PENDAHULUAN
meningat setiap waktunya kebutuhan akan protein hewani seperti daging, susu,
protein hewani bagi pemenuhan gizi. Salah satu sumber protein hewani yaitu
daging.
Sumber daging yang paling diminati masyarakat karena cita rasanya yang
lezat dan kandungan gizinya yang tinggi yaitu daging ayam., salah satunya daging
ayam broiler. Ayam broiler sebagai salah satu sumber daging memiliki nilai gizi
yang tinggi. Ayam broiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga
masyarakat untuk memilih daging ayam broiler mana yang baik untuk dikonsumsi.
Maka dari itu perlu diterapkannya manajemen pemeliharaan ayam broiler yang
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Debeaking
Debeaking adalah suatu usaha pemotongan paruh unggas untuk tujuan
tertentu. Penerapan program potong paruh ini hanya untuk unggas darat saja sedang
untuk unggas air tidak perlu karena pada unggas air jarang terjadi sifat kanibal. Alat
potong paruh disebut dengan debeaker. Debeaker dapat dibedakan menjadi dua
jenis berdasarkan cara kerjanya yaitu electric dan non electric. Potong paruh secara
electric akan menyebabkan saraf bagian yang terpotong menjadi mati sehingga
tidak perlu mengulanginya lagi sedang potong paruh secara non electric perlu
mengulanginya karena saraf bagian yang terpotong tidak mati dan kemungkinan
saraf itu akan tumbuh kembali. Potong paruh secara elektrik bisa memakai hot
debeaker dan cold debeaker. Dari keduanya yang paling baik adalah hot debeaker
karena saraf tidak tumbuh kembali.
Potong paruh mulai dilakukan saat DOC masih berada di hatchery. Tujuan
potong paruh adalah mengurangi kanibalisme dan terbuangnya pakan yang dikais-
kais oleh paruh. Menurut Sudaryani dan Santoso (2002), keuntungan pemotongan
paruh pada umur muda yaitu anak ayam lebih mudah dipegang, mengurangi
pendarahan, mengurangi stress (dibandingkan bila dilakukan sesudah ayam
vaksin), efisiensi pakan lebih baik, dan mengurangi ayam mematuk-matuk bulunya
sendiri atau mematok ayam lain.Alat pemotong paruh yang biasa digunakan yaitu
electic debeaker.Debeaking pada DOC petelur dilakukan umur 6-9 hari
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
2.2 Vaksinasi
Vaksinasi adalah preparat yang mengandung mikroorganisme kidup tetapi
non aktif. Bila diberikan pada ternak, tidak akan menimbulakan penyakit, tapi
merangsang kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang sesuai dengan
mikroorganisme (Rukmiasih dan Hardjosworo, 2000).
Tujuan vaksinasi adalah mengusahakan kekebalan tubuh secara efektif
terhadap ayam yang ada untuk jangka waktu tertentu.Agar vaksinasi berhasi dengan
4
baik, dalam melakukan vaksinasi perlu diperhatikan hal – hal berikut : ayam yang
divaksin adalah ayam yang sehat saja. Apabila pelaksanaan vaksin melalui air
minum, maka tempat minum harus dicuci lebih dahulu tetapi tidak boleh memakai
desinfektan, detergent, dan sabun. Air minum yang digunakan untuk bermacam –
macam vaksin hendaknya tidak mengandung chloor atau zat –zat lain yang dapat
mematikan virus. Oleh karena itu agar vaksinasi ini aman, dianjurkan mamakai air
sumur, aquadest, air hujan, tapi jangan memakai air ledeng (Rukmiasih dan
Hardjosworo, 2000).
Penggunaan obat-obatan, vaksin, dan vitamin sangat dibutuhkan untuk
mengatasi penyakit, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menunujang pertumbuhan
ayam broiler. Menurut Aziz (2009), obat-obatan, vaksin, dan vitamin dapat
digunakan sebagai alternatif manajemen risiko produksi pada usahaternak ayam
broiler. Namun menurut Aziz (2009), harga obat-obatan, 18 vaksin, dan vitamin
juga dapat mengalami kenaikan dan berfluktuasi sehingga harus digunakan
seefisien mungkin dan sesuai dengan aturan penggunaan.
Pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut Rasyaf (2010) terdiri
dari kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp.,
kelompok obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan kelompok obat
khusus untuk mengobati penyakit berak darah. Menurut Jayanata dan Harianto
(2011), para perternak ayam broiler dapat melakukan pengobatan secara herbal
dengan menggunakan jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak, ataupun bawang
puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia. Bahanbahan herbal tersebut
dapat dicampur pada pakan ataupun air minum ayam broiler. Jayanata dan Harianto
(2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal dapat membantu meningkatkan
daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan penyakit.
Menurut Santoso (2009), vaksin adalah penyakit yang telah dilemahkan dan
dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat dilakukan melalui tetes mata,
penyuntikan, dan pencampuran dengan air minum. Santoso (2009)
mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu, vaksin aktif dan vaksin inaktif.
Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi virus hidup, namun virus tersebut telah
dilemahkan. Setelah tiga hari penggunaan vaksin ini, kekebalan tubuh ayam broiler
5
dapat ditingkatkan. Vaksin inaktif adalah vaksin yang berisi virus yang dilemahkan
dan dicampur dalam emulsi minyak dan bahan stabilisator, untuk memperoleh
tingkat kekebalan tubuh yang lebih lama dan stabil.
2.3 Pemeliharaan Ayam Broiler
1) Persiapan Ayam Broiler
Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum
mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang
lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna.
Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC,
boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi
boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk
mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo,1987).
Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan
selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran
kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat
kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan
gula jawa sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan
secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas
karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya.
Pada keesokan harinya, air minum di tambah suplemen / vitamin (Roman,
2008). Roman, (2008) menambahkan ransum pakan yang diberikan untuk DOC
harus mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000
kcal.
2) Pemeliharaan Minggu Pertama
Pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus
karena di dlam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan
tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang
barudibeli satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai
pemanas. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit
untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum
dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air
putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter.
6
2.4 FCR
Konversi ransum adalah jumlah makanan yang habis dikonsumsi oleh
seekor ayam dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai bentuk dan berat badan
optimal (Irawan, 1996). Selanjutnya Rasyaf (2010) menyatakan bahwa, konversi
ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada
satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu, bila
rasio kecil berarti pertambahan bobot badan ayam memuaskan atau ayam makan
dengan efisien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam, tahap
produksi, kadar energi dalam ransum, dan temperatur lingkungan
Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau
menyusun ransum yang berkualitas. Nilai konversi ransum minimal dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu : 1) kualitas ransum, 2) teknik pemberian pakan, 3) angka
mortalitas. Perlu disadari bahwa kunci keberhasilan usaha dalam budidaya broiler
adalah angka konversi ransum (Abidin, 2002).
Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunkan untuk
menilai efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum
8
Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik,
tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan, manajemen
pemeliharaan, dan suhu lingkungan (Yuwanta, 2004). Jumlah pakan yang
9
2.5 Recording
Pencatatan atau recording dalam usaha peternakan ayam ras pedaging
sangat diperlukan pencatatan ini bertujuan untuk; (1) mengetahui tingkat
keberhasilan atau kegagalan dalam usaha ternak ayam pedaging baik ditinjau dari
segi tehnik maupun ekonomis, (2) memantau semua kegiatan dalam budidaya ayam
pedaging. (3) sebagai evaluasi dan tindak lanjut kegiatan budidaya pada periode
berikutnya (Rasyaf, 2004).
Pencatatan atau recording perlu dilakukan setiap hari meliputi kematian
ayam, penggunaan pakan, program pengobatan berat tubuh ayam, vaksinasi dan
pemberian vitamin. Hal ini perlu untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan
ayam serta untuk mengontrol performance ayam (Rasyaf, 2004). Dalam pencatatan
(recording) ayam ras pedaging biasanya berisi; (1) nama perusahaan
peternakan/farm, (2) nomor kandang, (3) strain ayam, (4) tanggal tetas, (5) tanggal
penerimaan, (6) jumlah ayam, (7) jumlah kematian ayam, (8) pemberian pakan (9)
vaksinasi( jenis, dosis dan cara), (10) obat- obat yang digunakan (11) bobot badan
ayam, dan (12) konversi pakan (Rasyaf, 2004).
1
0
1
1
III
3.3.2 Bahan
1. Kertas Bergaris
Fungsi : Sebagai bahan untuk menuliskan pencatatan.
1
3
1
4
11. Membiarkan DOC 30 menit di dalam kandang, tidak diberi makan atau
minum, agar DOC dapat mengurangi stress dalam perjalanan dan
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
12. Memberi air minum yang telah dicampur gula merah ke DOC
13. Setelah 3 jam barulah DOC diberi ransum yang di tabor pada feed tray atau
bekas tutup boks DOC sebagai tempat ransum.
14. Pemeliharaan pada minggu pertama, ransum yang diberikan adlibitum dan
sehari diberikan 3 kali yaitu pagi, siang dan sore. Sedangkan air minum
perlu di control agar tidak kehabisan.
15. Menabur ransum pada feed tray atau tutup boks selama minggu pertama,
serta kertas koran yang menutupi sekam diganti setiap hari selama minggu
pertama.
16. Pada minggu pertama dilakukan vaksin ND dan vaksin gumboro yang
diberikan berbeda harinya, jangan dilakukan secara bersamaan.
17. Mencatat komsumsi ransum, bobot badan, konversi dan kematian
(mortalitas) setiap minggunya.
18. Pemeliharaan pada minggu kedua, pada minggu kedua setiap harinya sama
yang dilakukan pada minggu pertama yaitu pemberian ransum sehari tiga
kali, air minum secukupnya dan pencacatan, namun tidak dilakukan
vaksinasi.
19. Pemeliharaan pada minggu ketiga, pada minggu ketiga kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu kedua.
20. Pemeliharaan pada minggu keempat, pada minggu keempat kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu ketiga, namun pada awal minggu keempat
dilakukan vaksinasi ND melalui air minum.
21. Pemeliharaan pada minggu kelima, pada minggu kelima kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu ketiga. Bila bobot badan ayam telah mencapai
berat untuk dipasarkan maka timbang berat badan masing-masing.
22. Membuat format tabel yang didalamnya terdapat kolom bobot badan per
minggu, pertambahan bobot badan per minggu, konsumsi ransum per
minggu dan komulatif, konversi per minggu dan komulatif. Membuat pula
1
6
14. Vaksinasi ND yang dilakukan oleh dua orang yaitu seorang memegang
ayam dan seorang lagi menyuntikan. Orang yang memegang ayam yaitu
tangan kiri memegang kedua kaki ayam dan tangan kanan memegang
kepala dan tubuh ayam.
15. Setelah siap pada posisi menyuntik, vaksinasi disuntikkan pada otot di
sebelah tulang dada mentok (sternum) atau bagian paha. Penyuntikan
dilakukan secara intramuscular yaitu jarum suntik masuk ke dalam otot dada
atau paha ayam.
3.5.3 Pencatatan
1. Membuat beberapa format tabel recording (catatan) yang diperlukan pada
pemeliharaan ayam petelur atau ayam broiler.
2. Memberikan judul untuk masing-masing format tabel recording (catatan).
3.5.4 Pemotongan Paruh
1. Memegang anak ayam dengan cara 3 jari tangan kanan dari kelingking
sampai jari tengah memegang tubuhnya, sedangkan jari telunjuk
dimasukkan diantara paruh atas dan bawah serta menekan lidah anak ayam
dan paruh bawahnya, sambil ibu jari memegang kepala anak ayam.
2. Setelah posisi seperti pada nomor 1 maka paruh bagian atas masukkan ke
dalam pisau electric debeaking, lalu injak pedal electric debeaking sehingga
pisaunya memotong paruh.
3. Untuk ayam yang besar, peganglah tubuh ayam oleh tangan kiri sedangkan
tiga jari tangan kanan dari kelingking sampai jari tengah memegang bagian
leher, jari telunjuk dimasukkan diantara paruh atas dan bawah serta
menekan lidah ayam dan paruh bawahnya, sambil ibu jari memegang kepala
ayam.
4. Setelah posisi seperti pada nomor 3, memasukkan paruh bagian atas ke
dalam pisau electric debeaking, lalu injak pedal electric debeaking
sehingga pisaunya memotong paruh.
5. Cara kerja nomor 1 sampai dengan nomor 4 yaitu menggunakan merode
convetional debeaking.
1
8
6. Metode block debeaking dilakukan dengan memotong paruh bagian atas dan
bawah 1/3 – ½ bagian paruh, dengan cara yang sama pada metode
conventional debeaking.
7. Sebelum dilakukan debeaking sebaiknya diberikan obat anti stress dan
vitamin K.
1
9
VI
HASIL PEGAMATAN
FCR Kumulatif : (Pakan Kumulatif – Sisa Pakan) / (Total Bobot Badan Akhir
– Total Bobot Badan Awal)
Bobot awal
48,8 50,8 51,6 51,2
(gram)
( gram )
= 500 gram
= 500 gram / 5
= 125 gram
= 0,96
= 96,23 %
2
1
( gram )
( gram )
( gram )
= (500 +1500+2400+3240) /
(519,6+1027+1271+1990)
4.2. Pembahasan
1. Persiapan Kandang
Hal ini bertujuan untuk membunuh endoparasit dan ektoparasit yang ada
tempat pakan dan minum untuk ayam, penaburan sekam pada alas kandang
dan persiapan koran untuk alas yang bertujuan agar anak ayam tidak
memakan sekam karena pada saat DOC belum bisa membedakan antara
sekam dan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyatno (1999) yang
kandang DOC membuat sekat antar flocks dengan kawat ram yang
dan brooder yang bertujuan untuk membuat kondisi ayam nyaman sesuai
dengan tubuh induknya. Menaburkan sekam dengan ketebalan ±5 cm untuk
menjaga temperatur kandang. Mengalasi sekam untuk DOC dengan kertas
2
6
koran yang bertujuan agar anak ayam tidak memakan sekam. Karena anak
ayam belum bisa membedakan antara pakan dan sekam. Memasang tirai, 1
senyaman mungkin karena mulai hari pertama sampai dengan hari yang ke
2. Chick in
ekor ayam. Pada saat DOC datang tidak diberikan air gula . Pemberian air
pertama kali yang harus kita lakukan setelah DOC datang adalah pemberian
air minum yang dicampur dengan air gula 1 – 2% dan obat anti
cairan tubuh dan energi yang hilang selama dalam perjalanan. Fadilah
ren 2%, hal ini dilakukan untuk memberikan energi untuk DOC yang mana
Pada saat praktikum tempat pakat yang digunakan hanya satu yaitu
yang menyatakan bahwa pakan untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua
tahap yaitu pakan untuk periode starter dan pakan untuk periode finisher.
starter diberikan di chick feeder tray dan pada saat finisher diberikan
2
7
ditutup pada saat malam hari atau pada saat suhu rendah, ketika ada angin
kencang dan hujan. Hal ini dilakukan agar suhu dalam kandang tetap
nyaman dan sekam tidak basah. Tirai dibuka pada saat siang hari atau ketika
suhu tinggi dan berfungsi sebagai ventilasi udara sehingga sirkulasi udara
dapat berjalan dengan lancar dan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
akan sangat penting untuk membuang gas – gas amonia yang dapat
penyebaran bibit penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah (2006)
kotor. Pengaturan suhu dalam kandang bagi ternak dengan pengaturan tutup
dan brooder. Bahan yang digunakan sebagai tirai adalah plastik tebal.
Brooder mengunakan lampu bohlam yang apabila suhu tinggi maka bohlam
3. Manajemen Pemeliharaan
umur 2 minggu karena DOC masih rentan terhadap iklim lingkungan yang
memberikan air minum secara adlibitum. Pada praktikum kali ini pakan
yang diberikan pada fase stater dan finisher tidak berbeda, seharusnya pakan
2
8
yang diberikan pada dua fase tersebut berbeda karena sistem pencernaan
pada ayam umur 1-14 hari berbeda dengan umur 15-28 hari (PT.Khaeron
serta memberikan vitamin – vitamin pada pakan ataupun air minum ayam
saat DOC sampai fase starter.
4.2.2. Vaksinasi
Metode yang digunakan pada praktikum waktu vaksinasi
adalah meneteskan vaksin ND pada mata salah satu mata DOC. Seharusnya
pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut Rasyaf (2010) terdiri dari
kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp.,
kelompok obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan kelompok obat
khusus untuk mengobati penyakit berak darah. Menurut Jayanata dan Harianto
(2011), para perternak ayam broiler dapat melakukan pengobatan secara herbal
dengan menggunakan jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak, ataupun bawang
puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia. Bahanbahan herbal tersebut
dapat dicampur pada pakan ataupun air minum ayam broiler. Jayanata dan Harianto
(2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal dapat membantu meningkatkan
daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan penyakit.
4.2.3. Recording
Pencatatan (recording) yang lengkap sangat penting dalam rangka untuk
pengembangan usaha pemeliharaan ayam broiler (pedaging). Pencatatan
(recording) merupakan rekaman data – data teknis tentang kegiatan usaha, sehingga
format pencatatan (recording) diusahakan dapat memuat berbagai macam data yang
diperlukan (Rasyaf,2004). Semakin lengkap data yang direkam atau dicatat akan
semakin baik. Dalam praktikum kali ini recording yang dilakukan hanya mencatat
pertambahan bobot badan dan FCR dari minggu pertama sampai minggu ke-4 .
Dalam pencatatan (recording) ayam ras pedaging biasanya berisi; (1) nama
perusahaan peternakan/farm, (2) nomor kandang, (3) strain ayam, (4) tanggal tetas,
(5) tanggal penerimaan, (6) jumlah ayam, (7) jumlah kematian ayam, (8) pemberian
2
9
pakan (9) vaksinasi( jenis, dosis dan cara), (10) obat- obat yang digunakan (11)
bobot badan ayam, dan (12) konversi pakan (Rasyaf, 2004). Pencatatan yang
dilakukan kali ini hanya menulis pertambahan bobot badan dan FCR setiap individu
dan kumulatif.
Dari hasil pencatatan, FCR dari minggu pertama sampai minggu keempat
berturut-turut adalah sebagai berikut 0,96;1,46;1,88;1,63. Melihat angka FCR
ayam-ayam tersebut mempunyai efesiensi pakan yang baik, hal ini sesuai dengan
pernyataan Blakely dan Bade (1992) bahwa nilai konversi makanannya sewaktu
dipanen dapat mencapai nilai dibawah 2 . Dari keempat minggu tersebut FCR
paling tinggi terdapat pada minggu ke-3, hal ini bisa dikarenakan pada minggu ke-
3 banyak kegiatan yang membuat ayam-ayam itu stress, faktor jenis ransum yang
di berikan atau kondisi cuaca yang ekstreme yang mengakibatkan pertambahan
bobot badannya sedikit terganggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2002)
bahwa faktor yang menyebabkan FCR tinggi yaitu kualitas ransum,aktifitas
kandang, dan cuaca.
FCR secara keseluruhan adalah 1,59, nilai tersebut termasuk baik dalam
efesiensi pakan. Itu artinya setiap 1,59 kg ransum akan menghasilkan 1 kg
pertambahan bobot badan.
3
0
DAFTAR PUSTAKA