Anda di halaman 1dari 8

ACARA I

PENGENALAN TERNAK PERAH

ANATOMI AMBING DAN BIOSINTESIS SUSU

1.1. Pengenalan Ternak Perah

Ternak perah adalah ternak ruminansia yang secara genetis memiliki

ambing untuk memproduksi susu. Ternak perah ditujukan untuk peternak

memperoleh susu yang berkualitas dengan kuantitas yang sebanyak mungkin

dengan meminimalisir pengaruh negatif bagi ternak

1.1.1. Jenis Ternak Perah di Indonesia

Jenis ternak perah yang dibudidayakan pada setiap negara berbeda – beda,

tetapi yang umumnya di Indonesia yaitu sapi, kambing, domba, kerbau dan kuda.

Hal ini sesuai dengan pendapat Matondang dan Thalib (2015) yang menjelaskan

bahwa sapi perah merupakan jenis ternak perah yang paling umum di Indonesia.

Sapi perah menjadi ternak perah yang paling umum di Indonesia karena

produknya yang sangat diminati masyarakat Hal ini sesuai dengan pendapat

Ariyanti dan Hani (2014) yang menjelaskan bahwa sapi perah merupakan

komoditas perah yang banyak diminati oleh peternak karena prospeknya yang

menjanjikan dan produknya sangat diminati oleh konsumen karena akan gizinya

yang tinggi dan harganya yang terjangkau masyarakat.


1.1.2. Bangsa Sapi Perah di Indonesia

Terdapat beberapa jenis sapi perah yang ada di Indonesia antara lain,

Friesian Holstein

Tabel 1. Bangsa sapi perah Indonesia

Friesian Holstein
Ilustrasi 1. Gambar Friesian Holstein, Masruroh (2017)

Sapi Friesian Holstein (FH) berasal dari Belanda dan dikembangkan sejak

tahun 1625. Ciri khas yang dimiliki yaitu warna bulu hitam dengan bercak putih,

bulu ujung ekor berwarna putih, bagian bawah dari carpus (bagian kaki) berwarna

putih atau hitam dari atas terus ke bawah, serta tanduknya pendek dan menjurus

ke depan. Sifat pada sapi betina jinak dan tenang, sedangkan pada pejantan agak

agresif dan ganas, tidak tahan panas, tetapi lebih mudah menyesuaikan diri dengan

keadaan lingkungan serta memiliki produksi susu yang paling tinggi diantara ras

lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Filian et al., (2016) yang menjelaskan bahwa

produksi susu Friesian Holstein sekitar 4500-5500 liter per masa laktasi.
Brown Swiss

Tabel 2. Bangsa Sapi Perah Indonesia

Brown Swiss
Ilustrasi 2. Gambar Brown Swiss, Masruroh (2017)

Brown Swiss berasal dari Switzerland. Ciri – ciri sapi ini memiliki warna

coklat abu – abu muda atau tua, hidung dan bulu ekor berwarna hitam, serta

memiliki ukuran yang hampir sama dengan sapi FH, dengan produksi susu yang

tinggi kedua setelah sapi FH. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartikasari (2015)

yang menjelaskan bahwa produksi susu Brown Swiss tertinggi kedua setelah sapi

FH yaitu sekitar 3000-4000 liter per masa laktasi.

Ayshire

Tabel 3. Bangsa Sapi Perah Indonesia


Ayshire
Ilustrasi 3. Gambar Ayshire, Masruroh (2017)

Sapi Ayshire berasal dari Skotlandia Selatan. Sapi ini memiliki ciri – ciri

warna belang merah atau belang coklat dan putih, tanduk agak panjang dan

menjurus keatas. Sapi ini memiliki sifat yang jinak. Dengan produksi susu yang

cukup tinggi. Hal ini ssesuai dengna pendapat Chairil (2018) yang menjelaskan

bahwa produksi susu Sapi Ayshire yaitu sekitar 3500 liter setiap masa laktasi.

1.2. Anatomi Ambing

Ambing merupakan bagian tubuh ternak sapi perah yang berfungsi untuk

memproduksi susu. Ambing terbagi menjadi empat kuartir yaitu depan

belakang,kanan kiri dan memiliki empat putting tanpa bulu. Kuartir ambing kanan

dan kiri dipisahkan oleh ligamentum suspensorium medialis, sedangkan bagian

depan dan belakang terpisahkan oleh selaput tipis kuartir Hal ini sesuai dengan

pendapat Damayanti et al. (2020) yang menyatakan bahwa ambing merupakan

kelenjar yang berfungsi mengeluarkan susu untuk anaknya setelah lahir dan

ambing terbagi menjadi empat kuartir. Ambing bagian depan dapat menghasilkan

susu sebanyak 40% dan bagian belakang hingga 60%. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wibowo (2017) bahwa rasio produksi susu pada ambing bagian depan

dan belakang adalah sebesar 40:60%.


1.2.1. Anatomi Ambing Eksterior

Berikut..........

1.2.2. Anatomi Ambing Interior

Berikut merupakan ilustrasi dari anatomi ambing interior,

Tabel 5. Anatomi Ambing Interior


1
2

9
Penampang Ambing Sumber : Suryowardojo, 2012
Ilustrasi 5. Gambar Penampang Ambing Interior

Keterangan :

1. Alveolus

2. Lobus

3. Lumen

4. Milk ductus

5. Gland cistern

6. Streak canal

7. Teat cistern

8. Annular fold

9. Teat Meatus

Berdasarkan Ilustrasi 5 bahwa alveolus merupakan sel – sel sekretori yang

memiliki bentuk seperti buah anggur, beberapa alveolus bergabung membentuk

lobulus dan dibungkus oleh satu jaringan ikat yang disebut lobus dan didalamnya

terdapat bagian – bagian lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2019)
yang menjelaskan bahwa di dalam alveolus sendiri terdapat bagian-bagian

meliputi lumen, epithelial cell, myoephitelial cell, capilary milk duct dan

intralobular duct.

Lobus dan lobulus merupakan alveolus yang bergabung dengan alveolus

lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2019) yang menjelaskan bahwa

alveolus bergabung membentuk lobulus dan dibungkus oleh satu jaringan ikat

yang disebut lobus.

Lumen merupakan lapisan sel – sel epitel yang menyelubungi suatu

rongga, yang memiliki fungsi dalam menyerap zat – zat dalam darah. Hal ini

didukung oleh pendapat Solechah et al. (2019) yang menjelaskan bahwa lumen

memiliki fungsi untuk menyerap zat yang terkandung dalam darah dan akan

menyintesis menjadi susu.

Milk ductus adalah saluran air susu pada ambing. Hal ini sesuai dengan

pendapat Putri et al. (2019) yang menjelaskan bahwa milk ductus berupa saluran

air susu yang mennghubungkan sampai dengan keluar melalui puting atau teat

meatus. Gland cistern adalah tempat pengumpulan susu yang disintesis. Hal ini

sesuai dengan pendapat Saputra et al. (2018) yang menjelaskan bahwa fungsi dari

gland cistern yaitu mengumpulkan susu yang disintesis dari semua saluran

ambing.

Streak canal adalah bagian bawah puting yang berfungsi mencegah

masuknya mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Surjowardojo (2011) Streak

canal merupakan organ pada ambing yang terletak pada bagian bawah putting

yang berfungsi untuk mencegah masuknya mikroba kedalam ambing.


Teat meatus atau dinamakan juga lubang puting adalah tempat keluarnya

susu dari streak canal. Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsi et al. (2015) yang

menjelaskan bahwa teat meatus merupakan lubang puting.

Teat cistern adalah penampungan terakhir setelah dari gland cistern. Hal

ini sesuai dengan pendapat Setiawan (2017) yang menjelaskan bahwa teat cistern

merupakan penampungan terakhir yang terletak tepat setelah saluran pengeluaran

bersatu dengan gland cistern pada dasar ambing.

Annular fold berfungsi dalam menahan tekanan susu di dalam ambing

yang terjadi karena akumulasi susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjaja et al.

(2016) akan menahan susu di dalam ambing terhadap tekanan yang timbul akibat

akumulasi susu dengan mengatur buka tutupnya teat meatus.

Anda mungkin juga menyukai