Setelah federasi koloni Australia, bentuk-bentuk baru pendidikan kewarganegaraan dan
kewarganegaraan (Civic and Citizenship Education/CCE) diperlukan untuk mempersiapkan
generasi muda ke dalam bentuk politik baru, kesetiaan baru, dan cara berpikir baru. Namun, masyarakat Australia belum menyadarinya. Tahun 1949, Australia tetap menjadi subjek Inggris dan Undang-undang kewarganegaraan Australia yang memperkenalkan status nasional lokal dari kewarganegaraan Australia yang diperoleh melalui kelahiran, keturunan, berlalu begitu saja. Hal tersebut terjadi atas inisiatif dari Persemakmuran untuk memperluas kategori kewarganegaraan di bekas koloni Inggris. Rakyat juga tidak mengeluarkan protes dan mencerminkan sentimen nasional. Keadaan itu menunjukan bahwa isu kewarganegaraan merupakan prioritas yang sangat kecil di Australia. Pada tahun-tahun tersebut, mulai ada kesadaran dari warga Australia untuk menerima hal-hal tentang kewarganegaraan karena adanya pendekatan pendidikan kewarganegaraan yang dikenal dengan orientasi Inggris/Kekaisaran dan kewarganegaraan digambarkan sebagai Kewarganegaraan Kekaisaran. Kewarganegaraan Kekaisaran tidak menghalangi sekolah untuk terlibat dalam upacara untuk memperingati keterlibatan Australia dalam Perang Dunia Pertama dan khususnya kampanye Gallipoli. Kampanye Gallipoli adalah pertempuran yang terjadi di Gallipoli dari April 1915 sampai Desember 1915 selama Perang Dunia I. Pasca 1945 terjadi perubahan sosial yang besar, tantangan ekonomi, dan ketidakpastian budaya yang semuanya seharusnya memengaruhi CCE. Namun, hal ini tidak terjadi, setidaknya sampai tahun 1990-an. Perubahan tersebut yaitu : 1. Australia hampir menjadi satelit Amerika Serikat, meskipun banyak ornament kesetiaan tetap ada. 2. Imigrasi Eropa pada awal 1950 membuat populasi Inggris lebih sedikit dan multikultural yang menyebabjan adanya pendidikan menengah menjadi tersedia untuk semua siswa, bukan hanya orang terpilih. Pada periode tersebut, kewarganegaraan tetap menjadi isu yang sangat kecil bagi Australia. Hal tersebut dibuktikan dengan : 1. Silabus Sejarah, dan Kewarganegaraan dan Geografi tahun 1941 digantikan pada tahun 1952 oleh kurikulum IPS terpadu untuk sekolah dasar. 2. Kecenderungan untuk menghilangkan kewarganegaraan ini diperkuat oleh dokumen kurikulum berturut-turut pada 1970-an dan 1980-an di mana penekanannya adalah pada 'penyelidikan' dan proses pembelajaran daripada konten khusus sehingga konten tradisional pun menghilang. 3. Kurikulum sekolah menjadi bebas kewarganegaraan pada saat pasca perang Kesenjangan dalam penyediaan CCE di sekolah-sekolah Australia dicatat oleh Thomas (1994) yang ditugaskan sebagai bagian dari tinjauan luas (Kelompok Pakar Kewarganegaraan, 1994) oleh Perdana Menteri saat itu, Paul Keating. Dalam menerima laporan tersebut, Keating (1995) tanpa malu-malu menganjurkan apa yang dapat perombakan perbaikan terhadap CCE agar dapat dihidupkan kembali dengan menanamkannya kepada generasi muda. Pada tahun 1996, sebuah partai politik baru menggantikan Pemerintahan Partai Buruh Keating yang tetap memberi dukungan kepada CCE, meskipun dengan visi yang berbeda untuk masa depan, perspektif yang berbeda tentang masa lalu dan perspektif yang lebih konservatif tentang peran warga negara dalam masyarakat. Dukungan terhadap CCE oleh partai politik baru : Diumumkan bahwa program pendidikan kewarganegaraan dan kewarganegaraan, sekarang disebut Menemukan Demokrasi akan memfokuskan kembali upayanya untuk memastikan bahwa kaum muda sadar dan menghargai institusi masa lalu yang telah membentuk Australia saat ini. Pengetahuan tentang pertumbuhan demokrasi di Inggris Raya dan Eropa dipandang sebagai prasyarat mendasar bagi kaum muda Australia yang memasuki abad kedua puluh satu. Hal tersebut menunjukan kemajuan dan pencapaian Australia terhadap komitmen mendasar pada pengajaran sejarah Australia.