Recording
Pencatatan (recording) yang lengkap sangat penting dalam rangka untuk
pengembangan usaha pemeliharaan ayam broiler (pedaging). Pencatatan
(recording) merupakan rekaman data – data teknis tentang kegiatan usaha, sehingga
format pencatatan (recording) diusahakan dapat memuat berbagai macam data yang
diperlukan (Rasyaf,2004). Semakin lengkap data yang direkam atau dicatat akan
semakin baik. Dalam praktikum kali ini recording yang dilakukan hanya mencatat
pertambahan bobot badan dan FCR dari minggu pertama sampai minggu ke-4 .
Dalam pencatatan (recording) ayam ras pedaging biasanya berisi; (1) nama
perusahaan peternakan/farm, (2) nomor kandang, (3) strain ayam, (4) tanggal tetas,
(5) tanggal penerimaan, (6) jumlah ayam, (7) jumlah kematian ayam, (8) pemberian
2
9

pakan (9) vaksinasi( jenis, dosis dan cara), (10) obat- obat yang digunakan (11)
bobot badan ayam, dan (12) konversi pakan (Rasyaf, 2004). Pencatatan yang
dilakukan kali ini hanya menulis pertambahan bobot badan dan FCR setiap individu
dan kumulatif.

4.2.4. FCR (Feed Converse Ratio)

Dari hasil pencatatan, FCR dari minggu pertama sampai minggu keempat
berturut-turut adalah sebagai berikut 0,96;1,46;1,88;1,63. Melihat angka FCR
ayam-ayam tersebut mempunyai efesiensi pakan yang baik, hal ini sesuai dengan
pernyataan Blakely dan Bade (1992) bahwa nilai konversi makanannya sewaktu
dipanen dapat mencapai nilai dibawah 2 . Dari keempat minggu tersebut FCR
paling tinggi terdapat pada minggu ke-3, hal ini bisa dikarenakan pada minggu ke-
3 banyak kegiatan yang membuat ayam-ayam itu stress, faktor jenis ransum yang
di berikan atau kondisi cuaca yang ekstreme yang mengakibatkan pertambahan
bobot badannya sedikit terganggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2002)
bahwa faktor yang menyebabkan FCR tinggi yaitu kualitas ransum,aktifitas
kandang, dan cuaca.
FCR secara keseluruhan adalah 1,59, nilai tersebut termasuk baik dalam
efesiensi pakan. Itu artinya setiap 1,59 kg ransum akan menghasilkan 1 kg
pertambahan bobot badan.
3
0

KESIMPULAN DAN SARAN


3
1

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai