Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TERNAK KAMBING DAN DOMBA

DISUSUN OLEH :

1. Degi Pebri (1954231009)


2. Alan Nuari (1954231012)
3. Yenti Peta Loka (1954231005)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 30 oktober 2021

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kambing dan domba merupakan salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani, mengingat daging domba dapat dengan mudah diterima
oleh berbagai lapisan masyarakat dan agama khususnya di Indonesia. Kendala yang sering
dihadapi dalam pengembangan peternakan domba adalah rendahnya produktifitas karena
rendahnya ketersediaan hijauan pakan terutama rumput yang berkualitas.
Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan
dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Hijauan makanan
ternak (HMT) yang diberikan pada ternak dibagi menjadi dua macam, yaitu rumput - rumputan
dan polong-polongan (legum). Hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan
merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan terutama bagi peternakan ruminansiabaik
besar maupun kecil, yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak,
karena lebih dari 60% dari seluruh pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia adalah hijauan,
baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering.
Usaha ternak domba dan kambing umumnya merupakan usaha sampingan yaitu bagian dari
usaha pertanian. Ternak ini dipelihara secara tradisional, yakni pemberian pakan masih terbatas
(hijauan pakan ternak yang tersedia berupa rumput-rumputan dan semak dengan sedikit atau
tidak ada pakan tambahan) dan belum ada manajemen yang terarah (Sugeng, 2000).
Pengembangan domba dan kambing sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami
hambatan karena pemeliharaan domba dan kambing masih dilakukan secara tradisional.
Pemberian pakan hanya sekedarnya tanpa memperhitungkan kebutuhan standar gizi. Bahkan
sering dijumpai domba dan kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri. Tata
laksana program pemeliharaannya tidak baik dan kandang hanya dibuat sekedar tempat
berlindung dari terik matahari di siang hari dan dingin di malam hari (Cahyono, 1998).
Usaha peternakan di Bengkulu sebenarnya cukup berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu
komoditi unggulan daerah. Bengkulu merupakan salah satu sentra peternakan di Sumatra
khususnya ditinjau dari populasi sapi potongnya. Namun demikian, subsektor peternakan secara
umum masih belum dioptimalkan seperti halnya sektor pertanian, industri, dan sektor-sektor
lainnya.

1.1 Indentifikasi Masalah


 Apa sejarah dan karakteristik ternak kambing dan domba di Indonesia?
 Sebutkan jenis – jenis kambing dan domba ?
1.2Tujuan dan Manfaat

 Untuk mengetahui sejarah pertamanya masuk ternak kambing domba di Indonesia


 Untuk mengetahui jenis – jenis kambing dan domba
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Ternak Domba Di Indonesia

Indonesia terletak pada koordinat 95º hingga 141º bujur timur dan 6º lintang utara hingga
11º lintang selatan. Wilayah Indonesia tidak dilalui oleg garis Tropic of Cancer (garis balik
utara) yang menandakan wilayah paling utara Bumi dan terkena sinar matahari langsung di atas
kepala. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Terbentang dari Sabang hingga
Merauke, Indonesia memiliki 17.499 pulau dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta
km2. Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2 adalah Zona
Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km2 yang berupa daratan. Berdasarkan data dari 91
stasiun pengamatan BMKG, normal suhu udara periode 1981-2010 di Indonesia adalah sebesar
26.6 oC dan suhu udara rata-rata tahun 2020 adalah sebesar 27.3 oC, jadi dalam suhu tersebut
untuk melakukan suatu peternakan kambing dan domba cukup bagus.
Domba sudah dikenal dan dipelihara masyarakat Indonesia sejak 800 M, Ditandai dengan adanya
relief di candi Borobudur (Ryder, 1983). Masuknya domba ke Indonesia dikarenakan beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, seperti migrasi manusia karena usaha dagang.
Berbagai pemasukan ternak yang dilakukan pada masa koloni Belanda diantaranya ternak
kambing dan domba. Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil
merupakan ternak herbivora yang sangat populer dikalangan petani di Indonesia. Ternak ini lebih
mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian dan industri, mudah
dikembangbiakkan dan pasarnya selalu tersedi setiap saat serta memerlukan modal yang relatif
sedikit dibandingkan dengan ruminansia besar (Setiadi, 1983). Taksonomi domba yang menurut
Ensminger(2002) adalah :
Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Family : Bovidae

Genus : Ovis

Species : Ovis aries


Pada mulanya domba didomestikasi di kawasan Eropa dan Asia. Ciri khas pada domba
domestikasi adalah tanduk yang berpenampang segitiga dan tumbuh melilit seperti spiral yang
terdapat pada jantan. Bobot badan jantan lebih tinggi dibandingkan betina (Ensminger, 2002)

Perkembangan ternak lokal Indonesia tidak terlalu menggembirakan, bahkan bila tidak segera
ditangani, dikhawatirkan mengalami kepunahan. Upaya mempertahankan kelestarian dan
kemurnian ternak lokal perlu dilakukan karena pada ternak lokal mungkin terdapat gen-gen yang
belum tentu dimiliki oleh jenisjenis ternak impor (Salamena, 2003). FAO (2002) menyatakan
bahwa bangsa- bangsa ternak lokal penting untuk dilindungi karena mempunyai keunggulan
tersendiri yaitu, dapat bertahan hidup dengan pakan kualitas rendah, mampu bertahan hidup pada
tekanan iklim setempat, daya tahan tinggi pada penyakit dan parasit lokal, merupakan sumber
gen yang khas dalam perbaikan bangsa-bangsa melalui persilangan, lebih produktif dengan biaya
yang sangat rendah dan tetap tersedia, mendukung keragaman pangan, pertanian, budaya dan
lebih efektif dalam mencapai tujuan keragaman pangan lokal.

Daerah penghasil domba diindonesia adalah daerah peternakan domba berada di daerah pulau
jawa yaitu jawa barat (46%)jawa tengah (27%) jawa timur (18%) 2.daerah peternakan kambing
berada di daerah pulau jawa yaitu jawa barat(11%) jawa tengah(21%) dan jawatimur(16%)
daerah peternakan kerbau berada didaerah NAD,Sumatera barat,Sumatera utara,Sumatera
selatan,banten,jawa barat,jawa tengah,NTB,NTT,Sulawesi selatan
1. Karakteristik Domba Lokal

Domba lokal mempunyai posisi yang strategis pada masyarakat karena mempunyai fungsi
ekonomis, sosisal dan budaya. Merupakan sumber gen yang khas untuk digunakan dalam
perbaikan bangsa domba lokal maupun dengan domba impor (Sumantri et al., 2007). Secara
umum domba lokal Indonesia diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu Domba Ekor Tipis,
Domba Priangan dan Domba Ekor Gemuk

1.1 Domba Ekor Tipis (Javanese Thin Tailed Sheep)

Devendra dan McLeroy (1982) menyatakan bahwa umumnya domba di Indonesia berekor
tipis (thin-tailed). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa Domba Ekor Tipis memiliki karakteristik
garis muka lurus, berkelopak mata normal, di seputar mata berwarna hitam, posisi telinga
menggantung ke bawah, bentuk telinga lebar (rubak), bertanduk, garis punggung lurus, bentuk
ekor sempit dan warna bulu beragam (putih, hitam, cokelat serta gabungan dari warna-warna
tersebut). Ekornya tidak menunjukkan adanya deposisi lemak, sehingga disebut Domba Ekor
Tipis (Hardjosubroto, 1994). Sodiq dan Abidin (2002) menambahkan bahwa domba jantan
memiliki tanduk kecil dan melingkar, sedangkan domba betina tidak bertanduk. Berat badan
domba jantan berkisar antara 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg. Salah satu keunggulan
Domba Ekor Tipis adalah sifat prolifik karena mampu melahirkan anak kembar

1.2 Domba Garut (Priangan Sheep of West Java)


Domba Garut diduga berasal dari persilangan antara tiga bangsa yaitu Domba Lokal,
Domba Merino dan Domba Kaapstad yang berasal dari Afrika. Domba hasil persilangan ini
mempunyai produktivitas yang lebih baik dari tetuanya, terutama pada daya produksi wol yang
lebih baik dari Domba Merino dan badan yang lebih tinggi dibandingkan Domba Kaapstad
(Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Mulliadi (1996) menyatakan bahwa Domba Garut yang terbentuk sekarang merupakan hasil
seleksi selama bertahun-tahun serta seleksi alam yang menimbulkan kemampuan adaptasi yang
tinggi terhadap lingkungan setempat. Mulliadi (1996) menyatakan Domba Garut dikelompokkan
berdasarkan tujuan pemeliharaan menjadi tipe tangkas dan tipe pedaging. Secara umum tipe
tangkas mempunyai garis muka cembung, telinga rumpung, bertanduk, pangkal ekor gemuk dan
berwarna hitam polos atau dominan hitam. Tipe pedaging mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
garis muka datar, bentuk telinga rubak (panjang dan lebar), bertanduk, ekor berbentuk mecut dan
biasanya berwarna putih polos atau dominan putih.

Domba Garut yang saat dikenal di Indonesia adalah Domba Ekor Sedang atau Domba Priangan
(Geteby, 1986). Muliadi (1996) menyatakan domba jantan memiliki bobot badan berkisar 39-53
kg sedangkan domba betina memiliki bobot badan antara 25-35 kg

1.3 Domba Ekor Gemuk (Javanese Fat Tailed Sheep)

Domba Ekor Gemuk dikenal karena bentuk ekornya yang gemuk dan berkembang di
daerah Jawa Timur, Madura, Lombok kisar dan Sumbawa, (Devendra dan McLeroy, 1982).
Domba Ekor Gemuk yang betina pada umumnya tidak bertanduk sedangkan domba jantan
memiliki tanduk. Umumnya mempunyai telinga berukuran medium dengan posisi agak
menggantung (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Warna bulu putih dan wolnya kasar. Bentuk
tubuh lebih besar daripada Domba Ekor Tipis.

2. Ukuran-Ukuran Tubuh Domba

Menurut Diwyanto (1982), penampilan seekor hewan adalah hasil dari suatu proses
pertumbuhan yang berkesinambungan dalam seluruh hidup hewan tersebut. Perbedaan ukuran
tubuh dapat disebabkan oleh perbedaan kecepatan pertumbuhan ternak sesuai dengan potensi
genetik individu dan kondisi lingkungan ternak tersebut berada (Piper dan Ruvinsky, 2005).
Keragaman merupakan suatu sifat populasi yang sangat penting dalam pemuliaan terutama
dalam seleksi. Seleksi akan efektif bila terdapat tingkat keragaman yang tinggi (Martojo, 1990).

Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa bentuk dan ukuran tubuh domba dideskripsikan
berdasarkan ukuran dan penilaian visual. Ukuran merupakan indikator penting dari pertumbuhan
untuk mengevaluasi pertumbuhan, tetapi tidak digunakan untuk mengindikasikan komposisi
tubuh ternak. Ukuran permukaan tubuh hewan memiliki banyak kegunaan seperti untuk
menaksir bobot badan dan memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu
bangsa (Doho, 1994). Ukuran tubuh yang maksimal dan perkembangannya sangat ditentukan
oleh keturunan, tetapi untuk memperlihatkan sifat keturunan tersebut pengaruh lingkungan
terutama makanan sangat menentukan hasil akhirnya (Maynard dan Loosly, 1979).

Pengukuran bobot tubuh berguna untuk menentukan tingkat konsumsi dan efisiensi pakan
(Parakkasi, 1999). Pertambahan bobot tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total
protein yang diperoleh setiap hari, jenis ternak,umur, keadaan genetik, lingkungan kondisi setiap
individu dan tatalaksana (NRC, 1981). Lingkar dada dan panjang badan merupakan ukuran yang
lebih umum digunakan. Trislawati (2006) menyatakan bahwa lingkar dada dapat dijadikan
sebagai kriteria seleksi karena berkaitan dengan produktivitas domba. Lingkar dada meningkat
seiring umur ternak, lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh paling besar terhadap
bobot badan (Fourie et al., 2002). Zulkarnaen (1992) menyatakan semakin bertambahnya umur
maka bobot badan dan ukuran- ukuran tubuh pada domba semakin meningkat. Pertumbuhan
domba secara cepat dimulai dari lahir sampai dewasa kelamin dan selanjutnya tumbuh secara
lambat sampai dewasa tubuh.

B. Sejarah dan perkembangan ternak kambing di Indonesia

Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) merupakan salah satu subspesies kambing yang
dipelihara atau dijinakkan dari kambing liar Asia Barat Daya dan Eropa Timur. Kambing
merupakan anggota dari keluarga Bovidae dan bersaudara dengan biri-biri karena keduanya
tergolong dalam sub famili Caprinae. Terdapat lebih 300 jenis kambing yang berbeda-beda.
Kambing adalah salah satu di antara spesies yang paling lama di ternakkan, yaitu untuk susu,
daging, bulu, dan kulit di seluruh dunia. Pada tahun 2011, populasi kambing yang hidup di
seluruh dunia mencapai 924 juta menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-
Bangsa.

Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing ternak
(Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat
Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan Eropa. Kambing liar jantan maupun
betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Umumnya,
kambing mempunyai janggut, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berrambut lurus
dan kasar. Panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 meter - 1,4 meter,
sedangkan ekornya 12 sentimeter - 15 sentimeter. Bobot kambing betina 50 kilogram - 55
kilogram, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram. Kambing liar tersebar dari
Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia.
Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu.

Kambing sudah dibudidayakan manusia kira-kira 8000 hingga 9000 tahun yang lalu.
Biasanya, kambing hidup berkelompok 5 sampai 20 ekor. Dalam pengembaraannnya mencari
makanan, kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing betina yang paling tua. Sementara
kambing-kambing jantan berperan menjaga keamanan kawanan. Waktu aktif mencari makannya
siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah rumput-rumputan dan dedaunan.

Kambing adalah hewan paling awal yang diternakkan oleh manusia. Analisis genetik paling
terkinimengesahkan bukti penelitian purbakala bahwa kambing gurun Bezoar dari Zagros diduga
merupakan asal-usul hampir semua kambing ternak saat ini.

Kaum petani Neolitik mulai menggembalakan kambing liar terutama untuk mudah
memperoleh susu dan daging, di samping juga kotoran yang digunakan sebagai bahan api,
tulang, bulu dan bahan tambahan untuk pakaian, bangunan dan peralatan. Peninggalan kambing
ternak yang berasal dari 10,000 tahun yang lalu ditemukan di Ganj Dareh, Iran. Kerangka
kambing dapat ditemui dalam jejak-jejak penelitian purbakala di Jericho, Choga Mami Djeitun
dan Çayönü, membuktikan bahwa peternakan kambing di Asia Barat telah ada sejak antara 8000
hingga 9000 tahun yang lalu.

Kajian-kajian terhadap bukti DNA membayangkan 10,000 tahun yang lalu sebagai tahun
pertama kali adanya peternakan.

Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkang di indonesia

Menurut sejarah, kulit kambing digunakan sebagai wadah air dan minuman keras dalam
perjalanan serta transportasi minuman keras yang diperdagangkan. Kulit kambing juga
digunakan untuk membuat perkamen.

1. Manajemen Perkandangan kambing

Kandang merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan dalam budidaya ternak termasuk
ternak kambing. Kandang digunakan sebagai tempat tinggal bagi ternak dan menjalankan
kelangsungan hidupnya. Manajemen kandang yang baik merupakan salah satu faktor yang
mendukung bagi ternak untuk dapat berproduksi dengan baik.
Adapun fungsi kandang bagi ternak kambing yaitu :
 Untuk melindungi ternak dari pemangsa dan kondisi lingkungan yang ekstrim
 Tempat untuk berproduksi (kawin dan beranak)
 Tempat untuk makan, minum dan istirahat bagi kambing
 Mencegah ternak kambing agar tidak merusak tanaman
 Tempat untuk merawat ternak yang sakit
 Untuk memudahkan pengontrolan ternak kambing

Ada tiga tipe kandang kambing yang umum digunakan oleh peternak, yaitu :
1. Kandang panggung
Konstruksi kandang dibuat panggung, terdapat kolong untuk menampung kotoran. Jarak
antara lantai kandang dengan tanah minimal 50 cm. Lantai kandang dapat dibuat dari kayu atau
bambu yang sudah diawetkan dengan jarak celah lantai panggung ± 1,5 – 2 cm dengan tujuan
kotoran mudah jatuh dan kaki ternak tidak terperosok. Kandang tipe panggung merupakan tipe
kandang yang banyak digunakan oleh peternak.
2. Kandang lemprak
Kandang dengan lantai tanah atau semen dan dilapisi jerami atau rumput kering serta sisa-sisa
hijauan pakan. Digunakan untuk usaha penggemukan kambing.
3. Kombinasi kandang panggung dan kandang lemprak
Sebagian kandang bertipe panggung dan sebagian berlantai tanah atau semen. Biasanya
digunakan untuk ternak kambing dengan tujuan pembibitan.

Ada beberapa jenis kandang dalam budidaya ternak kambing, di antaranya sebagai berikut
 Kandang koloni / kelompok
Merupakan kandang untuk memelihara ternak kambing secara berkelompok
 Kandang individu
Merupakan jenis kandang yang disekat-sekat dan cukup untuk 1 ekor kambing saja
 Kandang induk / utama
Merupakan tempat bagi induk ternak kambing untuk beristirahat, makam, minum dan membuang
kotoran. Kandang indukan memiliki ukuran lantai seluas 1,0 m x 1,5 m, dan anaknya 0,2 m x 0,2
m per ekor.
 Kandang beranak
Merupakan kandang yang diperuntukkan bagi induk yang baru melahirkan dan menyusui
anaknya
 Kandang pejantan
Merupakan jenis kandang yang digunakan khusus untuk seekor jantan pemacek. Kandang
pejantan memiliki ukuran 2,5-3 m2 per ekor.
 Kandang kawin
Merupakan kandang yag digunakan khusus untuk proses perkawinan ternak kambing

Sarana dan Prasarana Kandang Kambing


Dalam manjemen perkandangan ternak kambing maka ada beberapa peralatan yang selalu
dibutuhkan, diantaranya yaitu :
1. Tempat pakan dan minum
2. Gudang pakan
3. Tempat umbaran
4. Tempat kotoran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam beternak kambing, yakni sebagai berikut :
1. Kandang hendaknya berada di tempat yang kering dan tidak tergenang air
2. Cukup mendapat sinar matahari dan terlindung dari angin kencang
3. Dibuat dari bahan yang cukup kuat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi
4. Memiliki ventilasi yang cukup baik pada dinding kambing
5. Atap kandang terbuat dari bahan yang memiliki daya penghantar panas yang cukup baik
6. Lantai kandang terbuat dari bahan yang cukup kuat
7. Kolong kandang bisa dibuat miring dan disemen untuk menampung kotoran
8. Ukuran kandang dibuat sesuai kebutuhan dalam beternak kambing
9. Mudah dalam melakukan pembersihan dan perawatan kandang
10. Jarak kandang agak jauh dari rumah dan sumur yakni ± 10 meter

2. Jenis-jenis kambing di Indonesia


Jenis-Jenis kambing tergolong dalam kategori-kategori yang sangat banyak menurut kegunaan,
seperti penyusu, penyilangan gen, daging, kulit, transportasi maupun sebagai teman.

 Kambing kacang
Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia.
Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan
yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang yang
betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berrambut lurus dan pendek. Baik betina maupun
yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek.

 Kambing Etawah
Kambing Etawah didatangkan dari India yang disebut kambing Jamnapari. Badannya besar,
tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya mencapai
92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai
63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik
jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga
tiga liter per hari. Keturunan silangan (hibrida) kambing Etawa dengan kambing lokal dikenal
sebagai sebagai kambing "Peranakan Etawah" atau "PE". Kambing PE berukuran hampir sama
dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.

 Kambing Peranakan Etawah


Kambing peranakan etawah (PE) merupakan hasil kawin silang antara kambing kacang dengan
kambing etawah yang mempunyai sifat mendekati kambing etawah dan sebagiannya mendekati
sifat kambing kacang. Ciri khas dari Kambing Peranakan Etawa atau PE adalah pada bentuk
mukanya yang cembung, bertelinga panjang yang mengglambir, postur tubuh tinggi. kambing PE
memiliki lama kebuntingan 148,87 hari, siklus birahi 23 hari, angka kawin per kebuntingan 1,95

 Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawa dengan
kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip
kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.edo
Kambing Saanen
Kambing Saenen berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun betinanya memiliki
tanduk panjang. Warna rambutnya putih atau krem pucat. Hidung, telinga dan kambingnya
berwarna putih susu. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing
ini merupakan jenis kambing penghasil susu.

 Kambing Saburai
Kambing saburai adalah kambing persilangan antara kambing peranakan etawa dengan kambing
boer. kambing ini banyak ditemui di Kabupaten Tanggamus - Lampung. di daerah lain, kambing
ini juga dinamai dengan nama kambing boerawa.

 Kambing liar
Kambing bersedia kembali ke alam liar (menjadi liar) jika diberikan kesempatan. Satu-satunya
hewan peliharaan jinak lain yang diketahui kembali ke kehidupan liar dengan cepat ialah kucing.
Kambing liar terdapat di seluruh penjuru dunia. Kambing liar yang bertambah banyak di habitat-
habitat yang tidak bersesuaian dengan kambing boleh mendatangkan kesan buruk seperti
mengancam spesies tumbuh-tumbuhan lokal. Misalnya di Australia, terdapat sekurang-
kurangnya 2.6 juta ekor kambing liar di 28 persen seluruh wilayah negara tersebut, namun
jumlah tersebut berubah-ubah disebabkan kemarau, program-program pengurusan dan kesuburan
tinggi.

Jenis kambing perah


Secara garis besar, kambing di Indonesia dikelompokkandalam dua tipe, yaitu kambing tipe
pedaging dan kambingperah. Kambing perah jantan atau ternak afkir bisadimanfaatkan
untuk produksi daging. Kambing perahyang ada saat ini berasal dari keturunan
kambingimpor dari Inggris, Selandia Baru, dan Swiss sertapersilangannya. Jenis kambing
peranakan di antaranyaadalah peranakan etawa (PE), saanen, anglo nubian, dansapera.
Produksi susu kambing perah peranakan lebihtinggi dibandingkan dengan kambing lokal.
Di antaraempat jenis kambing perah tersebut, kambing etawa palingbanyak dipelihara dan
dikembangkan di Indonesia.Kambing etawa berasal dari daerah Etawah di PradesIndia Utara, di
mana di wilayah tersebut banyak ditemukandaerah yang hijau di sekitar sungai. Kambing etawa
jugadisebut kambing jamnapari. Di India, kambing etawasangat terkenal dan biasa disebut
“pari” karena bentukfisiknya yang elegan (Ibnu 2013).Kambing etawa mulai dikembangkan
di Indonesiapada masa penjajahan Belanda. Sepasang kambing etawadibawa oleh bangsa
Belanda ke Indonesia untukdipelihara dan diperkenalkan kepada masyarakat di JawaTengah
(Muryanto dan Pramono 2012).Kambing PE merupakan hasil persilangan antarakambing
kacang dengan kambing etawa. Oleh karena itu,jenis kambing ini mempunyai sifat mendekati
kambingetawa dan sebagian lainnya mendekati sifat kambingkacang. Kambing PE
merupakan penghasil susu danmemiliki daya adaptasi yang baik terhadap
kondisilingkungan panas (tropis) sehingga cocok dikembangkandi Indonesia (Subandriyo
2008). Kambing PE disukaipeternak karena memiliki fungsi dwiguna, yaitu sebagaipenghasil
susu dan daging. Persilangan kambing perahlokal dengan kambing perah eksotik yang
memilikiproduksi susu tinggi diharapkan dapat menghasilkanternak silangan (komposit) yang
memiliki daya adaptasitinggi dan produksi susu tinggi
 Kambing PE
Kambing PE mempunyai ciri bulu berwarna belang hitam,putih, merah, cokelat, dan kadang
putih. Telinganya lebar,panjang, dan menggantung. Badannya cukup besar sebagaimana
kambing etawa. Kambing PE jantandewasa dengan umur 1,5-2,5 tahun memiliki bobot
badanantara 70-91 kg. Secara kualitatif, fenotipe kambing PEadalah warna tubuh dominan,
pola warna tubuh,penyebaran belang, warna dan bentuk kepala, sertasebagai penghasil susu.
Kambing PE betina memiliki panjang badan sekitar 79cm, lebar dada 19 cm, kedalaman dada
31 cm, tinggi badan53 cm, dan lingkar dada 90 cm. Sementara itu, kambing PEjantan memiliki
panjang badan sekitar 55 cm, lebar dada 23cm, kedalaman dada 17 cm, tinggi badan 57 cm, dan
lingkardada 67 cm. Kambing PE dara siap dikawinkan pada umur 10 bulan. Lama kebuntingan
147-160 hari dan siklusberahi 23 hari. Dalam dua tahun, kambing PE dapatberanak tiga
kali dengan jumlah anak sekelahiran rata-ratadua ekor.Masa produksi susu (laktasi) mencapai
delapan kaliatau berumur tujuh tahun. Kambing PEmemiliki masa laktasi dan kering antara 5-6
bulan. Dengan pengelolaan yang baik, rata-rata produksi susu kambing PE di Indonesia berkisar
antara 2-3 liter/ekor/hari. Induk kambing PE mampu berproduksi hingga 200 hari dalam satu
tahun sehingga kambing jenis iniberpotensi untuk dikembangkan (Dewintha dan
Kusnadi2009). Namun, Sutamaet al. (2011) mengemukakan produksi susu kambing PE
bervariasi antara 0,5-1,5 liter/ekor/hari.

 Kambing Anglo Nubian


Kambing anglo nubian merupakan kambing komposit yang dikembangkan di Inggris dan
dibentuk melalui per-silangan antara kambing Inggris dan kambing asli Afrika(nubian) dan India
(jamnapari) pada tahun 1870. Total produksi susu 210,11 liter dan puncak produksi 1,79 liter,
dan lama laktasi 160,75 hari. Kambing betina Anglo Nubian menampilkan kemampuan
produktivitas cukup baik yang dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pengembangan
Kambing Anglo Nubian di Indonesia. Ciri khas kambing anglo nubian ialah memilikibulu hitam
kemerahan dan cokelat yang dikombinasikandengan warna putih. Kambing anglo nubian
jantanmemiliki rambut pendek terutama di sepanjang punggungdan paha, dan badannya lebih
besar dan lebih tinggidibanding kambing sapera. Kambing anglonubian betina dewasa
memiliki tinggi minimal 30 cm dengan berat badan 60-135 kg, sedangkan jantan
dewasamemiliki tinggi lebih dari 35 cm dan berat badan 60-175 kg. Bentuk kepala merupakan
salah satu patokan untukmenentukan jenis kambing yang dapat berkembang biakdengan baik,
dengan profil wajah antara mata danmoncong cembung. Telinga panjang (lebih
panjangminimal satu cm dari luar moncong), lebar, danmenggantung. Posisi telinga
mendekati puncak kepaladan tanduk sedikit menyembul dengan cembung bulatsepertibell.
Telinga tipis dengan tulang rawan yang menyusunnya sempurna. Bulu pendek, halus,
danmengilap. Kambing anglo nubian dapat dimanfaatkansebagai penghasil daging, susu
maupun kulit

 Kambing saanen
memiliki warna bulu dominan putih, terkadang terdapatbeberapa bintik hitam di
telinga dan hidung.Kambing betina memiliki telinga lurus tegak ke atas.Ternak jantan
maupun betina pada umumnya tidakbertanduk , kaki berukurankecil, dan ekornya pendek.
Bobot badan kambing jantandewasa sekitar 90 kg dan kambing betina dewasa 60 kg.Kambing
saanen sensitif terhadap sinar matahari yangberlebihan. Untukmenjaga agar ternak tetap
dalamkondisi terbaik, perlu dibuatkan tempat bernaung ataukandang dengan kapasitas
sesuai dengan jumlah ternakyang dipelihara (Zaki 2010).Kambing saanen mampu
menghasilkan susu 800 kg/ekor/masa laktasi yang berlangsung selama 250 hari(Octavia
2010). Bobot badan anak jantan yang baru lahir3,3 kg dan bobot badan anak betina 3 kg.
Kambing saanentermasuk kambing perah, dapat menghasilkan sususekitar 3,8 liter/hari.
Kandungan lemak susunya berkisarantara 2,5-3%. Untuk menghasilkan susu yangberkualitas
baik, kambing saanen perlu diberi pakanrerumputan, jerami, dan biji-bijian serta air minum
kira-kira3 liter setiap hari.Kambing saanen dan peranakannya hanya cocokditernakkan di
dataran tinggi (1.000 m dpl) dan dipeliharadalam kandang yang tertutup. Selain diambil
susunya,kambing saanen juga dipelihara sebagai penghasil dagingdan kulit (Octavia 2010;
Silanikoveet al. 2010).Kambing saanen berasal dari lembah Saanen, Swiss,kemudian menyebar
ke berbagai belahan dunia, antara lainInggris, Amerika, Australia, dan Indonesia. Di
Inggris,kambing saanen disilangkan dengan kambing setempatdan menghasilkan kambing
british saanen. Di Indonesia,kambing saanen disilangkan dengan kambing PE. DiSelandia
Baru ada jenis kambing sable yang jugamerupakan keturunan dari kambing saanen (Ibnu
2013)
 Kambing sapera

Produksi susunya berkisar 1,5 - 2 liter per hari. Mempunyai bulu putih atau krem
pucat,pendek, dengan titik hitam di hidung, telinga, dan dikelenjar susu. Hidung dan
telinganya berwarna belangdan hitam. Dahinya lebar, telinga berukuran sedang dantegak.
Hidungnya lurus dan muka seperti segitiga.Telinganya sederhana, tegak ke arah samping dan
depan.Ekornya tipis dan pendek . Kambing saperajantan dan betina bertanduk. Ternak
jantan dewasamemiliki berat badan sekitar 68-91 kg, sedangkan ternakbetina berat badannya
sekitar 36-63 kg. Tinggi ternakjantan kira-kira 90 cm dan betina 80 cm (Andiyanto
2013).Produksi susu sekitar 740 kg per masa laktasi. Kambing sapera menghasilkan susu jauh
lebih tinggidibanding kambing PE. Jenis ini mampu mencapai lamalaktasi hingga satu tahun
apabila kambing tidak kawinpada periode awal laktas. Di Amerikadan Australia, kambing
yang diternakkan sebagaipenghasil susu adalah jenis kambing sapera dan anglonubian
(Dhican 2012)

 Manfaat susu kambing


Kandungan protein susu kambing perah sekitar 3,30-4,90% dan lemak 4,5-6,25%
sehingga disukai konsumen karena sangat gurih.Kualitas dan komposisi susu kambing
mirip dengan airsusu ibu, bahkan kandungan kalsium dan minerallainnyalebih tinggi dibanding
ASI maupun susu sapi. Kandungan lemak susu kambing sekitar 4-7,30%, sususapi 3,70%,
dan ASI sekitar 4,40, artinya lemak pada susukambing dan ASI hampir sama. Oleh karenaitu,
susu kambing dapat digunakan sebagai penggantiASI. Kandungan protein susu kambing
perah persilangandi Indonesia cukup baik setelah telur dan hampir setaradengan ASI.

Jenis kambing potong

 Kambing kacang

Kambing kacang merupakan kambing tipe pedaging lokal Indonesia. Dengan daya adaptasi yang
tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi
sehingga ternak jenis ini banyak ditemukan di berbagai tempat. Karkas kambing kacang dari
hasil penelitian bapak sumardianto(2013) bahwa kambing kacang memiliki bobot dan persentase
karkas sebesar 5.631 g (37,50%)

Ciri-cirinya adalah :

Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil. Telinganya tegak, berbulu lurus dan
pendek dan umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau kombinasi
ketiganya. Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek.Berat tubuh jantan
dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa mencapai 25 kg.Tinggi yang jantan 60 - 65
cm, sedangkan yang betina 56 cm. Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor
dan dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan
punggung sampai ekor dan pantat.

Kambing Ettawa merupakan tipe dwifungsi yaitu selain penghasil daging, kambing tersebut juga
sebagai kambing penghasil susu.

 Kambing etawah

Kambing Ettawa merupakan tipe dwifungsi yaitu selain penghasil daging, kambing tersebut juga
sebagai kambing penghasil susu.Kambing Etawa didatangkan ke Indonesia dari India.

Ciri-cirinya adalah :Badannya besar, tinggi gumba kambing jantan 90 cm hingga 127 cm dan
yang betina mencapai 92 cm. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina hanya
mencapai 63 kg. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah, dahi dan hidungnya
cembung.Kambing jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing Etawa mampu
menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Karkas kambing etawa sebesar 45%
 Kambing creolo

Kambing creolo merupakan kambing potong yang berasal dari Amerika Latin dan Amerika
Tengah. Kambing ini lebih senang di daerah kering. Oleh karena itu, bulunya tipis, pendek, dan
berwarna hitam atau kecokelatan. Tanduk kambing creolo melengkung dan telinganya pendek
serta tegak. Kambing creolo dewasa memiliki bobot sebesar 40-60 kg dengan bentuk tubuh
gempal. Creolo bisa menghasilkan anak sebanyak 1-2 ekor setiap kali melahirkan. Karkas dari
kambing creole antara 46-56%

 Kambing benggala hitam

Kambing benggala hitam terkenal sebagai penghasil daging dan susu yang sedikit. Namun, rasa
daging yang dihasilkan terbilang sangat enak, lezat, dan lunak sehingga kambing benggala hitam
sering diternakkan sebagai kambing potong. Selain itu, mutu kulit yang dihasilkan kambing
benggala hitam terbilang sangat bagus dan sering dijadikan sebagai bahan baku pembuat sepatu.
Induk kambing benggala rata-rata bobot badan 37,9 kg(35-41 kg)

 Kambing gaddi

Kambing gaddi sering disebut sebagai kambing dwiguna karena menghasilkan daging dan
bulu/rambut. Kambing gaddi dewasa menghasilkan rambut kasar sebanyak 0,5-1 kg per ekor
dengan panjang sekitar 17-25 cm. Kambing gaddi lebih sering dijumpai di daerah Pegunungan
India Utara dan Pakist
BAB III

KESIMPULAN

Kambing dan domba merupakan salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani, mengingat daging domba dapat dengan mudah diterima oleh
berbagai lapisan masyarakat dan agama khususnya di Indonesia. Sejarah ternak domba sudah
dikenal dan dipelihara masyarakat Indonesia sejak 800 M, Ditandai dengan adanya relief di
candi Borobudur. Masuknya domba ke Indonesia dikarenakan beberapa kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat, seperti migrasi manusia karena usaha dagang. Berbagai pemasukan
ternak yang dilakukan pada masa koloni Belanda diantaranya ternak kambing dan domba. Dan
untuk ternak kambing pertama kali sekitar Kambing sudah dibudidayakan manusia kira-kira
8000 hingga 9000 tahun yang lalu, sedangkan Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang
pertama kali dikembangkang di Indonesia. Di Indonesia banyak jenis kambing pedaging dan
susu

Anda mungkin juga menyukai