Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TENTANG UNSUR-UNSUR MANAJEMEN YANG MENENTUKAN TATA


KELOLA TERNAK KAMBING DAN DOMBA

OLEH

LAURINA OKI
13200042

PROGRAM STUDI PETRNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, sehingga penulis mampu menyelasaikan tugas yang diberikan oleh
Dosen kepada penulis salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan sahabat-sahabat
dan para pengikut beliau sampai akhir zaman. Makalah ini memuat materi tentang”
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN YANG MENENTUKAN TATA KELOLA
TERNAK KAMBING DAN DOMBA’’ yang bertujuan untuk mengetahui
manajemen ternak kambing dan domba.

Dalam pembuatan makalah ini penulis memperoleh banyak bantuan dari


berbagai pihak. Karena itu penulis ucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberikan dukungan yang
begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak khususnya Bapakselaku dosen
mata kuliah agar dapat lebih baik lagi dalam penulisan makalah selanjutnya. Akhir
kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semuua pembaca.

Kefamenanu, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................4
2.1 Apa perbedaan ternak kambing dan domba...............................................4
2.2 Tata Laksana Ternak Kambing dan Domba...............................................5
BAB III PENUTUP........................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang


Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki
manfaat yang sangat tinggi bagi manusia, selain sebagai penghasil daging,
kambing juga memiliki manfaat lain yaitu sebagai penghasil kulit, susu dan feses
sebagai bahan pupuk organik yang berkualitas tinggi. Ternak kambing juga
memiliki keunggulan tersendiri yaitu dalam hal pemeliharaannya yang cukup
sederhana dibandingkan dengan beberapa jenis ternak lainnya, dan tidak
membutuhkan modal yang banyak (Muljana, 2001). Middatul (2010) menyatakan
bahwa kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang relatif mudah dipelihara
dan dapat memakan berbagai hijauan terutama terhadap daun-daun muda.
Kambing dapat hidup menyesuaikan diri pada daerah dimana ternak lain sukar
hidup seperti didaerah batubatuan, daerah perbukitan atau daerah pegunungan.
Selanjutnya ditambahkan oleh Sarwono (2005) ternak kambing merupakan
ruminansia kecil yang mempunyai arti besar bagi peternak rakyat
Ternak kambing mempunyai peranan sangat penting bagi peternak ataupun
masyarakat yaitu sebagai penghasil daging (protein hewani), keperluan adat,
tabungan serta sumber pendapatan keluarga. Ternak kambing mampu beradaptasi
pada kondisi daerah yang memiliki sumber pakan hijauan yang kurang baik, serta
ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial
sebagai penyedia daging (Prawirodigjo et al., 2005). Kambing lokal di Indonesia
antara lain : Kambing Marica, Kambing Samosir, Kambing Muara, Kambing
Kosta, Kambing Gembrong, Kambing Peranakan Ettawa dan Kambing Kacang
(Pamungkas et al., 2009).
Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan tumbuhan) karena
pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba lebih
menyukai rumput dibandingkan dengan jenis pakan yang lainnya. Domba juga
merupakan hewan mamalia karena menyusui anaknya. Sistem pencernaan yang
khas di dalam rumen, menyebabkan domba juga digolongkan sebagai hewan
ruminansia (Muttaqien, 2007). Menurut Sudarmono dan Sugeng (2011), secara
umum ternak domba dikelompokkan menjadi domba tipe potong, wol dan dual
purpose, yakni sebagai penghasil daging dan sekaligus penghasil wol.
Sistem pemeliharaan intensif yaitu domba yang dipelihara dilakukan secara
intensif dengan membutuhkan perhatian penuh dari pemiliknya, berupa kegiatan
rutin sehari-hari dan kegiatan insidental. Seumur hidup ternak berada di kandang
dan tidak bisa berkeliaran kemana-mana (Mulyono dan Sarwono, 2008). Sistem
pemeliharaan semi-intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak domba dengan
sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik, dalam kondisi
tertentu, pemilik sudah mulai menaruh dan baik dalam kondisi tertentu, pemilik
sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak domba yang dipeliharanya,
terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk dipotong dengan
mengurus ternak domba selama sehari penuh. Dalam hal ini pemilik sudah mulai
menjaga kebersihan kandang memberikan obat-obatan dan kosentrat sebagai
tambahan makanan (Mulyono dan Sarwono, 2008).
Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak domba secara tradisional
yaitu campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir tidak ada.
Domba dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan
pengembalaan, pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput
dan sumber pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, domba menyukai pakan dari
tanaman di daerah perbukitan (Mulyono dan Sarwono, 2008).

1.5 Rumusan Masalah


1. Apa perbedaan ternak kambing dan domba?
2. Bagaimana tata laksana ternak kambing dan domba?
3. Bagaimana unsur-unsur manajemen tata kelola ternak kambing dan domba?

1.6 Tujuan
Untuk mengetahui unsur-unsur manajemen yang menentukan tata kelola
ternak kambing dan domba
BAB II
PEMBAHASAN

2.3 Apa perbedaan ternak kambing dan domba


Perbedaan antara domba dan kambing terkadang tidak terlihat jelas, apalagi
setelah bulu domba dicukur. Pada dasarnya domba dan kambing memiliki sifat
biologis yang berbeda. Perbedaan domba dan kambing yang mencolok selain dari
bulunya adalah keberadaan janggut. Kambing dewasa, terutama jantan, memiliki
janggut pada dagunya. Selain itu, domba mengeluarkan bau yang khas.
Tengkorak domba lebih khas dengan tulang air mata dan memiliki kelenjar
praeorbital di dekat kotak mata, sedangkan pada tengkorak kambing tidak ada.
Domba memiliki siklus birahi selama 17 hari dengan lama birahi yang
mencapai 30 jam (3–72 jam). Domba sudah mulai birahi saat berumur 8–10
bulan. Perkawinan domba berlangsung saat ternak berumur 18 bulan, kemudian
perkawinan kedua berlangsung saat domba berumur 34 bulan.
Masa bunting domba berlangsung selama 141–159 hari. Induk domba dapat
menghasilkan anak sebanyak 1–4 ekor. Bobot anak yang dilahirkan secara
tunggal mencapai bobot berkisar 1–4 kg.
Domba akan mencapai masa dewasa tubuh pada umur 18–24 bulan. Ternak
ini memiliki kebiasaan merumput pada pagi dan sore. Salah satu ciri khas lainnya
yang mudah dikenali dari domba adalah sifat bergerombol dalam jumlah besar.
Bobot domba ekor kurus dapat mencapai 18,8 kg dan ekor gemuk 23,9 kg.
Sementara itu, berat karkas ekor kurus sebesar 8,7 kg dan ekor gemuk sebesar
11,3 kg. Ternak ini bisa beradaptasi di ketinggian 0–1.000 m dpl.
Kambing memiliki siklus birahi yang terkadang lebih lama atau lebih cepat
dari domba, rata-rata siklus birahi kambing sekitar 14–21 hari. Kondisi birahi
tersebut berlangsung selama 24–36 jam.
Ternak kambing baru bisa birahi setelah berumur 10–12 bulan. Pada masa
birahi pertama, kambing sudah bisa melakukan perkawinan pertama. Perkawinan
selanjutnya dapat berlangsung saat ternak berumur 24 bulan.
Masa bunting kambing berlangsung selama 147 hari dan mampu melahirkan
hingga tiga anak kembar. Bobot anak yang dilahirkan terbilang lebih besar
daripada anak domba, yakni sekitar 3–5 kg. Kambing sudah mulai mengalami
dewasa tubuh saat berumur 18–20 bulan.
Kambing dapat merumput sepanjang hari, tetapi sifat bergerombolnya
tidak sebesar domba. Hewan ini bisa dijumpai di daerah puncak pegunungan.
2.4 Tata Laksana Ternak Kambing dan Domba
Permintaan ternak kambing domba mempunyai peluang pasar yang masih
terbuka luas seiring dengan banyaknya peminat konsumen pada hasil olahan
kuliner berbahan baku pangan kambing domba. Salah satu usaha kambing domba
yang dapat ditekuni guna memenuhi permintaan kambing domba yang terus
mengalami peningkatan adalah usaha pembibitan kambing domba.
Untuk bisa menjadi pengelola usaha pembibitan kambing domba ada
beberapa pengetahuan budidaya kambing domba yang perlu difahami oleh setiap
pengelola usaha pembibitan kambing domba diantaranya pemilihan bibit, sistem
reproduksi, pemberian pakan, sistem perkandangan, pencegahan dan
pengendalian penyakit
 Pemilihan bibit
Bibit merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan betul oleh
setiap pengelola usaha pembibitan. Pemilihan bibit kambing domba perlu
dilakukan yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
keturunan kambing domba yang dihasilkan.
 Sistem Reproduksi
 Untuk pengembang biakan kambing domba didapatkan dari hasil perkawinan
yang dilakukan secara alami. Untuk keberhasilan perkawinan kambing
domba pengelola usaha pembibitan kambing domba harus tahu tentang
pengetahuan sikuls birahi dan tanda tanda birahi pada ternak kambing
domba. Siklus birahi kambing domba akan terjadi setiap 17 – 21 hari sekali
rata rata siklus birahi pada kambing domba terjadi setiap 19 hari sekali.
Lamanya waktu birahi pada kambing domba 24 – 36jam.
 Pemberian pakan
Pakan merupakan salah satu faktor penting yang harus menjadi kepedulian
pengelola selain ternak pembibitan kambing domba. Selain faktor penting,
pemberian pakan juga akan menentukan keberhasilan perkembangan
kambing domba. Pemberian pakan pada kambing domba harus mampu
memenuhi persyaratan gizi pakan untuk kebutuhan pertumbuhan ternak bibit.
Pemberian pakan harus terdiri dari pakan hijauan, pakan konsentrat atau
pakan tambahan yang akan melengkapi gizi pakan yang ada pada hijauan
 Sistem Perkandangan
Kandang yang digunakan untuk tempat berlindung bagi ternak juga harus
dapat berfungsi memudahkan dalam pengontrolan, sebagai tempat bagi
ternak melakukan aktivitas istirahat, perkawinan, makan minum dan
melahirkan. Model kandang yang dianjurkan untuk kambing domba berupa
kandang panggung type ganda atau tunggal dengan persyaratan pada dasar
lantai kandang mempunyai celah selebar 1,5 – 2 cm agar kencing dan
kotoran kambing domba dapat turun kebawah, kandang dilengkapi dengan
tempat pakan dan minum pada bagian kolong kandang bisa berfungsi
menampung kotoran dan kencing kambing domba yang dapat diolah menjadi
pupuk kandang
 Pencegahan dan pengendalian penyakit
Sebagai pengelola usaha pembibitan kambing domba sudah sewajarnya
untuk mengetahui pengetahuan tentang kesehatan hewan, utamanya penyakit
yang biasa menyerang kambing domba diantaranya kudis, sakit mata,
kembung perut, cacingan dan mencret.
Kualitas pakan alami dan kosentrat yang diberikan kepada domba harus
diperhatikan. Pastikan bahwa kualitas pakan sesuai dengan kebutuhan domba dan
tidak mengandung bahan yang dapat membahayakan. Pakan alami berupa
rerumputan dapat diberian dalam kondisi segar setelah dicacah terlebih dahulu.
Rumput sebaiknya diambil setiap hari dari lahan agar domba bisa mendapatkan
pakan yang masih segar (Harianto, 2010).
Hijauan merupakan sumber pakan yang sangat penting bagi ruminansia.
Hijauan mengandung hampir semua nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak selain
sebagai bulk atau pengenyang (Awabien, 2007). Menurut Mulyono dan Sarwono
(2008), pakan hijauan mengandung nutrisi yang dapat menentukan skor
pertumbuhan, status reproduksi dan kondisi kesehatan ternak. Pakan hijauan segar
dikatakan baik bila komposisi pemberiannya diatur antara yang mengandung
protein rendah dan protein tinggi. Hijauan merupakan sumber serat kasar yang
tinggi bagi ternak ruminansia.
3 Unsur-Unsur Manajemen Tata Kelola Ternak Kambing dan Domba
 Unsur Perencanaan
Dengan perencanan yang baik kita bisa :
 membayangkan (memproyeksikan) perjalanan upaya kita ke depan.
 Merancang pengelolaan sumberdaya yang sedia : dana, lahan, energi
kerja, dsb.
 Melakukan monitoring/pengawasan disaat upaya berjalan, apakah
sesuai dengan acara ataupun tidak, sehingga dapat diambil keputusan
yang tepat.
Jenis peternakan kambing dilihat dari segi tujuannya dapat dibedakan :
a. Penggemukan (Fattening)
Yakni beternak yang tujuannya menggemukkan (membesarkan) badan
kambing untuk meningkatkan beban badan saat penjualan. Program
penggemukan ini biasanya dilakukan andaikata sedia pekan yang menduga
sedia ataupun dugaan kuat energi pekan itu dapat diraih. Oleh karena itu
penggemukan ini biasanya dilakukan gembala atas saat menjelang Hari Raya
Kurban dimana kebutuhan bakal kambing (jantan) sangat tinggi. Sedangkan
penggemukan diluar momen tersebut sangat jarang terdapat hanya atas upaya
peternakan yang menduga ada pekan tetap.
b. Pembiakan dari Bibit
Yakni beternak dengan mengasuh babon dengan pejantan yang
tujuannya merupakan memanifestasikan anak, dibesarkan dengan kemudian
dijual. Biasanya tidak semua gembala memegang pejantan, akan tetapi ahad
pejantan digilir dengan memberikan uang rokok kepada empunya lelaki
sebagai penghargaan atas jasa pemeliharaan. Secara tidak langsung kebiasaan
ini merupakan cara peningkatan fertilitas lelaki dengan efisiensi biaya.
c. Peternakan Perbibitan (Penghasil Bibit/Breeding)
Yakni beternak dengan alamat untuk memanifestasikan kambing
kualitas bibit. Usaha pembibitan ini jarang dilakukan oleh asosiasi karena
memegang persyaratan dengan perlakuan khusus selama proses pelestarian
berlangsung seperti kualitas babon dengan pejantan yang bagus, proses seleksi
anak, dengan adat kaidah kawin kudu mengawasi silsilah yang baik.
 Unsur pelaksanaan
Salah satu kunci sukses untuk mencapai produktivitas yang optimal dalam
beternak kambing dan domba adalah penerapan manajemen kesehatan yang
baik. Dengan menerapkan manajemen kesehatan ternak yang baik,
diharapkan gangguan serangan penyakit dapat diminimalkan.
Pemeriksaan kesehatan pada ternak kambing dan domba secara berkala
sangat diperlukan agar ternak kambing tetap terjaga dari gangguan penyakit.
Pemeriksaan atau pemantauan kesehatan sebaiknya dilakukan setiap hari
yang bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan ternak dan mengetahui
ada tidaknya abnormalitas pada ternak tersebut. Jika ditemukan gejala
ternak sakit atau adanya abnormalitas, dapat segera dilakukan tindakan
penanganan.
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan ternak, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, seperti nafsu makan, kondisi area sekitar
(pengamatan feses, urin, ada tidaknya darah), mengamati kondisi ternak
(hidung, kejernihan mata dan bulu ternak,), mengamati cara ternak berdiri dan
bergerak, jalan normal atau pincang, ada tidaknya luka atau pembengkakan.
Kambing atau domba yang sakit dapat menunjukkan gejala seperti:
 Nafsu makan berkurang
 Tubuh terlihat lemah, lesu
 Rambut kasar, kusam, rontok
 Menggaruk-garuk badan
 Mata sayu/ suram, mulut dan hidung kering
 Berat badan menyusut
 Adanya luka di tubuh
 Sempoyongan, ambruk
 Kotoran tidak normal (warna, bau, encer/ keras)
 Jalan picang
Apabila saat memeriksaan ternak ditemukan gejala di atas, patut
dicurigai bahwa kambing atau domba tersebut dalam kondisi tidak sehat.
Sehingga untuk menghindari terjadinya penularan atau penyebaran penyakit
lebih lanjut sebaiknya dipisah di kandang lain. Selama dipisahkan, ternak
dipelihara dengan baik, diberikan pakan dan minum sesuai kebutuhannya
serta dilakukan pemeriksaan klinis setiap hari untuk mengetahui
perkembangan penyakit tersebut. Kemudian segera lakukan penanganan
sesuai arahan penyakit atau memanggil tenaga medis dokter hewan atau
mantri untuk penanganan lebih lanjut.
Penting bagi peternak dan pelaku usaha untuk selalu memperhatikan
kesehatan ternak. Jika ternak tersebut terlanjur sakit akan menyebabkan kerugian
ekonomi, seperti:
 Penurunan bobot badan
 Gangguan pertumbuhan (pertambahan berat badan harian menjadi lebih
rendah)
 Penurunan nafsu makan & efisiensi pakan
 Penurunan kualitas daging, kulit dan jeroan
 Penurunan harga jual ternak
 Peningkatan biaya pengobatan
 Penurunan status reproduksi (dewasa kelamin atau umur beranak pertama
terlambat, calving interval atau jarak antar kelahiran menjadi lebih panjang, )
 Penurunan kekebalan tubuh, sehingga ternak lebih rentan terinfeksi penyakit
 Penularan pada manusia (zoonosis)
 Pada kasus yang

 parah dapat menyebabkan kematian
 Unsur pengorganisasian
Peternak Desa Rejosari khususnya kambing dan domba belum melakukan
pemeliharaan dengan cara yang baik dan benar. Pemelihraan harus dilakukan
dengan baik mekipun rata-rata peternak Desa Rejosari hanya memiliki 3-5 ekor
kambing atau domba. Jika manajemen pemeliharaan dilakukan dengan baik dapat
meningkatkan produksi ternak, oleh karena itu perlu adanya pendampingan
manajemen pemeliharaan ternak yang baik dan benar.
Sosialisasi dilakukan di salah satu rumah warga yang dihadiri 25 orang.
Sosialisasi manajemen pemeliharaan meliputi sosialisasi perkandangan, sanitasi
ternak dan kandang, pendugaan bobot badan ternak, metode pemberian pakan
serta pencegahan dan pengobatan penyakit yang sering diderita kambing dan
domba. Selain itu sosialisasi juga diisi dengan pemberian booklet tentang
manajemen tentang manajemen pemeliharaan, adanya sosialisasi dan pemberian
booklet diharapkan peternak dapat menerapkan sehingga produksi ternak dapat
meningkat.
 Unsur pengawasan
Pengendalian resiko dan penyakit hewan bertujuan untuk meminimalisir
resiko kerugian akibat kematian pada domba maupun penyakit hewan yang
membahayakan dalam rangka menjamin produk domba yang aman dan sehat.
Berikut ini merupakan segitiga penting dalam managemen kesehatan ternak.
Pengenalan utama terhadap ternak sehat adalah keterampilan yang perlu
dipahami dan diasah seiring dengan perjalanan beternak. Interaksi yang sering
terhadap ternak dapat memudahkan peternak melihat kondisi perubahan
fisiologisnya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit. Ciri-ciri hewan sehat
yaitu segar, lincah, rambut dan kulit baik, mata cerah, pangkal paha bersih,
cermin hidung lembab. Sebaliknya ternak yang sakit cenderung lemas, mata
sayu, pangkal paha kotor, tidak aktif. Waktu terbaik untuk mengamati domba
atau kambing sakit atau sehat adalah saat pemberian pakan atau saat ternak
sedang makan. Pada waktu tersebut akan terlihat aktivitas ternak dalam kondisi
sakit atau sehat.
Prosedur Managemen Pengendalian Resiko dan Kesehatan Ternak
1. Pencegahan Penyakit Hewan
Melaksanakan kegiatan biosecurity berupa penyemprotan dengan
cairan desinfektan kepada seluruh material, hewan ternak dan manusia dari
lingkungan eksternal sebelum memasuki area produksi. Khusus ternak
domba dilakukan program rekondisi, isolasi, dan karantina hewan selama
10 hari sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit hewan yang berbahaya dari luar.
2. Program Kesehatan
Melaksanakan kegiatan pengawasan kesehatan hewan, desinfeksi
kandang, pemberian obat cacing dan vitamin kepada seluruh domba dan
menjaga kebersihan lingkungan, kandang dan peralatan produksi untuk
meminimalisasi resiko ternak sakit dan kematian ternak.
3. Identifikasi Penyakit dan Penyembuhan
Melaksanakan kegiatan isolasi atau pemisahan, pemeriksaan jenis
penyakit dan penyebabnya, serta tindakan pengobatan bagi ternak yang
terindikasi sakit. Untuk ternak yang tidak dapat berproduksi dengan baik
akibat penyakit fisik atau cacat setelah proses penyembuhan akan
dimasukan kedalam ternak afkir. Bagi ternak mati secara mendadak
(sebelum dilakukan pengobatan) dan ternak yang dilakukan pemotongan
paksa dilakukan pemeriksaan sederhana, bedah bangkai, dan uji
laboratorium (jika diperlukan) untuk mengetahui penyebab kematian dan
penyakit yang diderita. Identifikasi penyakit dan kematian ternak
dilaporkan dan ditindaklanjuti untuk perbaikan terhadap proses maupun
teknis pemeliharaan.
4. Tindakan Darurat
Melakukan kegiatan pelaporan ketika menemukan gejala klisnis
penyakit zoonosis pada ternak domba yang sakit kepada pihak pemerintah
berwenang untuk ditindaklanjuti pemeriksaannya dan dipastikan jenis
penyakitnya. Tindakan darurat dilakukan setelah adanya kepastian jenis
penyakit dan rekomendasi tindakan dari pihak pemerintah berwenang
kepada peternak.

5. Pencegahan penyakit
 Kandang (Pembersihan, pencucian, desinfeksi)
 Nutrisi (Kenyang jumlah dan kenyang nutrisi)
 Pemeriksaan rutin (2 kali sehari)
Penanganan
 Pengenalan Penyakit
 Teknik
 Materi (Peralatan dan Obat)
 Hubungi paramedic atau dokter hewan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian tersebut, penting untuk semakin menyadari bahwa penerapan
manajemen kesehatan ternak yang baik merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari sistem usaha beternak ternak kambing dan domba. Dengan ternak
yang sehat maka akan lebih produktif dan keuntungan yang diperoleh lebih optimal.
Ternak kambing juga memiliki keunggulan tersendiri yaitu dalam hal
pemeliharaannya yang cukup sederhana dibandingkan dengan beberapa jenis ternak
lainnya, dan tidak membutuhkan modal yang banyak
DAFTAR PUSTAKA

Muljana, W. 2001. Cara Beternak Kambing. Aneka Ilmu. Semarang.


Middatul, S. 2010. Performans Reproduksi Ternak Kambing PE (Peranakan Ettawa)
di PT: Reanindo Perkasa Kenagarian Barulak Kecamatan Tanjung Baru
Kabupaten Tanah Datar.
Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan ke-VIII. Penerbit PT Penebar
Swadaya, Jakarta.
Prawirodigjo, S.,B. Utomo dan T. Herawati. 2005. Produktifitas Induk dalam Usaha
Kambing pada Kondisi Pedesaan. Balai Pengkaji Teknologi Pertanian.
Unggaran.
Pamungkas, F. A., A. Batubara, M. Doloksaribudan E. Sihite. 2009. Potensi Beberapa
Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Petunjuk Teknis. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Penelitian.
Muttaqien, I. 2007. Strategi Pemasaran Kompoeng Ternak Baznas Dompet Dhufa
Repunlik. Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sudarmono, A., dan Sugeng, B. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sarwono, B. 2006. Pengemukan Kambing Potong. Penerbit Penebar Swadaya
Jakarta.
Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai