Jenis ternak perah yang dibudidayakan pada setiap negara berbeda – beda,
tetapi yang umumnya di Indonesia yaitu sapi, kambing, domba, kerbau dan kuda.
Hal ini sesuai dengan pendapat Matondang dan Thalib (2015) yang menjelaskan
bahwa sapi perah merupakan jenis ternak perah yang paling umum di Indonesia.
Sapi perah menjadi ternak perah yang paling umum di Indonesia karena
produknya yang sangat diminati masyarakat Hal ini sesuai dengan pendapat
Ariyanti dan Hani (2014) yang menjelaskan bahwa sapi perah merupakan
komoditas perah yang banyak diminati oleh peternak karena prospeknya yang
menjanjikan dan produknya sangat diminati oleh konsumen karena akan gizinya
Terdapat beberapa jenis sapi perah yang ada di Indonesia antara lain,
Friesian Holstein
Friesian Holstein
Ilustrasi 1. Gambar Friesian Holstein, Masruroh (2017)
Sapi Friesian Holstein (FH) berasal dari Belanda dan dikembangkan sejak
tahun 1625. Ciri khas yang dimiliki yaitu warna bulu hitam dengan bercak putih,
bulu ujung ekor berwarna putih, bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna
putih atau hitam dari atas terus ke bawah, serta tanduknya pendek dan menjurus
ke depan. Sifat pada sapi betina jinak dan tenang, sedangkan pada pejantan agak
agresif dan ganas, tidak tahan panas, tetapi lebih mudah menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan serta memiliki produksi susu yang paling tinggi diantara ras
lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Filian et al., (2016) yang menjelaskan bahwa
produksi susu Friesian Holstein sekitar 4500-5500 liter per masa laktasi.
Brown Swiss
Brown Swiss
Ilustrasi 2. Gambar Brown Swiss, Masruroh (2017)
Brown Swiss berasal dari Switzerland. Ciri – ciri sapi ini memiliki warna
coklat abu – abu muda atau tua, hidung dan bulu ekor berwarna hitam, serta
memiliki ukuran yang hampir sama dengan sapi FH, dengan produksi susu yang
tinggi kedua setelah sapi FH. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartikasari (2015)
yang menjelaskan bahwa produksi susu Brown Swiss tertinggi kedua setelah sapi
Ayshire
Sapi Ayshire berasal dari Skotlandia Selatan. Sapi ini memiliki ciri – ciri
warna belang merah atau belang coklat dan putih, tanduk agak panjang dan
menjurus keatas. Sapi ini memiliki sifat yang jinak. Dengan produksi susu yang
cukup tinggi. Hal ini ssesuai dengna pendapat Chairil (2018) yang menjelaskan
bahwa produksi susu Sapi Ayshire yaitu sekitar 3500 liter setiap masa laktasi.
Ambing merupakan bagian tubuh ternak sapi perah yang berfungsi untuk
belakang,kanan kiri dan memiliki empat putting tanpa bulu. Kuartir ambing kanan
depan dan belakang terpisahkan oleh selaput tipis kuartir Hal ini sesuai dengan
kelenjar yang berfungsi mengeluarkan susu untuk anaknya setelah lahir dan
ambing terbagi menjadi empat kuartir. Ambing bagian depan dapat menghasilkan
susu sebanyak 40% dan bagian belakang hingga 60%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wibowo (2017) bahwa rasio produksi susu pada ambing bagian depan
Berikut..........
9
Penampang Ambing Sumber : Suryowardojo, 2012
Ilustrasi 5. Gambar Penampang Ambing Interior
Keterangan :
1. Alveolus
2. Lobus
3. Lumen
4. Milk ductus
5. Gland cistern
6. Streak canal
7. Teat cistern
8. Annular fold
9. Teat Meatus
lobulus dan dibungkus oleh satu jaringan ikat yang disebut lobus dan didalamnya
terdapat bagian – bagian lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2019)
yang menjelaskan bahwa di dalam alveolus sendiri terdapat bagian-bagian
meliputi lumen, epithelial cell, myoephitelial cell, capilary milk duct dan
intralobular duct.
lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2019) yang menjelaskan bahwa
alveolus bergabung membentuk lobulus dan dibungkus oleh satu jaringan ikat
rongga, yang memiliki fungsi dalam menyerap zat – zat dalam darah. Hal ini
didukung oleh pendapat Solechah et al. (2019) yang menjelaskan bahwa lumen
memiliki fungsi untuk menyerap zat yang terkandung dalam darah dan akan
Milk ductus adalah saluran air susu pada ambing. Hal ini sesuai dengan
pendapat Putri et al. (2019) yang menjelaskan bahwa milk ductus berupa saluran
air susu yang mennghubungkan sampai dengan keluar melalui puting atau teat
meatus. Gland cistern adalah tempat pengumpulan susu yang disintesis. Hal ini
sesuai dengan pendapat Saputra et al. (2018) yang menjelaskan bahwa fungsi dari
gland cistern yaitu mengumpulkan susu yang disintesis dari semua saluran
ambing.
masuknya mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Surjowardojo (2011) Streak
canal merupakan organ pada ambing yang terletak pada bagian bawah putting
susu dari streak canal. Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsi et al. (2015) yang
Teat cistern adalah penampungan terakhir setelah dari gland cistern. Hal
ini sesuai dengan pendapat Setiawan (2017) yang menjelaskan bahwa teat cistern
yang terjadi karena akumulasi susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjaja et al.
(2016) akan menahan susu di dalam ambing terhadap tekanan yang timbul akibat