Anda di halaman 1dari 11

ACARA I

PENGENALAN TERNAK PERAH


ANATOMI AMBING

1.1. Pengenalan Ternak Perah


Bangsa ternak perah merupakan ternak ruminansia yang dipelihara untuk
tujuan produksi susu. Ternak tersebut bisa berupa kambing, sapi, kerbau, dan kuda.
Ternak tersebut dapat memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat
mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu walaupun anaknya
sudah disapih atau lepas susu.
1.1.1. Jenis Ternak Perah di Indonesia
Jenis ternak perah di Indonesia meliputi sapi, kambing, dan kuda. Sapi yang
banyak dipelihara di Indonesia adalah sapi Friesian Holstein. Menurut Abatany et al.
(2013) sapi FH merupakan sapi yang berasal dari Belanda dan memiliki produksi
susu yang paling tinggi dibanding dengan sapi perah lainya. Selain sapi FH, di
Indonesia juga terdapat bangsa sapi brown swiss, jersey, ayrshire, dan guersny.
Ternak perah selanjutnya setelah sapi adalah kambing. Kambing perah yang banyak
dipelihara di Indonesia adalah kambing dari bangsa peranakan etawa, saneen, dan
sapera. Diantara tiga bangsa tersebut kambing saneen mempunyai tingkat produksi
susu yang paling tinggi yaitu  2695,3 kg per ekor per laktasi (Akbar 2019). Selain
sapi dan kambing, kuda juga merupakan salah satu ternak yang dimanfaatkan sebagai
ternak perah. Kuda yang digunakan adalah kuda poni sandel yang merupakan kuda
lokal asli Indonesia yang berasal dari persilangan kuda lokal (Sandelwood pony)
dengan bangsa kuda Arab atau Thoroughbred. Susu kuda ini banyak diproduksi di
Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
1.1.2. Bangsa Sapi Perah di Indonesia

Sapi Friesian Holstein


Ilustrasi 1. Gambar Sapi Friesian Holstein, Praktikum Produksi Ternak Perah 2022

Friesian Holstein merupakan sapi yang berasal dari Belanda dan mempunyai
produksi susu yang paling tinggi dibanding sapi lainya. Di Amerika, rata-rata
produksi sapi susu sapi FH mencapai 5.755 kg dalam satu kali laktasi. Di Indonesia,
produksi susu sapi FH hanya mencapai 3.050 kg dalam satu kali laktasi. Sapi FH
memiliki ciri warna belang hitam putih di tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Gumilar dan Aryanto (2012) yang menyatakan bahwa sapi FH memiliki tubuh
berwarna putih belang hitam, ekor berwarna putih, pada bagian lutut, berwarna putih,
badanya berukuran besar, kepalanya panjang, sempit, dan lurus, tanduknya mengarah
kedepan dan membengkok kedalam, serta badanya berbentuk baji. Sapi FH betina
memiliki bobot badan sekitar 362-385 kg.
Sapi Brown Swiss
Ilustrasi 2. Gambar Sapi Brown Swiss, Praktikum Produksi Ternak Perah 2022

Sapi brown swiss merupakan sapi yang berasal dari pegunungan switzerland.
Sapi ini memiliki warna tubuh keabu-abuan hingga coklat. Perilakunya sangat jinak
dan mudah dikendalikan. Menurut Masruroh (2017) sapi brown swiss memiliki ciri-
ciri berupa badanya yang berwarna coklat abu-abu muda sampai tua, hidung dan bulu
ekor berwarna hitam, ukuran tubuh yang hampir sama dengan sapi FH, bersifat jinak
dan mudah dipelihara. Sapi jantan bisa mencapai 900 kg dan betina 600 kg. Sapi
brown swiss mampu menghasilkan susu segar sebanyak 600 liter per tahun, dengan
bobot betina rata-rata sekitar 700 kg. Pada masa laktasi, susu yang dihasilkan
dari sapi ini berkisar 3000 liter. Susu sapi ini sangat rendah kandungan lemak,
sehingga lebih sehat dikonsumsi.
Sapi Ayrshire
Ilustrasi 3. Gambar Sapi Ayrshire, Praktikum Produksi Ternak Perah 2022

Sapi Ayrshire merupakan sapi yang dikembangkan di daerah Ayr, pada


bagian barat Skotlandia (Chairil 2018). Sapi ini memiliki warna belang merah atau
belang coklat putih, tanduk agak panjang dan mengarah ke atas, dan memiliki sifat
nervous. Sapi jantan memiliki bobot badan 1600-2300 pound dan sapi betina
memiliki berat badan sekitar 1250 pound dengan produksi susu mencapai 10.312
pound dalam satu kali laktasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rokhayati (2019) yang
menyatakan bahwa Bobot tubuh sapi ayrshire jantan bisa mencapai 725 kg dan betina
550 kg. Produktivitas susu sekitar 3500 liter per masa laktasi.

Sapi Guernsey
Ilustrasi 4. Gambar Sapi Guernsey, Praktikum Produksi Ternak Perah 2022
Sapi guernsey merupakan sapi yang berasal dari daerah Inggris.  Sapi ini
dikembangkan dari sapi liar Bos Typicus longifrons. Sapi ini memiliki ciri-ciri
kuning tua dengan belang putih pada bagian muka, sisi perut dan keempat kakinya,
tanduk menjurus kearah depan dan atas. Menurut Masruroh (2017) sapi guernsey
memiliki karakter yang peka dan aktif tetapi tidak mudah terganggu. Bobot sapi
jantan bisa mencapai 700 kg dan sapi betina 475 kg. Produksi susunya mencapai
2750 liter per masa laktasi.

Sapi Jersey
Ilustrasi 4. Gambar Sapi Jersey, Praktikum Produksi Ternak Perah 2022

Sapi Jersey merupakan sapi yang berasal dari Pulau Jersey, yang terletak di
selat antara Inggris dan Perancis. Nenek moyang sapi ini berasal dari banteng liar
yang dikawinkan dengan sapi normandia (Rokhayati, 2019). Sapi jersey memiliki
warna yang beragam mulai dari hitam, merah tua, cokelat kekuningan, dan terkadang
pada bagian tertentu terdapat warna putih. Sapi jersey memiliki karakter yang tenang
dan sangat peka tetapi tidak tahan panas. Sapi jersey jantan memiliki bobot badan
mencapai 625 kg dan 425 kg untuk sapi betina. Sapi jersey betina mampu
menghasilkan susu sebanyak 2500 liter dalam satu kali laktasi.

1.2. Anatomi Ambing


Ambing merupakan kelenjar yang berfungsi mengeluarkan susu untuk
makanan anaknya setelah lahir. Ambing tumbuh selama kebuntingan dan mulai
mengeluarkan susu setelah beranak. Ambing pada sapi perah terdiri dari empat
bagian terpisah yaitu bagian depan dan belakang serta bagian kiri dan kanan. Menurut
Febriana et al. (2018) ukuran volume ambing pada setiap ternak berbeda – beda,
ukuran ambing dipengaruhi oleh umur ternak, masa laktasi, faktor genetik dan jumlah
susu didalamnya. Menurut Habib et al. (2014) Volume ambing menentukan jumlah
produksi susu yang dihasilkan, volume ambing yang lebih besar secara visual
memiliki produksi susu yang lebih tinggi. Hal ini karena ambing yang besar memiliki
sel sekretori yang besar juga yang digunakan untuk mensekresikan susu. Alveolus
merupakan organ yang terdapat di dalam ambing, di dalam alveolus terdapat sel
epitel yang berfungsi dalam memproduksi susu. Beberapa alveolus bergabung
membentuk lobulus dan dibungkus oleh satu jaringan ikat yang disebut lobus. Setiap
bagian ambing memiliki saluran yang berfungsi untuk menyalurkan susu yang
diproduksi oleh alveolus ke puting susu.
1.2.1. Anatomi Ambing Eksterior
1

5
Penampang Ambing Akoso, 2012
Ilustrasi 6 : Gambar Penampang Ambing Eksterior
Keterangan:
1. Outer wall
2. Medial suspensory ligament
3. Lateral suspensory ligament
4. Fine membrane
5. Puting

Ambing bagian eksterior merupakan bagian ambing yang dapat dilihat secara
langsung. Ambing bagian eksterior terdiri dari outer wall, medial suspensory
ligament, lateral suspensory ligament, fine membrane, dan puting. Outer wall adalah
dinding terluar dari ambing bagian eksternal yang membungkus ambing dan menahan
ambing agar selalu menempel pada tubuh sapi. Menurut Junaidi et al. (2016) outer
wall memiliki fungsi melindungi organ dalam ambing, menerima rangsangan dari
luar dan menjaga suhu bagian dalam ambing agar tetap stabil. Medial suspensory
ligament merupakan ligament yang berbentuk longitudinal sebagai pembatas pada
ambing bagian kuartir kanan dan kiri. Menurut Christoper (2019) medial suspensory
ligament bersifat elastis dan melindungi atau membatasi kuartir kanan dan kiri
sehingga jika salah satu kuartir terkena penyakit maka kuartir lain dapat terlindungi.

Ligamentum suspensory lateral merupakan lapisan kulit bagian dalam yang


terdiri atas jaringan non elastis yang melekat pada bagian abdomen sapi perah
(Solechah et al. 2019). Lateral suspensory ligament merupakan jaringan tidak elastis
(fibrosa). Sifat otot yang tidak elastis ini berperan dalam membatasi produksi susu
apabila sudah mencapai produksi maksimum sehingga ambing tidak melar atau
melebar. Fine membrane merupakan membran tipis yang memisahkan ambing bagian
depan dan belakang. Fine membrane berfungsi sebagai pemisah antara kuartir depan
dan belakang ambing dan mencegah bakteri penyebaran penyakit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gumilar et al. (2012) yang menyatakan bahwa ambing sapi bagian
depan dan belakang dibatasi oleh lapisan tipis yang disebut membrane fine dan
berfungsi untuk mencegah penularan bakteri atau penyakit. Puting susu adalah organ
berbentuk memanjang atau berbentuk kerucut dengan ujung tumpul serta tidak
terdapat bulu disekitarnya. Menurut Damayanti et al. (2020) puting susu teletak
menggantung pada ambing dan berfungsi sebagai tempat keluarnya susu.
1.2.2. Anatomi Ambing Interior

1
2
3
4
5
6
7

Penampang Ambing Rokhayati, 2019


Ilustrasi 7 : Gambar Penampang Ambing Interior

Keterangan:

1. Alveolus
2. Lobulus
3. Milk ductus
4. Teat meatus
5. Streak canal
6. Anular fold
7. Gland cistern
Bagian interior ambing terdiridari Teat meatus, Gland cistern, Lobulus,
Alveolus, Teat cistern, Streak canal dan Anular fold. Alveolus merupakan unit
sekretori ambing yang berbentuk rongga dan terdapat banyak pembuluh darah.
Menurut Habib et al. (2014) alveolus terletak di dalam ambing sapi perah yang terdiri
dari beberapa rongga menyerupai gelembung susu berbentuk seperti buah anggur
yangmana setiap alveolus bermuara pada sebuah duktus kecil. Alveolus berfungsi
sebagai tempat pembentukan susu darinutrisi yang diedarkan oleh darah. Lobulus
merupakan kumpulan dari satu atau kelompok alveolus yang dihubungkan oleh
saluran kecil. Lobulus merupakan bagian yang sangat kecil , tersebar pada kelenjar
susu sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Akoso (2012) bahwa lobulus berwarna
kemerahan,bagian yang sangat kecil yang terdapat pada kelenjar susu.

Milk duct merupakan sebuah saluran yang menyalurkan susu menuju gland
cistern. Hal ini sesuai dengan pendapat Irfan (2014) bahwa Milk duct merupakan
saluran ambing yang memiliki fungsi menyalurkan susu ke gland cistern. Gland
cistern merupakan tempat penampungan sementara susu dari semua saluran ambing
sebelum dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pribadiningtyas et al. (2012)
bahwa kelenjar sisterna merupakan suatu rongga pada ambing untuk menampung
susu sementara sebelum dikeluarkan. Teat meatus adalah saluran tempat susu
dikeluarkan dari streak canal. Fungsi dari teat meatus adalah sebagai saluran
keluarnya susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Pribadiningtyas et al. (2012) bahwa
susu yang telah di tampung di gland cistern akan melalui teat meatus dan disalurkan
sebelum keluar. Streak canal merupakan saluran yang berfungsi mencegah masuknya
mikroba dan sebagi pintu keluarnya susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Astuti et al.
(2015) yang menyatakan bahwa susu akan keluar melaui streak canal setelah
mendapat ransangan. Annular fold merupakan organ interior yang didalamnya
terdapat otots phingter yang berfungsi untuk menahan susu keluar dari ambing .
Menurut Habib et al . (2014) bahwa setelah terjadinya rangsangan, otot sphingter
akan terbuka selama 1-2 jam sehingga bakteri dan kontaminan dapat mudah masuk.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, F. A., D. Samsudewa, dan Y. S. Ondho. 2019. Tampilan vulva sapi perah
yang disinkronasi dengan hormon prostaglandin pada umur yang berbeda. J.
Sain Peternakan Indonesia. 15(1): 91-98
Akoso, B.T. 2012. Budi Daya Sapi Perah. Airlangga University Press, Surabaya.
Astuti, A., Erwanto dan P. E. Santosa. 2015. Pengaruh cara pemberian konsentrat-
hijauan terhadap respon fisiologis dan performa sapi peranakansimmental. J.
Ilmiah Peternakan Terpadu. 3 (4): 201–207
Atabany, A., B. P. Purwanto., T. Tahormat, dan A. Anggraeni. 2013. Performa
reproduksi sapi perah FH pada generasi induk dan keturunanya. J. Ilmu
Reproduksi dan Teknologi Peternakan. 1(1): 31-36
Chairil, M. 2018. Analisis keuntungan usaha ternak sapi perah di Keecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Islam Negeri Alaudin. Makassar. (Skripsi)
Christoper, J. 2019. Hubungan Antara Peningkatan Tekanan Intraokulasi Pada Pasien
Glaukoma dengan Hipertensi di RSUP HAM Tahun 2018. Fakultas
Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Medan. (Skripsi)
Damayanti, R. L., R. Hartanto, dan P. Sambodho. 2020. Hubungan volume ambing
dan ukuran puting dengan produksi susu sapi perah friesian holstein di PT
Naksatra Kejora, Kabupaten Temanggung. J. Sain Peternakan Indonesia.
15(1): 75-83
Febriana, D. N., D. W. Harjanti, dan P. Sambodho. 2018. Korelasi ukuran badan,
volume ambing, dan produksi susu kambing PE di Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. J. Ilmu-ilmu Peternakan. 28(2): 134-140
Gumilar A. S., T Susilawati dan S. Wahyuningsih. 2012. Tampilan reproduksisapi
perah pada berbagai paritas di wilayah Kud Batu. J. Ilmu IlmuPeternakan. 22
(3): 9 – 14
Gumilar, A. P, dan R. Aryanto. 2012. Bobot badan dan ukuran tubuh sapi perah
betina friesian holstein di wilayah kerja koperasi peternak Garut Selatan. J.
Buana Sains. 11(2): 163-170
Habib, I., T. H. Suprayogi dan P. Sambodho. 2014. Hubungan antara volume ambing,
lama massage dan lama pemerahan terhadap produksi susu kambing
Peranakan Ettawa. Animal Agriculture Journal. 3 (1) :8-16
Irfan, M. 2011. Kualitas Susu Sapi Perah pada Pemberian Pakan Tepung Daun
Murbei ( Morus alba L). Program Sarjana Universitas Hasanuddin. (Skripsi)
Junaidi M., C.L Novita dan D. Dzarnisa. 2016. Kajian kondisi faali sapi perah
Peranakan Fries Holland (PFH) di peternakan rakyat desa Suka
Mulyakecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar. J. Ilmiah
Mahasiswa.1(1): 709 – 718
Masruroh, S. 2017. Analisis kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah di
Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Fakultas Pertanian.
Universitas Jember. Jember. (Skripsi)
Pribadiningtyas, P. A., T. H. Suprayogi dan P. Sambodo. 2012. Hubungan antara
bobot badan, volume ambing terhadap produksi Susu Kambing Perah
laktasiPeranakan Ettawa. J. Animal Agricultural. 1 (1): 99 – 105
Rokhayati, U. A. 2019. Prospek Budidaya Sapi Perah di Gorontalo. UNG Press.
Gorontalo.
Solechah, D. W., D. W. Harjanti, dan R. Hartanto. 2019. Hubungan antara morfologi
ambing, produksi susu, dan komponen susu pada sapi friesian holstein. J.
Agripet. 19(2): 91-98

Anda mungkin juga menyukai