OLEH
FERI ZULTAMA N
E10015165
(A)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ambing adalah salah satu organ tubuh yang biasa dijadikan acuan dalam
II. PEMBAHASAN
2.1
ambing dan laktasi adalah bagian integral dari reproduksi. Bentuk ambing pada
sapi perah dapat menentukan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan.
Soedono, (1990) menyatakan bahwa ambing yang baik adalah ambing yang besar,
pertautan antarotot kuat dan memanjang sedikit ke depan, serta puting tidak lebih
dari empat.
Ambing merupakan salah satu organ tubuh yang biasa dijadikan acuan
dalam Judging (menilai karakteristik ternak). Masing-masing ternak memiliki
sifat khas kelenjar ambing, misal sapi dan kerbau memiliki 4 puting dengan
masing-masing satu streak canal, kambing dan domba memiliki dua buah puting
pada ambingnya. Bentuk ambing domba dan kambing pada umumnya berbentuk
seperti gelas anggur (bulat memanjang), kisaran panjang ambing sekitar 10-20
cm, sedang panjang puting 5-10 cm. Bobot ambing bergantung pada umur, faktor
genetis, masa laktasi dan jumlah susu di dalamnya (Mukhtar, 2006).
Ambing berisi sekumpulan alveolus yang merupakan organ terkecil yang
berperan dalam produksi susu. Beberapa alveolus bergabung membentuk suatu
lobulus dan di bungkus oleh satu jaringan ikat yang disebut lobus. Setiap bagian
ambing memiliki suatu sistem ductus (saluran) yang berfungsi untuk menyalurkan
susu yang diproduksi oleh alveolus ke tempat pengeluaran (puting). Susu yang
dihasilkan oleh alveolus akan disalurkan oleh sistem ductus ke sinus lacriferus
dan gland cystern sebagai tempat pengumpulan susu sebelum di sekresikan
melalui puting. Semakin banyak susu di hasilkan maka semakin besar volume
ambing, sehingga prosuksi susu yang diperah akan semakin banyak (Mukhtar,
2006).
2.2
kuartir ambing bagian belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang
lainnya.
Tiap-tiap kuartir mempunyai satu putting. Bentuk putting bulat, seragam,
terletak pada masing-masing kuartir seperti pada sudut bujur sangkar. Kuartir
ambing terdapat saluran tempat air susu keluar yang disebut saluran putting
Pemisahan ambing menjadi dua bagian ke arah ventral ditandai dengan adanya
kerutan longitudinal pada lekukan intermamae (Frandson, 1992). Masing-masing
terdiri dari 2 kuartir, kuartir depan dan belakang dipisahkan oleh lapisan tipis (fine
membrane). Lapisan pemisah ini menyebabkan setiap kuartir ambing berdiri
sendiri terutama pada kenampakan secara eksterior. Perbedaannya terletak pada
ukuran ambing dan struktur atau anatomi bagian dalamnya, yaitu belum
sempurnanya kerja sel-sel penghasil susu (Soebronto,1985).
2.2.3 Perbandingan Anatomi Ambing Sapi Dara dan Sapi Laktasi
a.
alveoli yang masih halus. Saluran pada ambing sapi dara belum berkembang dan
hanya berupa jaringan adiposa. Puting sapi dara masih sederhana dan belum
banyak saluran untuk proses laktasi. Hal ini dikarenakan pada ambing sapi dara
masih berupa bantalan lemak sehingga saluran untuk proses laktasi belum
terbentuk (Frandson, 1992). Sapi betina yang telah mencapai dewasa kelamin,
maka estrogen (dihasilkan oleh folikel pada ovarium) merangsang perkembangan
sistema duktus yang besar. Siklus yang berulang, jaringan kelenjar susu
dirangsang untuk berkembang lebih cepat. Setelah sapi dara mengalami beberapa
kali siklus estrus, maka folikel berkembang menjadi korpus luteum dan
memproduksi progesteron, yang menyebabkan perkembangan sistema lobulalveolar (Williamson dan Payne, 1993).
b.
spinter merupakan otot yang mengatur pembukaan dan penutupan puting dan teat
meatus (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Pada
ambing
sapi
laktasi,
kering yang didapat semakin besar presistensi pada laktasi berikutnya, karena
masa kering merupakan masa untuk membangun persediaan zat-zat cadangan
makanan (Anggorodi, 1994).
2.3
ligamentum
suspensory
lateralis,
ligamentum
suspensori
lateral
di
dasar
ambing.
Wikantadi
(1977)
menyatakan
bahwa ligamentum ini terdiri dari dua lapisan jaringan ikat padat yang membagi
ambing menjadi bagian kanan dan kiri. ligamentum suspensori medialis
merupakan pemisah antara kuartir ambing bagian kanan dan kiri (Mukhtar, 2006).
Ligamen transfersalis merupakan jaringan yang menyokong ambing secara
keseluruhan. Cord like tissue merupakan ligamen yang melekat pada bagian perut.
Facia supervicialis merupakan ligamen yang menempel di kulit. Subpelvic tendon
merupakan ligamen yang melekat pada bagian kelamin. Kulit mempunyai
perananan kecil sebagai jaringan penunjang dan stabilisator ambing, namun kulit
ini sangat besar peranan sebagai jaringan pelindung bagian dalam ambing dari
luka dan bakteri.
2.3.2 Sistem Pembuluh Darah
Puting
Puting tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak memiliki kelenjar
keringat. Keadaan kulit dan bulu yang tumbuh pada kulit ambing harus halus,
kulit mudah dilipat dengan jari, dan tampak pembuluh-pembuluh darah yang
Teat cistern
Teat cistern merupakan suatu rongga didalam puting susu terletak tepat
dibawah gland cistern, tempat mengalirnya susu ketika akan dikeluarkan. Gland
dan teat cistern dihubungkan oleh annular fold yang terletak di bawah gland
cistern. Wikantadi (1977) menyatakan bahwa annular fold ini mencegah
mengalirnya air susu, yang dikenal sebagai blind quarter. Sreak canal terdiri atas
5-7 epitel yang konveks yang membentuk seperti bintang. Tonjolan-tonjolan yang
seperti bintang itu dapat ditutup rapat oleh karena aktivitas otot spincher. Streak
canal mempertahankan air susu didalam ambing terhadap tekanan yang timbul
akibat akumulasi air susu dan menjaga masuknya kotoran-kotoran dan bakteribakteri pada saat pemerahan. Mukhtar (2006) mengemukakan bahwa di
dalam annular fold terdapat otot spincher yang berfungsi sebagai penahan susu di
dalam ambing terhadap tekanan yang muncul akibat akumulasi susu di
dalam gland cistern selain itu berfungsi mencegah masuknya bakteri pada saat
pemerahan.
c.
Gland cistern
Gland cistern merupakan tempat menampung susu sementara setelah susu
pengumpulan dari semua saluran ambing dan tempat penampung susu sementara.
gland cistern memiliki ukuran dan terbentuk dari sinus lactoferus untuk tiap-tiap
kwartir sangat bervariasi. Pada beberapa hal, sistern ini siskuler, pada kejadian
lain nampak tidak lebih hanya berupa saku-saku dari berbagai ukuran sebagai
akhir dari saluran induk. Kapasitas dari sinus lactoferus adalah 100-400 gram air
susu (Wikantadi, 1977).
2.3.6 Saluran Ambing
Percabangan sisterne ambing ada 12 sampai 50 atau lebih saluran, yang
kembali bercabang beberapa kali dan akhirnya membentuk duktus terminal yang
mengalir ke tiap alveolus.
2.3.7 Alveoli
Alveoli dan duktus terminal terdiri dari lapisan tunggal sel epitel. Fungsi
sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan mengubah menjadi susu serta
mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam keadaan berkembang penuh
saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi lobuli, dan beberapa lobuli
bersatu menjadi lobus.
Nukleus (inti)
Fungsi nucleus sel ambing adalah untuk menyebarkan informasi genetik
yang terdapat dalam gen untuk sintesis protein susu dan enzim tertentu. Keadaan
ini bertentangan dengan fungsi sperma dan nuklsi ovum yang menyebarkan
informasi genetik ke seluruh bagian ternak.
b.
Retikulum Endoplasmik
Organel ini terdiri atas sistem saluran yang terletak di dasar dua per tiga
10
ambing. Permukaan beberapa saluran retikulum endoplasmic bertaburkan proteinRNA yang disebut ribosom. Ribosom merupakan bagian sintestis protein.
c.
Aparatus Golgi
Aparatus Golgi berfungsi sebagai tempat membungkus protein. Sabagai
Mitokhondria
Mitokhondria sangat banyak terdapat dalam jaringan yang aktif secara
metabolis. Karena itu, sel ambing dari sapi laktasi mengandung banyak
mitokhondria, walaupun juga ada di sel ambing sapi non laktasi. Mitokhondria
sering disebut "sumber tenaga sel" karena mitokhondria menghasilkan energi
yang diperlukan untuk sintesis lemak susu, laktosa, dan protein.
e.
Lisosom
Partikel ikat membran ini mengandung enzim pemecah yang jika
Membran Seluler
Membran membungkus seluruh organel. Membran yang disebut membran
11
Zat gizi lain yang ada dalam darah tak dapat masuk. Saat susu berisotonik
dengan darah, susunan individual dalam susu dan darah dalam keadaan tidak
berimbang. Contoh, susu mengandung lemak 9 kali lebih banyak, gula 90 kali
lebih banyak, kalium 5 kali lebih banyak, fosfor 10 kali lebih banyak, kalsium 13
kali lebih banyak, natrium 1/7 bagian, dan protein 1/2 bagian darah.
g.
Mikrotubula
Mikrotubula penting untuk pembelahan sel, membentuk sel ambing, dan
Sitoplasma
Sitoplasma adalah matriks cairan yang mengandung banyak sel ambing.
Sebagian besar material fraksi ini dapat larut; seperti enzim, zat gizi, dan produk
makro molekuler. Pemecahan anaerobik glukosa, sintesis asam lemak, dan
pengaktivan asam amino untuk sintesis protein terjadi dalam sitoplasma terlarut.
Pemecahan anaerobik glukosa penting terjadi sebelum glukosa dapat dipecah di
dalam mitokhondria untuk menghasilkan energi.
2.4
susu di dalam ambing. Ambing sapi terbagi dua yaitu ambing kiri dan ambing
kanan,selanjutnya masing-masing ambing terbagi dua yaitu kuartir depan
dankuartir belakang. Tiap-tiap kuartir mempunyai satu puting susu.
a. Kuartir kanan depan
b. Kuartir kanan belakang
c. Kuartir kiri depan
d. Kuartir kiri belakang
Gambar 1.
Kelenjar susu tersusun dari gelembung-gelembung susu sehingga berbentuk
seperti setandan buah anggur. Dinding gelembung merupakan sel-sel yang
menghasilkan air susu. Bahan pembentuk air susu berasal dari darah.
12
Gambar 2.
Gambar 3.
a. Pembuluh darah
e. Saluran susu
b. Sel epitel
f. Ruang kisterna
g. Ruang puting
d. Ruang alveole
h. Lubang puting
Air susu mengalir melalui saluran saluran halus dari gelembung susu ke
ruang kisterna dan ruang puting susu. Dalam keadaan normal, lubang puting susu
akan tertutup. Lubang puting menjadi terbuka akibat rangsangan syaraf atau
tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna dapat mengalir keluar.
Gambar 4.
13
Gerakan menyusui dari pedet, usapan atau basuhan air hangat pada ambing
merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf. Selanjutnya otak akan
mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam darah. Hormon oksitosin menyebabkan
otot-otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang puting membuka sehingga susu
mengalir keluar.
Gambar 5.
Kejutan atau perubahan yang mendadak menyebabkan sapi menderita stress.
Akibatnya pengeluaran hormon oksitosin terhambat sehingga hanya sedikit air
susu yang keluar. Hormon oksitosin hanya bekerja selama 6 8 menit. Oleh
karena itu pemerahan pada seekor sapi harus dilakukan dengan cepat dan selesai
dalam waktu 7 menit.
2.4.1 Sintesa protein susu
Terdapat 3 sumber utama bahan pembentuk protein susu yang berasal dari
darah, yaitu peptida-peptida, plasma protein, dan asam-asam amino yang bebas.
Kasein, beta laktoglobulin, dan alphalaktalbumin merupakan 90% sampai 95%
dari protein susu. Ketiga macam protein tersebut disintesa didalam kelejar susu.
Serum albumin darah, imunoglobulin dan gamma kasein tidak disintesa didalam
kelenjar susu, tetapi langsung diserap dari darah dalam bentuk yang sama tanpa
mengalami perubahan. Plasma protein merupakan sumber bahan pembentuk susu
sebanyak 10% dari yang diperlukan. Asam-asam amino yang bebas yang diserap
oleh kelenjar susu dari darah merupakan sumber nitrogen utama untuk sintesa
14
protein susu. Hampir semua asam amino yang diserap dari darah diubah menjadi
protein susu.
Sintesa protein terjadi di ribosome, sedangkan besar dari ribosome terikat
pada membran rangkap dari endoplasmic reticulum, tetapi sebagian lainnya
terletak bebas di dalam sitoplasma. Sintesa protein dari susu terjadi didalam sel
epitel dikontrol oleh gene yang mengandung bahan genetik yaitu Deoxyribo
nucleic acid (DNA). Urut-urutan pembentukan protein susu yaitu replikasi dari
DNA, transkripsi dari Ribonulec acid (RNA) dari DNA, dan translasi
terbentuknya protein menurut informasi RNA.
Hormon yang berperan dalam sintesa protein yaitu hormon laktogen
menimbulkan dan menjaga berlangsungnya laktasi. Hormon ini terdapat lebih
banyak setelah mekahirkan, kemudian berangsur angsur berkurang dengan
berlanjutnya periode laktasi. Stimulus yang menyenangkan pada ambing
menyebabkan hormon ini dikeluarkan dalam peredaran darah. Kecepatan sekresi
air susu sebagian disebabkan oleh kecepatan produksi dari hormon ini. Oleh
karena itu apabila hormon ini disuntikan kepada ternak yang sedang laktasi, maka
bertambah banyak hasil air susu dari hewan itu.
Hormon
Tyroxin
yang
dihasilkan
oleh
kelenjar
gondok
(tyroid)
mempercepat sekresi air susu, bila hormon ini disuntikan pada ternak yang sedang
laktasi, maka sekresi air susu pada ternak tersebut akan dipercepat pula.
Thyroprotein adalah Tyroxin sintesa yang mengalami banyak percobaanpercobaan praktis dan ekonomisuntuk memperbanyak hasil air susu. Fungsi lain
tyroxin (tetraiodotironin dan triiodotironin) sangat vital dalam penyediaan energi
ATP dalam proses perakitan glucosa, asam amino, asam lemak dan gliserol
menjadi glicogen, protein dan lemak.
Hormon tyroxin mampu mempengaruhi aktivitas metabolisme pada kelenjar
susu. Salah satu obat pengganti hormon ini telah diketahui mempengruhi aktivitas
metabolisme pada kelenjar susu yaitu kasein beryodium (iodinated casein) yang
diberikan bersama makanan. Karena pengaruh bahan sintesa ini produksi air susu
meningkat, kadar lemak pun demikian. Proses metabolisme dipercepat dan berat
badan mengalami penurunan karena pengaruh bahan ini. Karena itu kalau
memakai bahan ini hendaknya diikuti pemberian ransum yang lebih baik,
15
16
energi dari asam amino sehingga asam amino dapat digunakan berpartisipasi
dalam reaksi tersebut.
2.4.4 Sintesa lemak susu
Lemak susu merupakan komponen susu yang paling bervariasi. Sebagian
lemak susu terdiri atas trigliserida. Bahan-bahan pembentuk lemak susu yang
terutama adalah :
(1)
(2)
(3)
17
lactose syntetase. Lactose dalam susu akan memberi rasa manis serta merangsang
bakteri tertentu di dalam usus pedet untuk membentuk asam laktat, sehingga akan
merangsang penyerapan Ca dan pospor pada tulang.
2.4.6 Sintesa mineral, vitamin, dan air
Vitamin, mineral, air tidak disinsesa oleh sel-sel sekresi ambing melainkan
berasal dari tanah. Mineral yang penting adalah Ca, P, Cl, Na dan Mg. Mekanisme
absorbsi mineral dari darah ke dalam lumen alveoli belum jelas, kemungkinan
terdapat bentuk mekanisme transport mineral yang aktif, dalam sel sekresi
ambing. Kadar laktose, Na dan K dalam susu biasanya relatif konstan. Ketiga
komponen ini bersama dengan clorida berperan menjaga keseimbangan osmose
dalam susu.
Kandungan vitamin dan mineral susu diatur dalam proses filtrasi, dimana
sel-sel jaringan sekresi ambing bertindak sebagai membran barier atau carrier
terhadap partikel vitamin dan mineral yang berasal dari darah yang akan masuk ke
lumen alveoli. Sel epitil menggabungkan mineral dengan sel organik, dimana 75%
Ca terikat dalam kasein, pospor, dan sitrat, dan dari 75% tersebut 50% terikat
dengan kasein.
Molekul-molekul vitamin ditransfer langsung dari darah ke dalam sel-sel
sekresi ambing, tanpa mengalami perubahan, sehingga langsung masuk menjadi
komponen susu. Konsentrasi vitamin dalam susu (terutama yang terlarut dalam
lemak) dapat ditingkatkan dengan meningkatkan vitamin dalam plasma darah
atau dengan meningkatkan kandungan vitamin dalam pakan.
2.5 Milk Let Down
Susu diproduksi oleh glandula mammae dari kumpulan sel-sel epithelial
sekretori yang spesifik. Sel-sel ini membentuk struktur yang disebut alveoli. Selsel alveoli dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebutt sel-sel myoepithelial.
Sel-sel berkontraksi sebagai respon dari hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary yaitu oxytocin. Kelenjar mammae adalah kelenjar eksokrin dimana
sekresi eksternal dari alveoli dialirkan melalui system pembuluh ke puting yang
dapat dihisap oleh anaknya. Kelenjar mammae ini adalah perkembangan dari
kelenjar keringat. Kelenjar mammae ini tumbuh dan berkembang selama
18
hormon
nurofypoviseal
melalui
tractus
hipotalamicopiyuitary.
Penghisapan puting oleh pedet merupakan stimulus yang umum untuk refleks
pengeluaran susu. Selain gerakan menyusui dari pedet, usapan atau basuhan air
hangat pada ambing juga merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan
syaraf. Respons tersebut relatif lambat dibandingkan dengan refleks saraf yang
biasa karena waktu yang diperlukan bagi hormon untuk bergerak dari
neurohipofisis ke kelenjar mammae, adalah melalu aliran darah (Frandson,1992).
Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam darah.
Hormon oksitosin menyebabkan otot-otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang
puting membuka sehingga susu mengalir keluar. Kejutan atau perubahan yang
mendadak menyebabkan sapi menderita stress. Akibatnya pengeluaran hormon
oksitosin terhambat sehingga hanya sedikit air susu yang keluar. Oksitosin
mencapai ambing dalam beberapa detik dan menyebabakan timbulnya kontraksi
jaringan alveolus dalam saluran-saluran kecil, sehingga mendorong susu
memasuki sistem saluran yang lebih besar.
19
Setelah terjadinya pelepasan air susu tekanan mamae meningkat lebih dari
25% oleh karena sentakan tersebut. Karena pelepasan tersebut hanya berlangsung
selama 6-8 menit, maka pemerahan harus selesai dalam masa pelepasan tersebut
agar diperoleh hasil yang maksimum. Selain hormon oksitosin kelenjar pituitary
juga menghasilkan hormone vasopressin, tetapi hormon vasopresin ini
aktifitasnya hanya 5 atau 6 kali lebih rendah daripada oksitosin, sehingga selama
proses pelepasan yang dominan adalah hormon oksitosin (Astuti,2002).
Organ-organ yang berperan dalam proses penurunan susu adalah alveoli,
milk ductus, gland cistern, teat cistern, dan streak canal. Selama proses milk let
down tidak terjadi perombakan komposisi susu. Susu pertma kali di dapatkan dari
lumen pada alveoli dan saluran pengeluaran yang mengalir ke saluran yang lebih
luas yaitu gland chistern. Gland chistern terhubung dengan teat chistern sebagai
penampung sementara air susu. Setelah di tampung, menuju ke spincher dan
berakhir di streak canal.
Dua proses dalam sekresi air susu, yaitu:
a.
Filtaras,
yaitu
proses
perembasan
komponen
dari
darah
tanpa
Sintesa pada komponen tertentu ( kasein, laktosa, dan lemak susu ) disintesa
atau dibentuk didalam sel-sel sekresi.
Komponen air dalam susu terjadi melalui proses filtrasi dari kapiler darah ke
sel sekresi kemudian ke lumen alvoeli. Di dalam susu sering ditemukan fragmen
sel dan cytoplasma susu, karena terjadi kerusakan atau degenerasi sel-sel eptithel
yang terbawa susu. Sel epithel yang rusak akan diremajakan dan diganti denga
sel-sel yang baru pada periode laktasi, tetapi pada periode akhir laktasi proses
pergantian tidak dapat mengimbangi sel yang rusak. Akibatnya jumlah sel sekresi
menirun dan selanjutnya produksi susu akan menurun.
Hambatan pada proses pelepasan susu terjadi karena dilepaskannya
hormon epineprin (adrenalin) dari kelenjar adrenal yang berfungsi untuk
menghadang kerja oksitosin dan peristiwa itu berlangusung selama 20-30 menit.
Adrenalin juga menyebakan vasokontraksi dari pembuluh-pembuluh darah darah
yang menuju ambing, sehingga akan mencegah oksitosin mencapai myoepithel.
20
Selain itu dapat bertindak sebagai suatu antagonis dari oksitosin yang
kemungkinan karena pengaruh dari betareseptor yang nampaknya banyak terdapat
di dalm sel-sel myoepithel.
2.6 Kelainan Pada Ambing
2.6.1 Mastitis (Radang Kelenjar Susu)
Radang ambing merupakan penyakit yang banyak sekali menimbulkan
kerugian pada peternakan sapi perah. Diperkirakan 50% sapi menderita radang
yang mengenai rata- rata 2 perempatan ambing. Radang ambing hampir selalu
merupakan radang infeksi, berlangsung secara akut, subakut maupun kronik,
ditandai dengan kenaikan sel didalam air susu, perubahan fisik maupun susunan
air susu, dan disertai atau tanpa disertai dengan perubahan patologis atas
kelenjarnya sendiri.
Penyebab utama radang ambing pada sapi adalah kuman kuman
Streptococcus aglactiae, Str.dysgalactive, Str. uberis dan Staphylococcus aureus.
Streptococcus zooepidemicus kadang kadang juga menjadi penyebab utama
radang ambing. Kuman kuman yang jarang menyebabkan radang ambing
meliputi Actinomyces bovis, Bacillus cereus, Bac. Subtilis, Cl. Perfringens,
Corynebacterium spp, Pasteurella multocida, Nocardia spp,Pneumococcus sp,
Psudomonas sp, dan Mycoplasma sp (Blood et al., 1983). Faktor lingkungan dan
pengelolaan peternakan yang banyak mempengaruhi terjadinya radang ambing
meliputi pakan, perkandangan banyaknya sapi dalam suatu kandang, sanitasi
kandang, dan cara pemerahan air susu.
Perubahan fisis atas air susu meliputi warna, bau, rasa, dan konsistensi.
Warna yang biasanya putih kekuningan akan berubah menjadi putih pucat atau
agak kebiruan. Rasa yang agak manis akan menjadi getir atau agak asin. Bau yang
harum dari air susu dalam keadaan radang ambing akan menjadi asam.
Konsistensi yang biasanya cair dengan emulsi yang merata akan berubah menjadi
pecah, lebih cair, dan kadang disertai dengan jonjot atau endapan fibrin dan
gumpalan protein yang lain. Apabila dipanasi air susu dapat segera menggumpal
atau pecah. Perubahan secara kimiawi meliputi penurunan jumlah kasein,
hingga apabila dibuat keju akan jelek kualitasnya. Protein total air susu juga
menurun dengan jumlah albumin dan globulin yang meningkat. Gula susu
21
(laktosa) juga mengalami penurunan dalam jumlahnya hingga nilai kalori yang
dikandung air susu juga menurun(Subronto,1985).
Kelainan yang terjadi atas ambing yang bersifat kongenital dapat berbentuk
sebagai putting yang terlalu pendek atau panjang,jarak antara putting terlalu dekat,
bentuk puting yang runcing, letak ambing yang tersembunyi di selangkangan,
adanya puting tambahan dan sebagainya. Banyak kelainan kelainan tersebut
diketahui setelah menjelang dewasa, hingga tidak dapat dilakukan tindakan untuk
memperbaikinya. Kelainan faali dapat berbentuk sebagai tidak turunnya air susu
setelah kelahiran, busung ambing ataupun penghentian air susu secara total.
2.6.2
sangat tinggi (69%). Dari survey terhadap hamper 5.000 ekor sapi diketahui 25%
mempunyai puting tambahan. Tergantung pada letaknya, puting tambahan disebut
kaudal bila terletak dibelakang kedua putting normal belakang, disebut interkaler
(intercalery) bila terletak
disebut ramal, bila terletak berimpitan atau merupakan cabang dari puting normal.
Yang terbanyak adalah yang berposisi kaudal (Turner,1939).
Supernumerary teats ini biasanya dihilangkan untuk menghindari terjadinya
kerugian karena bias menjadi sarang kuman penyebab radang ambing. Putting
tambahan ini dihilangkan mulai umur 1 minggu sampai 1 tahun. Penghilangan
putting yang terbaik adalah pada umur antara 3 8 bulan,dengan jalan ditarik ke
bawah dan dipotong dengan gunting tajam pada pangkalnya. Sesudah itu diobati
dengan preparat antiseptika (Jasper,1980).
2.6.3
dapat menghasilkan air susu yang sangat diperlukan oleh anaknya. Mungkin
kegagalan terbentuknya air susu baru diketahui setelah pedet yang dilahirkan
Nampak kelaparan dan mulai lemah. Kegagalan tersebut mungkin disebabkan
oleh rasa sakit dan perasaan tidak enak karena mengembangnya kelenjar susu atau
karena terjadinya busung ambing. Apabila pertolongan dengan jalan masase
berulang ulang tidak membawa hasil, preparat hormone pituitary atau oxytocin
(prolaktin) dengan dosis 40 100 I.U. harus segera disuntikkan. Sering dijumpai
22
bahwa pemberian preparat tersebut harus diulangi satu jam setelah penyuntikkan
yang pertama. Perlu ditambahkan bahwa waktu paro obat (t1/2) prolactin hanya 4
6 menit (Subronto,1985).
2.6.4 Busung ambing (Udder Edema)
Di dalam busung ambing, cairan interseluler yang berlebihan jumlahnya
terkumpul didalam rongga antar sel dalam jaringan ambing. Karena beratnya,
cairan akhirnya terkumpul di bagian bawah ambing,biasanya pada keempat
perempatan, dan dapat meluas ke depan sampai di gelambir,dan ke belakang
kadang kadang sampai di bawah vulva.
Perubahan yang tampak dari luar adalah pembengkakan daerah sekitar
ambing, ambing mengalami pembesaran dengan konsistensi keras serta putingnya
jadi lebih pendek karena pembengkakan tersebut sapi nampak merasa tidak enak,
kadang disertai kegelisahan. Ada kecenderungan ambing menjadi lebih mudah
mengalami radang traumatik atau infeksi. Pada busung yang berat, pemerahan air
susu jadi sulit atau malah terhenti sama sekali.
Busung ambing dapat dibedakan ke dalam busung faali dan busung
patologis. Pertama,biasanya timbul beeberapa hari sampai 2 3 minggu sebelum
kelahiran dan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
kelahiran. Kebanyakan busung ambing ditemukan pada sapi yang melahirkan
pertama kali, sapi yang sedang mengalami masa laktasi dan pada sapi yang
ambingnya kendor (Schmidt,1971).
Cairan busung terjadi karena adanya gangguan penyerapan cairan
interseluler oleh kapiler darah. Cairan limfe yang merupakan bagian dari cairan
interseluler, pada saat saat kelahiran alirannya di dalam kelenjar susu meningkat
lebih dari sepuluh kali, dari normalnya sebesar 24 240 ml/jam. Apabila tekanan
osmose dari plasma dan cairan jaringan serta tekanan hidrostatik tidak cukup kuat
menarik cairan interseluler ke dalam saluran limfe dan kapiler darah maka akan
terjadi busung. Cairan limfe dan cairan interseluler mengandung ion ion Na dan
K yang lebih tinggi daripada di dalam plasma. Gangguan tekanan osmose plasma
antara lain dapat disebabkan oleh rendahnya protein atau oleh rusaknya pembuluh
darah. Busung juga dipercepat timbulnya bila kadar garam di dalam makanan
terdapat berlebihan. Selanjutnya, pengambilan cairan yang berlebihan,keadaan
keliling yang hangat yang mengakibatkan vasodilatasi,serta gangguan system
23
syaraf setempat juga akan memudahkan terjadinya busung ambing. Sifat air susu
yang dihasilkan kelenjar yang mengalami busung biasanya tidak mengalami
perubahan. Apabila kongesti di dalam kapiler berlebihan, tidak mustahil akan
terjadi perdarahan hingga air susu yang keluar juga bercampur dengan darah.
Pengobatan terhadap busung ambing ditujukan untuk mengurangi cairan.
Preparat diuretika seperti furosemide (Lasix) dengan dosis 2,2 4,4 mg/kg, IV,
tiap 12 jam, clorothiazide 25 55 mg/kg, IM atau IV,1 2 kali sehari dan
Trichloronethiazide 200 mg, 2 kali sehari dapat digunakan dengan hasil baik.
Preparat tersebut berfungsi untuk menurunkan resorpsi ion Na dan K oleh tubuli
ginjal, hingga banyak yang diekskresikan bersama kemih, paling sering digunakan
didalam praktek. Pemberian preparat hormone glukokortikoid bersama diuretika
terbukti memberika hasil lebih baik daripada bila hanya dengan diuretika saja
(Blood et al 1983;Morrow dan Schmidt,1964).
2.6.4 Akne puting (Dermatitis pustulosa)
Radang bernanah dalam bentuk akne (kukul) yang terdapat pada kulit
putting, terutama pada pangkalnya,pada mulanya terjadi oleh adanya lesi
traumatik, yang kemudian diikuti dengan infeksi kuman pembentuk nanah.
Kuman yang paling banyak diisolasi adalah kuman kuman Staphylococcus sp.
Lesi traumatik terjadi karena gesekan teat cup waktu pemerahan. Istilah crawling
sering dipakai untuk menggambarkan teat cup yang kurang stabil memegang
puting, hingga mengakibatkan lecet ringan. Bisa juga lecet lecet terjadi karena
isapan oleh pedet yang berlebihan (Subronto,1985).
2.6.6 Radang ambing ulseratif (Mammilitis ulcerative)
Infeksi virus herpes tertentu dapat menyebabkan radang ulseratif yang berat
dan berakibat penurunan produksi yang cukup tinggi. Infeksi dapat terjadi setiap
saat dan penyakit timbul terutama pada hewan hewan yang menderita stres,
misalnya sehabis melahirkan (Jasper,1980). Radang mulanya hanya dimulai
dengan penebalan kulit pada puting,kemudian diikuti dengan pembentukan
vesikulae yang pada suatu saat akan pecah dengan meninggalkan luka luka
(ulserasi). Permukaan luka akan ditutupi oleh keropeng yang berwarna hitam
coklat. Luka radang tersebut cenderung mudah mengalami perdarahan, terutama
bila dilakukan pemerahan (Subronto,1985).
24
25