Vaksinasi adalah suatu tindakan dimana hewan dengan sengaja diberi agen
pembentukan daya tahan atau tanggap kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu
dan aman sehingga tidak menimbulkan penyakit (Akoso, 1998). Menurut Fadilah
(2005) vaksinasi yaitu memasukan agen penyakit yang telah dilemahkan kedalam
tubuh ayam kemudian antibodi di dalam darah ayam meningkat sesuai dengan agen
yang dimasukan, diharapkan ayam memiliki kekebalan tubuh yang kuat untuk
melawan penyakit. Bila diberikan pada ternak, tidak akan menimbulakan penyakit, tapi
virulensinya atau dimatikan dan bila diberikan pada ternak tidak menimbulkan
penyakit melainkan dapat merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai dengan jenis
vaksinnya. Vaksinasi harus dilakukan sesuai dengan jenis unggas, umur unggas, dan
mengetahui jenis vaksin yang akan di berikan ke unggas (Mulyantini, 2010). Fungsi
vaksin dapat mencegah pertumbuhan makhluk lain di dalam tubuh ayam. Santoso dan
Sudaryani (2009) mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu, vaksinaktif dan
vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi virus hidup, namunvirus tersebut
telah dilemahkan. Setelah tiga hari penggunaan vaksin ini,kekebalan tubuh ayam
broiler dapat ditingkatkan. Vaksin inaktif adalah vaksinyang berisi virus yang
dilemahkan dan dicampur dalam emulsi minyak dan bahan stabilisator, untuk
memperoleh tingkat kekebalan tubuh yang lebih lama dan stabil.
Pada anak ayam, aplikasi vaksinasi biasanya dengan cara tetes mata atau tetes
hidung, dan pemberiannya melalui injeksi bila vaksin yang digunakan inaktif.
Vaksinasi melalui air minum tidak efektif dilakukan karena anak ayam umur 1-4 hari
minumnya sedikit dan tidak teratur. Pada ayam dewasa, aplikasi vaksinasi biasanya
dengan tetes mata, tetes hidung, air minum, dan injeksi. Pada pelaksanaan praktikum
vaksinasi dilakukan dengan cara tetes mata dengan pelarut methylene blue. Dalam
pelaksanaan vaksinasi ayam, ada beberapa teknik atau cara yang umum dilakukan
antara lain vaksinasi melalui tetes mata, tetes hidung atau mulut, dan suntikan.
Pelaksanaan vaksinasi melalui tetes mata, hidung, dan mulut biasanya untuk ayam yang
berumur di bawah satu minggu dengan maksud untuk mencegah netralisasi vaksin oleh
antibodi maternal (bawaan dari induk). Cara ini cukup memakan waktu dan tenaga
karena dilakukan per ekor ayam, tetapi kelebihannya sangat efektif karena dosis tepat
dan merata untuk setiap ayam (Office International Epizootic, 2002). Menurut Tizard
vaksin setengahnya, kemudian kocok sampai tercampur rata, usahakan jangan sampai
berbuih, kemudian campuran larutan diluent dan vaksin yang sudah rata pada botol
tersebut dimasukkan lagi ke dalam botol pelarut dan kocok lagi perlahan agar
tercampur rata, terakhir teteskan vaksin satu persatu pada ayam melalui mata atau
hidung atau mulut, jangan tergesa-gesa tunggu sampai betul-betul masuk.
Pemberian vaksin ND dilakukan saat ayam berumur 7 hari. Vaksin ND dapat
berasal dari virus tipe lentogenik, mesogenik, maupun velogenik. Tipe lentogenik
merupakan strain virus ND yang virulensi dan mortalitasnya rendah yaitu strain B1
(Hitcher), strain La Sota, dan strain F (FAO, 2004). Strain F memiliki tingkat virulensi
paling rendah dibandingkan engan strainlain pada tipe lentogenik. Vaksin dengan strain
ini paling efektif dilakukan secara individu.
Sementara pemberian vaksin IBD dilakukan saat ayam berumur 14 hari. Tipe
vaksin IBD intermediate paling umum digunakan. Vaksin ini dapat menstimulasi ayam
pedaging dalam memproduksi antibodi lebih awal dari pada tipe vaksin mild, tanpa
menyebabkan kerusakan bursa Fabricius seperti pada tipe vaksin virulen (OIE, 2008).
Waktu vaksinasi tergantung pada titer antibodi maternal pada anak ayam. Titer antibodi
maternal yang tinggi akan menetralisasi virus yang berasal dari vaksin. Jadi hanya
sedikit respon kekebalan aktif yang akan dihasilkan, sehingga ayam akan mudah