Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KESEHATAN TERNAK

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT

OLEH :
FERI ZULTAM N
E10015165
A.2

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Mingguan Kesehatan Ternak ini dengan baik.
Dalam penyusunan Laporan Mingguan Kesehatan Ternak ini, penulis
dibantu beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
praktikum dan dalam penyusunan Laporan Mingguan Kesehatan Ternak ini.
Penulis mempunyai kesalahan baik dalam kata-kata dan penyusunan kalimatnya.
Untuk itu penulis memberi kesempatan kepada para pembaca untuk memberi
kritik maupun saran untuk penulis demi kesempurnaan Laporan Mingguan
Kesehatan Ternak ini. Untuk itu penulis minta maaf, sekian dan terima kasih.

Jambi, September 2017

Feri Zultama N

i
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ........................................................................ 1
1.2. Tujuan..................................................................................... 1
1.3. Manfaat ................................................................................... 1
BAB II MATERI DAN METODA
2.1. Waktu dan Tempat ................................................................. 2
2.2. Materi dan Peralatan .............................................................. 2
2.3. Metoda ................................................................................... 2
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 3
3.1. Kutu anjing ( Dhipilidium caninum ) ................................................. 3
3.2. Kutu Sapi ( Damalinia bovis )............................................................ 5
3.3. kutu ayam pada sayap (Lipeurus caponis) ........................................ 6
3.4. Kutu kucing ...................................................................................... 7
3.5 Kutu lalat ............................................................................................ 8
3.6. Kutu kerbau ........................................................................................ 9
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan............................................................................. 11
4.2. Saran ...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar
1. Kutu anjing ................................................................................. 3
2. Caplak sapi ................................................................................. 5
3. Kutu ayam .................................................................................. 6
4. Kutu kucing ................................................................................ 7
5. Kutu lalat .................................................................................... 8
6. Kutu kerbau ................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh status kesehatan


ternak yang dipelihara program kesehatan. Ektoparasit adalah yang hidup di luar
tubuh (permukaan kulit tubuh) induk semang. Cara hidupnya dari ektoparasit ini
adalah dengan hinggap yang hanya bersifat sementara. Pada induk semang untuk
mencari makan (numpang makan), atau tinggal menetap pada induk semang.
Ektoparasit diketahui dapat mengakibatkan menurunnya produksi telur sebesar
15-30% bahkan dapat menghentikannya sama sekali. Selain itu ektoparasit dapat
menghambat pertumbuhan hewan terutama hewan-hewan muda, menurunkan
berat badan dan bahkan menyebabkan kematian, jika serangan parasit atau
ektoparasit itu hebat.
Keberadaan ektoparasit merupakan permasalahan yang besar di peternakan
dan semakin merugikan, sehingga perlu diketahui jenis - jenisnya. Ektoparasit
dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit pada ternak yaitu dapat
memproduksi racun atau toksik, berperan sebagai hospes, serta sebagai vektor
bagi bakteri, virus, dan agen penyakit lainnya.

1.2.Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum Kesehatan Ternak mengenai Koleksi


dan Identifikasi Ektoparasit adalah untuk mengumpulkan (koleksi ektoparasit),
mengetahui berbagai jenis ektoparasit pada ternak, dan identifikasi ektoparasit.

1.3.Manfaat

Manfaat dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat


mengetahui berbagai jenis ektoparasit pada ternak dan mengidentifikasi
ektoparasit serta bentuk morfologi ektoparasit.

1
BAB II
MATERI DAN METODA

2.1. Tempat dan Waktu

Praktikum Kesehatan Ternak mengenai Identifikasi Ektoparasit


dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Jambi pada Sabtu,
30 Oktober 2017 dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai.

2.2. Materi

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kutu dari
berbagai ternak, caplak dari berbagai ternak, lalat dari berbagai kandang, alkohol,
mikroskop, obyek glass, cover glass.

2.3 Metoda

Cara kerja dalam praktikum ini adalah dalam pengambilan (koleksi)


insecta (lalat) dengn menggunakan jaring atau membunuh insecta dengan
menggunakan insectida.
Dalam pengambilan caplak dan kutu dengan cara mengambil atau
melepaskan caplak dari tubuh induk semang dengan menggunakan tangan atau
pinset. Kemudian insecta, caplak dan kutu diidentifikasi di bawah mikroskop.

2
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ektoparasit adalah parasit yang hidup diluar tubuh induk semang. Cara
hidup dari ektoparasit ini ada 2, yaitu hinggap sementara di tubuh induk semang
untuk mencari makan (menumpang makan) dan tinggal menetap pada induk
semang (menumpang hidup). Ektoparasit termasuk kedalam phylum Arthropoda,
yaitu hewan beruas-ruas, yang memiliki caput, thorax, dan abdomen. Adapun
yang termasuk dalam ektoparasit yang dikoleksi pada praktikum ini adalah kutu,
caplak dan lalat dari beberapa jenis hewan yang berbeda.
Caplak adalah ektoparasit pengisap darah obligat pada vertebrata terutama
mamalia, burung dan reptil di seluruh dunia. Dilaporkan terdiri atas dua famili
dari caplak, yaitu Ixodidae (caplak keras) dan Argasidae (caplak lunak).
Keduanya vektor penting bagi agen patogen yang menyebabkan timbulnya
berbagai agen pada manusia dan hewan di seluruh dunia (Wright, 1985).
Di Indonesia, sekitar 7 genus caplak keras ditemukan pada ternak dan
kebanyakan memiliki peran penting sebagai vektor dan agen penyebab penyakit
dan juga memiliki efek merusak pada kulit serta produksi (Anastos, 1950). Caplak
menularkan berbagai jenis patogen termasuk bakteri, rickettisia, protozoa dan
virus. Ternak sapi dapat tertular penyakit lain akibat pengisapan darah oleh caplak
adalah anaplasmosis, babesiosis, dan theileriosis (Anonimus, 2015).

3.1. Kutu anjing ( Dhipilidium caninum )

Gambar 1 Kutu anjing ( Dhipilidium caninum )

3
Klasifikasi :
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Malophaga
Family : Dipilideae
Genus : Dipilidium
Species : Dhipilidium caninum

Kutu anjing ( Dhipilidium caninum ) memiliki tiga bagian tubuh yaitu


caput atau kepala, thoraks dan abdomen. Pada thoraks menempel tiga pasang kaki
yang berbuku-buku dan memiliki rambut-rambut halus. Kutu anjing dapat hidup
tanpa makanan selama beberapa bulan, tetapi kutu betina harus mencari makan
darah sebelum mereka dapat menghasilkan telur. Kutu dapat berkembang biak
sekitar 4000 telur pada bulu anjing.
Mulut kutu anjing disesuaikan untuk menusuk kulit dan menghisap darah.
Kutu anjing adalah parasit eksternal, hidup dengan hematophagi dari darah anjing.
Anjing sering mengalami gatal parah di seluruh area yang kutu mungkin
berada.Kutu tidak memiliki sayap dan tubuh mereka sulit diratakan dari sisinya
serta memiliki rambut dan duri, hal ini yang membuatnya mudah bagi kutu untuk
merambat melalui bulu Anjing maupun Kucing. Mereka memiliki kaki belakang
yang relatif lama untuk melompat.
Kutu dapat tidak hanya mengganggu baik untuk anjing dan manusia tetapi
juga dapat sangat berbahaya. Masalah yang disebabkan oleh kutu dapat hanya
keluhan ringan sampai parah serta gatal dan ketidaknyamanan pada masalah kulit
dan infeksi. Anemia juga dapat akibat dari gigitan kutu dalam keadaan ekstrim.
Selain itu, kutu dapat menularkan cacing pita dan penyakit untuk hewan
peliharaan. Dari penjelasan ini, mengapa peliharaan perlu dicek rutinitas
pemberian obat cacing. Ketika kutu menggigit manusia mereka dapat
mengembangkan ruam gatal dengan benjolan kecil yang mungkin berdarah. Ruam
ini biasanya terletak di ketiak atau lipatan semacam bersama seperti lutut, siku,
atau pergelangan kaki. Ketika daerah tersebut ditekan, ternyata putih. Hal ini
sesuai dengan pendapat Natadisastra & Agoes (2009) yang menyatakan bahwa
akibat gigitan kutu dapat menimbulkan gatal, bintik merah dan luka.

4
Pada anjing yang bermasalah dengan kutu, diawali dengan gigitan
terutama di daerah seperti leher, kepala, dan sekitar ekor. Kutu biasanya
berkonsentrasi di daerah tersebut. Hal ini tak henti-hentinya menggaruk dan
menggigit dapat menyebabkan kulit anjing untuk menjadi merah dan meradang.
iritasi pada kulit anjing yang merah dan meradang. Air liur kutu merangsang
dermatisasi pada anjing secara berlebihan. Intensitas menggaruk dan menggigit
anjing pada badannya menyebabkan anjing kehilangan bulu atau rontok,
mendapatkan bintik botak, spot menunjukkan panas akibat iritasi ekstrim, dan
mengembangkan infeksi yang menghasilkan kulit yang bau.

3.2. caplak Sapi

Gambar 2 Kutu Sapi (Damalinia bovis)

Kalsifikasi
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Malophaga
Family : Damalideae
Genus : Damalinia
Species : Damalinia bovis
Pada sapi banyak dijumpai berbagai jenis parasit yang hidup atau berada
pada permukaan tubuh, yang keberadaannya dapat menyebabkan gangguan pada
sapi dan juga berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya. Parasit pada peternakan
yang berasal dari kelompok Arthropoda dikenal dengan istilah ektoparasit, karena
hidupnya di luar tubuh hospes (hewan atau manusia). Di antara dua famili dari

5
caplak yang paling penting adalah Ixodidae, oleh karena adanya perisai chitinous
kaku pada jantan, yang meliputi seluruh permukaan dorsal, tetapi pada betina
dewasa, larva, nimfa itu hanya ditemukan pada area terbatas yang memungkinkan
abdomen membengkak setelah mengisap darah. Famili Ixodidae meliputi genus
Dermacentor, Rhipicephalus, Heamaphysalis, Boophlius, Ambylomma,
Hyalomma, dan Aponomma (Ismanto dan Ikawati. 2009).

3.3. kutu ayam pada sayap (Lipeurus caponis)

Gambar 3: Kutu Ayam


Kalsifikasi
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Malophaga
Family : Philopteridae
Genus : LipeuruS Goniodes Goniocotes Super
Siklus Hidup Kutu ayam mengalami metamorfosis sederhana atau tidak
sempurna tahapan ini dimulai dari telur, nimfa instar pertama sampai ketiga dan
akhirnya tumbuh menjadi dewasa. Secara umum seluruh tahapan
perkembangannya berada pada inangnya. Tahapan perkembangan hidup kutu
sangat dipengaruhi oleh temperatur tubuh inang itu sendiri. Telur akan menetas
menjadi nimfa dalam waktu 5-18 hari tergantung dari jenis kutu. Biasanya kutu
betina mampu memproduksi 50 hingga 300 telur. Telur-telur yang diproduksi
berwarna keputihan, berbentuk lonjong dan diletakkan pada kumpulan bulu,
perkembangan kutu dari telur hingga dewasa memakan waktu 7-21 hari.
Kemudian hanya dalam 2-3 hari kutu betina dewasa sudah mampu memproduksi
telur. Temperatur merupakan faktor penting dalam proses pematangan embrio
hanya dalam waktu 3-5 hari sedangkan pada suhu lebih rendah 33 memakan

6
waktu 9-14 hari. Telur biasanya diletakkan didaerah dada karena panas tubuh
inang sangat penting untuk proses penetasan (Lancaster dan Meisch 1984 dalam
Wana PW 2001).Kutu melengkapi siklus hidup mereka pada tubuh dan dapat
hidup diluar tubuh inang, tidak lebih dari 5 hari keseluruhan waktu yang
dibutuhkan dalam siklus hidupnya sekitar 2-3 minggu, satu ekor kutu dapat
menghasilkan keturnan 120.000 hanya dalam beberapa bulan.
Caplak adalah ektoparasit pengisap darah obligat pada vertebrata terutama
mamalia, burung dan reptil di seluruh dunia. Dilaporkan terdiri atas dua famili
dari caplak, yaitu Ixodidae (caplak keras) dan Argasidae (caplak lunak).
Keduanya vektor penting bagi agen patogen yang menyebabkan timbulnya
berbagai agen pada manusia dan hewan di seluruh dunia (Wright, 1985).

3.4 kutu kucing

Gambar.6 kutu kucing


Klasifikasi Kutu Kucing Klasifikasi Ctenocephalus felis adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Ctenocephalidae
Spesies : Ctenocephalides felis2.
Morfologi Kutu jenis ini memiliki ciri-ciri tidak bersayap, memiliki tungkai
panjang, dan koksa-koksa sangat besar, Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak
duri yang mengarah ke belakang dan rambut keras, Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-

7
lekuk di dalam kepala, Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis
sempurna (telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas, Larva
tidak bertungkai kecil, dan keputihan, Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun prenatal.
Perbedaan antara jantan dan betina dapat dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu
jika jantan pada ujung posterior bentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas
dan antenna lebih panjang, sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya
lebih pendek dari jantan Kutu kucing ini berwarna coklat kemerahan sampai hitam, dengan
betina yang warna nya sedikit berbeda. Selain dari sedikit perbedaan dalam ukuran dan
warna, fitur utama lainnya membedakan antara jantan dan betina adalah adanya
kompleks, alat kelamin berbentuk bekicot pada laki-laki. Ctenocephalides felis dibedakan dari kutu
lain dengan ctenidia karakteristik, atau sisir, tetapi memiliki ctenidium pronotal dan
ctenidium genal dengan lebih dari 5 gigi. Morfologi kutu kucing adalah mirip
dengan kutu anjing, canisctenocephalides, tetapi kutu kucing memiliki karakteristik dahi
miring. Tibia belakang juga berbeda dari spesies loak lainnya dalam hal ini tidak
memiliki gigi apikal luar. Semua anggota ordo Siphonapteramemiliki otot yang kuat
berisi bresilin, protein sangat elastis, di kaki mereka, yang memungkinkan kutu melompat setinggi
33 cm. Larva kutu mirip belatung kecil dengan bulu pendek dan rahang untuk mengunyah.
Kepompong hidup terbungkus dalam kepompong sutra-puing bertaburan.
Siklus Hidup Kutu Kucing Berbicara mengenai siklus hidup, kutu kucing
adalah hewan yang mengalami satu tahapan metamorfosis lengkap / sempurna,
yaitu : stadium telur, larva, kepompong dan tahap dewasa. Siklus hidup kutu ini
bisa berlangsung sekitar 1 hingga 2 bulan, tergantung pada suhu dan
kelembaban habitatnya.

3.5. lalat kandang (Stomoxys Calcitrans)

Gambar.3 lalat kandang


Klasifikasi

8
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Ordo: Diptera
Subordo: Cyclorrapha
Family: Muscidae
Genus: Stomoxys
Species: Stomoxys calcitrans
Lalat ini bentuknya menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur
mulutnya. Banyak dijumpai di pemukiman tetapi sangat umum pada peternakan
sapi perah atau sapi yang selalu dikandangkan. Lalat ini merupakan penghisap
ternak yang dapat menurunkan produksi susu. Lalat kandang dewasa berukuran
panjang 5-7 mm, bagian toraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna
terang. Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta
mendekati vena 3. Antenanya terdiri dari 3 ruas, ruas terakhir paling besar,
berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista yang mempunyai bulu hanya
bagian atas. Lalat dewasa menghisap darah hewan dan cenderung tetap di luar
rumah di tempat yang terpapar sianar matahari. Lalat kandang termasuk
penerbang yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh dari tempat
perindukannya.

3.6. Caplak kerbau

Gambar.1 Caplak kerbau


Klasifikasi caplak
Kingdom : animalia
Filum : arthropoda
Sub filum : chelicerata
Kelas : arachnida

9
Sub kelas : acarina
Superordo : parasitiformes
Ordo : ixodida
Sub famili : ixodoidea
Hasil pengamatan bahwa caplak kerbau berbentuk bulat, ukuran agak
besar, warna coklat, induk semang kulit. Caplak ini dapat bertahan hidup pada
inangnya dengan melengkapi siklus hidupnya pada lingkungan sekitar yang sesuai
inang. Caplak masih dapat bertahan hidup pada suhu udara yang kurang
mendukung baik suhu tinggi maupun rendah. Populasi caplak akan meningkat
drastis bila suhu hangat. Caplak ini memiliki sifat toleransi terhadap perubahan
cuaca. Siklus hidup R. sanguineus membutuhkan tiga induk semang mulai dari
penetasan telur hingga menjadi caplak dewasa. Seluruh stadium hidup caplak ini
dapat menghisap darah atau cairan tubuh kecuali pada stadium telur. Caplak
dewasa akan lepas dari tubuh host(inang) setelah menghisap darah kemudian
merayap mencari tempat berlindung di celah-celah hingga telurnya siap untuk
dikeluarkan, kemudian caplak dewasa akan siap untuk bertelur di tanah. Apabila
caplak tersebut mengandung protozoa (Babesia sp. dan Theileria sp.) dalam
tubuhnya, kemudian caplak ini menggigit host maka host (inang) tersebut
kemungkinan akan mengalami infeksi protozoa (James dan Leah, 2001).

10
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum ini dpat disimpulkan bahwa keberadaan ektoparasit


sangat merugikan peternak. Hal itu disebabkan karena akibat dari gigitan
ektoparasit seperti kutu menyebabkan ruam dan luka pada kulit diman bila luka
tersebut dihinggapi lalat atau digigit nyamuk maka bisa menyebabkan ternak sakit
karena lalat dan nyamuk merupakan vector penyakit.

4.2. Saran

Setelah dilakukannya praktikum ektoparasit ini diharapkan agar dapat


lebih memeriksa keadaan ternak dan melakukan pembasmian terhadap ektoparasit
agar ternak sehat dan tidak merugikan peternak..

11
DAFTAR PUSTAKA

Anastos, G. (1950). The scutate tick of ixodidae of Indonesian. Entomol. Amer.


30 (4).
Anonimus. 2015. Kondisi Geografis. Balai Pembibitan Ternak Unggul dan
Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Indrapuri Kabupaten Aceh Besa
James N, Leach L. 2001. Life Cycle Of The Brown Dog Tick, Rhipicephalus
Sanguineus. (Terhububung Berkala). University Of Florida.
Natadisastra D & Agoes R. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ
Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.
Wright, R. E. 1985. Arthropod pests of beef cattle on pastures and range
land. In: Livestock Entomology (R. E. Williams, R. D. Hall, A. B. Broce
and P. J. Scholl, eds.).Wiley, New York.

Anda mungkin juga menyukai