Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU REPRODUKSI TERNAK


ACARA l
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN

Disusun oleh:
Dian Tasminto
16/399109/PT/07227
Kelompok XXIII

Asisten: Marcella Arka Paramita

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK


DEPARTEMEN PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN

Tinjauan Pustaka
Reproduksi yaitu proses pembentukan individu baru (Isnaeni,
2008). Sistem reproduksi dibagi menjadi dua yaitu sitem reproduksi jantan
dan betina. Berdasarkan alat reproduksinya ternak jantan memiliki bagian-
bagian seperti testes, epididimis, ductus deferens, kelenjar vesikularis,
kelenjar prostat, kelenjar cowper, dan penis (Bearden et al., 2004).
Testis
Testis adalah organ reproduksi jantan yang berfungsi sebagai
tempat spermatozoa dibentuk dan dihasilkannya hormon jantan. Testes
berkembang didalam rongga abdomen sewaktu janin dan turun melalui
saluran inguinal kanan dan kiri masuk kedalam skrotum menjelang akhir
kehamilan. Testes ini terletak oblik menggantung pada urat-urat spermatik
didalam skrotum (Bearden et al., 2004).
Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam dalam
skrotum yang keluar dari testis. Saluran ini berfungsi sebagai tempat
konsentrasi sperma, penyimpanan sementara sperma, pematangan
sperma (Bearden et al., 2004). Epididimis memiliki tiga bagian yaitu caput
epididimis, corpus epididimis, dan caudal epididimis (Widayati et al.,
2008).
Ductus deferens
Ductus deferens merupakan saluran lurus yang mengarah keatas
dan merupakan lanjutan dari epididimis. Saluran ini berfungsi sebagai
transpor sperma (Bearden et al., 2004). Ductus deferens berjumlah
sepasang saluran dari ujung distal cauda masing-masing epididymis yang
ujungnya didukung oleh lipatan peritoneum, melewati sepanjang corda
spermatika, melalui canalis inguinalis ke daerah panggul. Ujung ductus
deferens yang membesar dekat urethra adalah ampulla (Yusuf, 2012).
Urethra
Urethra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan
terdiri tiga bagian, yaitu urethra prostatik, urethra membranosa, dan
urethra penis (Sloane, 2003). Urethra terentang mulai dari meatus
urinariusinternus kandung kemih sampai meatus eksternus penis. Urethra
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pers konvernosa, pars
membranasea, dan pars prostatik (Swartz, 1995).
Kelenjar tambahan
Kelenjar vesikularis. Kelenjar vesikularis merupakan kelenjar
aksesoris tambahan yang ada pada reproduksi hewan jantan. Kelenjar ini
berfungsi untuk menambahkan cairan yang berupa nutrisi, substrat energi,
dan bufer pada semen (Bearden et al., 2004). Kelenjar vesikularis pada
sapi memberikan kontribusi lebih dari setengah dari volume total cairan
semen. Senyawa organik yang ditemukan di sekresi kelenjar vesikularis
adalah unik dan tidak ditemukan dalam jumlah besar di tempat lain di
dalam tubuh (Yusuf, 2012).
Kelenjar prostat. Kelenjar prostat merupakan kelenjar yang
dilewati oleh sperma setelah kelenjar vasikular. Fungsi dari kelenjar
prostat adalah memberikan cairan dan ion anorganik pada semen
(Bearden et al., 2004). Domba memiliki prostata yang tertanam dalam otot
urethra seperti bagian dari jaringan kelenjar pada sapi dan babi hutan.
Kelenjar prostat berkontribusi kecil untuk volume cairan semen di
sebagian besar spesies (Yusuf, 2012).
Kelenjar cowper. Kelenjar cowper atau bisa disebut dengan
kelenjar bulbouretra merupakan kelenjar yang salurannya langsung
menuju urethra. Kelenjar ini berfungsi sebagia penghasi cairan yang
digunakan untuk membersihkan residu urin di urethra (Bearden et al.,
2004). Kelenjar ini melekat pada otot bulbospongiosum, berkontribusi
sangat sedikit untuk volume cairan semen (Yusuf, 2012).
Penis
Penis adalah organ yang berbentuk silindris tempat lewatnya
uretra. Penis terdiri dari jaringan erektil spongiosa yang kaya akan
pembuluh darah. Penis tergantung dan lemas ketika dalam keadaan
relaksasi. Sistem saraf otonom, ruangan darah menjadi membengkak,
menyebabkan kekakuan, perbesaran, dan ereksi ketika terdapat
rangsangan mental dan fisik. Glans penis merupakan struktur pada bagian
ujung distal ditutupi dengan kulit yang melipat dua kali untuk membentuk
selubung yang disebut foreksin atau prefisium (Hamilton, 1995).
Praeputium
Praeputium merupakan invaginasi kulit yang tertutup pada ujung
penis. Praeputium memiliki asal embrio sama dengan labia minora pada
betina. Praeputium dapat dibagi ke dalam bagian prepenile, yang
merupakan lipatan luar, dan bagian penis, atau lipatan dalam. Lubang kulit
preputium ini dikelilingi oleh rambut preputial panjang (Yusuf, 2012).
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum anatomi organ
reproduksi jantan adalah pita ukur, kamera, kertas kerja, dan alas plastik.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum anatomi organ
reproduksi jantan adalah preparat basah berupa organ reproduksi sapi
simpo jantan yang berumur 2 tahun dengan berat badan 350 kg.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum anatomi organ reproduksi
jantan yaitu mengamati, mengetahui fungsi, membedakan dan mengukur
dengan seksama dengan pita ukur bagian-bagian alat reproduksi. Fungsi
dari masing-masing bagian yang diamati dipahami dan dibedakan antara
bagian yang satu dengan yang lainnya.
Hasil dan Pembahasan
Sistem reproduksi jantan terdiri dari organ kelamin primer, sekunder
dan assesori. Organ kelamin primer adalah testis yang belokasi di dalam
skrotum yang menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Organ
kelamin sekunder terdiri dari jaringan-jaringan ductus sebagai transportasi
spermatozoa dari testis ke bagian luar, dan termasuk didalamnya ductus
efferent, epididimis, ductus deferens, penis dan urethra. Sedangkan organ
asesori terdiri dari kelenjar prostata, kelenjar vesikularis dan kelenjar
bulbourethralis (Cowper’s) (Yusuf, 2012). Hasil pengukuran organ
reproduksi sapi janta umur 2 tahun, bobot badan 350 kg, yang dilakukan
pada saat praktikum disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil pengukuran organ reproduksi jantan
Panjang Lebar Tinggi Berat Keliling
Nama Organ
(cm) (cm) (cm) (gr) (cm)
Testis 10 6 - - 12
Epididymis 13 - - - -
Ductus deferens 33 - - - -
Ampulla ductus deferens - - - - -
Kelenjar vesicularis - - - - -
Kelenjar prostata - - - - -
Kelenjar bulbourethralis - - - - -
Penis 67 - - - -
Testis
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang testis adalah 10 cm,
lebar 6 cm dan keliling 12 cm. Ismaya (2014) menyatakan bahwa testis
secara normal ada dua buah (testes), berada di dalam scrotum secara
simetris berdampingan berbentuk oval atau bulat telur dengan ukuran
panjang 12,5 cm, lebar 7,5 cm, dan tinggi 7,5 cm. Berdasarkan hasil
praktikum dengan literatur tersebut ukuran panjang, dan lebar testis tidak
jauh berbeda. Faktor yang mempengaruhi ukuran ovarium yaitu umur,
berat badan, jenis ransum dan status reproduksi (Bearden et al., 2004).
Testis atau dalam bentuk tunggal disebut testes yaitu organ
reproduksi jantan yang primer, seperti ovarium yang menjadi organ
reproduksi primer pada betina. Testis temasuk organ primer karena
berfungsi sebagai memproduksi gamet atau spermatozoa dan hormon
kelamin jantan yaitu androgen (Bearden et al., 2004). Andriyani et al.,
(2015) menyatakan bahwa testis merupakan organ kelamin jantan yang
berfungsi untuk perkembangbiakan, tempat pembentukan spermatozoa,
dan hormon testosteron. Testis berada di dalam kantong scrotum,
menggantung (pendulous) di antara kedua kaki belakang depan leher
scrotum yang panjang pada sapi, tetapi pada kerbau tampak lebih ke arah
belakang (caudal) dengan leher scrotum yang pendek dan ukuran yang
lebih kecil jika dibanding dengan besar scrotum pada sapi. Besarnya
scrotum berkorelasi positif dengan besar testes, berat tubuh, dan
konsentrasi spermatozoa (Ismaya, 2014).
Andriyani et al., (2015) menyatakan bahwa scrotum merupakan
struktur berupa seperti kantong yang terdiri dari kulit tanpa lemak
subkutan, berisi sedikit jaringan otot. Testis dibungkus oleh tunica
vaginalis yang terbentuk dari peritoneum. Ismaya, (2014) menyatakan
bahwa scrotum terdiri dari kulit (berbulu) dan berfungsi sebagai pelindung
testes, dan musculus dartos (dartos muscle) adalah muskulus di bawah
kulit di bagian bawah dari scrotum. Musculus dartos ini berfungsi sebagai
pengatur suhu testes, apabila cuaca dingin maka testes akan mendekati
tubuh, sedangkan apabila suhu lingkungan panas maka testes akan
menjauhi tubuh.
Spermatic cord menghubungkan dan mengikat testis dengan tubuh,
terdiri dari inguinal ring, yaitu lubang di dinding abdominal yang dilewati
spermatic cord, sedangkan musculus kremaster (cremaster muscle)
adalah muskulus yang menghubungkan antara bagian atas testis dengan
musculus abdominal. Spermatic cord berfungsi membantu testes naik
mendekati tubuh pada saat suhu lingkungan dingin dan membantu
menjauhi tubuh (lebih menggantung) pada saat suhu lingkungan panas
untuk menjaga agar suhu testes relatif konstan (3 sampai 5 derajat celcius
di bawah suhu tubuh), untuk mempertahankan proses spermatogenesis,
yaitu proses pembentukan sel-sel sperma (spermatozoa) di dalam tubulus
seminiferus, di dalam testis (Ismaya, 2014). Mekanisme ini diatur oleh
plexus pampiniformis, di mana vena dan arteri saling menjalin secara
kompleks dengan darah dalam vena yang meninggalkan testes menuju ke
tubuh untuk mendinginkan darah arteri yang menuju testes. Oleh karena
itu, sedikit energi dikeluarkan dalam mempertahankan suhu normal dalam
testes (Feradis, 2010).
Cryptorchidism adalah kegagalan testis (testes) turun dari
abdominal melalui internal ingunal ring terus ke inguinal canal dan masuk
ke scrotum. Hal ini jarang terjadi pada sapi, kerbau, domba, dan atau
kambing, tetapi sering terjadi pada babi dan kuda. Apabila terjadi
gangguan tidak terjadi penurunan testis ke dalam skrotum disebut bilateral
cryptorchid dan akibatnya pejantan menjadi steril. Apabila hanya satu
testes tidak turun ke dalam scrotum disebut unilateral cryptorchid,
pejantan masih fertil, tetapi tidak direkomendasikan sebagai pejantan
(Bearden dan Furray, 1980 cyt. Ismaya, 2014).
Mekanisme pengaturan panas atau termoregulator dilakukan oleh
musculus cremaster externus dan musculus cremaster internus. Kedua
musculus ini akan menarik testis ke atas mendekati rongga perut untuk
mendapatkan pemanasan. Tunica dartos menarik testis mendekati perut
sehingga permukaan testis menjadi lebih kecil dan melipat untuk
mencegah pengeluaran panas. Kedua otot ini relaksasi apabila temperatur
panas, sehingga testis turun menjauhi perut dan permukaan mengembang
untuk mempercepat pengeluaran panas. Mekanisme ini diatur oleh plexus
pampiniformis, dimana vena dan arteri saling menjalin secara kompleks
dengan darah dalam vena yang meninggalkan testes menuju tubuh untuk
mendinginkan darah arteri yang menuju testis, oleh karena itu sedikit
energi dikeluarkan dalam mempertahankan suhu normal dalam testis
(Feradis, 2010).
Grandin (2002) cit Firdausi et al. (2012) menjelaskan bahwa
kastrasi adalah usaha untuk menghilangkan fungsi reproduksi ternak
jantan dengan cara menghambat pembentukan sperma. Ternak yang baik
untuk dikastrasi adalah ternak yang tidak akan dijadikan bibit, oleh karena
itu waktu terbaik untuk melakukan kastrasi yaitu setelah program seleksi
dilaksanakan. Tujuan dilakukan kastrasi yaitu agar kualitas daging baik,
mencegah terjadinya perkawinan yang tidak diinginkan, penggemukan
ternak jantan, dan pemenuhan kebutuhan pemilik untuk tujuan tertentu.
Grandin (2015) menyatakan bahwa kastrasi membuat hewan jantan jinak
dan mudah di handling. Kastrasi menyebabkan modifikasi pada
kandungan lemak di dalam karkas sapi. Kastrasi dilakukan dengan
beberapa macam teknik, termasuk aplikasi ring karet, pembedahan, atau
dengan burdizzo tang. Ring karet kecil digunakan pada calf dan pita karet
besar digunakan pada sapi besar. Kastrasi dengan pembedahan
menghilangkan dinding distal scrotal dan menarik testis dan spermatic
cord sampai terputus. Kastrasi dengan burdizzo tang dimana digunakan
pada spermatic cord, dan tersedia dalam berbagai ukuran.

Rete testis

Mediastenum
testis

Gambar 1. Anatomi testis

Epididymis
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang epididymis sebesar
13 cm. Widyawati et al. (2008) menyatakan bahwa panjang epididymis
apa bila direntangkan adalah 36 cm pada sapi. Berdasarkan hasil
praktikum dengan literatur tersebut, ukuran panjang epididymis berada
jauh dibawah kisaran normal. Feradis (2010) menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi adalah berat ternak, umur ternak, dan bangsa ternak.
Nugroho (2008) menyatakan bahwa, epididymis merupakan
saluran yang berbentuk bulat dan panjang serta berkelok-kelok yang
menghubungkan vasa efferensia pada testis dengan ductus deferens.
Epididymis terletak diatas testis dan melekat pada tunica albuginea.
Epididymis dibagi menjadi 3 bagian yaitu, caput epididymis atau disebut
kepala epididymis melekat pada ujung testis dan terdapat darah beserta
syaraf masuk, corpus epididymis atau badan epididymis memiliki ukuran
yang lebih kecil, bagian ini menjulur kebawah hingga testis, cauda
epididymis atau ekor epididymis merupakan ujung dari testis yang
merupakan tempat penyimpanan sperma. Epididymis berfungsi untuk
tempat transportasi spermatozoa, sebagai tempat sperma diubah menjadi
konsentrasi yang lebih tinggi, tempat pemasakan spermatozoa, dan
sebagai tempat penimbunan spermatozoa.

corpus

caput
cauda

Gambar 2. Anatomi Epididymis


Ductus deferens
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang ductus deferens
sebesar 33 cm. Ismaya (2014) menyatakan bahwa panjang ductus
deferens adalah 50 cm. Berdasarkan hasil praktikum dengan literatur,
ukuran panjang ductus deferens berada dibawah kisaran normal. Faktor
yang mempengaruhi ukuran ovarium tiap spesies yaitu umur, berat badan,
jenis ransum dan status reproduksi (Bearden et al., 2004). Panjang
ampulla ductus deferen tidak diukur pada saat praktikum. Khalaf dan
Merhish (2010) menyatakan, panjang ampulla ductus deferens dari sapi
jantan adalah 10 sampai 12 cm dan lebar antara 1,2 sampai 1,5 cm.
Ampulla ductus deferens adalah perbesaran glanduler bagian akhir
dari duktus deferen. Ampulla ductus deferens merupakan bagian kosong
karena hanya untuk menambah volume sperma yang ditampung
(Frandson et al., 2007). Vas deferens atau ductus deferens mengangkut
spermatozoa dari ekor epididymis ke urethra. Dindingnya mengandung
otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu
ejakulasi. Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali.
Kedua ductus deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica
urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae
ductus deferens (Feradis, 2010). Nugroho (2008) menyatakan bahwa,
ductus deferens merupakan pipa yang bertotot, terentang mulai dari ekor
epididymis hingga ke urethra. Ductus deferens terdapat ampulla ductus
deferens.
Proses reproduksi di dalam tubuh ternak jantan dapat dihentikan
dengan kastrasi dan vasketomi. Vasektomi bertujuan untuk menghalangi
aliran sperma keluar dari tubuh hewan jantan. Proses vasektomi hewan
jantan tidak dihilangkan organnya, namun aliran spermanya dihentikan.
Dengan vasektomi sperma dan hormon reproduksi tetap diproduksi di
dalam tubuh dan hewan jantan tetap mengalami birahi. Vasektomi
dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi betina yang mengalami estrus
dan mencegah terjadinya perkawinan yang tidak terkontrol di kandang
umbaran (Fried, 2005). Feradis (2010) menyatakan bahwa vasektomi
akan dilakukan dengan cara pembedahan atau pemotongan ductus
deferens, sehingga spermatozoa tidak dapat melanjutkan perjalanannya
dari epididymis menuju ke sistem urogenitalia.

Ampulla ductus
deferens

Ductus deferens
Gambar 3. Anatomi Ductus deferens
Urethra
Berdasarkan hasil praktikum panjang urethra tidak diukur. Nugroho
(2008) menyatakan bahwa urethra merupakan saluran yang tergantung
dari tempat bermuaranya ampulla ductus deferens hingga ujung penis.
Urethra merupakan saluran untuk urin dan saluran semen atau disebut
urogenitalis. Urethra terdapat katup yang dinamakan colicusseminalis
sebagai kontrol untuk pergantian keluar urin dan ejakulasi. Feradis (2010)
menyatakan bahwa urethra dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian
pelvis yang diselubungi oleh otot urethra yang kuat dan terletak pada
lantai pelvis. Bulbus urethralis yang merupakan bagian melengkung
seputar arcus ischiadicus, dan bagian penis yang termasuk kelengkapan
penis.
Kelenjar tambahan
Kelenjar vesicularis. Berdasarkan hasil praktikum panjang
kelenjar vesicularis tidak diukur. Ismaya (2014) menyatakan bahwa
kelenjar vesicularis memiliki panjang 15 cm, lebar 4 cm, dan tinggi 3 cm.
Feradis (2010) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhinya ialah
umur ternak, bangsa ternak, dan berat ternak.
Kelenjar vesicularis berfungsi menghasilkan cairan tambahan untuk
memperbesar volume sperma dan banyak mengandung fructose sebagai
sumber energi spermatozoa (Ismaya, 2014). Sekresi kelenjar vesicularis
merupakan cairan keruh dan lengket yang mengandung protein, kalium,
asam sitrat, fruktosa, dan beberapa enzim yang konsentrasinya tinggi,
kadang-kadang berwarna kuning karena mengandung flavin. Sekresi
kelenjar vesicularis membentuk 50 persen dari volume ejakulat normal
pada sapi (Feradis, 2010). Nugroho (2008) menyatakan bahwa, kelenjar
vesicularis terdapat sepasang dan terletak sejajar dengan ampulla vas
deferens. Sekresi dari kelenjar vesicularis akan bermuara pada ductus
deferens.
Kelenjar prostata. Berdasarkan hasil praktikum panjang kelenjar
prostata tidak diukur. Frandson et al., (2007) menyatakan bahwa kelenjar
prostata mencapai tebal 1,5 cm dengan panjang 10 sampai 12 cm.
Feradis (2010) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhinya ialah
umur ternak, bangsa ternak, dan berat ternak.
Kelenjar prostata berfungsi sebagai penghasil cairan tambahan
dengan kadar inorganic ions yang tinggi berupa sodium, chlorine, calcium,
dan magnesium (Ismaya, 2014). Kelenjar prostate sapi terdiri dari dua
bagian yaitu badan prostata (corpus prostate) dan prostata disseminata
atau prostata yang cryptik atau pars distalis disseminata prostate (Feradis,
2010). Nugroho (2008) menyatakan bahwa, kelenjar yang terletak
dibawah kelenjar vesicularis dan mengelilingi pelvis urethra. Kelenjar ini
memiliki bentuk yang berbeda-beda, pada sapi berbentuk bulat dan lebih
kecil, pada anjing dan kuda berbentuk seperti buah kenari. Kelenjar
prostata bersifat alkalin sehingga memberikan bau yang karakteristik pada
cairan semen.
Kelenjar cowper. Berdasarkan hasil praktikum panjang kelenjar
prostata tidak diukur. Ismaya (2014) menyatakan bahwa pada sapi,
kelenjar cowperi memiliki panjang 2,5 cm dan lebar 1 cm. Feradis (2010)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhinya ialah umur ternak,
bangsa ternak, dan berat ternak.
Kelenjar Cowperi atau kelenjar bulbourethralis berada di musculus
bulbourethrals di antara urethra dan merupakan akar dari penis. Kelenjar
ini berfungsi sebagai penghasil cairan tambahan untuk membersihkan dan
melicinkan urethra pada saat persiapan ejakulasi, dan sebagian kecil
cairan tersebut bercampur dengan sperma (Ismaya, 2010). Nugroho
(2008) menyatakan bahwa, kelenjar cowper terletak dibelakang cauda dan
terdapat sepasang.
Penis
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh panjang penis sebesar 67
cm. Frandson et al. (2007) menyatakan panjang penis normal pada sapi
antara 55 sampai 65 cm. Hasil yang diperoleh berada sedikit diatas
kisaran normal. Feradis (2010) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhinya ialah umur ternak, bangsa ternak, dan berat ternak.
Yulianto dan Cahyo (2014) menyatakan bahwa, penis merupakan
alat kopulasi. Penis berbentuk silinder pipa panjang. Penis memiliki sifat
yang dapat menegang karena memiliki jaringan yang dapat diisi oleh
darah dengan tekanan yang cukup tinggi pada waktu birahi. Nugroho
(2008) menyatakan bahwa, penis dilengkapi dengan dua macam
perlengkapan yaitu, musculus retractor penis yang berfungsi untuk
merelaksasikan dan mengkerutkan penis, sedangkan corpus cavernosum
penis berfungsi untuk menegangkan penis. Feradis (2010) menyatakan
bahwa bentuk penis sebelum intromission (jalan masuk) biasanya
ditemukan pada ternak sapi. Bentuk penis A2 menunjukan bentuk penis
setelah intromission (jalan masuk), terjadi penyimpangan spiral. Bentuk B
menunjukan bentuk penis saat kawin alam. Bentuk D menunjukan
perbesaran erectile bodies.

Gambar 4. Bentuk berbagai tipe penis.


Feradis (2010)
Heffner dan Schust (2005) menyatakan bahwa processus urethralis
merupakan bagian perpanjangan dari urethra yang dapat keluar dari glans
penis. Feradis (2010) menyatakan bahwa bagian body atau badan penis
berada dalam ruang tubuh dan berbentuk seperti huruf “S”, oleh karena itu
disebut flexura sigmoidea. Organ ini dipertahankan dalam bentuk “S” atau
sigmoid ini oleh adanya kerja dua buah otot retraktor yang juga berfungsi
menjaga agar penis tetap berada dalam praeputium pada waktu tidak
ereksi.

Glands penis

Gambar 5. Anatomi penis


Praeputium
Praeputium merupakan invaginasi kulit yang tertutup pada ujung
penis. Praeputium memiliki asal embrio sama dengan labia minora pada
betina. Hal ini dapat dibagi ke dalam bagian prepenile, yang merupakan
lipatan luar, dan bagian penis, atau lipatan dalam. Lubang kulit preputium
ini dikelilingi oleh rambut preputial panjang (Yusuf, 2012). Praeputium
menyelubungi bagian bebas penis sewaktu ereksi. Praeputium melindungi
penis dari pengaruh luar dan kekeringan. Pintu luar praeputium disebut
orificum praeputii. Fornix praeputii adalah daerah dimana praeputium
bertaut dengan penis tepat caudal dari glans penis (Frandson et al.,
2007).
Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa


bagian-bagian dari organ reproduksi jantan secara anatomi adalah testis,
epididymis, ductus deferens, kelenjar tambahan berupa kelenjar
vesicularis; kelenjar prostata; dan kelenjar bulbouethralis, urethra, penis
dan praeputium. Testis berfungsi sebagai produksi spermatozoa dan
hormon terutama androgen dan testosteron. Epididymis berfungsi untuk
pemadatan, pemasakan, transportasi, serta penimbunan spermatozoa.
Ductus defferens merupakan saluran lanjutan dari epidydimis yang
berfungsi penyimpanan sementara sperma. Kelenjar tambahan yaitu
kelenjar vesicularis berfungsi untuk menambahkan nutrien, kelenjar
prostata sebagai penambah ion anorganik, dan kelenjar bulbouethralis
berfungsi sebagai pembersih urethra dari urin. Urethra merupakan tempat
lewatnya semen dan urin keluar. Penis berperan sebagai alat kopulasi dan
organ reproduksi luar hewan jantan. Praeputium berperan melindungi
penis dari pengaruh luar dan kekeringan.
Daftar Pustaka

Andriyani, R., T. Ani., J. Widya. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Penerbit Deepublish. Yogyakarta.
Bearden, H. J., John W. F., dan Scott T. W. 2004. Applied Animal
Reproduction. Pearson Education. New Jersey.

Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.

Firdausi, A., T. Susilawati., dan Kuswati. 2012. Pertambahan bobot harian


sapi brahman cross pada bobot badan dn frame size yang berbeda.
Jurnal Ternak Tropika. Vol. 13(1) : 48-62.

Frandson, R.D., Wilke, W.L., Fails, A.D. 2007. Anatomy and Physiology of
Farm Animal. Wiley-Blackwell. Lowa.

Fried, G. H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga.

Grandin, T. 2015. Improving Animal Welfare 2nd Edition : A Practical


Approach. CAB Internasional. New York.

Hamilton, P. M. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Penerbit


Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Heffner, L. J. 2005. Fertilisasi dan Terjadinya Kehamilan. Erlangga.
Jakarta

Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Isnaeni, W. 2008. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta
Khalaf, A. S., dan S. M. Merhish. 2010. Anatomical Study of the Accessory
Genital Glands in Males Sheep (Ovis aris) and Goat (Caprus
hircus). J. Vet. Med. Vol. 34(2): 1 – 8.

Nugroho, C. P. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid 2. Macanan Jaya


Cemerlang. Klaten Utara.
Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC. Jakarta.

Sumeidiana, I. S., Wuwuh., dan Mawarti, E. 2007. Volume semen dan


konsentrasi sperma Simmental, Limous in, dan Brahman di balai
inseminasi buatan Ungaran. Jurn Indon Trop Anim Agric. Vol. 32(2).
Swartz, M. H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. EGC. Jakarta.
Widayati, Diah T., Kustono, Ismaya, dan S. Bintara. 2008. Bahan Ajar
Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Yulianto, P dan Cahyo, S. 2014. Beternak Sapi Limousin. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Yusuf, M. 2012. Ilmu Reproduksi Ternak. Lembaga Kajian dan


Pengembangan Pendidikan. Makasar.

Anda mungkin juga menyukai